I. PENDAHULUAN. disebut proses komunikasi. Proses komunikasi berguna untuk menciptakan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting

I. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari

I. PENDAHULUAN. berperan penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting yang memengaruhi kualitas. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas

I. PENDAHULUAN. dan berlangsung sepanjang hayat. Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagaimana

BAB 1 PENDAHULUAN. sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dengan

BAB I PENDAHULUAN. penting: (1) sebagai kekuatan awal bagi siswa dalam merumuskan konsep, (2)

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 2

BAB I PENDAHULUAN. kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi. tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak menyenangkan, duduk berjam-jam dengan mencurahkan perhatian

I. PENDAHULUAN. Pendidikan bagi setiap bangsa merupakan kebutuhan mutlak yang harus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemampuan tersebut sudah diperoleh ketika ia sudah mulai belajar berbicara

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah berkembang secara pesat sehingga cara berpikir

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengelolaan Pembelajaran dengan Menerapkan Model Pembelajaran

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

I. PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang termuat dalam kurikulum

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran dapat dikatakan sebagai hasil dari memori, kognisi, dan metakognisi yang berpengaruh terhadap

II. TINJAUAN PUSTAKA. solusi dari masalah tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Alhadad (2010: 34)

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting. Kualitas suatu

BAB I PENDAHULUAN. terwujud apabila strategi-strategi belajar yang digunakan mampu menimbulkan

I. PENDAHULUAN. berlaku sehingga bila kesadaran ini terwujud, maka seseorang dapat

BAB I PENDAHULUAN. baik jika ada komunikasi yang baik antara guru dengan siswa maupun siswa

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. otoritas tertinggi keilmuan (teacher centered). Pandangan semacam ini perlu

BAB I PENDAHULUAN. maupun kewajiban sebagai warga negara yang baik. Untuk mengetahui

I. PENDAHULUAN. untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya seoptimal mungkin. Pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Berpikir ilmiah merupakan kegiatan berpikir yang sistematis dan teratur

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) DAN JIGSAW DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan, sebab tanpa pendidikan manusia akan

tuntut menyelesaikan permasalahan secara mandiri dan dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran. Di dalam proses pembelajaran, terjadi proses

Diajukan Oleh : IRFAKNI BIRRUL WALIDATI A

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berpikir logis dan keterampilan kognitif yang lebih tinggi pada

BAB I Pendahuluan. Internasional pada hasil studi PISA oleh OECD (Organization for

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat,

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. yang menyulitkan untuk mencapai tujuan tertentu.menurut Polya sebagaimana

EKPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan salah satu Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia karena selalu digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. intelektual. Matematika juga merupakan salah satu mata pelajaran yang di

I. PENDAHULUAN. dan kritis (Suherman dkk, 2003). Hal serupa juga disampaikan oleh Shadiq (2003)

I. PENDAHULUAN. sebagai upaya menunjukkan eksistensi diri. Salah satu bidang yang menunjang

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting. Manusia tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling efektif dalam interaksi

I. PENDAHULUAN. manusia. Hampir seluruh aspek kehidupan manusia berhubungan dengan

I. PENDAHULUAN. Matematika merupakan pengetahuan yang bersifat universal dan mempunyai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan dunia pendidikan menuntut guru untuk efektif dalam

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kompetensi dasar yang harus dicapai oleh peserta didik dalam

Oleh: Tita Yulianti Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan dalam kehidupan nyata merupakan tujuan pendidikan.

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S 1 Pendidikan Matematika. Oleh : DARI SUPRAPTI A

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mendatangkan berbagai efek negatif bagi manusia. Penyikapan atas

BAB I PENDAHULUAN. mata pelajaran yang menakutkan dan susah untuk dipahami. Kebanyakan

(PTK pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Mondokan Sragen)

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan

I. PENDAHULUAN. pemerintah memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. SDM yang

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN MELALUI PEMBELAJARAN TWO STAY-TWO STRAY (TS-TS)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS

Seminar Nasional dan Launching ADOBSI 531

BAB I PENDAHULUAN. Kompetensi Inti ke-2 yaitu melatih diri bersikap konsisten, rasa ingin tahu, bersifat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sangat penting untuk dipelajari. adanya gagasan atau sesuatu yang hendak dikomunikasikan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara etimologis, istilah metakognisi yang dalam bahasa Inggris

TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Komunikasi dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jalan HOS Notosuwiryo nomor 1 Desa Teluk kecamatan Purwokerto Selatan.

I. PENDAHULUAN. bahwa pendidikan merupakan kunci kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data pemahaman konsep matematis siswa untuk setiap sampel penelitian yaitu

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL TSTS DENGAN MEDIA ALAT PERAGA

I. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU

BAB I BAB I PENDAHULUAN. Pelaku yang berperan langsung dalam mencapai peningkatan mutu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENERAPAN PEMBELAJARAN TSTS DENGAN AKTIFITAS WINDOW SHOPPING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BANGUN RUANG SISI DATAR

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS)

I. PENDAHULUAN. pembelajaran agar siswa aktif mengembangkan potensi diri dan keterampilan. makhluk beragama dan makhluk sosial dengan baik.

I. PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa dipengaruhi oleh kualitas sumber daya manusianya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Matematika

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. pelaksanaan pembelajaran dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kemajuan ilmu dan teknologi yang dewasa ini semakin berkembang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Oleh

BAB I BAB I PENDAHULUAN. peserta didik ataupun dengan gurunya maka proses pembelajaran akan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis, temuan, dan pembahasan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu aspek dalam kehidupan yang memegang

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi merupakan interaksi yang terjadi antara komunikan dan komunikator. Komunikasi meliputi penyampaian informasi atau pesan yang disampaikan komunikator kepada komunikan. Interaksi yang terjadi antara komunikan dan komunikator disebut proses komunikasi. Proses komunikasi berguna untuk menciptakan dan membangun hubungan antara komunikator dan komunikan. Selain itu, komunikasi juga dapat berfungsi untuk menyampaikan informasi, mengajar, menghibur, mendorong dan mengubah sikap. Proses komunikasi dapat dilakukan dengan menggunakan alat atau sarana elektronik seperti surat kabar, majalah, radio, telepon, fax, e-mail,juga dapat dilakukan dengan bahasa atau isyarat seperti gambar, warna, dan sebagainya. Proses komunikasi biasanya dilakukan antar individu, antar kelompok atau antara individu dengan kelompok. Komunikasi antar individu biasanya berupa percakapan, sedangkan komunikasi dalam suatu organisasi atau kelompok masyarakat berupa pidato, seminar, kuliah umum, ataupun sekolah. Komunikasi yang terjadi di sekolah antara lain komunikasi antara guru dengan guru, guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa. Komunikasi yang terjadi antara guru dengan siswa sering terjadi dalam proses pembelajaran. Komunikasi yang terjadi dalam pembelajaran diantaranya interaksi

2 tanya jawab yang dilakukan guru kepada siswa atau sebaliknya. Dalam pembelajaran, kemampuan komunikasi yang dimiliki seorang guru hendaklah meliputi kecakapan seorang guru dalam menyampaikan materi serta mendorong agar setiap siswa dapat berpartisipasi dan berikteraksi sepenuhnya dalam aktivitas belajar seperti yang diungkapkan oleh Fachrurrazi (2011: 86). Pelajaran matematika sangatlah penting dalam kehidupan sehari-hari, karena dapat membantu ketajaman siswa dalam berpikir secara logis (masuk akal) serta membantu memperjelas dalam menyelesaikan permasalahan (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006). Matematika melatih cara berpikir dalam menyelesaikan masalah sampai menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan dan eksperimen. Pembelajaran matematika menuntun siswa untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, kemampuan menyampaikan informasi atau mengomunikasikan berbagai gagasan yang dapat dijelaskan melalui pembicaraan lisan, tulisan, grafik, peta, ataupun diagram. Dalam pembelajaran matematika, siswa dituntut untuk dapat berpikir kemudian mengomunikasikan kepada siswa lain sehingga mereka saling memahami satu sama lain. Selama komunikasi terjadi siswa dituntut untuk dapat menginterpretasikan bahasa matematika kedalam bahasa sehari-hari yang mudah dimengerti sehingga tujuan pembelajaran matematika tercapai. Selain itu, pembelajaran saat ini berpusat pada siswa (Student Centered Learning). Dalam pembelajaran yang berpusat pada siswa ini siswa dituntut untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran dan mengomunikasikan informasi-informasi yang siswa peroleh kepada guru

ataupun siswa lainnya. Dengan demikian, kemampuan komunikasi yang dimiliki siswa menjadi lebih baik dan proses pembelajaran berjalan dengan baik. 3 Kenyataannya kemampuan matematis siswa di negara kita selama ini belum memuaskan. Hal ini berdasarkan hasil survei internasional terhadap kemampuan memecahkan masalah, bernalar dan berkomunikasi yang dilakukan oleh OECD tahun 2012, Indonesia berada pada peringkat 64 dari 65 negara peserta dengan rata-rata skor 375 (OECD, 2012). Rendahnya kemampuan komunikasi matematis siswa juga terjadi di SMP Negeri 21 Bandarlampung sebagai subjek penelitian. Hal ini ditunjukkan oleh hasil pretest kemampuan komunikasi dalam konsep persamaan kuadrat di kelas VIII SMP Negeri 21 Bandarlampung dengan contoh soal sebagai berikut: Sebuah taman berbentuk persegipanjang dengan ukuran panjangnya (x + 2) m. lebar taman tersebut 7 m lebih pendek dari panjangnya. Jika luas taman itu 60 m 2, hitunglah kelilingnya Jawaban dari beberapa siswa sebagai berikut : Siswa 1:

4 Siswa 2: Siswa 3: Berdasarkan hasil jawaban siswa di atas, kita dapat melihat bahwa tidak semua pertanyaan kemampuan komunikasi matematis siswa salah satunya mengubah soal ke dalam model matematika dapat dijawab secara baik oleh siswa. Dari hasil penelitian pendahuluan, hanya sekitar 10% siswa yang mampu menjawab soal tersebut dengan benar. Selain itu, pada saat peneliti melakukan pengamatan di kelas, menunjukkan bahwa siswa belum berani mengungkapkan jawaban dari pertanyaan yang diberikan guru, siswa hanya berani menyampaikan jawabannya kepada teman sebelahnya. Kemudian guru di kelas sudah menerapkan pembelajaran berkelompok sehingga siswa terbiasa berdiskusi mengerjakan LKS.

