BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara dari pajak juga perlu ditingkatkan karena pajak merupakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun diubah/disempurnakan dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009, pajak

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 16 tahun 2009 menyatakan bahwa pajak adalah kontribusi wajib

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. potensi sumber daya yang dimiliki suatu negara, baik berupa kekayaan alam

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan tulang punggung penerimaan negara dan digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang ini, pemerintah sangat mengandalkan penerimaan dari

BAB I PENDAHULUAN. Untuk dapat merealisasikan tujuan tersebut, maka negara harus menggali

BAB I PENDAHULUAN. dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran. ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran pemerintah dan pembangunan. Penerimaan pajak digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan modernisasi perpajakan melalui penerapan e-spt dan e-filing diharapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang - undang, keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2009 pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara di dunia.. Sehingga tidak bisa dipungkiri tuntutan ekonomi dalam memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. langsung dan digunakan untuk membayar pengeluaran-pengeluaran negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Telah diketahui pada umumnya negara yang memiliki administrasi. saat ini bertumpu pada pajak dalam membiayai pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan target awal APBN-P 2015 sebesar Rp 1.379,9 triliun, angka tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang ikut mendorong pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. meningkat seiring dengan peningkatan pembangunan itu sendiri. Salah satu sumber pendanaan proyek pembangunan yang dilakukan oleh

SE - 96/PJ/2010 PERUBAHAN TARGET RASIO KEPATUHANPENYAMPAIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN PADA TAHU

BAB I PENDAHULUAN. pajak dan juga petugas pajak agar pembangunan dapat terwujud.

BAB 1 PENDAHULUAN. perpajakan Indonesia dari sistem Official Assessment ke sistem Self Assessment.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut ketentuan Pasal 1 angka 1 UU Nomor 16 Tahun 2009 perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak saja, tetapi sudah menjadi masalah penting dalam hidup bernegara.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Indonesia adalah Negara yang sedang giat-giatnya melakukan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. sistem pemungutan pajak yaitu Official Assessment System dan Self assessment

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah selalu ingin mensejahterakan rakyatnya dan ini dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat. Salah satunya disebabkan oleh lebih besarnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Era globalisasi yang semakin berkembang pesat dibelahan dunia

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Pemerintah melakukan berbagai cara untuk menghimpun dana

BAB I PENDAHULUAN. kontraprestasi yang langsung dapat digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumber penerimaan terbesar dari APBN negara Indonesia adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak bersifat dinamik, sifat ini dibuktikan dari pajak selalu mengikuti

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana yang tercantum dalam. Pembukaan UUD Upaya untuk mewujudkan tujuan tersebut salah

BAB 1 PENDAHULUAN. orang pribadi atau badan yang besifat memaksa berdasarkan undang-undang,

BAB I PENDAHULUAN. Pembiayaan suatu Negara sangatlah bergantung kepada besarnya

BAB 1 PENDAHULUAN. negara Indonesia saat ini bersumber dari dalam negeri yaitu pajak. yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak

BAB I PENDAHULUAN. penting untuk kelangsungan sistem pemerintahan suatu negara. Pembayaran

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumber penerimaan negara terbesar adalah berasal dari sektor

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan tahun 2012 terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 1.1 Perkembangan Penerimaan Pajak (triliun rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. beberapa sektor pajak masih perlu dilakukan upaya-upaya peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. dimana semua hasil penerimaan tersebut akan digunakan untuk membiayai

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu instrumen suatu negara termasuk Indonesia dalam. memperoleh pendapatan untuk melaksanakan kegiatan pemerintahan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pajak dipungut melalui pemerintah daerah maupun pemerintah pusat

BAB I PENDAHULUAN. kepada negara, maka negara menetapkan perpajakan sebagai salah satu sarana

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilaksanakan di Indonesia guna mencapai masyarakat adil

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dalam pelaksanaan pembangunan. Pengeluaran utama negara adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Tujuan utama dari kebijakan keuangan negara di bidang penerimaan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang taat pajak. Hal tersebut dapat dilihat dari semakin tingginya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian bangsa. Suparmono dan Damayanti (2010) mengatakan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari official assessment system menjadi self assessment system.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Sebagian masyarakat telah menganggap pajak sebagai

