STUDI KUALITATIF GAYA BERPIKIR PESERTA DIDIK DALAM MEMECAHKAN MASALAH FISIKA INTISARI

dokumen-dokumen yang mirip
Profil Kreativitas Mahasiswa Berdasarkan Gaya Berpikirnya dalam Memecahkan Masalah Fisika di Universitas Negeri Makassar

Jurnal Pendidikan IPA Indonesia

ANALISIS KUALITATIF GAYA BERPIKIR SISWA SMA DALAM MEMECAHKAN MASALAH FISIKA PADA MATERI GERAK PARABOLA

DESCRIPTION OF LOGICAL REASONING IN SOLVING MATHEMATICS PROBLEMSS BASED ON STUDENTS THINKING STYLE OF STUDENTS AT SMPN 2 PINRANG

Unnes Journal of Mathematics Education

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DITINJAU DARI KARAKTERISTIK CARA BERPIKIR SISWA DALAM MODEL PROBLEM BASED LEARNING

KECENDERUNGAN SISWA KELAS XII IPA SMA NEGERI 1 ROWOKELE DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA

PROFIL BERPIKIR KRITIS MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UNCP YANG BERKEMAMPUAN LOGIKA TINGGI DALAM PEMECAHAN MASALAH OPEN ENDED

Profil Pemecahan Masalah Matematika Siswa Ditinjau dari Gaya Kognitif Reflektif dan Impulsif

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN PROBLEM POSING

Jurnal Pendidikan Fisika Universitas Muhammadiyah Makassar

ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH SOAL CERITA MATEMATIKA PADA SISWA SMP

PEMAHAMAN SISWA SMA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA BERDASARKAN PERBEDAAN GAYA BELAJAR

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH I PATUK PADA POKOK BAHASAN PELUANG JURNAL SKRIPSI

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SMP BERDASARKAN LANGKAH POLYA

DISPOSISI MATEMATIS SISWA DITINJAU DARI KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH BERBENTUK OPEN START DI SMP NEGERI 10 PONTIANAK

BAB II KAJIAN TEORITIK. menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Menurut NCTM (2000) pemecahan

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DALAM STRATEGI THINK TALK WRITE (TTW)

BAB II. Tinjauan Pustaka

PROSES BERPIKIR SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA DITINJAU BERDASARKAN KEMAMPUAN MATEMATIKA

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

REPRESENTASI PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA OLEH SISWA SEKOLAH DASAR. Janet Trineke Manoy

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Dengan PISA (Program for International Student Assessment) dan

Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Ditinjau Dari Gender Di Sekolah Dasar

PROSIDING ISSN:

IMPLEMENTASI SCAFFOLDING UNTUK MENGATASI KESALAHAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH LINGKARAN

Jurnal Pendidikan Berkarakter ISSN FKIP UM Mataram Vol. 1 No. 1 April 2018, Hal

BAB II KAJIAN TEORITIK

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA DALAM PEMBELAJARAN MODEL AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION

IMPLEMENTASI METODE PROBLEM SOLVING PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA DI MAN 1 PONTIANAK

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM

ANALYSIS OF STUDENT REASONING ABILITY BY FLAT SHAPE FOR PROBLEM SOLVING ABILITY ON MATERIAL PLANEON STUDENTS OF PGSD SLAMET RIYADI UNIVERSITY

EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

MULTIPLE REPRESENTASI CALON GURU DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI BERFIKIR KREATIF

STRATEGI PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP KRISTEN 2 SALATIGA DITINJAU DARI LANGKAH POLYA

Alamat Korespondensi : 1) Jalan Ir. Sutami No. 36 A Kentingan,

PROFIL KEMAMPUAN SISWA SMP DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA OPEN-ENDED MATERI PECAHAN BERDASARKAN TINGKAT KEMAMPUAN MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. dinamik dan generatif. Melalui kegiatan matematika (doing math), matematika

PROSES BERPIKIR SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DITINJAU DARI GAYA BELAJAR DI KELAS X SMA NEGERI 2 PALU

ANALISIS KESALAHAN SISWA TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATERI KUBUS DAN BALOK BERDASARKAN PROSEDUR NEWMAN

P 1 Proses Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar (SD) Berkemampuan Matematika Tinggi Dalam Pemecahan Masalah Matematika Terbuka

BAB V PEMBAHASAN. sesuai temuan penelitian tersebut yang akan dibahas sebagai berikut:

BAB II KAJIAN TEORETIS

ANALISIS KESULITAN MEMECAHKAN MASALAH PADA MATA KULIAH FISIKA MODERN MAHASISWA CALON GURU FISIKA

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SMK BERGAYA KOGNITIF FIELD DEPENDENT

Profil Berfikir Kritis Siswa Kepribadian Steadiness Style dalam Memecahkan Masalah Matematika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siti Nurhasanah, 2013

DESKRIPSI KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA SMP NEGERI 3 SUMBANG DALAM MENYELESAIKAN SOAL OPEN-ENDED DITINJAU DARI GAYA BERFIKIR

ANALISIS TINGKAT BERPIKIR KREATIF SISWA GAYA BELAJAR VISUAL DALAM MEMECAHKAN MASALAH PERSEGI PANJANG DAN PERSEGI

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 1 No.5 Tahun 2016 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Pembelajaran Model Matematika Knisley Terhadap Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa SMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PROFIL KEMAMPUAN PENALARAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH ARITMETIKA SOSIAL

PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING DALAM PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES IPA PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 4 KEDAWUNG

Alamat Korespondensi: Jl. Ir. Sutami No. 36A Kentingan Surakarta, , 2)

BAB III METODE PENELITIAN

1) 2) 3)

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Metakognisi dan Usaha Mengatasi Kesulitan dalam Memecahkan Masalah Matematika Kontekstual

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.c.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

PROFIL KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VII-A MTs MUHAMMADIYAH 6 KARANGANYAR DALAM MENYELESAIKAN SOAL BANGUN DATAR

PROFIL KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA BERBENTUK OPEN-START PADA MATERI BANGUN DATAR

UPAYA MENINGKATKAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL INQUIRY BERBANTUAN SOFTWARE AUTOGRAPH

ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH SOAL CERITA MATEMATIKA SISWA SMP UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA SPLDV BERDASARKAN LANGKAH PENYELESAIAN POLYA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS VII SMPN 2 LUHAK NAN DUO

PROFIL KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH OPEN-ENDED PADA MATERI BANGUN DATAR SEGIEMPAT BAGI SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN STRATEGI JIGSAW BERBASIS PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERORIENTASI PROBLEM SOLVING DENGAN STRATEGI MIND MAPPING PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA KELAS XI SMA

JURNAL IMPLEMENTASI TEORI TENTANG TINGKAT BERFIKIR KREATIF DALAM MATEMATIKA SISWA KELAS VII MTS MA ARIF BAKUNG UDANAWU BLITAR

ANALISIS KESALAHAN MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PROGRAM LINIER

PRISMA 1 (2018)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA. Ardiyanti 1), Haninda Bharata 2), Tina Yunarti 2)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PROSES BERPIKIR SISWA KELAS VII E DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN DITINJAU DARI KECERDASAN LOGIS-MATEMATIS ABSTRAK

Kemampuan Berpikir Kreatif Mahasiswa Semester 1 pada Mata Kuliah Matematika Dasar

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN LANGSUNG DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA BERDASARKAN LANGKAH-LANGKAH POLYA PADA MATERI ARITMATIKA SOSIAL SISWA KELAS VII SMP N 1 BRINGIN

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangPenelitian Valentino Rizky Pamuji,2014

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika

BAB II KAJIAN TEORITIK

KECERDASAN DAN KREATIFITAS DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA

PENERAPAN STRATEGI HEURISTIK DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA PADA PENERAPAN PERBANDINGAN DI SMP

KEEFEKTIFAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA SMP

ISSN: Nurcholif Diah Sri Lestari Pendidikan Matematika, Universitas Jember

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENYELESAIKAN SOAL OPEN-ENDED MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATERI SEGIEMPAT DI SMP

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

PERANGKAT PEMBELAJARAN INOVATIF DALAM PEMBELAJARAN IPA TERPADU UNTUK MENGGALI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS VIII MTsN TARUSAN KABUPATEN PESISIR SELATAN

PENJENJANGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN IDENTIFKASI TAHAP BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM MEMECAHKAN DAN MENGAJUKAN MASALAH MATEMATIKA

KESALAHAN SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA BERBASIS PISA PADA KONTEN CHANGE AND RELATIONSHIP

Representasi Matematis Siswa SMA dalam Memecahkan Masalah Persamaan Kuadrat Ditinjau dari Perbedaan Gender

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan memegang peranan penting dalam menunjang. kemajuan bangsa Indonesia di masa depan. Setiap orang berhak

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SEKOLAH DASAR DALAM PENYELESAIAN MASALAH MATEMATIS

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMTIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DI SMP NEGERI 2 TELAGA

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal penting dalam kehidupan karena dapat

Transkripsi:

Berkala Fisika Indonesia Volume 6 Nomor Januari 204 STUDI KUALITATIF GAYA BERPIKIR PESERTA DIDIK DALAM MEMECAHKAN MASALAH FISIKA Hartono Bancong Program Studi Pendidikan Fisika, FKIP, Universitas Muhammadiyah Makassar Jl. St. Alauddin No. 259 Makassar 9022 Email: HartPhysics@gmail.com INTISARI Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui profil gaya berpikir peserta didik dalam memecahkan masalah fisika dan menentukan gaya berpikir yang lebih kreatif dalam merencanakan dan menyelesaikan masalah Penelitian ini dilakukan di MAN Baraka, Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Pengambilan subjek penelitian menggunakan purposive random sampling. Metode pengumpulan data menggunakan kombinasi metode wawancara dan analisis tugas tertulis. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis data model Miles dan Huberman. Hasil penelitian mendeskripsikan gaya berpikir peserta didik dalam memecahkan masalah fisika yang dijabarkan dengan mind mapping dan menunjukkan bahwa gaya berpikir acak abstrak lebih kreatif dalam merencanakan dan menyelesaikan masalah fisika di MAN Baraka. Kata kunci : gaya berpikir, pemecahan masalah, profil I. PENDAHULUAN Peserta didik mengkonstruksi pengalaman baru dengan pengalaman lamanya dengan cara yang berbedabeda. Ada peserta didik yang lebih cepat mengkonstruksi dengan cara melihat, mendengar atau mempraktekkan. Cara ini disebut gaya belajar. Informasi yang diperoleh selanjutnya diatur dan dikelola di dalam otak. Cara mengatur dan mengelola informasi yang diperoleh melalui gaya belajar disebut gaya berpikir (Gregorc, 982). Berpikir merupakan suatu aktifitas mental yang diarahkan untuk memecahkan masalah (Solso, 995, Nurdin, 200). Masalah dapat ditemui dalam segala aspek kehidupan.misalnya, peserta didik yang dihadapkan pada soal-soal atau pertanyaan untuk dipecahkan disekolah.tugas mencari penyelesaian atas soal yang pemecahannya belum diketahui merupakan suatu masalah.oleh karena itu, kemampuan memecahkan masalah merupakan bagian terpenting bagi peserta didik yang harus dikembangkan melalui pembelajaran.pemecahan masalah merupakan aktivitas mental tingkat tinggi, sehingga pengembangan keterampilan pemecahan masalah dalam pembelajaran tidak mudah (Plant, 983, Nurdin, 200). Hasil penelitian Organization For Economic Cooperation and Development (OECD) yang merupakan lembaga penelitian Internasional melalui program PISA (Programme for International Student Assessment) pada tahun 2006 dan 2009 menyimpulkan bahwa peserta didik Indonesia memiliki kemampuan yang rendah dalam memecahan masalah (OECD, 2009, OECD, 200). Kemampuan berpikir kreatif merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang dalam menghasilkan ide atau gagasan-gagasan baru.kemampuan ini sangat diperlukan dalam menyelesaikan permasalahan. Gardner dalam Chatib (202) mengatakan bahwa seseorang dikatakan kreatif apabila dapat menciptakan produk baru yang memiliki nilai budaya tertentu. Berdasarkan hal tersebut, peneliti bermaksud untuk mengkaji profil gaya berpikir peserta didik dalam memecahkan masalah.langkah-langkah pemecahan masalah yang digunakan mengikuti langkah-langkah pemecahan masalah menurut Polya (973). Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (a) bagaimanakah profil gaya berpikir peserta didik dalam memecahkan masalah fisika di MAN Baraka? (b) gaya berpikir manakah yang lebih kreatif dalam merencanakan dan menyelesaikan permasalahan fisika di MAN Baraka? II. TEORI Gregorc (982) mengelompokkan gaya berpikir seseorang kedalam empat kelompok berdasarkan kemampuan mengatur dan mengelola informasi. Keempat kelompok gaya berpikir tersebut adalah gaya berpikir sekuensial konkret (SK), sekuensial abstrak (SA), acak konkret (AK) dan acak abstrak (AA). Keempat gaya berpikir ini dimiliki oleh setiap individu tetapi ada salah satunya yang lebih dominan.

STUDI KUALITATIF GAYA BERPIKIR PESERTA DIDIK Kemampuan memecahkan masalah peserta didik merupakan hal yang sangat penting dikembangkan di dalam pembelajaran. Polya (973) mengemukakan langkah-langkah pemecahan masalah yang meliputi : memahami masalah (understanding the problem), merencanakan penyelesaian (devising a plan), melaksanakan rencana (carrying out the plan) dan merefleksi (looking back). Seseorang dikatakan kreatif dalam merencanakan penyelesaian masalah apabila mampu menghasilkan berbagai alternatif langkah-langkah pemecahan masalah yang baru. Selanjutnya, seseorang dikatakan kreatif dalam menyelesaikan masalah apabilaa mampu menghasilkan penyelesaian masalah yang baru yang memiliki hasil yang sama dengan cara sebelumnya. Hal ini didasarkan pada pendapat Silver (997) yang memberiakn 3 indikator untuk menilai kemampuan berpikir kreatif peserta didik yaitu kefasihan, fleksibilitas dan kebaharuan dalam pengajuan masalah dan pemecahan masalah. III. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif yang mendeskripsikan gaya berpikir peserta didik dalam memecahkan masalah Pengambilan subjek penelitian menggunakan purposive random sampling. Instrumen yang digunakan untuk mengidentifikasi dan mengelompokkan peserta didik ke dalam kelompok gaya berpikir adalah instrumen yang dirancang oleh John Parks (DePorter dan Hernacki, 2005). Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri yang dibantu oleh instrumenbantu berupa koesioner gaya berpikir, instrumen lembar tugas (masalah fisika) dan pedoman wawancara. Metode pengumpulan data menggunakan kombinasi antara metode wawancara dan analisis tugas tertulis. Wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. Wawancara terstruktur mengacu pada pedoman wawancara. Jika padapelaksanaan wawancara timbul penafsiran yang tidak lazim, halwawancara tidak hal yang menyimpang atau masih ada informasi yang dirasa kurang maka dilakukan terstruktur. Wawancara digunakan pada setiap langkah pemecahan masalah menurut Polya, tetapi wawancara pada langkah ketiga hanya bersifat klarifikasi atas pekerjaan tertulis subjek. Analisis data yang digunakan di dalam penelitian ini menggunakan analisis data model Miles dan Huberman, yang meliputi: reduksi data, model data dan penarikan kesimpulan/verifikasii (Emzir, 200, Sugiyono, 20). Penentuan kredibilitas data dalam penelitian ini meliputi () triangulasi waktu, yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan informasi yang diperoleh melalui waktu yang berbeda, (2) ketekunan pengamatan, (3) pengecekan anggota, dan (4) pemeriksaan sejawat untuk memperoleh kritikan, pertanyaan yang tajam tentang tingkat kepercayaan data, serta kemungkinan adanya bias. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil identifikasi gaya berpikir Gambar. peserta didik pada kelas XII IPA 2 MAN Baraka dapat dilihat pada 29 Gambar. Diagram Venn hasil identifikasi gaya berpikir peserta didik. Gambar menunjukkan bahwa gaya berpikir yang dominan di kelas XII IPA 2 adalah gaya berpikir AA. Dari 29 peserta didik di kelas XII IPA 2 MAN Baraka, terdapat 3 peserta didik (0,34%) memiliki gaya berpikir SK, 5 peserta didik (7,24%) memiliki gaya berpikir SA, 2 peserta didik (6,90%) memiliki gaya berpikir AK dan 5 peserta didik (5,72%) memilikii gaya berpikir AA. Hasil identifikasi gaya berpikir peserta didik yang dijadikan sebagai subjek penelitiann untuk masing- gaya berpikir masing gaya berpikir dapat dilihat pada Gambar 2, Gambar 3, Gambar 4 dan Gambar 5. Profil SK, SA, AK dan AA dalam memecahkan masalah fisika di MAN Baraka dapat dilihat secara berurut pada Gambar 6, Gambar 7, Gambar 8 dan Gambar 9. 2

Hartono Bancong 60 SK 40 AK 20 0 SA AA Gambar 2. Grafik hasil identifikasi subjek dengan gaya berpikir SK. Gambar 3. Grafik hasil identifikasi subjek dengan gaya berpikir SA. Gambar 4. Grafik hasil identifikasi subjek dengan gaya berpikir AK. Gambar 5. Grafik hasil identifikasi subjek dengan gaya berpikir AA. Hasil analisis data untuk peserta didik dengan gaya berpikir SK disimbolkan S dalam memahami masalah (understanding problem) menunjukkan bahwa S mengucapkan fakta yang diketahui dan apa yang ditanyakan dari permasalahan secara lengkap dan terurut. Saat S ditanya apa yang dia pahami dari permasalahan yang diberikan, S mengucapkan informasi yang dia pahami dengan mengikuti informasi yang ada pada soal (permasalahan yang diberikan). Secara kecenderungan dari 4 permasalahan yang diberikan, S mengucapkan apa yang diketahui dan ditanyakan dengan mengikuti informasi yang ada pada soal tanpa menganalisisnya, misalnya merangkai kata-katanya sendiri. Sdalam merencanakan penyelesaian (devising a plan)cenderung memiliki satu cara untuk menyelesaikan permasalahan. Kemudian, S menyebutkan langkahlangkah penyelesaian masalah secara lengkap. Pada tahap penyelesaian masalah (carrying out the plan) hal pertama yang dilakukan S adalah menggambarkan keadaan yang diketahui dari permasalahan tanpa asumsiasumsi tertentu. Misal Jika a ke b = x maka b ke c = 0-x. Peserta didik ini kurang dapat mengembangkan logika berpikirnya. Kemudian, S menuliskan fakta yang diketahui dan ditanyakan dari permasalahanyang diberikan. Fakta yang dituliskan dan yang ditanyakan sesuai dengan apa yang diucapkan pada saat wawancara. Saat menyelesaikan permasalahan, S menyelesaikan permasalahan sesuai dengan apa yang direncanakan. Pada tahap refleksi (looking back) S tidak memiliki cara atau asumsi lain untuk memperoleh hasil yang sama dengan cara pertama. Dari 4 permasalahan yang diberikan, S hanya memiliki satu cara penyelesaian untuk masingmasing permasalahan. Ketika ditanya, Apakah mempunyai cara lain untuk memperoleh hasil yang sama?, maka S mengatakan bahwa dia tidak mempunyai cara atau asumsi lain untuk memperoleh hasil yang sama dengan cara pertama. S meyakini jawaban yang diperolehnyabenar dengan melakukan pengecekan langkah demi langkah secara detail pada hasil pekerjaannya. Profil S secara lengkap dapat di lihat pada Gambar 6. 3

STUDI KUALITATIF GAYA BERPIKIR PESERTA DIDIK Gambar 6. Mind mapping untuk profil penalaran logis peserta didik dengan gaya berpikir SK dalam memecahkan masalah Gambar 7. Mind mapping untuk profil penalaran logis peserta didik dengan gaya berpikir SA dalam memecahkan masalah Peserta didik yang memiliki gaya berpikir SA yang disimbolkan S2 dalam memahami masalah (understanding problem) mengucapkan fakta yang diketahui dari permasalahan yang diberikan secara lengkap dan terurut. Setiap permasalahan yang diberikan, S2 tidak pernah mengucapkan apa yang ditanyakan. Saat S2 ditanya apa yang dia pahami dari permasalahan yang diberikan, maka S2 mengucapkan secara perlahan informasi yang diperoleh dari permasalahan dengan merangkai kata-katanya sendiri. Informasi yang diucapkan hampir sama dengan permasalahan yang diberikan. S2 cenderung menganalisis permasalahan yang diberikan dengan merangkai kata-katanya sendiri. S2dalam merencanakan penyelesaian (devising a plan) cenderung memiliki dua cara untuk menyelesaikan permasalahan. Kemudian, S2 menyebutkan langkah-langkah pemecahan masalah secara lengkap. Tetapi, terkadang juga S2 tidak menyebutkan langkah-langkah penyelesaian masalah atau menyebutkan langkah-langkahnya tetapi tidak lengkap.pada tahap penyelesaian masalah (carrying out the plan) hal pertama yang dilakukan S2 adalah menggambarkan keadaan yang diketahui dari permasalahan dengan beberapa asumsi-asumsi tertentu. Artinya, S2 mengembangkan logika berpikirnya dan membuat hubungannya untuk memahami permasalahan. Selanjutnya, S2 tidak menuliskan fakta yang diketahui dan ditanyakan pada lembar pekerjaan tertulis. Peserta didik ini tidak dapat menyelesaikan permasalahan sesuai dengan apa yang direncanakan. Kadang-kadang S2 membuat rencana penyelesaian tetapi pada saat menyelesaikan permasalahan, ada langkah-langkah tertentu yang berbeda dengan apa yang direncanakannya. Selain itu, terkadang juga S2 merencanakan sesuatu tetapi tidak dikerjakan atau mengerjakan sesuatu tanpa direncanakan sebelumnya. Pada tahap refleksi (looking back) S2 mengerjakan permasalahan yang diberikan dengan menggunakan cara lain. S2 terkadang tidak selesai pada tahap akhir dalam mengerjakan cara kedua (cara lain). S2 meyakini hasil pekerjaannya benar jika memperoleh hasil yang sama dengan cara berbeda. Jika tidak memperoleh, maka S2 tidak/kurang meyakini kebenaran hasil pekerjaannya. S2 tidak mengecek 4

Hartono Bancong langkah-langkah hasil pekerjaannya secara detail untuk menyakini kebenaran jawabannya tetapi berfokus pada hasil yang diperoleh. Profil S2 secara lengkap dapat di lihat pada Gambar 7. Peserta didik yang memiliki gaya berpikir AK yang disimbolkan S3 dalam memahami masalah (understanding problem) mengucapkan fakta yang diketahui dan apa yang ditanyakan dari permasalahan secara lengkap dan acak. Saat S3 ditanya apa yang dia pahami dari permasalahan yang diberikan, maka S3 mengucapkannya dari bagian ke bagian. Terkadang S3 memulainya dengan mengucapkan apa yang ditanyakan kemudian mengucapkan fakta yang diketahui bagian perbagian. S3 tidak mengucapkan fakta yang diketahui secara terurut sebagaimana dalam permasalahan yang diberikan. S3 tidak merangkai kata-katanya sendiri dalam mengucapkan informasi yang diketahui dan ditanyakan daripermasalahan. S3 cenderung mengikuti informasi yang diberikan tanpa menganalisisnya, misalnya dengan merangkai kata-katanya sendiri. S3 dalam merencanakan penyelesaian (devising a plan) cenderung memiliki satu cara untuk menyelesaikan permasalahan. Kemudian, S3 menyebutkan langkah-langkah penyelesaian masalah secara lengkap. Pada tahap penyelesaian masalah (carrying out the plan)hal pertama yang dilakukan S3 adalah menuliskan fakta yang diketahui dan apa yang ditanyakan pada lembar pekerjaan tertulisnya. S3tidak menggambarkan keadaan yang diketahui dari permasalahan yang diberikan. Fakta yang dituliskan pada lembar pekerjaan tertulisnya sesuai dengan apa yang diucapkan pada saat wawancara. Kemudian, S3 menyelesaikan permasalahan sesuai dengan apa yang direncanakan sebelumnya. Pada tahap refleksi (looking back)s3 tidak memiliki cara atau asumsi lain untuk memperoleh hasil yang sama dalam menyelesaikan permasalahan. Dari 4 permasalahan yang diberikan, S3 hanya memiliki satu cara penyelesaian untuk masing-masing permasalahan. S3 meyakini hasil pekerjaannya benar tanpa melakukan pengecekan langkah demi langkah. Selain itu, S3 tidak mempunyai alternatif jawaban yang sama dengan menggunakan cara berbeda. Ketika S3 ditanya Mengapa anda meyakini hasil pekerjaannya sudah benar?, maka S3 mengatakan bahwa Kita harus meyakini hasil pekerjaan kita sendiri. Kemudian, dilanjutkan pertanyaan Apakah anda telah melakukan pengecekan langkah demi langkah atau mengeksekusi cara lain?, maka S3 mengatakan Tidak perlu. Hasil yang diperolehnya dengan menggunakan satu cara telah diyakininya sudah benar. Hal demikian juga dikatakan oleh S3 pada tahap triangulasi data. Profil S3 secara lengkap dapat di lihat pada Gambar 8. Gambar 8. Mind mapping untuk profil penalaran logis peserta didik dengan gaya berpikir AK dalam memecahkan masalah Gambar 9. Mind mapping untuk profil penalaran logis peserta didik dengan gaya berpikir AA dalam memecahkan masalah 5

STUDI KUALITATIF GAYA BERPIKIR PESERTA DIDIK Peserta didik yang memiliki gaya berpikir AA yang disimbolkan S4 dalam memahami masalah (understanding problem) mengucapkan fakta yang diketahui secara acak dan tidak lengkap. Saat ditanya, Apa yang anda pahami dari permasalahan yang diberikan?, S4 mengucapkan secara perlahan informasi yang diperoleh dari permasalahan dengan merangkai kata-katanya sendiri. Informasi yang diucapkan hampir sama dengan soal yang diberikan. S4 mengucapkan informasi secara acak. Artinya, dia tidak menyebutkan informasi sebagaimana urutan dalam soal yang diberikan. Terkadang, S4 menyebutkan informasi dari belakang ke depan atau dari tengah ke depan dan kebelakang. Oleh karena itu, S4 cenderung menganalisis setiap permasalahan yang diberikan dengan merangkai kata-katanya sendiri. S4 dalam merencanakan penyelesaian (devising a plan) cenderung memiliki dua cara untuk menyelesaikan permasalahan. Kemudian, S4 menyebutkan langkah-langkah pemecahan masalah secara lengkap. Tetapi, terkadang juga S4 tidak menyebutkan langkah-langkah penyelesaian masalah atau menyebutkan langkah-langkahnya tetapi tidak lengkap. Pada tahap penyelesaian masalah (carrying out the plan), hal pertama yang dilakukan S4 adalah menggambarkan keadaan yang diketahui dari permasalahan dengan asumsi-asumsi tertentu. Artinya, peserta didik ini mengembangkan logika berpikirnya dan membuat hubungannya untuk memahami permasalahan. Hal ini sama dengan peserta didik yang memiliki gaya berpikir SA. Kemudian, S4 tidak menuliskan fakta yang diketahui dan ditanyakan pada lembar pekerjaan tertulis. S4 tidak dapat menyelesaikan permasalahan sesuai dengan apa yang direncanakan sebelumnya. S4 terkadang membuat rencana penyelesaian masalah tetapi pada saat menyelesaikannya, ada langkah-langkah tertentu yang berbeda dengan apa yang direncanakan sebelumnya. Selain itu, terkadang juga peserta didik ini merencanakan sesuatu tetapi tidak dikerjakan atau mengerjakan sesuatu tanpa direncanakan sebelumnya. S4memiliki cara lain untuk memperoleh hasil yang sama dan mengerjakannya pada lembar pekerjaan tertulis. S4 selalu mempunyai alternatif cara lain untuk memperoleh hasil yang sama pada setiap permasalahan yang diberikan. Berdasarkan hal ini, dapat dikatakan bahwa peserta didik yang memiliki gaya berpikir AA lebih kreatif dalam hal memecahkan masalah dibandingkan dengan peserta didik yang memiliki gaya berpikir yang lain. Pada tahap refleksi (looking back) S4 meyakini hasil pekerjaannya benar dengan melakukan pengecekan langkah demi langkah secara detail. Selain itu, S4 mempuyai alternatif jawaban sama dengan menggunakan cara berbeda. Ketika S4 ditanya, Mengapa anda meyakini bahwa jawabannya sudah benar?, maka S4 mengatakan bahwa Saya telah melakukan pengecekan langkah demi langkah pada hasil pekerjaan saya. Selain itu, S4 juga mengatakan bahwa Hasil yang diperoleh pada cara kedua sama dengan cara pertama. Profil S4 secara lengkap dapat di lihat pada Gambar 9. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa peserta didik memiliki cara mengelola dan mengatur informasi yang berbeda. Oleh karena itu, pendidik hendaknya menggunakan metode mengajar dengan mempertimbangkan gaya berpikir peserta didik. Pendidik seharusnya tidak menciptakan lingkungan pengajaran yang dominan pada satu gaya berpikir. Namun demikian, pendidik menciptakan lingkungan pengajaran dengan menyediakan dukungan untuk berbagai cara mengakses informasi pada setiap gaya berpikir. Dengan demikian, peserta didik merasa senang dengan hadirnya lingkungan gaya berpikirnya dan mencoba beradaptasi dengan lingkungan gaya berpikir yang lain. Selain metode pengajaran, pendidik juga harus memperhatikan penilaian atau mengevaluasi kemampuan peserta didik. Pendidik hendaknya tidak membuat sistem penilaian yang terorganisir atau yang bersifat algoritmik. Misalnya, ketika peserta didik tidak menuliskan fakta yang diketahui pada soal essai maka pendidik memberikan penilaian yang rendah. Perlu dipahami disini bahwa peserta didik memiliki cara tertentu dalam mengelola dan mengatur informasi yang diperolehnya. Hal yang perlu diperhatikan adalah bagaimana cara peserta didik memahami masalah yang diberikan dan bagaimana langkah-langkah menyelesaikannya. Carson (2007) menyatakan bahwa boleh saja kita menggunakan heuristik di dalam memecahkan masalah tetapi yang terpenting adalah bagaimana mengajarkan atau mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik. Hasil penelitian ini juga memberikan informasi bahwa peserta didik yang memiliki gaya berpikir AA lebih kreatif di dalam merencanakan dan menyelesaikan permasalahan. Oleh karena itu, ketika pendidik hendaknya mengembangkan kemampuan kreativitas pemecahan masalah peserta didik maka dekatilah dengan gaya berpikir AA. KESIMPULAN DAN SARAN Gaya berpikir Acak Abstrak (AA) lebih kreatif dalam merencanakan dan menyelesaikan masalah Untuk penelitian selanjutnya, dapat dilakukan studi kualitatif gaya berpikir peserta didik untuk subjek dan materi yang berbeda. Terdapat hal-hal menarik yang dapat dikaji dalam penelitian selanjutnya, misalnya mengapa peserta didik yang sering mengelola informasi secara abstrak lebih kreatif dalam memecahkan masalah daripada peserta didik yang mengelola informasi secara konkret, bagaimana tingkat penalaran logis peserta didik dalam memecahkan masalah berdasarkan gaya berpikir, dan bagaimana alur berpikir peserta didk berdasarkan gaya berpikir. 6

Hartono Bancong DAFTAR PUSTAKA Chatib, M., 202, Gurunya manusia, Bandung: Penerbit Kaifa. DePorter, B. dan Hernacki, M., 2005, Quantum learning, Bandung: Penerbit Kaifa. Emzir, 200. Metodologi penelitian kualitatif : analisis data, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Gregorc, A.F., 982, An adult s guide to style, Maynard, MA: Gabriel Systems. Nurdin, 200, Profil alur berpikir mahasiswa dalam memecahkan masalah limit berdasarkan langkah-langkah Polya, Disertasi, tidak diterbitkan, Surabaya : Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya. OECD, 2009, Top of the class high performers in science in PISA 2006 (Online), www.oecd.org/publishing/corrigenda, diakses pada tanggal 23 September 202. OECD, 200, PISA 2009 results :what students know and can do - student performance in reading, mathematics and science, Volume I (Online), www.oecd.org/publishing/corrigenda, diakses pada tanggal 23 September 202. Plant, E., 983, Problem solving in mathematics, Teaching and Learning, Institute of Education Singapore, 4(), 59-65. Polya, G., 973, How to solve it: a new aspect of mathematical method, Oxford: Princeton University Press. Silver, E. A., 997, Fostering creativity through instruction rich in mathematical problem solving and thinking in problem posing (Online), www.fiz.karlsruhe.de/fiz/publications/zdm, diakses pada tanggal 0 Agustus 202. Solso, R.L., 995, Cognitive psychology, Needham Heights, MA: Allyn & Bacon. Sugiyono, 20, Metode penelitian pendidikan : pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R & D, Bandung: Penerbit Alfabeta. 7