PENGGUNAAN MULTIMEDIA ANIMASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DALAM PEMBELAJARAN MATERI BIDANG GESER

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH PENGGUNAAN MULTIMEDIA ANIMASI TERHADAP PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP MATERI PENGUATAN LOGAM PADA MATA KULIAH MATERIAL TEKNIK

PENGGUNAAN MULTIMEDIA ANIMASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DALAM PEMBELAJARAN MATERI PENGUATAN LOGAM PADA MATA KULIAH MATERIAL TEKNIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PENGARUH PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MULTIMEDIA ANIMASI TERHADAP PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP MATERI GAYA PADA SISWA SMK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

= Hasil/keadaan awal kemampuan berpikir kritis kelompok middle.

MULTIMEDIA INTERAKTIF MODEL TUTORIAL UNTUK PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMK

Gilang Purnama 1, Dedi Rohendi 2, Purnawan 3

PENERAPAN MEDIA PEMBELAJARAN MODUL ELEKTRONIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI MEKANIK

PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KOMPETENSI DASAR MENGGUNAKAN ALAT UKUR BERSKALA DI SMK

PENGARUH PENGGUNAAN MULTIMEDIA ANIMASI PADA PEMBELAJARAN KOMPETENSI DASAR MEMPERBAIKI SISTEM STARTER TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA SMK

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MULTIMEDIA INTERAKTIF MODEL TUTORIAL DENGAN MEDIA HANDOUT PADA KOMPETENSI GAMBAR TEKNIK

Tabel 3.1 Nonequivalent Control Group Design Group Pre-test Treatment Post-test Eksperimen O E1 X O E2 Kontrol O K1 Y O K2

Oleh Nike Yesika Saragih ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

MODEL PEMBELAJARAN PENGELOMPOKAN KECIL DENGAN MEMBACA, MELIHAT, DAN MEMPRAKTEKKAN TERHADAP HASIL BELAJAR PADA SISWA SMK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SELF DESIGN PROJECT LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA SMK PADA KOMPETENSI PEMESINAN FRAIS KOMPLEKS

PENGARUH PEMBELAJARAN PROBLEM POSING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA MTS KELAS VIII

PENERAPAN MEDIA VIDEO DAN ANIMASI PADA MATERI MEMVAKUM DAN MENGISI REFRIGERAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

PENERAPAN MEDIA PEMBELAJARAN ANIMASI SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA KULIAH OTOMASI

PENGARUH MULTIMEDIA INTERAKTIF TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA KOMPETENSI PERBAIKAN DIFFERENTIAL

PENGGUNAAN MULTIMEDIA BERBASIS VIDEO UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA KOMPETENSI KEJURUAN TEKNIK MESIN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kondisi suatu negara ditentukan oleh pendidikannya. Kejayaan, kemakmuran

MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN

STUDI PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODUL DAN WALL CHART PADA KOMPETENSI SISTEM KOPLING

Syaeful Ahmad 1, Kamin Sumardi 2, Purnawan 3

Pengaruh Penggunaan Media Video Terhadap Peningkatan Pemahaman Konsep Suhu dan Kalor Pada Siswa Kelas X Man 1 Palu.

Muhamad Soeleman Universitas Suryakancana Cianjur

PENGARUH PROBLEM SOLVING LABORATORY MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONFLIK KOGNITIF TERHADAP PERUBAHAN KONSEP FISIKA SISWA SMA NEGERI 5 PALU

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KOMPETENSI DASAR STABILITY FLIGHT AND DYNAMICS SISWA SMK

PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMK

ISSN Jurnal Exacta, Vol. X. No. 2 Desember 2012

PENGARUH METODE BERBASIS PROYEK MEMANFAATKAN POTENSI LOKAL TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SMP

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION TERHADAP AKTIVITAS, INTERAKSI, DAN HASIL BELAJAR SISWA SMK

BAB III METODE PENELITIAN

Oleh Cinta Pasaribu Drs. M. Joharis Lubis, M.M.,M.Pd.

