BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. wanita yang biasanya terjadi di atas usia 40 tahun. Ini merupakan suatu akhir proses

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dihasilkan indung telur. Berhentinya haid akan membawa dampak pada konsekuensi

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada permulaan hidup perubahan itu kearah pertumbuhan dan

BAB II LANDASAN TEORI. mengeluarkan hormon estrogen (Manuaba, 2008). Menarche terjadi di

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan. Seseorang yang usia lanjut akan mengalami adanya perubahan yang. pada remaja, menstruasi dan menopause pada wanita

BAB I PENDAHULUAN. dimulai dari masa anak-anak, remaja, dewasa, dan usia lanjut. Setiap peristiwa

BAB I. Masa madya merupakan periode yang panjang dalam rentang kehidupan. manusia. Gallagher, Lachman, Lewkowictz, & Peng (2001), menyatakan bahwa

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. umur. Pada saat terjadi menopause, indung telur (ovarium) tidak berespon

BAB I PENDAHULUAN. adalah datangnya menopause. Menopause merupakan keadaan biologis yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Rentang kehidupan manusia terbagi menjadi sepuluh tahapan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan ini dapat dijadikan petunjuk terjadinya menopause. Ada 3 periode menopause,

BAB I PENDAHULUAN. umum dan pola hidup. Penelitian Agoestina, (1982) di Bandung (dalam

TINJAUAN PUSTAKA. menopause (Kuncara, 2007).

BAB I. yang pasti dihadapi dan harus dilalui dalam perjalanan hidup normal. seorang wanita dan suatu proses alamiah. Berdasarkan hasil studi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menopause merupakan masa berhentinya menstruasi yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan manusia merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Pre menopause syndrome merupakan masalah yang timbul akibat pre

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan dan persalinan, namun lebih luas lagi yaitu menarche sampai

BAB I PENDAHULUAN. cantik, tidak lagi bugar dan tidak lagi produktif. Padahal masa tua

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu hal yang menakutkan. Hal ini mungkin berasal dari suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. A. Wanita

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

I. PENDAHULUAN. perempuan menopause (Rachmawati, 2006). usia. Seorang wanita yang sudah menopause akan mengalami berhentinya

BAB 1 PENDAHULUAN. Menopause bukanlah suatu penyakit ataupun kelainan dan terjadi pada akhir siklus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. retrospektif ditetapkan sebagai saat menopause (Kuncara, 2008).

Masa yang bermula dari akhir tahap reproduksi berakhir pada awal senium umur tahun

KUESIONER TENTANG PENGETAHUAN IBU TENTANG PERSIAPAN MEMASUKI MASA MENOPAUSE DI DUSUN V DESA SAMBIREJO KECAMATAN BINJAI KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menopause merupakan suatu tahap kehidupan yang dialami. wanita yang masih dipengaruhi oleh hormon reproduksi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

DESAIN SISTEM PAKAR IDENTIFIKASI GEJALA MENOPAUSE ABSTRAK

`BAB I PENDAHULUAN. akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Perkembangan bukan sekedar

BAB 1 PENDAHULUAN. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam

KARYA TULIS ILMIAH. Karya Tulis Ilmiah ini diajukan untuk memenuhi persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Kebidanan (AM.Keb)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENGANTAR. karena itu jumlah wanita lebih banyak daripada pria, dan wanita akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehamilan dan kelahiran anak adalah proses fisiologis, namun wanita

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-perlahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Wanita karir didefinisikan sebagai wanita yang berkecimpung dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

Fase Penuaan KESEHATAN REPRODUKSI LANJUT USIA. Fase Subklinis (25-35 tahun) Fase Transisi (35-45 tahun) Fase Klinis ( > 45 tahun)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SEKSUALITAS. endang parwieningrum Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan KB BKKBN

PERSEPSI IBU MENOPAUSE TERHADAP AKTIVITAS SEKSUALITAS PADA MASA MENOPAUSE DI DESA JAGALAN KECAMATAN TAWANGMANGU KARANGANYAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap suatu objek tertentu yaitu melalui penginderaan yaitu : penglihatan,

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada pertemuan International Conference on Population

BAB 1 PENDAHULUAN. usia harapan hidup penduduk. Semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk,

BAB 1 PENDAHULUAN. Tahapan siklus kehidupan manusia, mulai dari bayi, kanak-kanak, remaja,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kehamilan merupakan suatu anugerah yang menyenangkan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Kekhawatiran ini berawal dari pemikiran bahwa dirinya akan menjadi tidak sehat,

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan usia banyak terjadi proses pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. usia sekitar 40 tahun sampai 50 tahun (Rostiana, 2009 dalam

BAB I PENDAHULUAN. Diagnosis menopause dibuat setelah terdapat amenorea sekurang kurangnya satu

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. respon psikososial (tekanan mental atau beban kehidupan). Sedang kan menurut

BAB I PENDAHULUAN. Menopause merupakan periode peralihan dan fase reproduksi menuju fase