BAB I PENDAHULUAN. paling populer bagi negara. Hal ini terjadi akibat pengaruh pergeseran penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan penerimaan negara dengan melakukan tax reform. Tax reform adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Sumber penerimaan negara berasal dari berbagai sektor, baik sektor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dari tahun ke tahun kontribusi pajak pada penerimaan negara terus

mendasar yaitu dari sistem official assessment menjadi sistem self assessment.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. negeri berupa ekspor dan juga dari penerimaan dalam negeri terutama dari sektor

BAB I PENDAHULUAN. Rutin dan Pengeluaran Pembangunan. Dalam Negeri dan Hibah. Penerimaan Dalam Negeri terdiri dari

BABl PENDAHULUAN. Negara membutuhkan ketersediaan dana untuk membiayai keperluan

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Asia Tenggara dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 250 juta

BAB 1 PENDAHULUAN. mengoptimalkan sumber dana dalam negri. Dalam perkembangannya pajak. merupakan komponen utama penerimaan dalam negeri.

BAB I PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Dalam menjalankan pemerintahan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak (Pangestu, Rusmana:2014). Realisasi penerimaan pajak tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. sektor, khususnya sektor ekonomi. Naiknya harga minyak dunia, tingginya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak

BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur dan lainnya, tidak terkecuali dengan Negara Indonesia. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan umum yang diberikan pemerintah terhadap warganya atas pembayaran

BAB 1 PENDAHULUAN. sehingga pemerintah membutuhkan dana yang cukup banyak dalam menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. oleh Wajib Pajak akan masuk ke kas negara, kemudian melalui Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. kepada keadilan sosial. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, negara harus

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan oleh setiap warga negara yaitu dengan membayar pajak. Sesuai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari masalah pembiayaan pembangunan. itu, diperlukan usaha yang sungguh-sungguh untuk mengarahkan dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan demi tercapainya kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, sesuai

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai perkembangan yang sangat pesat.keunggulan dari internet tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. umum (Mohammad Zain, 2007). Pajak diartikan sebagai pungutan yang dilakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Tabel Penerimaan Dalam Negeri Tahun (dalam miliar rupiah)

Bab 1. Pendahuluan. Pajak merupakan sumber penerimaan utama negara yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan pemerintahan diperlukan sarana dan prasarana yang tentunya

BAB I PENDAHULUAN. Sumber pendanaan dan pemasukan bagi Negara berasal dari pajak yang

BAB II LANDASAN TEORI. bukunya Mardiasmo (2011 : 1) :

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang sangat dominan. Pada

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri dan luar negeri. Sektor pajak merupakan salah satu sumber

BAB I PENDAHULUAN. Telah terjadi kenaikan tax ratio yang cukup besar. 14,8 trilyun, tahun 2000 sebesar Rp.16,9 trilyun.

: Prosedur Pelaporan Surat Pemberitahuan Tahunan Orang Pribadi Secara Elektronik : Ni Putu Putri Yuliana Dewi ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan peningkatan jumlah dan kebutuhan masyarakat. (Lubis, 2015)

BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan Pajak merupakan harapan pemerintah untuk setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945, Indonesia memiliki

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perpajakan di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami perubahan yang dinamis. Dengan meningkatnya anggaran negara setiap tahunnya maka target penerimaan negara dari pajak juga perlu ditingkatkan karena pajak merupakan sumber utama penerimaan negara. Kementerian Keuangan khususnya Direktorat Jenderal Pajak, diwajibkan untuk melakukan terobosan-terobosan.untuk bisa meningkatkan penerimaan pajak tersebut. Oleh karena itu di instansi Direktorat Jenderal Pajak perlu dilakukan perubahan-perubahan untuk mengikuti perkembangan tersebut. Perubahan-perubahan dalam perpajakan ini dikenal dengan istilah tax reform atau reformasi pajak. Reformasi dilakukan mulai dari perubahan struktur organisasi, proses bisnis/sop organisasi, pemberian remunerasi bagi petugas pajak, dan juga dalam hal pelayanan kepada wajib pajak. Reformasi Pajak berjalan sejak dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983, sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) dan kemudian dilanjutkan dengan modernisasi organisasi Direktorat Jenderal Pajak sejak tahun 2002. Dalam undang-undang tersebut salah satunya dijelaskan bahwa sistem pemungutan pajak di Indonesia berubah dari official assessment system menjadi self assessment system. Perhitungan pajak 1