BAB III METODE PENELITIAN

EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE KASUS MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO-VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA

Pengaruh Model Direct Instruction Berbantuan Simulasi Virtual Terhadap Penguasaan Konsep Siswa

PERBANDINGAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA YANG MENDAPATKAN METODE PEMBELAJARAN PSI DENGAN KONVENSIONAL

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN MULTIMEDIA INTERAKTIF MODEL TUTORIAL TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Gerak di Kelas X SMA Negeri 6 Sigi

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMK

SKRIPSI. Oleh. Dewi Nindya Sari NIM

PENGARUH PENGGUNAAN MULTIMEDIA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMK PADA STANDAR KOMPETENSI MERAWAT BATERAI

PENGARUH PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR

HARIO WIJAYANTO A

Teguh Pratikno 1, Ewo Termedi 2, Wahid Munawar 3

PENGARUH METODE PRAKTIKUM MENGGUNAKAN KIT OPTIK TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN CAHAYA DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 PRABUMULIH

Oleh Rini Turnip Drs. H. Sigalingging, M.Pd.

Oleh Pestauli Gultom Kata Kunci: pengaruh, Model Pembelajaran Berbasis Masalah, teks eksplanasi

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TREFFINGER TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP

PERBEDAAN PENINGKATAN HASIL DAN MINAT BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN LKS BERBASIS EKSPERIMEN DAN LKS BERBASIS DEMONSTRASI

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 2 No. 2 ISSN

BAB III METODE PENELITIAN

Pengaruh Model Problem Based Learning Menggunakan Simulasi Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Gerak Lurus Kelas VII MTs Bou

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PEER TEACHING UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMK PADA KOMPETENSI DASAR MENGGUNAKAN ALAT UKUR

PENINGKATAN HASIL BELAJAR KIMIA MELALUI PEMBELAJARAN BERBANTUAN KOMPUTER DENGAN MEDIA CHEMO-EDUTAINMENT

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Sidosari Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan pada semester genap Tahun Pelajaran

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di SMPN 6 Banjarmasin. Pemilihan lokasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

STUDI KOMPARASI HASIL BELAJAR ANTARA KELAS BINAAN ASTRA DENGAN KELAS REGULER PADA KOMPETENSI MEMELIHARA UNIT FINAL DRIVE POROS PENGGERAK RODA BELAKANG

Automotive Science and Education Journal

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan permasalahan yang ada, jenis penelitian yang digunakan adalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN. 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah pembelajaran menggunakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian dengan pendekatan saintifik berbasis Problem Based

PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH

BAB III METODE PENELITIAN

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna. Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan Pendidikan Matematika OLEH :

PENERAPAN MODEL PROBLEM SOLVING LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP KALOR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 PALU

KOMPARASI PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI DENGAN MEDIA SLIDE TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 15 BANJARMASIN

Journal of Mechanical Engineering Learning

PENGGUNAAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI SMP NEGERI 4 KUNINGAN

MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMK PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF

BAB III METODE PENELITIAN

Nur Azizah Haqiqi. Pemanfaatan Lahan Sekolah sebagai Sumber Belajar untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Klasifikasi Makhluk Hidup

MODEL PEMBELAJARAN INSTRUCTION, DOING, DAN EVALUATING (MPIDE) DENGAN MODUL SEBAGAI SUMBER BELAJAR PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

Pengaruh Pembelajaran Matematika Menggunakan Strategi Inkuiri Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Lailly Ramadhani dan Tri Harsono. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Medan.Jl.Willem Iskandar Pasar V Medan ABSTRAK

PENGARUHMODEL PEMBELAJARANINQUIRY TRAINING TERHADAPHASILBELAJARSISWA PADAMATERI POKOK ELASTISITAS KELAS XI SEMESTER I DI MAN 1 MEDAN T.