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. menurut WHO meliputi: usia pertengahan (45 59 tahun), lanjut usia (60 74

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta menjadi 43 juta atau dari 18%

Hubungan Pengetahuan Tentang Menopause Dengan Tingkat Stres Pada Wanita Usia Subur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga konsep pengertian tersebut adalah :

BAB II TINJAUAN TEORI. Kata Menopause berasal dari bahasa Yunani, yaitu men yang. untuk menggambarkan berhentinya haid. Sebenarnya secara linguistik

Bab IV Memahami Tubuh Kita

BAB I PENDAHULUAN. Masa menopause merupakan suatu transisidimana ditandai. perubahan siklus menstruasi yang sebelumnya regular, siklik, bisa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa, bukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. membawa dampak pada konsekuensi kesehatan baik fisik maupun psikis

HUBUNGAN HIGH DENSITY LIPOPROTEIN DENGAN PENURUNAN FUNGSI KOGNITIF PADA WANITA POST MENOPAUSE

BAB I PENDAHULUAN. lebih banyak dari pada penduduk berjenis kelamin laki-laki. Sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. keadaan normal lama menstruasi berkisar antara 3-7 hari dan rata-rata berulang

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA (13-15 TAHUN) KELAS VII DAN VIII TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMPN 29 BANDUNG

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dari kata Yunani yaitu meno yang berarti bulan dan paussis yang berarti jeda. Pada

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Peningkatan usia harapan hidup bangsa Indonesia diperkirakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga

BAB I PENDAHULUAN. pada wanita paruh baya. Kadar FSH dan LH yang sangat tinggi dan kadar

PMS semakin berat setelah melahirkan beberapa anak, terutama bila pernah mengalami kehamilan dengan komplikasi seperti toksima.

BAB I PENDAHULUAN. kesakitan, angka kematian, membaiknya status gizi, juga ditunjukkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. 50% perempuan disetiap dunia mengalaminya. Dari hasil penelitian, di

BAB I PENDAHULUAN. dalam tahap perkembangannya akan mengalami masa berhentinya haid yang dibagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu akan melewati tahap-tahap serta tugas perkembangan mulai dari lahir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah

BABI PENDAHULUAN. menjelang saat-saat kematian, rasa cemas kerap kali singgah dalam diri manusia.

BAB I PENDAHULUAN. biologis atau fisiologis yang disengaja. Menopause dialami oleh wanita-wanita

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa

tingkat emosional. Tekanan psikologis setelah melahirkan merupakan gejala

BAB I PENDAHULUAN. hanya menyangkut kehamilan dan persalinan, namun lebih luas dari itu yaitu

Daftar Pustaka : 21 ( ) Kata kunci: Dismenore, Intensitas dismenore, Senam dismenore

BAB V PEMBAHASAN. menjawab pertanyaan penelitian yaitu untuk mengetahui apakah terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis seorang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit pada wanita lebih banyak dihubungkan dengan fungsi dan

BAB II TINJAUAN TEORITIS. dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menopause 2.1.1. Definisi Menopause Menopause merupakan suatu fase alamiah yang akan dialami oleh setiap wanita yang biasanya terjadi di atas usia 40 tahun. Ini merupakan suatu akhir proses biologis dari siklus menstruasi yang terjadi karena penurunan produksi hormon estrogen yang dihasilkan indung telur. Berhentinya haid akan membawa dampak pada konsekuensi kesehatan baik fisik maupun psikis (Yudomustopo, 1999). Kata menopause yang berasal dari kata Yunani yang berarti bulan dan penghentian sementara, yang secara linguistik lebih tepat disebut menocease. Secara medis istilah menopause berarti menocease, karena berdasarkan definisinya menopause itu berarti berhentinya menstruasi (bukan istirahat). Arti menopause yang tidak jelas ini dikarenakan gejala-gejala yang muncul sebelum menstruasi juga berhenti (Reitz, 1993). Menopause merupakan sebuah kata yang mempunyai banyak arti. Men dan pauseis adalah kata Yunani yang pertama kali digunakan untuk menggambarkan berhentinya haid. Menurut kepustakaan abad ke-17 dan ke-18, menopause dianggap suatu bencana dan malapetaka, sedangkan wanita post-menopause dianggap tidak berguna dan tidak menarik lagi (Kasdu, 2002).