terhutang oleh Wajib Pajak dari yang awalnya dilakukan oleh petugas pajak menjadi menghitung sendiri atas pajak terhutangnya. Menurut bagian penjelasan Pasal 7 ayat 1 dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak dan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan, disebutkan bahwa: Prinsip dari sistem self assessment dalam pemungutan pajak adalah memberikan kesempatan kepada Wajib Pajak untuk secara sukarela menghitung, membayar dan melaporkan pajak terutang berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Sistem self-assessment yang telah berjalan selama lebih dari tiga dekade telah terbukti menjadikan pajak sebagai tulang punggung penerimaan negara guna membiayai kegiatan pemerintahan di negeri ini, terutama dari sisi pembangunan. Sistem pemungutan pajak ini telah berhasil menggerakkan tanggung jawab menghitung, membayar dan melaporkan pajak ke pundak masyarakat sendiri. Dalam sistem self-assessment, pelaksanaan kewajiban perpajakan setiap tahunnya diakhiri dengan kegiatan pelaporan pajak melalui penyampaian surat pemberitahuan (SPT) tahunan. Sistem ini juga mengamanatkan bahwa meskipun pelaksanaan pembayaran pajak telah dilakukan melalui mekanisme pemotongan oleh pihak lain, misalnya oleh pemberi kerja atau bendaharawan, para pembayar pajak tetap berkewajiban menyampaikan SPT Tahunan. Hal inilah yang dapat menjelaskan mengapa para karyawan, pekerja atau pegawai yang PPh-nya telah dipotong oleh pemberi kerja tetap wajib mengisi dan menyampaikan SPT tahunan ke kantor pajak. 2

Setiap Wajib Pajak yang terdaftar yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), dianggap sudah mengerti dan memahami mengenai peraturan perpajakan yang berlaku. Apabila terdapat kesalahan dalam penerapan peraturan perpajakan, maka Wajib Pajak sendiri yang akan bertanggung jawab atas kesalahan penerapan yang dilakukannya. Namun dalam pelaksanaannya masih banyak Wajib Pajak yang kurang paham tentang peraturan perpajakan, bahkan masih ada Wajib Pajak yang tidak tahu sama sekali mengenai kewajiban pelaporan perpajakannya. Dalam perjalanannya, penerapan sistem self-assesment tersebut belum berjalan dengan baik. Salah satunya dilihat dari tingkat kesadaran wajib pajak masih rendah dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya terutama dalam hal pelaporan SPT, sehingga menyebabkan target penerimaan negara dalam bidang pajak sulit untuk tercapai secara maksimal setiap tahunnya. Dikutip dari www.pajak.go.id hingga tahun 2015, Wajib Pajak yang terdaftar dalam sistem administrasi Direktorat Jenderal Pajak mencapai 30.044.103 Wajib Pajak, yang terdiri atas 2.472.632 Wajib Pajak Badan, 5.239.385 Wajib Pajak Orang Pribadi Non Karyawan, dan 22.332.086 Wajib Pajak Orang Pribadi Karyawan. Hal ini cukup memprihatinkan mengingat menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), hingga tahun 2013, jumlah penduduk Indonesia yang bekerja mencapai 93,72 juta orang. Artinya baru sekitar 29,4% dari total jumlah Orang Pribadi Pekerja dan berpenghasilan di Indonesia yang mendaftarkan diri atau terdaftar sebagai Wajib Pajak. BPS juga mencatat bahwa hingga tahun 2013, sudah beroperasi 23.941 perusahaan Industri Besar Sedang, 531.351 perusahaan Industri Kecil, dan 3

