BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Landasan Teori 2.1.1 Konsep Konsep adalah rancangan atau buram surat; ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret; gambaran mental dari objek atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (KBBI, 2005: 588). Selain itu menurut Malo (1985: 47), Konsep-konsep yang dipakai dalam ilmu sosial walaupun kadang-kadang istilahnya sama dengan yang digunakan sehari-hari, namun makna dan pengertiannya dapat berubah. Dalam hal ini, konsep yang dimaksudkan adalah gambaran dari objek yang berupa novel berjudul Tabula Rasa yang selanjutnnya akan dibahas melalui skripsi yang berjudul Unsur-unsur Humanisme dalam Novel Tabula Rasa Karya Ratih Kumala: Analisis Psikologi Sastra. Dalam penelitian ini digunakan beberapa konsep yang akan menjadi dasar pembahasan selanjutnnya, yaitu: 2.1.1.1 Psikologi Sastra Psikologi berasal dari perkataan Yunani psyche yang artinya jiwa dan logos yang artinya ilmu pengetahuan. Jadi secara etimologis (menurut arti kata) psikologi artinya ilmu yang mempelajari tentang jiwa baik mengenai macammacam gejalanya, prosesnya, maupun latar belakangnya (Abu, 1979: 1). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 792), dijelaskan bahwa pengertian
psikologi adalah ilmu yang berkaitan dengan proses mental baik normal maupun abnormal yang pengaruhnya pada perilaku atau ilmu pengetahuan tentang gejala dan kegiatan-kegiatan jiwa. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa psikologi adalah ilmu yang mempelajari jiwa manusia, baik mengenai gejala-gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya yang tercermin dalam tingkah laku serta aktivitas manusia. Tingkah laku serta aktivitas manusia dalam psikologi sastra tentunya tidak dikaji secara langsung pada kehidupan nyata seperti objek kajian psikologi pada umumnya melainkan dikaji pada tokoh yang terdapat dalam karya sastra. Menurut Hartoko (dalam Endraswara, 2008: 70) psikologi sastra adalah ilmu sastra yang mendekati karya sastra dari sudut psikologi Psikologi sastra merupakan suatu pendekatan yang mempertimbangkan segi-segi kejiwaan dan menyangkut batiniah manusia. Lewat tinjauan psikologi akan nampak bahwa fungsi dan peran sastra adalah untuk menghidangkan citra manusia yang seadil-adilnya dan sehidup-hidupnya atau paling sedikit untuk memancarkan bahwa karya sastra pada hakikatnya bertujuan untuk melukiskan kehidupan manusia (Hardjana, 1985: 66). Psikologi sastra sebagai cabang ilmu sastra yang mendekati sastra dari sudut psikologi. Perhatiannya dapat diarahkan kepada pengarang, dan pembaca (psikologi komunikasi sastra) atau kepada teks itu sendiri (Hartoko dan B. Rahmanto, 1986: 126). Wellek dan Austin Warren (1989: 90) mengemukakan bahwa psikologi sastra mempunyai empat kemungkinan pengertian, yaitu (1) Studi psikologi pengarang sebagai tipe atau pembeda.
(2) Studi proses kreatif. (3) Studi tipe dan hukum-hukum psikologi yang diterapkan pada karya sastra, dan (4) Studi yang mempelajari dampak sastra pada pembaca atau psikologi pembaca. Berdasarkan pendapat Wellek dan Austin Warren di atas, penelitian pada novel Tabula Rasa ini mengarah pada pengertian ketiga yaitu pendekatan psikologi sebagai studi tipe dan hukum-hukum yang diterapkan pada karya sastra. Secara spesifik dapat dijelaskan bahwa analisis yang dilakukan akan diarahkan pada kondisi kejiwaan tokoh-tokoh yang berperan dalam cerita, untuk mengungkap kepribadiannya secara menyeluruh. 2.1.1.2 Humanisme Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, humanisme adalah (1) aliran yang bertujuan menghidupkan rasa perikemanusiaan dan mencita-citakan pergaulan hidup yang lebih baik (2) paham yang menganggap manusia sebagai objek studi terpenting (bukan alam atau Tuhan), (3) kemanusiaan. Pengertian lain humanisme adalah aliran zaman Renaissance yang menjadikan sastra klasik (dalam bahasa Latin dan Yunani) sebagai dasar dari seluruh peradaban. Sedangkan humanitas adalah (1) kodrat manusia, (2) perikemanusiaan. Pengertian lain humanitas adalah cabang pengajaran mengenai kebudayaan klasik Yunani dan Latin seperti seni, sastra, sejarah, dan filsafat Sedangkan pengertian humanis adalah (1) orang yang mendambakan dan memperjuangkan terwujudnya pergaulan hidup yang lebih baik, berdasarkan asas-asas perikemanusiaan;
pengabdi kepentingan sesama umat manusia, (2) penganut suatu paham yang menganggap manusia sebagai objek terpenting. humanisme penganut suatu aliran yang menganggap studi sastra dan budaya (Yunani, Latin) sebagai unsur dasar yang utama bagi pendidikan dan ilmu pengetahuan. Sedangkan humanisasi adalah pemanusiaan; penumbuhan rasa perikemanusiaan. Humanisme adalah gerakan filosofis yang menekankan nilai pribadi individu dan sentralitas nilai manusia pada umumnya. Pendekatan humanistik terhadap kepribadian juga memperhatikan tentang permasalahan etika dan nilai pribadi (Friedman dan Miriam W. Schustack, 2006: 337). Pendekatan humanistik dapat difokuskan pada ilmu-ilmu kepribadian. Sifat-sifat dasar manusia sebagai unsur-unsur humanisme tentunya dapat dikaji lebih mendalam dengan meminjam ilmu-ilmu kepribadian. Beberapa ilmuan juga memberikan pengertian tentang humanisme. Albert V.E. Avey (dalam Munir, 2007: 2) mengartikan humanisme sebagai doktrin yang menekankan bahwa yang terpenting dalam alam semesta adalah faktor alam semesta itu sendiri. Herlianto (dalam Munir, 2007: 3) mengartikan humanisme sebagai usaha untuk menekankan kembali peran manusia dan kemanusiannya dalam dunia, kehidupan dan alam semesta. Dalam pengertian umum, humanisme adalah keyakinan bahwa martabat manusia terletak pada kebebasan dan rasionalitas yang inheren pada setiap individu. Simpulan yang dapat ditarik dari keterangan di atas, humanisme adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat dasar manusia serta peran dan nilai-nilai kemanusiaannya dalam dunia.
2.1.1.3 Novel Novel adalah salah satu bentuk dari karya sastra. Novel merupakan cerita fiksi dalam bentuk tulisan atau kata-kata yang mempunyai unsur instrinsik dan ekstrinsik. Kata novel berasal dari bahasa Latin novellus, yang kemudian diturunkan menjadi novies, yang berarti baru. Perkataan baru ini bila dikaitan dengan kenyataan bahwa novel merupakan jenis cerita fiksi yang muncul belakangan dibandingkan dengan cerita pendek dan roman (Waluyo, 2002: 36). Sebuah novel biasanya menceritakan tentang kehidupan manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sesamanya. Novel adalah jenis prosa yang mengandung unsur tokoh, alur, latar rekaan yang menggelarkan kehidupan manusia berdasar sudut pandang pengarang, dan mengandung nilai hidup, yang diolah dengan teknik kisahan dan ragaan (Zaidan, dkk 1996: 136). Novel dibangun dari sejumlah unsur dan setiap unsur akan saling berhubungan serta saling menentukan, yang kesemuanya itu akan menyebabkan novel tersebut menjadi sebuah karya sastra yang bermakna pada hidup. Unsur-unsur tersebut yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Kedua unsur tersebut harus dipahami dalam upaya pengkajian karya sastra. Waluyo (2002: 37) berpendapat bahwa ciri-ciri novel adalah (1) ada perubahan nasib pada tokoh cerita, (2) ada beberapa episode dalam kehidupan tokoh utamanya, (3) biasanya tokoh utama tidak sampai mati. Novel juga dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian. 2.2 Landasan Teori Landasan teori yang mendasari penelitian ini adalah Teori Psikologi Sastra kemudian akan dilanjutkan dengan teori kepribadian untuk membahas unsurunsur humanisme dalam novel Tabula Rasa. Dengan penyatuan kedua teori ini maka unsur-unsur humanisme dalam novel Tabula Rasa akan dikaji sedetail
mungkin. Analisis Teori Psikologi Sastra diaplikasikan dengan mengunakan teori kepribadian. Teori kepribadian memiliki fungsi deskriptif (menguraikan atau menerangkan). fungsi deskriptif ini menjadikan suatu teori kepribadian bisa mengorganisasi dan menerangkan tingkah laku atau kejadian-kejadian yang dialami individu secara sistematis (dalam Koswara, 1991: 6). Menurut Ludwig Klages (dalam Suryabrata, 2008: 96) mengemukakan bahwa ada empat aspek kepribadian itu, yaitu: 1. Materi atau bahan (stoff). 2. Struktur (struktur). 3. Kualitas atau sifat (artung). 4. Tektonik atau bangun. Dari empat aspek kepribadian tersebut aspek struktur kepribadianlah yang akan dijelaskan lebih lanjut dengan mengkaji unsur-unsur humanisme yang terdapat di dalamnya. Dalam uraiannya mengenai struktur ini Klages bermula dengan memberikan pengertian tentang istilah struktur. Bila materi dipandang sebagai isi atau bahan, maka struktur dipandang sebagai sifat-sifat bentuknya atau sifat-sifat formalnya. Berdasarkan defenisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa materi adalah bentuk atau wujudnya sedangkan struktur adalah sifat dari bentuk atau wujud tersebut. Adapun struktur kepribadian menurut Klages yaitu: 1. Tempramen, 2. Perasaan, 3. Daya ekspresi,
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 1168), tempramen adalah sifat batin yang tetap mempengaruhi perbuatan, perasaan dan pikiran. Klages membedakan tempremen menjadi dua jenis yakni sanguinis dan phlegmatis. Tempramen sanguinis lebih bersifat ekspresif dengan daya reaksi yang tinggi, memiliki kemauan yang cukup kuat dan senantiasa bersikap aktif serta selalu mencoba menghindarkan diri dari rintangan dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Tempramen phlegmatis adalah kebalikan dari pada orang yang bertempramen sanguinis temponya lambat suasana hati yang depresif, daya reaksi yang berat. Keinginan untuk selingan dan perubahan sedikit sekali dan kerapkali menunjukkan sifat-sifat yang sangat teliti dan penuh pertimbangan kesusilaan (Suryabrata, 2008: 110). Menurut Klages (dalam Suryabrata, 2007: 110) dalam tiap perasaan terdapat keinginan, Adapun keinginan tersebut yaitu keinginan menerima dan keinginan menolak. Keinginan menerima dikaitkan dengan perasaan cinta maupun suka dan keinginan menolak dikaitkan dengan perasaan benci. Erich Fromm yakni psikoanalis humanistik memposisiskan cinta sebagai fokus utama manusia. Lebih lanjut Erich Fromm (dalam Friedman dan Miriam W. Schustack 2006: 340), mengemukakan bahwa cinta tidak mungkin ada tanpa kepribadian yang dewasa dan produktif. Struktur kepribadian yang ketiga yaitu daya ekspresi. Dalam (KBBI, 2005: 241-290) daya dapat diartikan sebagai kemapuan untuk melakukan sesuatu atau bertindak sedangkan ekspresi adalah pengungkapan atau proses menyatakan perasaan. Berdasarkan defenisi tersebut dapat disimpulkan bahwa daya ekspresi adalah kemampuan untuk mengungkapkan perasaan. Manusia memiliki dorongan nafsu. Dorongan dorongan nafsu ini adalah
proses jiwa yang tentunya akan muncul setelah perasaan menyukai hadir dalam diri manusia yang dewasa dan produktif seperti yang diungkapkan Friedman dan Schustack. Lebih lanjut ketiga aspek struktur kepribadian tersebut akan dibahas pada bab pembahasan berikutnya. 2.3 Tinjauan Pustaka Beberapa Penelitian tentang Novel Tabula Rasa adalah; 1. Penelitian Indriyani (Universitas Negeri Semarang, 2006) dalam skripsinya Analisis Novel Tabula Rasa karya Ratih Kumala berdasarkan: Pendekatan Struktural dan Feminisme. Penelitian ini menemukan adanya (1) unsur struktural dalam novel Tabula Rasa karya Ratih Kumala, (2) figur tokoh perempuan dalam novel Tabula Rasa karya Ratih Kumala, (3) perjuangan tokoh perempuan dalam mewujudkan feminisme di novel Tabula Rasa karya Ratih Kumala. 2. Penelitian Endah Fajarini (Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2006) dalam skripsinya yang berjudul "Aspek Moral Pada Tokoh Utama Novel Tabula rasa Karya Ratih Kumala Tinjauan Psikologi Sastra" mengungkapkan, berdasarkan analisis psikologi sastra, aspek moral pada tokoh utama dalam novel ini adalah: (a) aspek sikap rela berkorban dan bertanggung jawab, sikap tokoh atau tingkah laku yang mencerminkan jati dirinya, (b) aspek kesetiaan tokoh utama, sikap patuh terhadap nilai atau norma-norma tertentu dalam kehidupan, dan (c) aspek kemandirian, sikap seseorang yang berusaha menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa bantuan orang lain.
3. Penelitian Wiyatmi (Universitas Negeri Yogyakarta) dalam skripsinya yang berjudul Fenomena Homoseksual dalam Novel Indonesia Mutakhir. Membahas beberapa novel yang menyinggung masalah homoseksual. Salah satu novel yang dibahasnya adalah novel Tabula Rasa. 4. Penelitian Hertati yang berjudul Problem-problem Sosial dalam Novel Tabula Rasa Karya Ratih Kumala. Membahas mengenai problem penyalahgunaan narkotika, seks bebas dan penyimpangan seksual yang terdapat dalam novel Tabula Rasa. Berdasarkan kajian di atas, maka penelitian baru tentang unsur-unsur humanisme dalam kajian yang sama yaitu novel Tabula Rasa perlu dilakukan. Dalam penelitian yang berbeda ini karya sastra dikaji melalui pendekatan psikologi. Dengan demikian diperlukan teori yang dapat membantu untuk mengungkapkan unsur-unsur humanisme.