2.1.2. Masa Klimakterium Menurut siklus kehidupan wanita normal, setiap kehidupan seorang wanita mengalami fase-fase perkembangan tertentu. Dalam hal ini, fase-fase yang berkaitan dengan berbagai fungsi organ reproduksi wanita. Fase tersebut dibagi tiga tahap, yaitu masa sebelum, sedang berlangsung dan setelah menstruasi (Kasdu, 2002). 2.1.3. Proses Menopause Menurut Aina (2009) yang mengutip pendapat Fachrudin, secara endokrinologis, wanita mengalami proses menua sejak di kandungan. Sejumlah 7.000.000 sel telur (folikel) terdapat pada kedua ovarium janin yang berusia 22-24 minggu dan berkurang akibat penghancuran sehingga sewaktu dilahirkan folikel bayi wanita tinggal 2.000.000 buah. Jumlah tersebut menjadi 200.000 saat mendapat haid pertamanya pada masa pubertas. Semakin sedikit folikel berkembang, semakin kurang pembentukan hormon di ovarium, yaitu hormon progesteron dan estrogen. Haid akan menjadi tidak teratur hingga akhirnya endometrium akan kehilangan rangsangan hormon estrogen. Lambat laun haid pun berhenti, disebut proses menopause (Kasdu, 2002). 2.1.4. Batasan Usia Menopause Menopause terjadi pada akhir suatu siklus yang dimulai pada masa remaja dengan munculnya menarche. Umumnya wanita barat pertama kali mendapat menstruasi pada usia 12 tahun, sedangkan haid berakhir pada usia 45 sampai 53 tahun. Relatif sedikit wanita mulai menopause pada usia 40 tahun dan beberapa

mengalaminya setelah berusia 40 tahun. Masa ini dikenal dengan masa pramenopause (Depkes RI, 2005). Menurut Boyke di Indonesia sendiri, usia menopause bervariasi antara 45-50 tahun. Namun, proses perubahan kearah menopause itu sendiri sudah mulai sejak wanita berusia 40 tahun. Masa ini dikenal sebagai masa pra-menopause (Northrup, 2006). 2.1.5. Jenis jenis Menopause Adapun jenis-jenis menopause yaitu (Kasdu, 2002): 1. Menopause alamiah terjadi secara bertahap, biasanya antara usia 45 dan 55, pada diri wanita yang paling tidak punya satu indung telur. Durasinya dalam kebanyakan kasus, adalah lima hingga sepuluh tahun, meskipun seluruh proses itu kadang-kadang waktu tiga belas tahun. Selama itu menstruasi mungkin berhenti selama beberapa bulan dan kemudian kembali dan durasi intensitas dan alirannya mungkin bertambah atau berkurang. 2. Menopause prematur terjadi agak lebih cepat dibanding yang pertama, pada wanita di usia 30 tahun atau awal 40 tahun yang mempunyai setidak tidaknya satu indung telur. Durasinya biasanya lebih pendek dari pada menopause alamiah, satu hingga tiga tahun. 3. Menopause buatan dapat terjadi secara sangat mendadak, karena terdorong oleh operasi pengangkatan atau gangguan pada fungsi reproduksi termasuk pengangkatan indung telur.

2.1.6. Pra-Menopause dan Kadar Hormon Pandangan konvensional mengenai apa yang terjadi pada masa pra menopause adalah bahwa kadar estrogen turun drastis. Ini merupakan penyederhanaan yang terlalu berlebihan dan terlalu sering mengakibatkan timbulnya gejala-gejala yang tidak terlalu nyaman menjadi semakin parah. Dalam menopause alamiah, perubahan hormonal pertama yang terjadi adalah turunnya kadar progesteron secara gradual, sementara kadar estrogen tetap berada dalam kisaran normal atau bahkan meningkat. Karena progesteron dan estrogen saling mengimbangi satu sama lain selama siklus menstruasi, jika yang satu turun maka yang lain naik, penurunan drastis pada kadar progesteron memungkinkan kadar estrogen naik tanpa terhalang yaitu tanpa penyeimbang yang biasanya ada. Akibatnya adalah terjadi ekses estrogen, suatu kondisi yang sering dinamakan dominasi estrogen yang justru merupakan kebalikan dari pandangan konvensional (Northrup, 2006). 2.1.7. Perubahan Fisik pada Menopause Menurut Aina (2009), yang mengutip pendapat Hurlock, ketika seorang memasuki menopause, fisik mengalami ketidaknyamanan seperti rasa kaku dan linu yang dapat terjadi secara tiba tiba di sekujur tubuh, misalnya pada kepala, leher, dan dada bagian atas. Kadang kadang rasa kaku ini dapat diikuti dengan rasa panas atau dingin, pening, kelelahan, jengkel, resah, cepat marah, dan berdebar-debar. Beberapa keluhan fisik yang merupakan tanda dan gejala dari menopause yaitu:

a. Menurunnya gairah seks (Hilangnya hasrat seksual) Wanita mengalami penurunan dalam kadar testosteron mereka selama pra menopause ini dapat mengakibatkan hilangnya hasrat seksual. Tapi bagi sebagian wanita masalah libido terkait dengan kurangnya hormon estrogen atau menipisnya jaringan vagina (Northrup, 2006). b. Menstruasi yang tidak teratur atau abnormal (yang paling sering, perdarahan vagina yang berlebihan) Ketika seorang wanita mengalami perubahan hormon di masa pra menopause, segala macam perdarahan mungkin terjadi, mulai dari menstruasi yang menjadi sangat ringan dan sebentar sampai menstruasi yang berjarak tiga bulan atau lebih. Dan sebagian wanita mempunyai pola perdarahan yang begitu tidak menentu sehingga tampak seperti bukan menstruasi sama sekali (MacKenzei, 2002). c. Pembengkakan (Retensi air) Ketidaknyamanan menahan kencing (lepasnya air kencing saat batuk, bersin, tertawa dan sebagainya) terjadi dikarenakan menipisnya lapisan saluran kencing luar yang sangat bergantung pada estrogen. Gejala-gejala kencing sering dapat diatasi dengan penggunaan secolek kecil krim estrogen di lokasi tersebut. Latihan kegel juga dapat meningkatkan aliran darah ke area itu dan membantu mengatasi ketidakmampuan menahan kencing (Northrup, 2006). d. Mengembang dan melembutnya payudara Banyak wanita mengalami payudaranya melembut tepat sebelum menstruasi mereka datang. Tapi selama pra menopause, payudara akan terus lembut atau

membesar jauh lebih sering. Ini jauh lebih umum jika seorang wanita mengalami dominasi estrogen. e. Perubahan suasana hati (yang paling sering rasa kesal dan depresi) Banyak wanita merasakan bahwa perubahan suasana hati mereka lebih parah dibanding sebelumnya menjelang haid mereka datang, meningkatnya suasana hati yang negatif dan gelap, bersifat abnormal. f. Berkeringat di malam hari Berkeringat di malam hari merupakan suatu kesatuan dengan gelora panas. Terlebih pada pukul 3 dan 4 pagi merupakan saat yang paling umum dimana wanita pra menopause mandi keringat. Sehingga perlu mengganti pakaian di malam hari. Berkeringat malam hari tidak saja mengganggu tidur melainkan juga teman atau pasangan tidur. Akibatnya diantara keduanya merasa lelah dan lebih mudah tersinggung, karena tidak dapat tidur nyenyak. Cara kerjanya belum diketahui secara pasti, tetapi pancaran panas pada tubuh akibat pengaruh hormon yang mengatur thermostat tubuh pada suhu yang lebih rendah. Akibatnya suhu udara yang semula dirasakan nyaman, mendadak menjadi terlalu panas dan tubuh mulai menjadi panas serta mengeluarkan keringat untuk mendinginkan diri (Kasdu, 2002). g. Jantung berdebar-debar Seperti gelora panas, debaran jantung dapat berkisar dari ringan sampai berat. Gejala ini jarang yang berbahaya, meskipun kadang-kadang bisa terasa sangat

menakutkan. Itu merupakan akibat ketidakseimbangan antara sistem syaraf simpatik dan para simpatik dan sering terkait dengan ketakutan dan kecemasan h. Sakit kepala, terutama sebelum menstruasi Kadar hormon yang tidak seimbang ikut menambah apa yang dinamakan migrain menstruasi selama masa pra menopause dan menopause. Jenis sakit kepala ini biasanya datang tepat sebelum menstruasi anda, ketika kadar estrogen maupun progesteron dapat turun secara drastis. Ratusan wanita dapat sembuh dari migrain menstruasi dan migrain menopause mereka sepenuhnya dengan menggunakan krim progesteron (Yatim, 2001). i. Gelora panas Gelora panas adalah gejala pra menopause yang paling umum dalam budaya kita terjadi sekitar 70 sampai 85% dari semua wanita pra menopause. Gelora panas itu bisa sangat ringan atau sangat berat sehingga mengakibatkan kurang tidur dan depresi. Itu dimulai dengan sensasi hangat yang muncul tiba-tiba dan selintas yang kemudian dapat menjadi sangat panas di wajah, kulit kepala, dan area dada, kadangkadang bisa disertai dengan kulit kemerahan dan keringat. Kadang-kadang itu disertai frekuensi jantung yang meningkat, diikuti dengan rasa kedinginan. Pada kebanyakan wanita, gelora panas sering dimulai tepat sebelum atau selama periode menstruasi di masa pra menopause (Hurlock, 1997).

2.1.8. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Menopause Menurut Kasdu (2002) beberapa faktor yang mempengaruhi menopause yaitu: a. Usia saat haid pertama sekali Semakin muda seorang mengalami haid pertama sekali, semakin tua atau lama ia memasuki masa menopause artinya wanita yang mendapatkan menstruasi pada usia 16 atau 17 tahun akan mengalami menopause lebih dini, sedangkan wanita yang haid lebih dini seringkali akan mengalami menopause sampai pada usianya mencapai 50 tahun. b. Faktor psikis Wanita yang tidak menikah dan bekerja diduga mempengaruhi perkembangan psikis seorang wanita. Menurut beberapa penelitian mereka akan mengalami masa menopause lebih muda, dibandingkan mereka yang menikah dan bekerja. c. Jumlah anak Beberapa penelitian menemukan bahwa makin sering seorang wanita melahirkan, maka makin tua mereka memasuki menopause. Hal ini dikarenakan kehamilan dan persalinan akan memperlambat sistem kerja organ reproduksi wanita dan juga memperlambat penuaan tubuh. e. Usia melahirkan Semakin tua seseorang melahirkan anak, semakin tua ia memulai memasuki usia menopause. Hal ini terjadi karena kehamilan dan persalinan akan memperlambat sistem kerja organ reproduksi. Bahkan memperlambat proses penuaan tubuh.

f. Pemakaian kontrasepsi Pemakaian kontrasepsi, khususnya kontrasepsi hormonal, pada wanita yang menggunakannya akan lebih lama atau lebih tua memasuki usia menopause. Hal ini dapat terjadi karena cara kerja kontrasepsi yang menekan fungsi indung telur sehingga tidak memproduksi sel telur. g. Merokok Diduga, wanita perokok akan lebih cepat memasuki masa menopause dini dibandingkan dengan perempuan yang tidak merokok. h. Sosial Ekonomi Menopause dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi, disamping pendidikan dan pekerjaan suami. 2.1.9. Gangguan-Gangguan yang Terjadi Selama Menopause Menurut Mustopo (2005) gangguan-gangguan yang sering terjadi selama menopause adalah: a. Osteoporosis b. Penyakit jantung koroner Kolesterol baik yang tinggi pada wanita muda dipengaruhi oleh estrogen. Setelah menopause risiko terkena penyakit jantung koroner dua kali lipat pada wanita karena lemak golongan atherogenik (yang memproduksi lemak pada arteri) meningkat pada sekitar usia 60 tahun.

c. Kanker Pada masa menopause terjadi proses degenerasi sehingga menyebabkan perubahan-perubahan tidak saja pada organ reproduksi juga bagian tubuh lainnya, salah satu proses degenerasi tersebut adalah penyakit kanker. Kondisi ini adalah suatu keadaan pertumbuhan jaringan yang abnormal. d. Demensia tipe alzhaimer Selama periode pra menopause dan pasca menopause terjadi penurunan kadar hormon seks steroid. Penurunan ini menyebabkan beberapa perubahan neuro endokrin sistem susunan saraf pusat, maupun kondisi biokimiawi otak. Padahal sistem susunan saraf pusat merupakan target organ yang penting bagi hormon seks steroid seperti estrogen. Pada keadaan ini terjadi proses degeneratif sel neuron (kesatuan saraf) pada hampir seluruh bagian otak, terutama di daerah yang berkaitan dengan fungsi ingatan. e. Berat badan meningkat Usia menopause terjadi peningkatan berat badan akibat turunnya estrogen dan gangguan pertukaran zat dasar metabolisme lemak. Selain pada usia ini biasanya aktivitas tubuh berkurang, selain itu daya elastis kulit juga menurun, yang memudahkan lemak disimpan dalam tubuh. f. Perubahan kulit Gangguan di atas dasarnya terjadi karena hormon estrogen yang mulai tertekan. Estrogen berperan dalam menjaga elastisitas kulit, ketika menstruasi berhenti maka kulit akan terasa tipis, kurang elastis terutama pada daerah sekitar

wajah, leher dan lengan. Kulit di bagian bawah mata menjadi mengembung seperti kantong, dan lingkaran hitam di bagian ini menjadi lebih permanen dan jelas. 2.1.10. Menopause Bukan Akhir Kehidupan Perubahan pertama dalam urutan peristiwa yang memuncak pada berhentinya haid atau menopause adalah folikel telur di indung telur menjadi kurang peka terhadap rangsangan hormon pituitari, FSH, dan LH yang merangsang pertumbuhan beberapa folikel setiap bulan sejak remaja. Dengan berlalunya waktu, semakin sedikit folikel telur yang dirangsang oleh hormon, dan jumlah estrogen yang dikeluarkan semakin berkurang, sampai akhirnya haid berhenti sama sekali menopause pun tiba. Seluruh periode perubahan ini lebih sesuai jika disebut klimakterium atau perubahan kehidupan (Jones, 2005). 2.1.11. Perubahan Psikologis Menopause Seperti hal nya gangguan gelombang hormon dan kebutuhan untuk beradaptasi dengan cara-cara baru membuat masa pubertas dan remaja menjadi masa yang sulit. Beberapa wanita menemukan perubahan gelombang hormon dan kebutuhan untuk menyesuaikan dengan perubahan membuat menopause menjadi sangat sulit (Jones, 2005). Perubahan ini seperti kehilangan sesuatu yang dibayangkan tentang kehidupan dan harus menyesuaikan gejala menopause yang asing baginya. Ketidakteraturan haid secara bawah sadar meningkatkan kecemasan wanita bahwa daya tarik seksual dan fisiknya berkurang. Dia menjadi tua, merasa ditolak dan mencapai akhir dari

