ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI BAWANG MERAH DI KECAMATAN ANGGERAJA KABUPATEN ENREKANG

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

ANALISIS TITIK PULANG POKOK USAHATANI BAWANG MERAH (Allium ascolinicum L) VARIETAS LEMBAH PALU DI KELURAHAN TAIPA KECAMATAN PALU UTARA KOTA PALU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA SIDERA KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

DEKOMPOSISI TERMAL PADA BRIKET BIOMASSA KULIT TANDUK KOPI BERBAHAN PEREKAT TEPUNG KANJI

I. PENDAHULUAN. dibutuhkan secara berkesinambungan, karena merupakan bahan pangan yang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. pertanian. Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian memegang peranan

ANALISIS USAHATANI BAWANG MERAH LAHAN SEMPIT DIBANDINGKAN DENGAN LAHAN LUAS

30% Pertanian 0% TAHUN

PENDAHULUAN. dan tidak bisa dipisahkan yaitu pertama, pilar pertanian primer (on-farm

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam menopang kehidupan

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI NANAS DI DESA DODA KECAMATAN KINOVARO KABUPATEN SIGI

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bumbu penyedap makanan serta obat tradisonal. Komoditas ini juga merupakan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang

I. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA LAANTULA JAYA KECAMATAN WITAPONDA KABUPATEN MOROWALI

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH LOKAL TINOMBO DI DESA LOMBOK KECAMATAN TINOMBO KABUPATEN PARIGI MOUTONG

ANALISIS KELAYAKAN USAHA TAMBAK BANDENG DI DESA DOLAGO KECAMATAN PARIGI SELATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG

I. PENDAHULUAN. anorganik menjadi bahan organik dengan bantuan tumbuh-tumbuhan dan

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi. Perekonomian Indonesia

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI CABAI DI DESA ANTAPAN (Studi Kasus Di Desa Antapan, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan)

I. PENDAHULUAN. (b) Mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

ANALISIS KEUNTUNGAN USAHA TANI CENGKEH (STUDI KASUS DESA SULUUN RAYA) Heince A. A. Lolowang Vicky V. J. Palenewen Arie D. P. Mirah

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

KEUNGGULAN KOMPARATIF USAHATANI JAGUNG MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI NTT. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2

I. PENDAHULUAN. titik berat pada sektor pertanian. Dalam struktur perekonomian nasional sektor

Hasil rata-rata (Rp/PT) , , ,04

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KAJIAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADA PROGRAM GERNAS KAKAO DI SULAWESI TENGGARA

PERSEPSI PETANI KOPI ARABIKA TERHADAP PROGRAM SERTIFIKASI ORGANIK DI KECAMATAN ATU LINTANG KABUPATEN ACEH TENGAH. Lintang of Central Aceh Regency)

ANALISIS PENDAPATAN DAN NILAI TUKAR PETANI KARET RAKYAT DI DESA AIR SEKAMANAK KECAMATAN KETAHUN KABUPATEN BENGKULU UTARA

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. negara dititikberatkan pada sektor pertanian. Produksi sub-sektor tanaman

EFISIENSI USAHATANI PADI BERAS HITAM DI KABUPATEN KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. terlihat dari peranan sektor pertanian dalam penyediaan lapangan kerja, penyedia

I. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS KOMPARATIF MONOKULTUR UBIKAYU DENGAN TUMPANGSARI UBIKAYU-KACANG TANAH DI BANYUMAS

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi

ANALISIS PENDAPATAN PETANI PADI LAHAN RAWA LEBAK DI KABUPATEN MUKO-MUKO, PROVINSI BENGKULU. Ahmad Damiri dan Herlena Budi Astuti

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sedang berkembang, dengan sektor

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

Analisis Risiko Usahatani Kedelai Di Kecamatan Jawai Selatan Kabupaten Sambas. Abstract

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Endang Sri Sudalmi, JM Sri Hardiatmi Fakultas Pertanian UNISRI Surakarta. Kata kunci: biaya, penerimaan, pendapatan usahatani

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup berpengaruh

ANALISIS PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHATANI KAKAO DI KABUPATEN MADIUN

HUBUNGAN SEJUMLAH KARAKTERISTIK PETANI METE DENGAN PENGETAHUAN MEREKA DALAM USAHATANI METE DI KABUPATEN BOMBANA, SULAWESI TENGGARA