2.887.015 perusahaan Industri Mikro di Indonesia. Artinya, belum semua perusahaan terdaftar sebagai Wajib Pajak Badan. Kemudian, dari jumlah total 30.044.103 Wajib Pajak terdaftar yang tidak termasuk bendahara, joint-operation, perusahaan cabang/lokasi, Wajib Pajak Orang Pribadi yang berpenghasilan di bawah Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), Wajib Pajak Non-Efektif, dan sejenis lainnya, sehingga wajib menyampaikan SPT Tahunan PPh hanya 18.159.840 Wajib Pajak Wajib SPT. Jumlah Wajib Pajak Wajib SPT tersebut terdiri atas 1.184.816 Wajib Pajak Badan, 2.054.732 Wajib Pajak Orang Pribadi Non Karyawan, dan 14.920.292 Wajib Pajak Orang Pribadi Karyawan. Sayangnya, dari jumlah 18.159.840 Wajib Pajak Wajib SPT itu, baru 10.945.567 Wajib Pajak yang menyampaikan SPT Tahunan atau 60,27% dari jumlah total Wajib Pajak Wajib SPT. Jumlah Wajib Pajak yang menyampaikan SPT tersebut terdiri atas 676.405 Wajib Pajak Badan, 837.228 Wajib Pajak Orang Pribadi Non Karyawan, dan 9.431.934 Wajib Pajak Orang Pribadi Karyawan. Artinya, tingkat atau rasio kepatuhan Wajib Pajak Badan baru mencapai 57,09%, Wajib Pajak Orang Pribadi Non-Karyawan 40,75%, dan Wajib Pajak Karyawan 63,22%. Yang lebih memprihatinkan lagi, dari jumlah tersebut hanya 1.172.018 Wajib Pajak Bayar, yang terdiri atas 375.569 Wajib Pajak Badan, 612.881 Wajib Pajak Orang Pribadi Non Karyawan, dan 181.537 Wajib Pajak Orang Pribadi Karyawan. Angka 375.569 Wajib Pajak Badan Bayar atau Non SPT-Nihil jelas sangat kecil jika dibandingkan dengan 3 juta lebih perusahaan yang ada dan beroperasi di Indonesia. Sedangkan jumlah 612.881 Wajib Pajak Bayar Orang Pribadi Non Karyawan dan 181.537 Wajib Pajak Bayar Orang Pribadi Karyawan, jauh sangat 4

tak berarti dibandingkan dengan jumlah total 93 juta lebih penduduk Indonesia yang bekerja dan menerima penghasilan. Begitu juga halnya yang terjadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Padang Satu, dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 1.1 Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi yang Lapor SPT Tahunan pada Tahun 2009-2012 di KPP Pratama Padang Satu Tahun WP WP Belum % WP Lapor WP Lapor SPT Terdaftar Lapor SPT 2009 87,213 15,191 72,022 17.42% 2010 111,496 35,836 75,660 32.14% 2011 123,529 45,446 78,083 36.79% 2012 132,569 60,185 72,384 45.40% Sumber : diolah dari Seksi PDI KPP Pratama Padang Satu Selanjutnya dapat dilihat tabel Jumlah Wajib Pajak Badan yang Lapor SPT Tahunan pada Tahun 2009-2012 di KPP Pratama Padang Satu, yaitu: Tabel 1.2 Jumlah Wajib Pajak Badan yang Lapor SPT Tahunan pada Tahun 2009-2012 di KPP Pratama Padang Satu Tahun WP WP Belum % WP Lapor WP Lapor SPT Terdaftar Lapor SPT 2009 11,872 4,060 7,812 34.20% 2010 12,799 4,458 8,341 34.83% 2011 13,933 4,940 8,993 35.46% 2012 14,901 4,557 10,344 30.58% Sumber : diolah dari Seksi PDI KPP Pratama Padang Satu Dari Tabel 1.1 dan Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa jumlah Wajib Pajak yang telah melaporkan SPT Tahunan-nya di KPP Pratama Padang Satu masih rendah yaitu di bawah 50,00% Wajib Pajak, baik itu Wajib Pajak Orang Pribadi maupun Wajib Pajak Badan. Namun selain hal tersebut, dapat disimpulkan juga bahwa pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Padang Satu, Wajib Pajak Orang pribadi 5