METODE PENELITIAN Jenis Penelitian dan Metode Penelitian yang digunakan

UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA TERHADAP PRINSIP KERJA PNEUMATIK BERBANTUAN PERANGKAT LUNAK MULTIMEDIA INTERAKTIF

KEEFEKTIFAN STRATEGI KONFLIK KOGNITIF PADA PEMBELAJARAN STRUKTUR ALJABAR TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MAHASISWA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan internet sebagai alat bantu. Dalam penelitian ini software

JIPFRI: Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Riset Ilmiah

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA ANIMASI KOMPUTER TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH MULTIMEDIA MODEL TUTORIAL TERHADAP HASIL BELAJAR GAMBAR 3 DIMENSI SISWA SMK

Jurnal. The Improving Students Mathematics To The Aljabar Factoritation By Using Auditory Intellectually Repetition (Air) Mode By Resitation Method

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penguasaan konsep siswa terhadap materi fluida statis diukur dengan tes

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAHTERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 LAHATPADA MATERI SUHU DAN KALOR

Pengaruh Model Experiential Learning Berbasis Eksperimen Inquiry Terhadap Pemahaman Konsep Fisika pada Siswa Kelas XI IPA MAN 1 Palu

Transkripsi:

159 PENGGUNAAN MULTIMEDIA ANIMASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DALAM PEMBELAJARAN MATERI BIDANG GESER Ferdian Falah 1, Mumu Komaro 2, Yayat 3 Departemen Pendidikan Teknik Mesin Universitas Pendidikan Indonesia Jl. Dr. Setiabudhi No. 207 Bandung 40154 ferdianfalah@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis pada kelompok unggul, menengah dan rendah (upper, middle dan lower). Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian pre-experimental designs, dengan one-group pretest-posttest design. Pengumpulan data menggunakan tes essay, yang dilakukan sebelum dan sesudah mahasiswa diberikan treatment. Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan multimedia animasi dalam pembelajaran materi bidang geser dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa pada kelompok lower, middle, maupun upper. Kata kunci: multimedia animasi, berpikir kritis, bidang geser. PENDAHULUAN Mata kuliah Material Teknik dalam kurikulum Departemen Pendidikan Teknik Mesin (DPTM), Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (FPTK), Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) merupakan mata kuliah dasar pada semester satu dengan jumlah kredit dua SKS yang termasuk pada kelompok mata kuliah keahlian program studi. Mata kuliah Material Teknik sangat diperlukan untuk menunjang pembelajaran pada mata kuliah keahlian program studi lanjutan, diantaranya; teknik pengelasan, fabrikasi logam, teknik pengecoran, teknik penyambungan, teknik pemesinan, chasis otomotif, body otomotif, elemen mesin I dan II. Mata kuliah ini diberikan pada tiga konsentrasi, yaitu; Otomotif, Produksi dan Perancangan, serta Refrigerasi dan Tata udara. Mata kuliah Material Teknik memiliki beberapa pokok bahasan, Struktur Kristal, Bidang Geser dan Penguatan Logam. Sub pokok bahasan Bidang Geser memiliki beberapa sub-sub pokok bahasan yang harus disampaikan pada mahasiswa yaitu bidang kristal, bidang geser dan pengaruh bidang geser pada sifat mekanik material. Pada proses perkuliahan, materi dari seluruh sub pokok bahasan tersebut hanya dijelaskan dengan menggunakan gambar dan teks melalui diktat. Melalui bentuk perkuliahan tersebut, banyak 1 Mahasiswa Departemen Pendidikan Teknik Mesin FPTK UPI 2 Dosen Departemen Pendidikan Teknik Mesin FPTK UPI 3 Dosen Departemen Pendidikan Teknik Mesin FPTK UPI