PEMANFAATAN SUMBER INFORMASI USAHATANI OLEH PETANI SAYURAN DI DESA WAIHERU KOTA AMBON

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KELAYAKAN USAHATANI BAWANG DAUN (Allium fistulosum) DI DESA PINANG HABANG KECAMATAN WANARAYA KABUPATEN BARITO KUALA KALIMANTAN SELATAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI BIAYA USAHATANI TEMBAKAU MAESAN 2 DI KABUPATEN BONDOWOSO

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA

SEPA : Vol. 8 No.1 September 2011 : 9 13 ISSN : ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI DI KABUPATEN SUKOHARJO

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.

1. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa peranan sektor pertanian

I. PENDAHULUAN. Gambar 1 Proyeksi kebutuhan jagung nasional (Sumber : Deptan 2009, diolah)

I. PENDAHULUAN. perekonomian di Bali. Sektor ini menyumbang sebesar 14,64% dari total Produk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam

ANALISIS MARGIN DAN EFISIENSI SALURAN PEMASARAN KAKAO DI KABUPATEN KONAWE

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia

I. PENDAHULUAN. menyebabkan terjadinya perubahan struktur penguasaan lahan pertanian, pola

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hortikultura, subsektor kehutanan, subsektor perkebunan, subsektor peternakan,

Transkripsi:

Jurnal Galung Tropika, 4 (3) Desember 2015, hlmn. 137-143 ISSN Online 2407-6279 ISSN Cetak 2302-4178 ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI BAWANG MERAH DI KECAMATAN ANGGERAJA KABUPATEN ENREKANG Analysis of The Income and Eligibility of Onion Farming in Anggeraja District, Enrekang Regency Nurhapsa Email: hapsa_faktan@yahoo.co.id Fakultas Pertanian, Peternakan dan Perikanan Universitas Muhammadiyah Parepare Kartini Email: kartininapirah@yahoo.com Fakultas Pertanian, Peternakan dan Perikanan Universitas Muhammadiyah Parepare Arham Email: arham_83@rocketmail.com /arham083@gmail.com Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Parepare ABSTRAK Bawang merah merupakan salah satu komoditi sayuran yang memiliki nilai ekonomi tinggi ditinjau dari sisi pemenuhan konsumsi nasional, sumber penghasilan petani dan potensinya sebagai penghasil devisa negara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani bawang merah di Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata tingkat pendapatan petani bawang merah di Kecamatan Anggeraja adalah sebesar 45.16776 juta ha -1 dengan nilai R/C ratio sebesar 2,11. Kata Kunci: Pendapatan, kelayakan usahatani, bawang merah. ABSTRACT Onion is one of the commodities vegetables that have high economic value in terms of the fulfillment of the national consumption, farmers and potential sources of income as foreign exchange. This study aims to determine the level of farm income in the District Anggeraja onion, Enrekang. The results showed that the average farmer onion has an area of 0.74 hectares of land with the level of education the majority of high school and onion farming experience in over 5 years. Onion farmers' income levels in district Anggeraja amounted to 45.16776 million ha -1 with the value of R/C ratio 2,11. Keywords: Income, eligibility farming, onion