5 Sejalan dengan hal tersebut, berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika di SMP Negeri 21 Bandarlampung, siswa lebih senang untuk bertanya atau berkunjung ke kelompok lain jika ada yang kurang dimengerti daripada bertanya dengan guru dan LKS yang diberikan hanya berupa soal-soal rutin sehingga sebagian besar kemampuan komunikasi matematis siswa masih rendah atau belum berkembang secara baik. Dengan rendahnya kemampuan komunikasi yang terjadi maka perlu dilakukan cara untuk meningkatkannya. Upaya meningkatkan kemampuan komunikasi matematis yang diharapkan, siswa perlu diberikan soal-soal rutin dalam bentuk masalah yang menuntun siswa mengubah soal tersebut kedalam ide-ide dan bahasa matematika dan diberikan kesempatan aktif dalam pembelajaran serta mengomunikasikan ide-ide mereka kepada guru dan siswa lain. Selain itu,. guru perlu memfasilitasi siswa dalam berkomunikasi dengan siswa lainnya, siswa berinteraksi dengan guru, dan siswa berinteraksi dengan bahan ajar. Selain cara diatas, upaya meningkatkan kemampuan komunikasi matematis seperti yang diharapkan yaitu guru perlu mempersiapkan suatu model pembelajaran yang tepat, baik untuk materi ataupun situasi dan kondisi pembelajaran saat itu ataupun pada kondisi yang lain. Model pembelajaran yang digunakan yaitu suatu model pembelajaran yang mengutamakan keaktifan pada siswa sehingga kemampuan berpikir siswa dapat berkembang. Selain itu, diperlukan suatu model pembelajaran yang menyajikan tugas-tugas dalam bentuk masalah karena dengan adanya masalah maka siswa akan berusaha untuk mencari solusinya dengan mengubah masalah tersebut ke dalam ide-ide dan bahasa

6 matematika dan sehingga kemampuan berpikirnya berkembang secara optimal melalui proses pemecahan masalah tersebut. Berdasarkan hal tersebut, perlu diterapkannya suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami masalah dan dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray (TSTS) merupakan suatu model pembelajaran yang menuntun siswa untuk aktif dalam pembelajaran dan terampil dalam memecahkan masalah bersama kelompoknya serta memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagi hasil diskusi dan informasi dengan kelompok lain sesuai dengan konsep pembelajarannya yaitu dua tinggal dan dua berkunjung dalam (Lie, 2008 : 61). Model pembelajaran ini diawali dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk memecahkan masalah bersama dengan teman sekelompoknya, pada langkah ini siswa didorong untuk memecahkan masalah tersebut dan mengubah masalah tersebut ke dalam ide-ide dan bahasa matematika. Dengan diterapkannya model pembelajaran TSTS, siswa dituntun untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Selain itu, dengan aktivitas berkunjung dan tinggal menuntun siswa bertanggung jawab saat melakukan kunjungan ke kelompok lain serta kreatif dalam menyampaikan hasil kerja kelompoknya kepada tamu yang datang. Jadi, secara tidak langsung siswa telah menggunakan kemampuan komunikasi matematisnya melalui ide-ide dan bahasa matematika. Oleh karenaitu, penulis melakukan penelitian dengan judul Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS.

7 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis pada siswa SMP Negeri 21 Bandarlampung?. C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS. D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengembangkan ilmu yang berguna dalam menjelaskan, memprediksi, dan mengendalikan suatu gejala selama proses penelitian terjadi. 2. Secara praktis, hasil penelitian untuk membantu memecahkan masalah tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis serta dapat mengantisipasi masalah yang terjadi pada objek yang diteliti.

8 E. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah : 1. Peningkatan dalam hal ini merupakan perubahan yang ditimbulkan dari penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa dilihat dari gain nilainya. 2. Kemampuan komunikasi matematis merupakan kemampuan siswa mengubah masalah ke dalam model matematika, mengomunikasikan ide-ide matematika ke dalam bentuk grafik, tabel ataupun diagram serta mengomunikasikannya kepada guru atau siswa lain. 3. Model pembelajaran kooperatif tipe TSTS merupakan model pembelajaran yang memberi kesempatan kepada kelompok untuk berdiskusi mencari solusi suatu masalah, membandingkan hasil diskusi dengan kelompok lain, tanya jawab dengan kelompok lain, serta menyimak penjelasan dari kelompok lain. Dua dari kelompoknya akan berkunjung ke kelompok lain untuk mendapatkan informasi, sedangkan dua anggota kelompok yang tinggal membagikan informasi kepada yang berkunjung.