160 mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam memahami materi Bidang Geser, yaitu sebesar 60% mahasiswa. Kesulitan mahasiswa dalam memahami materi tersebut, selain berasal dari proses pembelajaran juga diduga dari karakteristik materinya yang bersifat abstrak, kompleks dan dinamis. Dengan karakteristik materi seperti itu maka mahasiswa dituntut untuk memiliki kemampuan berpikir khususnya kemampuan berpikir kritis agar dapat memahaminya. Secara individu dalam satu kelompok mahasiswa memiliki kemampuan berpikir yang berbeda-beda, yaitu ada yang tingkat kemampuan berpikirnya rendah, sedang dan tinggi. Mahasiswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis yang lebih tinggi akan lebih terampil belajar dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi (Hafid, 2007). Berpikir kritis merupakan kemampuan berpikir siswa secara beralasan dan reflektif (Fisher, 2009). Berpikir kritis adalah interpretasi dan evaluasi yang terampil dan aktif terhadap observasi dan komunikasi, informasi dan argumentasi. Kemampuan berpikir kritis dibagi menjadi enam aspek, yaitu : fokus, alasan, kesimpulan, situasi, kejelasan, dan tinjauan ulang. Seseorang dikatakan memiliki kemampuan berpikir kritis apabila orang tersebut memahami benar apa yang dipelajarinya, sehingga mampu menjelaskan dengan menggunakan kata-kata senidiri sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. Berpikir kritis dapat diartikan menjelaskan apa yang dipikirkan, yaitu belajar bagaimana bertanya, kapan bertanya dan apa pertanyaannya (Azis, 2007). Kesulitan mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran materi Bidang Geser, juga akibat kurangnya referensi yang dimiliki. Selain itu referensi yang ada sulit untuk dimengerti karena menggunakan bahasa asing. Kesulitan lainnya, adalah kurang nya media pembelajaran yang diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam memahami materi pokok bahasan Bidang Geser yang abstrak, kompleks dan dinamis (Wena, 2009). Mengingat pentingnya mata kuliah Material Teknik, dan berdasarkan data yang menunjukan bahwa mahasiswa mengalami kesulitan pada materi Bidang Geser, maka diperlukan suatu upaya perbaikan agar proses mudah dipahami. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan media pembelajaran yang tidak hanya dalam tataran teoritis, tetapi sebuah media praktis, ekonomis, mudah dijangkau (acceessible), dan mudah diajarkan (teachable). Sehingga memungkinkan suatu bahan dapat dipelajari secara berulang (Rusman, 2012). Upaya untuk memenuhi kriteria media praktis, ekonomis, acceessible, dan teachable akan ditempuh dengan manipulasi model teoritis (gambar) menjadi model realistis dalam bentuk multimedia animasi. Oleh karena, multimedia animasi memiliki ciri manipulatif yakni mampu mengubah model teoritis menjadi model

161 realistis (animasi), sehingga dapat menarik perhatian dalam proses pembelajaran dan memudahkan untuk memahami materi pembelajaran. Dipilihnya multimedia animasi mengacu pada hasil respon dari 30 mahasiswa Departemen Pendidikan Teknik Mesin FPTK UPI pada perkuliahan Material Teknik yang pernah diikutinya. Persentase minat mahasiswa terhadap penggunaan media animasi cukup tinggi yaitu 97% mahasiswa setuju apabila perkuliahan menggunakan multimedia animasi pada perkuliahan Material Teknik. Upaya untuk memenuhi kriteria media praktis, ekonomis, acceessible, dan teachable akan ditempuh dengan manipulasi model teoritis (gambar) menjadi model realistis dalam bentuk multimedia animasi. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa multimedia animasi memiliki ciri manipulatif yakni mampu mengubah model teoritis menjadi model realistis (animasi), sehingga dapat menarik perhatian dalam proses pembelajaran dan memudahkan untuk memahami materi pembelajaran. METODE PENELITIAN Diperlukan tiga kelompok untuk melihat sejauh mana peningkatan berpikir kritis dengan pembelajaran menggunakan multimedia animasi, kelompok pertama yaitu kelompok lower terdiri dari mahasiswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah, kelompok kedua yaitu kelompok middle terdiri dari mahasiswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis sedang dan kempok ketiga yaitu kelompok upper terdiri dari mahasiswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi. Pembagian kelompok berpikir ini ditentukan oleh hasil pretest awal yang dilakukan pada mahasiswa sebelum di berikan treatment. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre-experimental design dalam bentuk one-group pretest-posttest design. Alasan yang mendasari dari pemilihan desain penelitian ini yaitu dikarenakan sampel yang dipilih tidak secara random. Pada desain ini terdapat pretest sebelum diberikan perlakuan, dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan. Dalam pola desain penelitian ini, terdapat tiga kelompok yang terdiri dari kelompok lower, kelompok middle dan kelompok upper yang tidak dipilih secara random. Membagi ketiga kelompok tersebut dengan diberi pretest untuk mengetahui perbedaan kemampuan dari satu populasi. Setelah diberikan pretest, dibagi menjadi tiga kelompok yaitu: kelompok lower, kelompok middle dan kelompok upper diberi treatment yaitu pembelajaran dengan menggunakan multimedia animasi. Selanjutnya diberikan posttest untuk mengetahui perbedaan hasil belajar antara ketiga kelompok. Soal pretest dan posttest yang digunakan dibuat sama.