138 Nurhapsa, et al. PENDAHULUAN Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan yang cukup besar terhadap perekonomian Indonesia karena sebagai sumber penerimaan devisa negara, mendorong pertumbuhan ekonomi dan menyediakan lapangan kerja. Selain itu, sektor pertanian juga merupakan penyedia bahan baku penting bagi industri. Khususnya industri pengolahan makanan dan minuman atau agroindustri. Sektor pertanian juga merupakan pilar utama dalam menopang ketahanan pangan negara, karena sumbangannya terhadap pemenuhan kebutuhan konsumsi atau kebutuhan pangan sebagian besar masyarakat Indonesia. Keunggulan lain sektor pertanian dibandingkan dengan sektor-sektor lain dalam perekonomian adalah produksi pertanian yang berbasis pada sumberdaya domestik. Selain itu, kandungan impornya rendah karena bahan baku atau input yang digunakan umumnya dari dalam negeri, relatif lebih tangguh menghadapi gejolak perekonomian misalnya gejolak moneter, nilai tukar maupun fiskal. Ketangguhan sektor pertanian terbukti pada saat krisis moneter dimana sektor ini merupakan penyumbang devisa yang terbesar. Besarnya kontribusi sektor pertanian terhadap PDB nasional tidak terlepas dari subsektor tanaman bahan makanan, subsektor tanaman perkebunan, subsektor peternakan, subsektor kehutanan dan subsektor perikanan. Hortikultura (sayuran dan buahbuahan) termasuk dalam subsektor tanaman bahan makanan yang juga memberikan kontribusi terhadap PDB nasional. Beberapa provinsi yang merupakan penghasil bawang merah di Indonesia yaitu Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Utara. Bawang merah merupakan salah satu komoditi sayuran yang memiliki nilai ekonomi tinggi ditinjau dari sisi pemenuhan konsumsi nasional, sumber penghasilan petani, dan potensinya sebagai penghasil devisa negara. Bawang merah digunakan sebagai bumbu masak dan bermanfaat untuk kesehatan, untuk mengobati kanker, dan penyakit berbahaya lainnya. Bawang merah juga dapat dijadikan sebagai sumber antioksidan yang sangat ampuh untuk memerangi radikal bebas di dalam tubuh (Anonim, 2014). Bawang merah dapat diusahakan pada dataran rendah maupun dataran tinggi. Seperti halnya di Kabupaten Enrekang, bawang merah diusahakan oleh petani baik di dataran rendah maupun dataran tinggi. Salah satu sentra produksi bawang merah di kabupaten Enrekang adalah Kecamatan Anggeraja. Petani di kecamatan ini menanam beberapa varietas seperti Bima, Surabaya dan Maja Cipanas. Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2002) dalam Riyanti (2011) bahwa potensi produktivitas bawang merah di Indonesia mencapai lebih dari 20 ton ha -1. Hasil penelitian Nurasa, dkk (2007) menunjukkan bahwa petani bawang merah di Kabupaten Brebes dapat mencapai produksi 11,1 ton ha -1. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Anggeraja yang merupakan

Analisis Pendapatan dan Kelayakan Usahatani Bawang Merah 139 di Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang salah satu sentra produksi bawang merah di Kabupaten Enrekang, menggunakan metode survey. Data diperoleh melalui wawancara dengan petani bawang merah sebanyak 75 orang yang dipilih secara acak sederhana. Profil petani responden yang akan diuraikan adalah: (1) Struktur umur petani responden, (2) Tingkat pendidikan petani responden (3) Pengalaman usahatani petani responden, dan (4) Jumlah anggota keluarga petani responden, dan (5) luas lahan yang diusahakan petani responden. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Selanjutnya data yang terkumpul ditabulasi dan dianalisis berdasarkan tujuan penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN Umur Petani Responden Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan kerja dan produktivitas seseorang. Seseorang akan mengalami peningkatan kemampuan kerja seiring dengan meningkatnya umur, akan tetapi selanjutnya akan mengalami penurunan kemampuan kerja pada titik umur tertentu. Umur mempunyai pengaruh terhadap kematangan berfikir dan kemampuan fisik responden dalam mengelola sebuah usaha (Nurhapsa, 2013). Distribusi petani responden di Kecamatan Anggeaja berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 menunjukkan umur petani responden di Kecamatan Anggeraja sebagian besar berada pada kisaran umur produktif yaitu sebesar 98,67 persen dan sebanyak 1,33 persen merupakan umur yang kurang/tidak produktif. Hal ini menunjukkan bahwa petani responden yang menanam bawang merah masih memungkinkan berusaha secara optimal untuk mendapatkan hasil dan keuntungan yang lebih tinggi dan lebih mudah menerima perubahan. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap kemampuan petani dalam menerima inovasi dan informasi. Semakin tinggi tingkat pendidikan seorang petani semakin mudah untuk memahami dan menerima inovasi-inovasi baru yang disampaikan kepada mereka. Pendidikan juga dapat dianggap sebagai sarana investasi karena dianggap mampu membantu meningkatkan pengetahuan, Tabel 1. Distribusi Petani Responden Berdasarkan Umur Pada Usahatani Bawang Merah di Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang. Umur (thn) Jumlah (org) Persentase (%) 15-25 2 2,67 26-35 28 37,33 36-45 29 38,67 46-55 15 20,00 56 > ke atas 1 1,33 Sumber : Data Hasil Olahan, 2015