kehidupan. Emosi yang negatif ini tentu saja hanya berlangsung sementara (Mustopo 2005) Psikiatris menemukan, banyak wanita pada masa menopause melampaui tiga tahap sebelum menyesuaikan dengan kehidupan barunya. Pertama adalah tahap dimana perasaan cemas makin menonjol biasanya periode ini cukup singkat. Dilanjutkan dengan periode yang mungkin berlangsung berbulan-bulan, ketika gangguan depresi dan perubahan suasana hati yang lainnya muncul. Yang ketiga merasa ditolak oleh semua orang. Semua anggapan itu tidak benar kelak si wanita akan memasuki tahap penyesuaian ulang. Semua kesedihan dari bulan-bulan sebelumnya tinggal sebagai mimpi buruk (Yatim, 2001). Akibat perubahan pada organ reproduksi maupun hormon tubuh pada saat menopause mempengaruhi berbagai keadaan fisik tubuh seorang wanita. Keadaan ini berupa keluhan-keluhan ketidaknyamanan yang timbul dalam kehidupan sehari-hari (Glasier, 2006) seperti : 1. Depresi Ini adalah kondisi gejala yang pasti dan sering dialami pada ibu menopause yang dikarenakan perubahan perubahan yang ada pada diri setiap seorang wanita karena perubahan fisik dan psikologi pada tubuh (Nirmala, 2003). 2. Kecemasan Gangguan kecemasan dianggap sebagai bagian dari satu mekanisme pertahanan diri yang dipilih secara alamiah oleh makhluk hidup bila menghadapi sesuatu yang mengancam atau membahayakan dirinya. Namun kecemasan ini

umumnya bersifat relatif artinya ada orang orang yang cemas dan dapat tenang kembali setelah mendapat dukungan dari orang-orang di sekitarnya namun ada juga orang-orang yang terus menerus cemas meskipun orang di sekitarnya memberikan dukungan. Kecemasan yang timbul pada wanita menopause sering dihubungkan dengan adanya kekhawatiran dalam menghadapi situasi yang sebelumnya tidak pernah dikhawatikan. Meski cemas dengan berakhirnya masa reproduksi yang berarti berhentinya nafsu seksual dan fisik. Apalagi menyadari bahwa dirinya akan menjadi tua yang berarti kecantikan akan mundur. Seiring dengan hal itu vilatitas dan fungsi organ-organ tubuhnya akan menurun. Hal ini dapat menghilangkan kebanggaannya sebagai seorang wanita. Keadaan ini dikhawatirkannya akan mempengaruhi hubungannya dengan suami maupun dengan lingkungan sosialnya. 3. Mudah tersinggung Gejala ini lebih mudah terlihat di bandingkan kecemasan. Wanita lebih mudah tersinggung dan marah terhadap sesuatu yang sebelumnya dianggap tidak mengganggu. Ini mungkin disebabkan dengan datangnya menopause maka wanita menjadi sangat menyadari proses yang sedang berlangsung dalam dirinya. Perasaannya menjadi sangat sensitif terhadap sikap dan perilaku orang-orang di sekitarnya, terutama jika sikap dan prilaku tersebut di persiapkan sebagai proses penerimaan yang sedang terjadi dalam dirinya. 4. Stres Perubahan yang terjadi pada massa menopause dengan menyebabkan stres pada wanita serta merupakan reaksi tubuh terhadap kecemasan yang di hadapinya

pada saat situasi yang menakutkan atau tidak nyaman. Tidak ada orang yang bisa lepas sama sekali dari rasa was-was dan cemas termasuk wanita menopause. Ketegangan perasaan atau stres selalu berdebar dalam lingkungan pekerjaan, pergaulan sosial, kehidupan rumah tangga dan bahkan menyusup ke dalam tidur. Kalau tidak ditanggulangi stres dapat menyita energi, mengurangi produktivitas kerja, dan menurunkan kekebalan terhadap penyakit. Namun demikian stres tidak hanya memberikan dampak negatif tetapi juga dampak positif tergantung bagaimana individu memandang dan mengendalikannya karena stres sangat individual sifatnya (Anwar, 2003). 2.2. Pengetahuan Wanita tentang Menopause (Knowledge) Pengetahuan adalah merupakan hal yang diketahui dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Dari pengalaman dan hasil penelitian ternyata perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih bertahan lama dari pada perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Penelitian Rogers dalam Notoatmodjo (2007) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku yang baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yaitu : 1. Awareness (kesadaran), yaitu orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulasi objek.

2. Interest (merasa tertarik), yaitu terhadap stimulus atau objek tersebut di sini subjek sudah mulai tertarik. 3. Evaluation (menimbang-nimbang), yaitu terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. 4. Trial, yaitu subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. 5. Adoption, yaitu subjek telah berperilaku sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu : 1. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Wanita diharapkan memiliki pengertian yang cukup saat menghadapi menopause. Materi-materi yang diperoleh dari petugas kesehatan atau media lainnya diharapkan dapat diterima dengan baik, serta dimengerti oleh para wanita. 2. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Wanita yang telah memiliki atau mengingat sesuatu yang berkaitan dengan

menopause memiliki kemampuan untuk menjelaskan kembali apa itu menopause serta hal-hal yang berkaitan dengan menopause. 3. Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Materi menopause yang telah didapat dan dipelajari, mampu dijelaskan kembali saat ada yang memerlukannya, termasuk untuk dirinya sendiri. 4. Analisa (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau subjek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Dalam kaitannya dengan menopause, pada tahapan ini wanita sudah mampu menganalisis masalah yang akan dihadapinya saat memasuki masa menopause, serta menjabarkan materi-materi menopause secara lengkap. 5. Sintesis (synthesis) Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Dalam tahapan ini, wanita telah mengetahui jika terjadi masalah saat memasuki masa menopause nantinya, mereka telah mampu mengatasinya serta hal-hal apa saja yang mempengaruhinya.

6. Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada. Pada tahap evaluasi ini, wanita telah mampu menentukan sendiri apa-apa saja hal yang benar dan salah yang berkaitan dengan menopause. Hal ini memperkuat bahwa wanita telah mampu menghadapi menopause, karena ia telah tahu apa yang dilakukan saat terjadi masalah kesehatan yang berhubungan dengan menopause. Pengetahuan wanita tentang masa kehidupannya perlu disosialisasikan, karena diantara masa kehidupan tersebut ada suatu periode peralihan dari masa reproduktif ke masa tidak reproduktif yang disebut dengan masa klimakterium. Berbagai hasil penelitian mengungkapkan bahwa pengetahuan ibu tentang gejala-gejala klimakterium sangat rendah serta berbedanya keluhan sindrom klimakterik yang dialami tiap-tiap wanita. Keadaan ini akan berdampak pada ketidaksiapan ibu untuk menerima keadaan menopause sehingga berakibat pada gangguan psikologisnya yang menyebabkan keluhan klimakterik akan semakin serius dan akan mengganggu kualitas hidupnya (Hutapea, 1998 : Hanafiah, 1999). Pandangan seseorang mengenai menopause sangat mempengaruhi perubahan psikologis pada masa menopause. Pandangan ini dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam diri individu serta faktor yang berasal dari luar diri individu serta faktor yang berasal dari lingkungan sosial. Pada masyarakat yang mengagungkan kemudaan dan kecantikan, menopause bisa dipersepsikan sebagai ancaman. Selain itu mitos

yang timbul di masyarakat dan stereotip negatif tentang menopause dapat menimbulkan kecemasan, sedangkan wanita yang memahami tentang menopause dapat berfikir secara wajar karena menopause merupakan peristiwa alami yang dialami oleh wanita (Yatim, 2001). Gangguan kecemasan dapat terjadi pada setiap orang di segala umur. Wanita lebih sering mendapat gangguan cemas dan stres dari pada pria. Keadaan ini disebabkan wanita cenderung lebih merasakan kecemasan dan stres dalam menghadapi permasalahan yang menimpa dirinya. Ini dilihat dari pada pria, misalnya pada saat menstruasi, saat mengandung, melahirkan, menopause, dan menghadapi masalah-masalah anak dan suami (Handayani, 2008). Dengan munculnya perubahan-perubahan yang terjadi pada wanita menopause inilah individu harus berusaha untuk tetap berfikir positif. Sudah menjadi kodrat alam bahwa dengan bertambahnya usia seseorang akan menimbulkan berbagai perubahan mental. Perubahan dalam kehidupan ini dapat mengganggu kestabilan emosi (Purwanto, 2007). 2.3. Peran Petugas Kesehatan Peran dan tanggung jawab petugas kesehatan dalam kesehatan reproduksi khususnya pada persiapan menghadapi masa menopause sangat berpengaruh terhadap kesehatan pada masa menopause. Hal-hal penting seperti apa yang dilakukan jika muncul gejala-gejala saat menopause akan memudahkan para wanita dalam menghadapi masa ini. Peran dan dukungan petugas kesehatan dimaksudkan untuk

memberikan materi, emosi ataupun informasi yang berpengaruh terhadap pengetahuan dan kesiapan wanita menghadapi menopause. Peran petugas kesehatan ini dapat dibagi atas (Baziad, 2003): 1. Peran Petugas Kesehatan Sebagai Motivator Motivator menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang (perangsang) yang menyebabkan timbulnya motivasi pada orang lain untuk melaksanakan sesuatu; pendorong; penggerak. Dalam persiapan menghadapi masa menopause, dukungan petugas kesehatan sangat diperlukan. Seperti diketahui, kebanyakan wanita merasa takut akan datangnya masa menopause. Mereka takut akan gejala-gejala atau perubahan-perubahan yang akan terjadi pada masa ini. Jadi, dalam hal ini petugas kesehatan mestinya memberikan dukungan dan semangat untuk meyakinkan wanita bahwa menopause bukanlah masa yang harus ditakuti. 2. Peran Petugas Kesehatan Sebagai Edukator Selain peran penting dalam mendukung wanita bahwa masa menopause adalah masa yang tidak harus ditakuti, peran petugas kesehatan dalam memberikan informasi juga sangat berpengaruh bagi ibu yang memasuki masa menopause. Peran seperti memberikan penyuluhan atau pembagian brosur-brosur atau selebaran mengenai apa-apa yang dilakukan saat menopause akan sangat berperan bagi wanita saat menghadapi masa menopause. Besarnya peran petugas kesehatan akan sangat membantu ibu dalam kesiapannya menghadapi masa menopause serta siap menghadapi apa-apa saja yang mungkin muncul saat masa ini.

3. Peran Petugas Kesehatan Sebagai Fasilitator Peran lain petugas kesehatan adalah memfasilitasi (sebagai orang yang menyediakan fasilitas), memberi semua kebutuhan ibu saat menghadapi masalah pada masa menopause. Petugas kesehatan harus membuka layanan konsultasi di fasilitas kesehatan seperti puskesmas atau menyediakan sarana informasi seperti poster, brosur ataupun selebaran yang berguna bagi wanita dalam memberikan pengetahuan mengenai menopause. Jika hal ini sudah dipenuhi, maka kesiapan wanita menghadapi menopause juga akan terpenuhi. Akhirnya, masalah-masalah yang dihadapi wanita saat menopause akan mampu dicegah. Kecemasan yang dialami seseorang pada saat menopause erat hubungannya dengan proses menopause itu sendiri, dimana kadar estrogen yang mulai menurun dapat menimbulkan kecemasan (Nugroho, 2002). Mustopo (2005) juga menyatakan bahwa kesehatan, pikiran dan ketenangan dipengaruhi oleh hormon estrogen. Banyak wanita yang mengeluh bahwa setelah menopause mereka berubah menjadi pencemas. Kecemasan yang dialami selama menopause tidak hanya disebabkan oleh proses dari menopause saja, tetapi juga karena adanya kekhawatiran dalam menghadapi situasi yang sebelumnya tidak pernah dialami dan juga cemas akan hal-hal yang mungkin muncul menyertai berakhirnya masa reproduksinya (Kasdu, 2003). Seseorang yang cemas dalam menjalani menopause, pada umumnya tidak mendapat informasi yang benar tentang menopause sehingga yang dibayangkannya adalah efek negatif yang akan dialaminya setelah memasuki masa menopause. Salah satunya adalah mereka cemas dengan berakhirnya reproduksi, apalagi mereka

menyadari dirinya akan menjadi tua, yang berarti kecantikannya akan memudar. Seiring dengan itu, vitalitas dan fungsi organnya akan menurun. Hal ini dapat menghilangkan kebanggaan dirinya sebagai wanita. Keadaan ini dikhawatirkan dapat mempengaruhi hubungannya dengan suami ataupun keluarga (Kasdu, 2002). Rasa takut akan hilangnya kemudaan dan kecantikan dapat mengakibatkan adanya penolakan terhadap pasangan, pekerjaan serta lingkungan sosial (Gunadarsa, 1991). 2.4. Landasan Teori Kecemasan yang dialami seseorang wanita selama menopause dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap orang tersebut terhadap menopause, dimana menopause sering dilihat sebagai sesuatu yang menakutkan bagi wanita (Dacey & Travers, 2002). Kekhawatiran ini berawal dari pemikiran seseorang bahwa dirinya akan menjadi tidak sehat, tidak bugar dan tidak cantik lagi. Padahal, masa menopause merupakan salah satu fase yang harus dijalani seorang wanita dalam kehidupannya, dan kecemasan yang mereka alami dapat menyebabkan mereka sangat sulit menjalani masa ini. Agar dapat menjalani menopause dengan baik, diperlukan kemauan diri untuk memandang hidup sebagai sebuah harapan, dan dibutuhkan pikiran yang positif dalam memandang setiap kejadian/ peristiwa yang dialami. Apabila seseorang dapat berpikir secara positif, maka mereka dapat melalui masa menopause dengan mudah. Namun sebaliknya, apabila orang tersebut berpikir negatif tentang menopause, maka keluhankeluhan yang muncul akan semakin memberatkan hidupnya (Kasdu, 2002).

Menurut Green yang mendasari timbulnya perilaku dapat dikelompokkan menjadi faktor prediposing, enabling, dan reinforcing. Faktor faktor yang tergolong sebagai faktor predisposing antara lain pengetahuan, dalam hal ini adalah pengetahuan ibu tentang menopause. Faktor enabling (faktor pemungkin), mencakup ketersediaan sarana dan prasarana, sedangkan faktor reinforcing (faktor penguat) mencakup faktor tidak langsung yang mempengaruhi, dalam hal ini adalah peran serta petugas kesehatan sebagai motivator, edukator dan fasilitator bagi ibu yang memasuki masa pra menopause sehingga mereka siap untuk menghadapi masa menopause. 2.5. Kerangka Konsep ini : Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.1. berikut Variabel Independen Variabel Dependen Pengetahuan Peran Petugas Kesehatan : a. Motivator b. Edukator c. Fasilitator Kesiapan Mental Menghadapi Menopause Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan Gambar 2.1 di atas, diketahui variabel independen dalam penelitian ini yaitu pengetahuan dan peran petugas kesehatan (motivator, edukator, fasilitator). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesiapan mental wanita pra menopause menghadapi menopause di Kabupaten Bireuen.