162 HASIL PENELITIAN Nilai pre-test diperoleh rata-rata pre-test kelompok upper berada pada nilai 44,55, kelas middle berada pada nilai 28,50 dan kelas lower yaitu 14,44. Data tersebut menunjukkan adanya perbedaan nilai pretest antara ketiga kelompok. Data tersebut diperkuat pula dengan melakukan pengujian homogenitas terhadap ketiga kelompok dengan menggunakan uji Barttlet. didapatkan bahwa ketiga sampel kelompok upper, middle dan lower homogen dengan taraf signifikansi sebesar 20%, nilai ini lebih besar dari taraf signifikansi yang telah ditentukan yaitu sebesar 5%. Ini berarti bahwa ketiga kelompok tersebut homogen sehingga ketiga kelompok dapat digunakan untuk penelitian dan dapat diberikan perlakuan (treatment). Berbeda dengan hasil pre-test, hasil post-test menunjukkan perbedaan yang signifikan. Nilai rata-rata post-test kelompok middle lebih rendah dibandingkan kelompok upper dan kelompok lower lebih rendah dibandingkan kelompok upper dan middle. Kelompok upper dengan nilai rata-ratanya berada pada nilai 44,55, kelompok middle dengan nilai rata-ratanya berada pada nilai 28,5 dan kelompok lower 14,14. Uji homogenitas yang dilakukan terhadap data hasil pretest kelompok upper, kelompok middle dan kelompok lower menghasilkan nilai χ 2 hitung adalah 2,776 Harga χ 2 adalah 3, Harga B = 71,23 dan Faktor K = 1,05. Nilai p-value yang didapat adalah sebesar 0,20 dengan nilai α adalah 0,05. Berdasarkan nilai p-value, yaitu p-value > α, maka dapat dikatakan bahwa pengujian berada pada daerah penerimaan homogen dengan taraf signifikansi 20%. Hasil penelitian diperoleh rata-rata N-Gain kelompok upper 0,70, kelompok middle 0,57 dan kelompok lower 0,47. Berdasarkan kriteria N-Gain pada tabel 3.4 kelompok upper berada pada kategori tinggi, kelompok middle berada pada kategori sedang dan kelompok lower berada pada kategori sedang. Perbandingan rata-rata nilai N-Gain pada kelompok upper, kelompok middle dan kelompok upper. Uji hipotesis dilakukan untuk menguji kebenaran atas hipotesis yang telah dilakukan sebelumnya apakah diterima atau ditolak. Berdasakan hasil perhitungan didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,00. Untuk pengambilan keputusan diketahui bahwa apabila nilai signifikansi < taraf signifikansi (α) = 0,05 maka H 0 ditolak dan H A diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis mahasiswa kelompok upper, kelompok middle dan kelompok lower pada materi Bidang Geser setelah dilakukan pembelajaran menggunakan multimedia animasi. Berdasarkan hasil pengolahan dari analisis data dan uji hipotesis, diperoleh bahwa:

163 peningkatan kemampuan berpikir kritis kelompok upper termasuk kategori tinggi. Peningkatan kemampuan berpikir kritis kelompok middle dan lower termasuk kategori sedang. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis antara kelompok upper, kelompok middle dan kelompok lower. PEMBAHASAN Hasil pengolahan data pretest dan posttest kelas eksperimen, yang telah dilakukan dalam penelitian ini menunjukan bahwa adanya peningkatan kemampuan berpikir kritis mahasiswa yang pembelajarannya menggunakan multimedia animasi. Peningkatan ini ditunjukan dengan rata-rata hasil posttest lebih besar nilainya dibandingkan pada saat hasil pretest. Namun adanya perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis pada setiap kelompok. Peningkatan kemampuan berpikir kritis dari ketiga kelompok berbeda, dikarenakan karakteristik berpikir setiap kelompok. Berpikir tingkat tinggi adalah mereka yang selalu menggunakan kekuatan analisa dalam mengambil keputusan, mereka cenderung beroirentasi pada tugas dan objektif (Ramalisa, 2013). Sehingga tidak mengherankan jika terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis setiap kelompok. Hasil ini menunjukan bahwa mahasiswa yang memiliki karakteristik berpikir tinggi, dapat melewati tahapan memahami masalah dan memperoleh informasi yang lebih relevan tentang masalah, menyusun rencana permasalahan, melaksanakan rencana pemecahan masalah dan mengecek kembali hasil penyelesaian masalah (Kowiyah, 2012). Seorang dapat dikatakan mampu berpikir kritis apabila orang tersebut mengidentifikasi masalah yang dihadapi dan menyusun konsep, artinya kegiatan berpikir untuk memperoleh atau menangkap pengertian dari materi-materi yang diaajarkan pada saat pembelajaran menggunakan multimedia animasi. Hasil penelitian mahasiswa memiliki kemampuan berpikir kritis tingkat tinggi mampu menunjukan hal tersebut, hal ini dapat dilihat pada hasil pekerjaan mahasiswa dapat mengidentifikasi apa saja yang diketahui dari masalah, apa-apa yang ditanyakan pada soal tersebut (Kurniasih, 2010). Berpikir kritis menuntut upaya untuk memeriksa setiap keyakinan, jawaban atau pengetahuan asumtif didapatkan dari bukti pendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang diakibatkannya (Dwijananti & Yulianti, 2010). Dalam penelitian ini mahasiswa berkarakteristik berpikir kritis tinggi, memeriksa setiap jawaban, argument maupun keyakinan yang diungkapnya. Memahami masalah mahasiswa tersebut mampu mengidentifikasi pengetahuian dasar apa saja yang dibutuhkan untuk memecahkan

164 masalah yang diberikan. Dalam menyusun rencana pemecahan masalah, mahasiswa tersebut memeriksa kesesuaian argument yang akan digunakan untuk tujuan yang akan dicapai dalam melaksanakan rencana yang telah dibuat dengan suatu konsep atau pengetahuan yang terkait dalam masalah tersebut. Perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis dari ketiga kelompok juga sejalan dengan hasil perhitungan menggunakan uji anova, yang menghasilkan keputusan Ho ditolak dan HA diterima, yang artinya terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis mahasiswa kelompok upper, kelompok middle dan kelompok lower pada materi Bidang Geser setelah dilakukan pembelajaran menggunakan multimedia animasi. Terdapat pengaruh penggunaan multimedia animasi terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis mahasiswa, namun peningkatan kemampuan berpikir kritis setiap kelompok berbeda dikarenakan karateristik berpikir mahasiswa berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis (Putra, 2015). Peningkatan kemampuan berpikir kritis mahasiswa yang menggunakan multimedia animasi dalam proses pembelajarannya berkaitan dengan ciri dan karakteristik dari multimedia animasi itu sendiri. Multimedia animasi termasuk kedalam media hasil penggabungan teknologi cetak dan komputer yang menggabungkan antara teks, gambar atau visual yang statis dan dinamis serta audio yang semua ini dikendalikan oleh komputer (Arsyad, 2010), sehingga dalam prosesnya melibatkan banyak interaktivitas. Multimedia animasi ini juga dinilai dapat merangsang untuk melakukan latihan, simulasi dan lain sebagainya. Animasi dapat menambahkan kesan realisme, dapat merangsang mengadakan latihan, kegiatan laboratorium, simulasi dan sebagainya. Hal tersebut dipengaruhi dari hasil manipulasi teoritis (gambar) menjadi realistis sehingga menarik perhatian pengguna animasi untuk belajar (Manfaat & Anasha, 2013). Peningkatan kemampuan berpikir kritis pada kelas eksperimen tidak lepas dari penjelasan multimedia animasi yang lebih konkret dibandingkan dengan media diktat. Hal ini didukung oleh kerucut pengalaman Dale, yang menunjukkan bahwa semakin konkret penjelasan sebuah media pembelajaran pada suatu proses pembelajaran, maka akan semakin banyak pengalaman yang didapat oleh peserta didik. Penggunaan media pembelajaran yang lebih konkret akan menghasilkan peningkatan kemampuan berpikir kritis yang lebih baik (Ismaimuza, 2013). Berdasarkan karakteristik materi Bidang Geser pada latar belakang, materi Bidang Geser merupakan materi yang abstrak, dinamis, dan kompleks. Materi tersebut sulit dijelaskan jika dengan menggunakan gambar atau kata-kata saja, meskipun peningkatan kemampuan berpikir kritis pada kelompok upper, kelompok middle dan kelompok lower

165 berbeda tetapi peningkatan kemampuan berpikir kritis lebih baik dibandingkan kemampuan berpikir kritis pada saat pretest. Uraian pembahasan diatas dapat memberikan gambaran bahwa penggunaan Multimedia Animasi Bidang Geser dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis pada mahasiswa kelompok upper, middle dan lower menjadi lebih baik dibandingkan dengan media yang digunakan oleh dosen sebelumnya yang hanya berupa media diktat (Budi, 2013). KESIMPULAN Kesimpulan penelitian ini, sebagai berikut: pembelajaran menggunakan multimedia animasi dapat memberikan peningkatan kemampuan berpikir kritis mahasiswa kelompok upper, middle dan lower pada materi Bidang Geser mata kuliah Material Teknik. Taraf peningkatan dari kemampuan berpikir kritis mahasiswa berbeda, terlihat dari peningkatan kelompok upper peningkatan berada dikategori tinggi, kelompok middle berada dikategori sedang dan kelompok lower berada dikategori sedang. DAFTAR PUSTAKA Arsyad, A. (2010). Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada. Azis, A. W. (2007). Metode dan Model-Model Mengajar. Bandung: Alfabeta. Budi, M. (2013), Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Siswa dengan Menggunakan Graded Response Models (GRM). Makalah Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika. 9 (4), hlm 119-124. Dahar, R.W. (2011). Teori-teori Belajardan Pembelajaran, Jakarta: Erlangga. Dwijananti, P. & Yulianti, D. (2010). Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Melalui Pembelajaran Problem Based Instruction Pada Mata Kuliah Fisika Lingkunga. Jurnal Pendidikan Fisika, 6 (2), hlm. 108-114. Fisher, A. (2009). Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar.Jakarta: Erlangga. Hafid, A. (2007). Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Melalui Teknik Problem Solving. Jurnal Iktiyar, 5 (3), hlm. 126-277. Ismaimuza, D. (2013). Pengembangan Instrumen Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Untuk Siswa SMP. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Matematika II Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Untad. hlm. 375-378. Kowiyah. (2012). Kemampuan Berpikir Kritis. Jurnal Pendidikan Dasar, 3 (5), hlm 175-179.

166 Kurniasih, A. W. (2010). Penjenjangan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika FPMIPA UNNES dalam menyelesaikan Masalah Matematika. Makalah Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, hlm 485-493. Manfaat, B. & Anasha, Z. (2013). Analisis Kemampuan Bepikir Kritis Matematik Siswa dengan Menggunakan Graded Response Models (GRM). Makalah Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika. Putra, P. D. (2015). Pengembangan Sistem E-Learning untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Mahasiswa Pendidikan Fisika. Jurnal Fisika Indonesia,55 (XIX), hlm 45-48. Ramalisa, Y. (2013). Proses Berpikir Kritis Siswa SMA Tipe Kepribadian Thinking dalam Memecahkan Masalah Matematika. Jurnal Edumatica, 3 (1), hlm 42-46. Rusman. (2012). Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi Mengembangkan Profesionalitas Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Wena, M. (2009). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara.