BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Logika fuzzy pertama kali dikembangkan oleh Zadeh di pertengahan tahun 1960 untuk mewakili nilai yang tidak pasti, namun efektif untuk menggambarkan perilaku sistem yang kompleks tidak jelas atau tidak mudah dianalisis secara matematis. Variabel fuzzy diproses dengan menggunakan sistem yang disebut dengan logika fuzzy hal ini melibatkan fuzzyfikasi, inferensi fuzzy dan defuzzyfikasi. ( Lakhmi dan Martin,1998) Logika Fuzzy merupakan seuatu logika yang memiliki nilai kekaburan atau kesamaran (fuzzyness) antara benar atau salah. Dalam teori logika fuzzy suatu nilai bisa bernilai benar atau salah secara bersama. Namun berapa besar keberadaan dan kesalahan suatu tergantung pada bobot keanggotaan yang dimilikinya. Logika fuzzy memiliki derajat keanggotaan dalam rentang 0 hingga 1. Berbeda dengan logika digital yang hanya memiliki dua nilai 1 atau 0. Logika fuzzy digunakan untuk menterjemahkan suatu besaran yang diekspresikan menggunakan bahasa (linguistic), misalkan besaran kepuasan pelanggan terhadap pelayanan yang mereka terima yang dapat diekpresiakan dengan buruk, kurang, cukup dan baik. Dan logika fuzzy menunjukkan sejauh mana suatu nilai itu benar dan sejauh mana suatu nilai itu salah. Tidak seperti logika klasik (scrisp), suatu nilai hanya mempunyai 2 kemungkinan yaitu merupakan suatu anggota himpunan atau tidak. Derajat keanggotaan 0 (nol) artinya nilai bukan merupakan anggota himpunan dan 1 (satu) berarti nilai tersebut adalah anggota himpunan.
Penggunaan logika fuzzy juga sangat tepat digunakan untuk mendapatkan nilai secara pasti dari input yang diterima berupa bahasa dan mengubah menjadi angka dengan mengubah menjadi nilai keanggotan dalam himpunan fuzzy. (Jyh et al,1997). Tumbuhnya persaingan antar rumah sakit yang semakin ketat dan tajam, maka setiap rumah sakit dituntut untuk mempertinggi daya saing dengan berusaha memberikan kepuasan kepada semua pasiennya. Untuk itu harus diketahui faktor faktor apa sajakah yang mempengaruhi tingkat kepuasan pasien tersebut. Dan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi kita untuk mengetahui apa yang pasien kita butuhkan untuk memenuhi kepuasan mereka terhadap pelayanan yang kita berikan. (Wijayanti et al, 2010). Dimana Rumah sakit adalah sebagai lembaga penyelenggara dalam sektor jasa dituntut untuk melaksanakan pekerjaan dengan berpedoman kepada kepuasan konsumennya, hal ini akan berdampak pada keberlanjutan rumah sakit dimana konsumen yang merasa puas akan kembali berobat ke rumah sakit tersebut. Untuk itu beberapa hal yang dapat mempengaruhi kepuasan pasien adalah pelayanan dokter, keamanan, kebersihan, tingkat pelayanan UGD, ketersediaan obat, ketersediaan informasi bagi keluarga pasien dan juga biaya. (Arifin et al,2006). Dalam pengukuran kepuasan pasien, penggunaan himpunan fuzzy merupakan model yang tepat jika dibandingkan dengan menggunakan himpunan tegas, dimana himpunan fuzzy dapat memodelkan seberapa besar nilai kepuasan yang diterima oleh pasien, sementara dalam dalam himpunan tegas hanya dapat memodelkan dengan nilai puas dan tidak puas. Untuk menentukan nilai keanggotaan dapat menggunakan beberapa model kurva/grafik seperti kurva segi tiga, kurva sigmoid maupun varian dari kurva bell seperti kurva phi, kurva beta dan juga kurva gauss (Cox, 1994). Untuk proses komputasi terhadap nilai keanggotan dapat dialkukan dengan beberapa cara seperti fuzzy Inference system dengan model Tsukamoto, Mamdani dan Sugeno. Model ini dapat digunakan karena penalaran menggunakan aturan IF-then, namun demikian bahwa ketiga model ini juga memilki perbedaan khususnya pada hasil (defuzzyfikai) dimana
model Tsukamoto dan Mamdani menghasilkan output berupa himpunan fuzzy sementara Sugeno menghasikan output berupa himpunan tegas. Dari hasil penelitian yang dilakukan tentang model kepuasan nasabah bank (Reza et al, 2008), mereka menyebutkan bahwa kepuasan adalah hal penting bagi seorang manager, namun kepuasan bukan hal mudah karena banyak faktor yang mempengaruhi sehingga menjadi rumit dan tidak mudah untuk diukur. ada teknik kualitatif yang dapat digunakan untuk mengukur kepuasan, namun teknik ini tidak cukup digunakan untuk menganalisis kepuasan nasabah. Untuk itu mereka membuat suatu model dengan menggunakan logika fuzzy yaitu model Fuzzy Cognitive Map (FCM). Haydar (2010) membuat penelitian tentang hubungan antara pelayanan dan kepuasan pasien di rumah sakit pemerintah di Negara Turkish Republic of Northern Cyprus. Pada penelitian ini melakukan analisa keterhubungan antara pelayanan dan kepuasan dengan menggunakan logika fuzzy C-Means, setelah didapatkan nilai keanggotaan dilanjutkan dengan Jaringan syaraf tiruan untuk menganalisa keterhubungan antara pelayanan dengan kepuasan. Metode ini telah diujikan terhadap 150 data yang diperoleh dari pasien, dan hasil pengujian menyimpulkan bahwa fuzzy-neural dapat secara efisien untuk menganalisa keterhubungannya. Kepuasan pelanggan adalah salah satu syarat yang efektif untuk menang dalam persaingan untuk itu perlu dilakukan evaluasi terhadap kepuasan pelanggan. Untuk melakukan evaluasi terhadap kepuasan pelanggan dapat menggunakan metode yang lebih baik yaitu dengan menggunakan logika fuzzy dengan mengkombinasikan variabel linguistik, fungsi keanggotaan segitiga dan juga fungsi entropy, dimana metode ini diterapkan dalam mengevaluasi kepuasan pelanggan e-commerce (Fasanghari et al, 2008) Penggunaan logika fuzzy dalam penentuan kepuasan kerja dalam organisasi telah dilakukan penelitian oleh Mahdavi Iraj dan Fazlollahtabar Hamed, dimana penelitian ini mengevaluasi kinerja dengan menggunakan kuesioner. Dari kuesioner yang diberikan kepada responden akan dibentuk aturan-
aturan fuzzy. Kemudian aturan fuzzy di fuzzyfikasi untuk mendapatkan nilai kepuasan yang ideal. Dalam penelitian tesis ini mengembangkan suatu metodologi logika fuzzy model Sugeno ordo-1 dengan menggunakan variabel-variabel pelayanan pada saat pra perawatan, masa perawatan dan pasca perawatan dengan menghasilkan nilai seberapa besar nilai kepuasan pasien khususnya pasien yang melaksanakan rawat inap, dimana hasil kepuasan dapat digunakan untuk melakukan evaluasi terhadap kinerja rumah sakit khususnya yang berhubungan dengan pelayanan terhadap pasien. 1.2. Perumusan Masalah Rumah sakit sebagai usaha yang bergerak pada sektor jasa, sehingga rumah sakit dituntut untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada pasiennya, dimana dengan kepuasan pasien akan dapat diketahui kinerja dari setiap unit pelayanan dengan demikian akan dapat ditingkatkan yang akan berdampak kepada keberlanjutan usaha dan juga akan dapat bersaing dengan lembaga sejenisnya, maka diperlukan model dalam penentuan kepuasan pasien rawat inap. 1.3. Batasan Masalah Dalam penelitian ini pembahasan dibatasi pada penentuan model kurva untuk menentukan nilai keanggotaan kepuasan yang optimal dengan menggunakan Fuzzy Inference System model Sugeno ordo-1. 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan model fungsi keanggotaan yang sesuai dalam menentukan kepuasan pasien atas pelayanan yang diterima di rumah sakit.
1.5. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk: 1. Merancang model fungsi keanggotaan yang menjadi solusi baru dalam menentukan kepuasan pasien pada rumah sakit 2. Memberikan sumbangan bagi studi dan penelitian selanjutnya yang meminati dan mengembangkan penelitian ini.