BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. diabstrakkan dari peristiwa konkret; gambaran mental dari objek atau apapun

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. rancangan penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN. Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL HUJAN DI BAWAH BANTAL KARYA E. L. HADIANSYAH DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1).

BAB II LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, seseorang dengan menggunakan bahasa yang indah.

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak cukup dengan tumbuh dan berkembang akan tetapi. dilakukan dengan proses pendidikan. Manusia sebagai makhluk sosial

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. pemikiran si peneliti karena menentukan penetapan variabel. Berdasarkan Kamus Besar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu bentuk hasil pemikiran dan pekerjaan seni yang kreatif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pemikiran, perasaan, ide dalam bentuk gambaran kongkrit yang menggunakan alat

BAB I PENDAHULUAN. pengarang ingin menyampaikan nilai-nilai hidup kepada pembaca, karena pada

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bahasa Indonesia dikenal istilah kesusastraan. Kata kesusastraan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra merupakan karya seni yang mengandung banyak estetika

BAB I PENDAHULUAN. Dalam karya sastra terdapat nilai-nilai kehidupan masyarakat yang dituangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia. berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, imajinasi, ide, keyakinan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan karya seni tulis yang diciptakan seorang pengarang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. etimologis, fiksi berasal dari akar kata fingere (Latin) yang berarti berpurapura.

BAB I PENDAHULUAN. Sastra dalam keutuhan bentuknya menyentuh seluruh kehidupan. manusia. Karya sastra dalam bentuknya memuat berbagai aspek dimensi

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

FEMINISME TOKOH UTAMA DALAM NOVEL KEMBANG ALANG- ALANG KARYA MARGARETH WIDHY PRATIWI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karya sastra merupakan ekspresi jiwa pengarang (Faruk, 2010: 44). Karya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan sastra daerah itu dapat. Mitchell (dalam Nurgiyantoro, 2005 : 163) yakni,

I. PENDAHULUAN. problematika yang dialaminya dalam kehidupan. Problematika dapat timbul

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur

I. PENDAHULUAN. penelitian dari penelitian mengenai citra perempuan dalam novel Bidadari-

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dialaminya. Hal ini sesuai dengan pendapat E. Kosasih ( 2012: 2)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah karya yang indah yang mempunyai banyak

Bab 2. Landasan Teori. dalam cerita, dan bagaimana penempatannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup

BAB I PENDAHULUAN. bahasa.luxemburg dkk. (1989:23) mengatakan, Sastra dapat dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. melalui ekspresi yang berupa tulisan yang menggunakan bahasa sebagai

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Hal ini disebabkan masing-masing pengarang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu karya yang terlahir dari perasaan dan imajinasi, perasaan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah alat yang digunakan sastrawan untuk mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, Jabrohim, dkk. (2003:4) menjelaskan yaitu, Bahasa memang media

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. oleh peneliti terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang akan dilakukan.

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan pustaka yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa konsep, yaitu:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan

BAB I PENDAHULUAN. imajiner menawarkan berbagai permasalahan manusia dan kemanusiaan,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KIRNILAI MORAL DALAM NOVEL PELANGI DI ATAS CINTA KARYA CHAERUL AL-ATTAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil ekspresi atau ungkapan kejiwaan seorang yang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat dalam suatu karya sastra, karena hakekatnya sastra merupakan cermin

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan bentuk karya seni kreatif yang menggunakan objek manusia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. novel yang menceritakan luka hati seorang ibu miskin ini mempunyai tampilan sampul buku

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan ungkapan atau hasil kreatifitas pengarang yangmempergunakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. (keindahan bahasa) yang dominan.karya sastra merupakan ungkapan pribadi

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Konsep Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:588), konsep

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup

BAB II LANDASAN TEORI. dengan judul Nilai-Nilai Moral dalam Novel Nyanyian Lembayung Karya Sin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. saat ini, banyak sekali bermunculan karya-karya sastra yang nilai keindahannya

BAB I PENDAHULUAN. manusia serta segala problema kehidupannya tidak dapat terpisah-pisah. Sastra

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TEORI KEPRIBADIAN LUDWIG KLAGES. Oleh: Ubaii Achmad

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos.

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan pengalaman dan pengamatannya terhadap kehidupan. Kehidupan

Transkripsi:

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Landasan Teori 2.1.1 Konsep Konsep adalah rancangan atau buram surat; ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret; gambaran mental dari objek atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (KBBI, 2005: 588). Selain itu menurut Malo (1985: 47), Konsep-konsep yang dipakai dalam ilmu sosial walaupun kadang-kadang istilahnya sama dengan yang digunakan sehari-hari, namun makna dan pengertiannya dapat berubah. Dalam hal ini, konsep yang dimaksudkan adalah gambaran dari objek yang berupa novel berjudul Tabula Rasa yang selanjutnnya akan dibahas melalui skripsi yang berjudul Unsur-unsur Humanisme dalam Novel Tabula Rasa Karya Ratih Kumala: Analisis Psikologi Sastra. Dalam penelitian ini digunakan beberapa konsep yang akan menjadi dasar pembahasan selanjutnnya, yaitu: 2.1.1.1 Psikologi Sastra Psikologi berasal dari perkataan Yunani psyche yang artinya jiwa dan logos yang artinya ilmu pengetahuan. Jadi secara etimologis (menurut arti kata) psikologi artinya ilmu yang mempelajari tentang jiwa baik mengenai macammacam gejalanya, prosesnya, maupun latar belakangnya (Abu, 1979: 1). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 792), dijelaskan bahwa pengertian

psikologi adalah ilmu yang berkaitan dengan proses mental baik normal maupun abnormal yang pengaruhnya pada perilaku atau ilmu pengetahuan tentang gejala dan kegiatan-kegiatan jiwa. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa psikologi adalah ilmu yang mempelajari jiwa manusia, baik mengenai gejala-gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya yang tercermin dalam tingkah laku serta aktivitas manusia. Tingkah laku serta aktivitas manusia dalam psikologi sastra tentunya tidak dikaji secara langsung pada kehidupan nyata seperti objek kajian psikologi pada umumnya melainkan dikaji pada tokoh yang terdapat dalam karya sastra. Menurut Hartoko (dalam Endraswara, 2008: 70) psikologi sastra adalah ilmu sastra yang mendekati karya sastra dari sudut psikologi Psikologi sastra merupakan suatu pendekatan yang mempertimbangkan segi-segi kejiwaan dan menyangkut batiniah manusia. Lewat tinjauan psikologi akan nampak bahwa fungsi dan peran sastra adalah untuk menghidangkan citra manusia yang seadil-adilnya dan sehidup-hidupnya atau paling sedikit untuk memancarkan bahwa karya sastra pada hakikatnya bertujuan untuk melukiskan kehidupan manusia (Hardjana, 1985: 66). Psikologi sastra sebagai cabang ilmu sastra yang mendekati sastra dari sudut psikologi. Perhatiannya dapat diarahkan kepada pengarang, dan pembaca (psikologi komunikasi sastra) atau kepada teks itu sendiri (Hartoko dan B. Rahmanto, 1986: 126). Wellek dan Austin Warren (1989: 90) mengemukakan bahwa psikologi sastra mempunyai empat kemungkinan pengertian, yaitu (1) Studi psikologi pengarang sebagai tipe atau pembeda.

(2) Studi proses kreatif. (3) Studi tipe dan hukum-hukum psikologi yang diterapkan pada karya sastra, dan (4) Studi yang mempelajari dampak sastra pada pembaca atau psikologi pembaca. Berdasarkan pendapat Wellek dan Austin Warren di atas, penelitian pada novel Tabula Rasa ini mengarah pada pengertian ketiga yaitu pendekatan psikologi sebagai studi tipe dan hukum-hukum yang diterapkan pada karya sastra. Secara spesifik dapat dijelaskan bahwa analisis yang dilakukan akan diarahkan pada kondisi kejiwaan tokoh-tokoh yang berperan dalam cerita, untuk mengungkap kepribadiannya secara menyeluruh. 2.1.1.2 Humanisme Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, humanisme adalah (1) aliran yang bertujuan menghidupkan rasa perikemanusiaan dan mencita-citakan pergaulan hidup yang lebih baik (2) paham yang menganggap manusia sebagai objek studi terpenting (bukan alam atau Tuhan), (3) kemanusiaan. Pengertian lain humanisme adalah aliran zaman Renaissance yang menjadikan sastra klasik (dalam bahasa Latin dan Yunani) sebagai dasar dari seluruh peradaban. Sedangkan humanitas adalah (1) kodrat manusia, (2) perikemanusiaan. Pengertian lain humanitas adalah cabang pengajaran mengenai kebudayaan klasik Yunani dan Latin seperti seni, sastra, sejarah, dan filsafat Sedangkan pengertian humanis adalah (1) orang yang mendambakan dan memperjuangkan terwujudnya pergaulan hidup yang lebih baik, berdasarkan asas-asas perikemanusiaan;

pengabdi kepentingan sesama umat manusia, (2) penganut suatu paham yang menganggap manusia sebagai objek terpenting. humanisme penganut suatu aliran yang menganggap studi sastra dan budaya (Yunani, Latin) sebagai unsur dasar yang utama bagi pendidikan dan ilmu pengetahuan. Sedangkan humanisasi adalah pemanusiaan; penumbuhan rasa perikemanusiaan. Humanisme adalah gerakan filosofis yang menekankan nilai pribadi individu dan sentralitas nilai manusia pada umumnya. Pendekatan humanistik terhadap kepribadian juga memperhatikan tentang permasalahan etika dan nilai pribadi (Friedman dan Miriam W. Schustack, 2006: 337). Pendekatan humanistik dapat difokuskan pada ilmu-ilmu kepribadian. Sifat-sifat dasar manusia sebagai unsur-unsur humanisme tentunya dapat dikaji lebih mendalam dengan meminjam ilmu-ilmu kepribadian. Beberapa ilmuan juga memberikan pengertian tentang humanisme. Albert V.E. Avey (dalam Munir, 2007: 2) mengartikan humanisme sebagai doktrin yang menekankan bahwa yang terpenting dalam alam semesta adalah faktor alam semesta itu sendiri. Herlianto (dalam Munir, 2007: 3) mengartikan humanisme sebagai usaha untuk menekankan kembali peran manusia dan kemanusiannya dalam dunia, kehidupan dan alam semesta. Dalam pengertian umum, humanisme adalah keyakinan bahwa martabat manusia terletak pada kebebasan dan rasionalitas yang inheren pada setiap individu. Simpulan yang dapat ditarik dari keterangan di atas, humanisme adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat dasar manusia serta peran dan nilai-nilai kemanusiaannya dalam dunia.

2.1.1.3 Novel Novel adalah salah satu bentuk dari karya sastra. Novel merupakan cerita fiksi dalam bentuk tulisan atau kata-kata yang mempunyai unsur instrinsik dan ekstrinsik. Kata novel berasal dari bahasa Latin novellus, yang kemudian diturunkan menjadi novies, yang berarti baru. Perkataan baru ini bila dikaitan dengan kenyataan bahwa novel merupakan jenis cerita fiksi yang muncul belakangan dibandingkan dengan cerita pendek dan roman (Waluyo, 2002: 36). Sebuah novel biasanya menceritakan tentang kehidupan manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sesamanya. Novel adalah jenis prosa yang mengandung unsur tokoh, alur, latar rekaan yang menggelarkan kehidupan manusia berdasar sudut pandang pengarang, dan mengandung nilai hidup, yang diolah dengan teknik kisahan dan ragaan (Zaidan, dkk 1996: 136). Novel dibangun dari sejumlah unsur dan setiap unsur akan saling berhubungan serta saling menentukan, yang kesemuanya itu akan menyebabkan novel tersebut menjadi sebuah karya sastra yang bermakna pada hidup. Unsur-unsur tersebut yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Kedua unsur tersebut harus dipahami dalam upaya pengkajian karya sastra. Waluyo (2002: 37) berpendapat bahwa ciri-ciri novel adalah (1) ada perubahan nasib pada tokoh cerita, (2) ada beberapa episode dalam kehidupan tokoh utamanya, (3) biasanya tokoh utama tidak sampai mati. Novel juga dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian. 2.2 Landasan Teori Landasan teori yang mendasari penelitian ini adalah Teori Psikologi Sastra kemudian akan dilanjutkan dengan teori kepribadian untuk membahas unsurunsur humanisme dalam novel Tabula Rasa. Dengan penyatuan kedua teori ini maka unsur-unsur humanisme dalam novel Tabula Rasa akan dikaji sedetail

mungkin. Analisis Teori Psikologi Sastra diaplikasikan dengan mengunakan teori kepribadian. Teori kepribadian memiliki fungsi deskriptif (menguraikan atau menerangkan). fungsi deskriptif ini menjadikan suatu teori kepribadian bisa mengorganisasi dan menerangkan tingkah laku atau kejadian-kejadian yang dialami individu secara sistematis (dalam Koswara, 1991: 6). Menurut Ludwig Klages (dalam Suryabrata, 2008: 96) mengemukakan bahwa ada empat aspek kepribadian itu, yaitu: 1. Materi atau bahan (stoff). 2. Struktur (struktur). 3. Kualitas atau sifat (artung). 4. Tektonik atau bangun. Dari empat aspek kepribadian tersebut aspek struktur kepribadianlah yang akan dijelaskan lebih lanjut dengan mengkaji unsur-unsur humanisme yang terdapat di dalamnya. Dalam uraiannya mengenai struktur ini Klages bermula dengan memberikan pengertian tentang istilah struktur. Bila materi dipandang sebagai isi atau bahan, maka struktur dipandang sebagai sifat-sifat bentuknya atau sifat-sifat formalnya. Berdasarkan defenisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa materi adalah bentuk atau wujudnya sedangkan struktur adalah sifat dari bentuk atau wujud tersebut. Adapun struktur kepribadian menurut Klages yaitu: 1. Tempramen, 2. Perasaan, 3. Daya ekspresi,

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 1168), tempramen adalah sifat batin yang tetap mempengaruhi perbuatan, perasaan dan pikiran. Klages membedakan tempremen menjadi dua jenis yakni sanguinis dan phlegmatis. Tempramen sanguinis lebih bersifat ekspresif dengan daya reaksi yang tinggi, memiliki kemauan yang cukup kuat dan senantiasa bersikap aktif serta selalu mencoba menghindarkan diri dari rintangan dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Tempramen phlegmatis adalah kebalikan dari pada orang yang bertempramen sanguinis temponya lambat suasana hati yang depresif, daya reaksi yang berat. Keinginan untuk selingan dan perubahan sedikit sekali dan kerapkali menunjukkan sifat-sifat yang sangat teliti dan penuh pertimbangan kesusilaan (Suryabrata, 2008: 110). Menurut Klages (dalam Suryabrata, 2007: 110) dalam tiap perasaan terdapat keinginan, Adapun keinginan tersebut yaitu keinginan menerima dan keinginan menolak. Keinginan menerima dikaitkan dengan perasaan cinta maupun suka dan keinginan menolak dikaitkan dengan perasaan benci. Erich Fromm yakni psikoanalis humanistik memposisiskan cinta sebagai fokus utama manusia. Lebih lanjut Erich Fromm (dalam Friedman dan Miriam W. Schustack 2006: 340), mengemukakan bahwa cinta tidak mungkin ada tanpa kepribadian yang dewasa dan produktif. Struktur kepribadian yang ketiga yaitu daya ekspresi. Dalam (KBBI, 2005: 241-290) daya dapat diartikan sebagai kemapuan untuk melakukan sesuatu atau bertindak sedangkan ekspresi adalah pengungkapan atau proses menyatakan perasaan. Berdasarkan defenisi tersebut dapat disimpulkan bahwa daya ekspresi adalah kemampuan untuk mengungkapkan perasaan. Manusia memiliki dorongan nafsu. Dorongan dorongan nafsu ini adalah

proses jiwa yang tentunya akan muncul setelah perasaan menyukai hadir dalam diri manusia yang dewasa dan produktif seperti yang diungkapkan Friedman dan Schustack. Lebih lanjut ketiga aspek struktur kepribadian tersebut akan dibahas pada bab pembahasan berikutnya. 2.3 Tinjauan Pustaka Beberapa Penelitian tentang Novel Tabula Rasa adalah; 1. Penelitian Indriyani (Universitas Negeri Semarang, 2006) dalam skripsinya Analisis Novel Tabula Rasa karya Ratih Kumala berdasarkan: Pendekatan Struktural dan Feminisme. Penelitian ini menemukan adanya (1) unsur struktural dalam novel Tabula Rasa karya Ratih Kumala, (2) figur tokoh perempuan dalam novel Tabula Rasa karya Ratih Kumala, (3) perjuangan tokoh perempuan dalam mewujudkan feminisme di novel Tabula Rasa karya Ratih Kumala. 2. Penelitian Endah Fajarini (Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2006) dalam skripsinya yang berjudul "Aspek Moral Pada Tokoh Utama Novel Tabula rasa Karya Ratih Kumala Tinjauan Psikologi Sastra" mengungkapkan, berdasarkan analisis psikologi sastra, aspek moral pada tokoh utama dalam novel ini adalah: (a) aspek sikap rela berkorban dan bertanggung jawab, sikap tokoh atau tingkah laku yang mencerminkan jati dirinya, (b) aspek kesetiaan tokoh utama, sikap patuh terhadap nilai atau norma-norma tertentu dalam kehidupan, dan (c) aspek kemandirian, sikap seseorang yang berusaha menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa bantuan orang lain.

3. Penelitian Wiyatmi (Universitas Negeri Yogyakarta) dalam skripsinya yang berjudul Fenomena Homoseksual dalam Novel Indonesia Mutakhir. Membahas beberapa novel yang menyinggung masalah homoseksual. Salah satu novel yang dibahasnya adalah novel Tabula Rasa. 4. Penelitian Hertati yang berjudul Problem-problem Sosial dalam Novel Tabula Rasa Karya Ratih Kumala. Membahas mengenai problem penyalahgunaan narkotika, seks bebas dan penyimpangan seksual yang terdapat dalam novel Tabula Rasa. Berdasarkan kajian di atas, maka penelitian baru tentang unsur-unsur humanisme dalam kajian yang sama yaitu novel Tabula Rasa perlu dilakukan. Dalam penelitian yang berbeda ini karya sastra dikaji melalui pendekatan psikologi. Dengan demikian diperlukan teori yang dapat membantu untuk mengungkapkan unsur-unsur humanisme.