dapat dikatakan lebih patuh dalam melaporkan SPT Tahunan dibandingkan dengan Wajib Pajak Badan pada tahun 2009-2012 jika dilihat dari trend peningkatan kepatuhannya setiap tahun. Oleh karena itu pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pajak terus melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan penerimaan pajak dengan cara memodernisasi pelayanan bagi Wajib Pajak baik dari sisi organisasi maupun administrasi perpajakan. Modernisasi lebih lanjut ditandai dengan penerapan teknologi informasi yang baru dalam pelaporan kewajiban perpajakan berupa e-filing. Adanya sistem pelaporan pajak dengan menggunakan e-filing dapat memudahkan Wajib Pajak dimana Wajib Pajak dapat melaporkan SPT-nya 24 jam selama seminggu. Hal ini berarti wajib pajak dapat melaporkan SPT Tahunan-nya meskipun pada hari libur. Sistem ini sangat bermanfaat untuk wajib pajak yang tidak melapokan SPT-nya dikarenakan kesibukan dari pekerjaan rutinnya seharihari. Selain itu, dengan adanya e-filing ini dapat mengurangi biaya yang ditimbulkan dari penggunaan kertas (paperless). Namun, faktanya masih banyak Wajib Pajak yang belum mengerti sepenuhnya cara melaporkan SPT-nya secara daring, padahal banyak manfaat yang didapatkan apabila menggunakan e-filing ini. Penggunaan e-filing ditandai dengan terbitnya Peraturan Direktur Jenderal Pajak nomor PER-39/PJ/2011 tanggal 23 Desember 2011 yang mulai berlaku tanggal 1 Februari 2012 di Kantor Pusat DJP tentang Tata Cara Penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Menggunakan Formulir 1770S atau 1770SS Secara E-Filing Melalui Website 6

Direktorat Jenderal Pajak (www.pajak.go.id). Begitu juga yang berlaku di KPP Pratama Padang Satu, sistem e-filing ini diterapkan mulai tahun 2013. Berikut dapat dilihat pada tabel berikut (data per Januari 2017): Tabel 1.3 Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi yang Lapor SPT Tahunan melalui E-Filing pada Tahun 2013-2017 di KPP Pratama Padang Satu Tahun Jumlah WP Jumlah WP Lapor Jumlah WP Lapor SPT Via E-Filing % 2013 141,656 65,251 130 0.20% 2014 149,911 73,669 19,663 26.69% 2015 159,217 80,866 22,585 27.93% 2016 167,894 60,227 53,497 88.83% 2017 168,213 3,779 3,585 94.87% Sumber : diolah dari Seksi PDI KPP Pratama Padang Satu Dari Tabel 1.3 dapat disimpulkan bahwa jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi yang melaporkan SPT Tahunan-nya melalui sistem e-filing di KPP Pratama Padang Satu semakin meningkat setiap tahunnya sejak dimulainya penerapannya pada tahun 2013, dari semula 130 Wajib Pajak atau 0,20% dari total Wajib Pajak Lapor SPT, hingga mencapai 53,497 Wajib Pajak atau 88,83% dari total Wajib Pajak Lapor SPT yang melaporkan di tahun 2016. Untuk tahun 2017 walaupun data tersebut masih berjalan, tapi bisa dilihat bahwa dari 3,779 Wajib Pajak Orang Pribadi yang telah melaporkan SPT-nya, sebanyak 3,585 Wajib Pajak melaporkan SPT-nya melalui sistem e-filing atau sekitar 94,87% dari total Wajib Pajak Orang Pribadi yang telah lapor SPT. Selanjutnya dapat dilihat tabel Jumlah Wajib Pajak Badan yang Lapor SPT Tahunan melalui e-filing pada Tahun 2013-2017 di KPP Pratama Padang Satu, yaitu: 7

Tabel 1.4 Jumlah Wajib Pajak Badan yang Lapor SPT Tahunan melalui E- Filing pada Tahun 2013-2017 di KPP Pratama Padang Satu Tahun Jumlah WP Jumlah WP Lapor Jumlah WP Lapor SPT Via E-Filing % 2013 15,532 4,842-0.00% 2014 16,210 4,902 1 0.02% 2015 17,129 5,334 1 0.02% 2016 17,907 3,561 35 0.98% 2017 17,937 330 42 12.73% Sumber : diolah dari Seksi PDI KPP Pratama Padang Satu Dari Tabel 1.4 dapat disimpulkan bahwa jumlah Wajib Pajak Badan yang melaporkan SPT Tahunan-nya melalui sistem e-filing di KPP Pratama Padang Satu juga meningkat setiap tahunnya dari semula tidak ada yang melapor melalui e-filing, hingga mencapai 35 Wajib Pajak atau 0,98% dari total Wajib Pajak Lapor SPT yang melaporkan di tahun 2016. Sedangkan untuk tahun 2017 data tersebut masih berjalan. Jumlah ini jauh sangat rendah jika dibandingkan dengan Wajib Pajak Orang Pribadi yang melaporkan SPT Tahunan melalui sistem e-filing. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa pada KPP Pratama Padang Satu, Wajib Pajak Orang Pribadi dapat dikatakan lebih memilih menggunakan sistem e-filing dalam menyampaikan SPT Tahunan dibandingkan dengan Wajib Pajak Badan. Maka berdasarkan informasi dan penjelasan yang telah dijabarkan sebelumnya, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis Penerapan Sistem E-Filing Sebagai Upaya Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Padang Satu. 8

1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan fenomena yang telah diuraikan pada latar belakang, dapat dirumuskan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu: a. Bagaimana penerapan penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan melalui sistem e-filing pada KPP Pratama Padang Satu? b. Apakah sistem e-filing berpengaruh dalam meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi? c. Apakah sistem e-filing berpengaruh dalam meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak Badan? d. Kelebihan dan kelemahan apa saja yang dihadapi dalam penerapan e-filing sebagai upaya peningkatan kepatuhan Wajib Pajak pada KPP Pratama Padang Satu? 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Mengetahui penerapan penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan melalui sistem e-filing pada KPP Pratama Padang Satu. b. Mengetahui kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi sebelum dan setelah diterapkannya sistem e-filing pada KPP Pratama Padang Satu. c. Mengetahui kepatuhan Wajib Pajak Badan sebelum dan setelah diterapkannya sistem e-filing pada KPP Pratama Padang Satu. d. Mengetahui kelebihan dan kelemahan dalam penerapan e-filing sebagai upaya peningkatan kepatuhan Wajib Pajak pada KPP Pratama Padang Satu. Selain tujuan tersebut, manfaat yang diharapkan dari penelitian yang dilakukan ini adalah: 9

a. Bagi instansi Direktorat Jenderal Pajak sebagai bahan informasi pelengkap atau masukan sekaligus pertimbangan dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak. b. Bagi peneliti pribadi, untuk menerapkan ilmu akuntansi, perpajakan, dan metode penelitian yang diperoleh di perkuliahan dan mempraktekkannya sesuai dengan kondisi yang ada. c. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai tambahan informasi dan masukan guna membantu memberikan gambaran untuk kegiatan penelitian berikutnya mengenai sistem administrasi perpajakan di Indonesia. 1.4. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan disusun agar penulisan yang dilakukan menjadi lebih terarah. Tulisan ini terdiri dari lima bab dengan ringkasan sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini penulis akan menguraikan latar belakang penelitian yang menjadi alasan pemilihan judul, rumusan masalah yang hendak dibahas, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. BAB II LANDASAN TEORI Bab ini berisi teori-teori, reviu riset terdahulu yang relevan dengan pokok masalah, dan hipotesis penelitian. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini, penulis akan menjelaskan tentang jenis penelitian, 10

pendekatan dan metode penelitian yang digunakan, data, sumber data dan teknik pengumpulan data, serta teknik analisis yang digunakan. BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi gambaran umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Padang Satu yang meliputi sejarah dan latar belakang, visi dan misi, wilayah kerja, dan struktur organisasi, beserta analisis data yang merupakan analisis sistem e-filing sebagai upaya dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) tahunan pada Kantor Pelayanan Pajak Padang Satu. BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi ringkasan atas hasil pembahasan penelitian yang sudah diuraikan secara panjang lebar dan mendalam pada bab terdahulu. Secara rinci terdiri dari kesimpulan dan saran untuk kajian lanjut. 11