140 Nurhapsa, et al. Tabel 2. Distribusi Petani Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan pada Usahatani Bawang Merah di Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang. Tingkat Pendidikan Jumlah (org) Persentase (%) TDK TAMAT SD 2 2,67 SD 21 28,00 SMP 8 10,67 SMA 38 50,67 DIPLOMA 2 2,67 SARJANA 4 5,33 Tabel 3. Distribusi Petani Responden Berdasarkan Pengalaman Usahatani Pada Usahatani Bawang Merah di Kabupaten Enrekang, Provinsi Sulawesi Selatan. Pengalaman usahatani (Thn) Jumlah (org) Persentase (%) 1-5 4 5,33 6-10 20 26,67 11-15 16 21,33 16-20 12 16,00 21 25 11 14,67 >25 12 16,00 keterampilan dan keahlian tenaga kerja sebagai modal untuk dapat bekerja lebih produktif sehingga dapat meningkatkan penghasilannya dimasa yang akan datang. Selain pendidikan formal, pendidikan non formal juga membantu seseorang/petani dalam mengembangkan usahanya karena pendidikan non formal biasanya dapat membantu pola berfikir dan keterampilan teknis seorang petani. Tingkat pendidikan petani responden ditunjukkan pada Tabel 2, bahwa sebagian besar berpendidikan SMA yaitu sebanyak 38 orang (50,67%), sedangkan yang berpendidikan SD sebanyak 21 orang (28,00%). Tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang dalam menerima pengetahuan, dalam mengadopsi teknologi baru yang bermanfaat bagi perbaikan kegiatan usahanya. Pengalaman Usahatani Bawang Merah Pengalaman usahatani bawang merah adalah lamanya petani responden menggeluti usahatani bawang merah yang dinyatakan dalam tahun. Pengalaman merupakan salah satu faktor penentu dalam keberhasilan suatu usahatani. Ada kecenderungan bahwa semakin lama mengelola suatu usahatani, maka seorang petani akan semakin banyak tahu tentang baik buruknya atau cocok tidaknya usahatani yang dilakukan

Analisis Pendapatan dan Kelayakan Usahatani Bawang Merah 141 di Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang dan juga akan mengadopsi teknologi yang digunakan pada usahatani yang dilakukannya. Tabel 3 menunjukkan pengalaman petani responden yang menanam bawang merah sebagian besar di atas 5 tahun yaitu sebanyak 94,67 persen. Hal ini menunjukkan bahwa petani responden memiliki pengalaman yang cukup lama dalam berusahatani bawang merah. Bekal pengalaman yang cukup akan memudahkan menerima dan memilih inovasi atau teknologi yang sesuai dan tepat untuk digunakan pada usahataninya. Jumlah Anggota Keluarga Jumlah anggota keluarga dalam suatu rumahtangga menunjukkan besarnya beban tanggungan yang dipikul oleh kepala keluarga. Selain itu, jumlah anggota keluarga juga dapat membantu ekonomi keluarga karena dapat dimanfaatkan pada berbagai jenis aktifitas seperti pada aktifitas usahatani bawang merah. Berdasarkan Tabel 4, umumnya petani responden memiliki jumlah anggota keluarga 4 6 orang yaitu sebanyak 57 orang (76%) Hal ini menunjukkan bahwa petani responden tidak memiliki kendala dalam ketersediaan tenaga kerja pada usahataninya. Luas Lahan Usahatani Lahan merupakan salah satu faktor produksi utama untuk mengelola usahatani. Luas lahan usahatani yang dimaksud adalah luas lahan yang dikuasai oleh petani responden. Rata-rata luas Tabel 4. Distribusi Petani Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga Pada Usahatani Bawang Merah di Kabupaten Enrekang. Jumlah Anggota Keluarga (org) Jumlah (org) Persentase (%) 1 3 12 16,00 4-6 57 76,00 7-10 6 8,00 Tabel 5. Distribusi Petani Responden Berdasarkan Luas Lahan Usahatani yang Dikuasai Pada Usahatani Bawang Merah di Kabupaten Enrekang. Luas Lahan yang Dikuasai (ha) Jumlah (org) Persentase (%) 0,10 0.40 17 22,67 0,41 0,80 38 50,67 0,81 1,20 11 14,67 1,21 8 10,67

142 Nurhapsa, et al. lahan yang dikuasai oleh petani responden adalah ha 0,74 hektar. Tabel 5 menunjukkan hasil bahwa luas lahan yang dikuasai oleh petani sudah agak sempit dan dapat menjadi kendala dalam meningkatkan kapasitas produksi usahataninya. Analisis Pendapatan Tingkat pendapatan usahatani bawang merah dihitung dengan menghitung biaya yang dikeluarkan pada usahatani bawang merah atau disebut juga biaya produksi (Anonim, 2012). Biaya produksi terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap. Biaya variabel Biaya variabel yang dikeluarkan petani bawang merah di Kecamatan Anggeraja mengikuti luas lahan yang dikelola, semakin luas lahan yang dikelola semakin besar pula biaya variabel yang dikeluarkan. Biaya variabel terdiri atas biaya bibit, pupuk, insenktisida, herbisida, fungisida, biaya tenaga kerja. Adapun rata-rata per hektar biaya variabel yang dikeluarkan petani responden di Kecamatan Anggeraja adalah Rp 48,018,617.38. Biaya Tetap Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan oleh petani yang tidak mempengaruhi tingkat produksi. Adapun biaya tetap yang dikeluarkan oleh petani responden adalah Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan nilai penyusutan alat. Rata-rata biaya tetap yang dikeluarkan petani responden per hektar adalah Rp 997.339. Penerimaan Penerimaan merupakan hasil perkalian antara jumlah produksi dengan harga jual produk. Adapun rata-rata penerimaan petani responden di Kecamatan Anggeraja adalah Rp 94.183.716. Pendapatan Pendapatan atau keuntungan petani dapat diketahui dengan mengurangi penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan per musim tanam. Adapun pendapatan yang diperoleh petani responden di Kecamatan Anggeraja adalah Rp 45.167.760/ha. Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Setyono dan Suradai (2006) menunjukkan bahwa petani bawang merah di Kabupaten Bantul dapat mencapai keuntungan sebesar Rp 84.620.000/ha. Analisis Kelayakan Usahatani Bawang Merah Untuk mengukur kelayakan suatu usahatani maka digunakan analisis R/C ratio yang merupakan efisiensi usaha yaitu perbandingan antara total penerimaan (Revenue) dengan total biaya (Cost). Dengan menghitung R/C ratio suatu usahatani maka dapat diketahui apakah usahatani tersebut layak secara ekonomi (menguntungkan) atau tidak layak secara ekonomi (tidak menguntungkan). Adapun nilai R/C ratio usahatani bawang merah di Kecamatan Anggeraja adalah 2,11. Hal ini menunjukkan bahwa usahatani bawang merah di Kecamatan Anggeraja layak secara ekonomi

Analisis Pendapatan dan Kelayakan Usahatani Bawang Merah 143 di Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang (menguntungkan) karena nilai R/C ratio> 1. KESIMPULAN Petani bawang merah di Kecamatan Anggeraja rata-rata memiliki luas lahan 0.74 hektar dengan tingkat pendidikan sebagian besar Sekolah Menengah Atas (SMA) dan pengalaman berusahatani bawang merah di atas 5 tahun. Hasil analisis pendapatan usahatani bawang merah di Kecamatan Anggeraja diperoleh bahwa tingkat pendapatan petani masih tergolong rendah. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2014. 7 Manfaat Bawang Merah serta Risiko Kesehatannya. http://manfaat.co.id/manfaatbawang-merah. Diakses, 20 Juli 2015. Anonim, 2012. Teori Biaya. http://shinji- black.blogspot.com/2012/06/teoribiaya.html. Diakses 20 Juli 2015. Riyanti, L. 2011. Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor-faktor Produksi pada Usahatani Bawang Merah Varietas Bima di Kabupaten Brebes. Skripsi. Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Setyono, B., dan Suradai. 2006. Kelayakan Usahatani Bawang Merah di Lahan Pasir Pantai dengan Teknologi Ameliorasi di Kabupaten Bantu Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta, Karangsari, Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta.