BAB III PENUTUP. a. Kesimpulan. 1. Pertanggungjawaban pidana menyangkut pemidanaannya sesuai dengan

dokumen-dokumen yang mirip
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENERAPAN PIDANA TERHADAP ANGGOTA TENTARA NASIONAL INDONESIA YANG MELAKUKAN DESERSI

BAB I PENDAHULUAN. tegas dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maraknya tindak pidana yang terjadi di Indonesia tentu

PEMECATAN PRAJURIT TNI

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan modus-modus kejahatan.

BAB III PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di muka maka penulis

Reni Jayanti B ABSTRAK

PEMBERHENTIAN DENGAN TIDAK HORMAT PRAJURIT TNI

yang tersendiri yang terpisah dari Peradilan umum. 1

BAB IV PENUTUP A. Simpulan

BAB III PENUTUP. korupsi dan kekuasaan kehakiman maka penulis menarik kesimpulan. mengenai upaya pengembalian kerugian negara yang diakibatkan korupsi

BAB I PENDAHULUAN. dibesarkan, dan berkembang bersama-sama rakyat Indonesia dalam

BAB III PENUTUP. mewujudkan rasa keadilan dalam masyarakat. dari Balai Pemasyarakatan. Hal-hal yang meringankan terdakwa yaitu :

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebagaimana diuraikan dalam bab sebelumnya dapat dikemukakan kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap Negara dapat dipastikan harus selalu ada kekuatan militer untuk

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari uraian hasil penelitian dan analisa yang telah dilakukan oleh penulis,

DAFTAR PUSTAKA. A. Buku-Buku Adami Chazawi, 2011, Pelajaran Hukum Pidana I, Jakarta, Raja Grafindo Persada

DAFTAR PUSTAKA. (jilid 1), Penerbit PT.Prestasi pustakaraya, Jakarta, Ismu Gunadi W, Jonaedi Efendi, Yahman, Cepat & mudah memahami Hukum

DAFTAR PUSTAKA. Arief, Barda Nawawi, 1996, Kebijakan Legislatif Dalam Penanggulangan Kejahatan Dengan Pidana Penjara, Badan Penerbit UNDIP, Semarang.

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK DIBAWAH UMUR YANG MENJADI KORBAN TINDAK PIDANA PENCABULAN

BAB III PENUTUP. di atas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

PROSES PENYELESAIAN PERKARA PIDANA DENGAN PELAKU ANGGOTA TNI (Studi di Wilayah KODAM IV DIPONEGORO)

BAB III PENUTUP. penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

berat dengan tahapan sebagai berikut :

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP ANGGOTA MILITER YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN MILITER II 11 YOGYAKARTA

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. tindak pidana dapat dilihat sebagai suatu bentuk tingkah laku yang menyimpang

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU TINDAK PIDANA PENIPUAN (STUDI KASUS PADA PENGADILAN NEGERI DI SURAKARTA)

DAFTAR PUSTAKA. Achmad Ali, Menguak Realitas Hukum, Rampai Kolom dan Artikel Pilihan dalam. Bidang Hukum, Prenada Media Group, Jakarta, 2008.

BAB III PENUTUP. terdahulu, maka penulis menyimpulkan beberapa hal yaitu :

I. PENDAHULUAN. yang bersangkutan telah dinyatakan lulus dan menyelesaikan semua persyaratan

BAB V PENUTUP tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Informasi

I. PENDAHULUAN. terpuruknya sistem kesejahteraan material yang mengabaikan nilai-nilai

Bab III. Penutup. dalam penulisan hukum/skripsi ini sebagai berikut:

BAB II TINDAK PIDANA DESERSI YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA TNI. mengenai fungsi, tugas dan tanggungjawab mereka sebagai anggota TNI yang

NINUK HERLINA NIM OLEH :

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP ANGGOTA TENTARA NASIONAL INDONESIA ANGKATAN DARAT (TNI AD) YANG TINDAK PIDANA. Oleh : Dr. Ruslan Abdul Gani, SH, MH

BAB III PENUTUP. Berdasarkan uraian dari pembahasan di atas maka dapat diberi kesimpulan,

NASKAH PUBLIKASI PENEGAKAN HUKUM TERHADAP ANGGOTA MILITER YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN MILITER II 11 YOGYAKARTA

BAB III PENUTUP. maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut :

Lex Crimen Vol. VI/No. 9/Nov/2017

BAB III PENUTUP. a. Faktor kemandirian kekuasaan kehakiman atau kebebasan yang. pengancaman pidana di dalam undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tentara Nasional Indonesia (TNI) adalah tiang penyangga

BAB III SANKSI PIDANA DAN PEMIDANAAN TERHADAP PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA (MILITER)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tentara Nasional Indonesia yang selanjutnya disingkat sebagai TNI merupakan

BAB III PENUTUP. bentrokan yang tajam dan kekacauan yang besar di kalangan masyarakat dan juga alat

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENGEROYOKAN

perundang-undangan tentang pemberantasan tindak pidana korupsi serta tugas dan wewenang Kejaksaan, maka dapat disimpulkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. kelompok masyarakat, baik di kota maupun di desa, baik yang masih primitif

DASAR PERTIMBANGAN HAKIM MEMBERIKAN PUTUSAN BERSYARAT TERHADAP ANAK PEMAKAI NARKOTIKA DI PENGADILAN NEGERI KELAS 1A PADANG

DAFTAR PUSTAKA. Ali, Mahrus Dasar-Dasar Hukum Pidana dalam Sudarto, Hukum Pidana I. Semarang: Badan Penyediaan Bahan-Bahan Kuliah, FH UNDIP

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pembahasan yang sudah diuraikan sebelumnya maka penulis. menyimpulkan bahwa :

BAB III PENUTUP. tidak masuk akal atau tidak logika, sehingga tidak dapat. maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

II. TINJAUAN PUSTAKA. tindak pidana atau melawan hukum, sebagaimana dirumuskan dalam Undang-

BAB III PENUTUP. 1. Akibat yang ditimbulkan oleh tindak pidana terorisme antara lain:

PENERAPAN PIDANA PEMECATAN TERHADAP ANGGOTA TENTARA NASIONAL INDONESIA SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA *

Lex Privatum Vol. V/No. 10/Des/2017. PERTANGGUNGJAWABAN BAGI ANGGOTA MILITER YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA GRATIFIKASI 1 Oleh: Rima Katherina Poli 2

I. PENDAHULUAN. Sebagaimana telah diketahui bahwa penegakkan hukum merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. pembangunan pada keseluruhan bidang tersebut. Pelaksanaan kegiatan

DAFTAR PUSTAKA. Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, Pelajaran Hukum Pidana Bagian I, Raja Grafindo Persada,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tangga itu. Biasanya, pelaku berasal dari orang-orang terdekat yang dikenal

KAJIANTENTANGANGGOTA MILITER YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA DALAM PERKARA KONEKSITAS MENURUT KUHAP 1 Oleh : Arwin Syamsuddin 2

I. PENDAHULUAN. yang melakukan tindak pidana. Dengan lahirnya konsepsi baru dalam hukum pidana modern,

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

I. PENDAHULUAN. Orang hanya menganggap bahwa yang terpenting bagi militer adalah disiplin. Ini tentu benar,

PENDAHULUAN. dan pada saat tertentu disebut sebagai biotic community atau masyarakat

Amirroedin sjarif, Disiplin militer dan Pembinaannya, Jakarta:Ghalia Indonesia, 1982.

BAB V PENUTUP. unsur-unsurnya adalah sebagai berikut : dapat diminta pertanggung jawaban atas perbuatannya.

I. PENDAHULUAN. hukum dan pemerintahan dengan tidak ada kecualinya sebagaimana tercantum

I. PENDAHULUAN. taraf yang sangat menghawatirkan, jika di amati berita-berita diberbagai media. dan merusak generasi sebagai penerus bangsa.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB I PENDAHULUAN. penyelesaian perkara pidana, keterangan yang diberikan oleh seorang saksi. pidana atau tidak yang dilakukan terdakwa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Institusi militer merupakan institusi unik karena peran dan posisinya yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. wajib untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Pertanggungjawaban

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem pertanggungjawaban pidana dalam hukum pidana positif saat ini

I. PENDAHULUAN. dengan alat kelamin atau bagian tubuh lainnya yang dapat merangsang nafsu

DAFTAR PUSTAKA. Bakhri, Syaiful, 2009, Hukum Pembuktian Dalam Praktik Peradilan Pidana, Cetakan I, P3IH FH UMJ dan Total Media, Yogyakarta.

DAFTAR PUSTAKA. Arief, Barda Nawawi, Kebijakan Kriminal, op.cit, hal.2

DAFTAR PUSTAKA. Buku:

I. PENDAHULUAN. sesuai dengan aturan hukum yang berlaku. Dengan demikian sudah seharusnya penegakan

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN SANKSI PIDANA KEPADA ANGGOTA TNI YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA ASUSILA DI PENGADILAN MILITER YOGYAKARTA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG HUKUM DISIPLIN MILITER

BAB II TINDAK PIDANA INSUBORDINASI. A. Pengertian Dan Subjek Tindak Pidana Militer

I. PENDAHULUAN. berkembang sejalan dengan perkembangan tingkat peradaban. Berkaitan dengan

JURNAL HUKUM PERTANGGUNGJAWABAN BAGI ANGGOTA MILITER YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB III REMISI DALAM KEPPRES RI NO 174 TAHUN maupun yang sudah tercantum dalam peraturan perundang-undangan.

Lex Crimen Vol. III/No. 2/April/2014

BAB IV SIMPULAN A. SIMPULAN

BAB III PENUTUP. pada bab-bab sebelumnya maka dapat dijabarkan kesimpulan sebagai berikut:

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Setelah dilakukan analisis terhadap data yang diperoleh dalam Penulisan

JURNAL DISPARITAS PUTUSAN HAKIM TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA DESERSI DI PENGADILAN MILITER

GARIS-GARIS BESAR PERKULIAHAN (GBPP)

DAFTAR PUSTAKA. Grafika, Jakarta Grafika, Anton M.Moelijono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1998

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS HUKUM

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Pidana. Bagaimanapun baiknya segala peraturan perundang-undangan yang siciptakan

BAB IV PENUTUP. A. Simpulan

BAB III PENUTUP. Berdasarkan analisa kasus diatas dapat disimpulkan bahwa ada. keterkaitan antara jumlah kerugian negara dengan berat ringannya pidana

KAJIAN HUKUM PIDANA MILITER INDONESIA TERHADAP TINDAK PIDANA DESERSI. Robi Amu

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 bertujuan mewujudkan tata

Transkripsi:

93 BAB III PENUTUP a. Kesimpulan 1. Pertanggungjawaban pidana menyangkut pemidanaannya sesuai dengan pemidanaan pada umumnya, bahwa prajurit dapat di pidana jika memenuhi unsur kesalahan. Terhadap kejahatan desersi di masa damai di Pengadilan Militer Yogyakarta disamping dijatuhkan pidana pokok berupa pidana penjara sesuai ketentuan pasal 87 ayat 2 KUHPM yaitu penjara maksimal 2 tahun 8 bulan dan dapat pula dijatuhkan pidana tambahan berupa pemecatan dari dinas militer. Penjatuhan pidana tambahan ini berdasarkan ketentuan pasal 6 huruf b KUHPM yang menyatakan: ke-1, Pemecatan dari dinas militer dengan atau tanpa pencabutan haknya untuk memasuki angkatan bersenjata; ke-2,penurunan pangkat; ke-3, Pencabutan hak-hak yang disebutkan pada Pasal 35 ayat pertama pada nomor ke-1, ke-2 dan ke-3 Kitab Undang-undang Hukum Pidana. 2. Faktor faktor yang mempengaruhi putusan pengadilan militer terhadap tindak pidana desersi di masa damai hakim dalam menjatuhkan putusan di pengaruhi faktor lingkungan dan faktor pribadi. Faktor linkungan menjadi pertimbangan hakim dalam putusan karena dalam hal ini anggota militer yang melakukan desersi di masa damai di pengaruhi oleh keadaan lingkungan di sekitarnya, diantaranya: keadaan keluarga, hubungan percintaan dan kebutuhan ekonomi. Sedangkan dalam

94 faktor pribadi dalam menjatuhkan hukuman kepada anggota yang melakukan kejahatan desersi di masa damai hakim hanya mempertimbangkan factor pelaku dan perbuatanya, hal ini di sebabkan karena perbuatan yang dilakukan pelaku tidak berhubungan dengan korban melainkan perbuatan pidana yang berhubungan pelanggaran kode etik kedisiplinan yang telah di tetapkan. Pertimbangan hakim yang ditentukan adalah sebagai berikut : Ke-1 hal-hal yang bersifat meringankan terdakwa meliputi: Terdakwa berterus terang sehingga memperlancar persidangan, terdakwa menyesali perbuatanya dan berjanji tidak akan mengulangi lagi, terdakwa kembali ke kesatuan atas kesadaran sendiri dan terdakwa belum pernah di hukum. Ke- 2 Hal-hal yang bersifat memberatkan terdakwa meliputi: Perbuatan Terdakwa bertentangan dengan Sapta marga dan Disiplin prajurit, Perbuatan terdakwa dapat merusak pola pembinaan disiplin prajurit di kesatuan, perbuatan terdakwa dapat berpengaruh buruk terhadap prajurit yang lain, perbuatan terdakwa merupakan pengulangan tindak pidana (residive) b. Saran 1. Sebaiknya setiap komandan pada kesatuan lebih melihat lagi pribadi masing - masing anggota agar mengetahui permasalahan yang dihadapi anggotanya, sehingga bisa menekan angka tindak pidana desersi di masa damai yang sering dilakukan.

95 2. Sebaiknya atasan juga dapat mempertimbangkan izin yang diminta oleh anggotanya sehingga prajurit tidak melakukan tindak pidana desersi di masa damai dan anggota Tentara Nasional Indonesia dalam meminta izin juga bisa memberikan alasan yang tidak berbelit-belit agar atasan dapat memberikan izin.

96 DAFTAR PUSTAKA A. BUKU Abdulkadir Muhammad,1997 Etik profesi Hukum PT. Citra Aditya Bakti Bandung. Ahmad Rifai, 2010. Penemuan Hukum oleh Hakim Dalam Persfektif Hukum Progresif, Sinar Grafika Jakarta. Andi Hamzah dan Bambang Waluyo,1989 Delik-Delik Terhadap Penyelenggaraan Peradilan Sinar Grafika Jakarta. E.Y. Kanter, dan S.R. Sianturi, 1981, Hukum Pidana Militer di Indonesia, Alumni AHMPTHM, Jakarta Iswandi,1986. bisnis militer orde baru, Remaja Rosdakarya, bandung Lilik Mulyadi, 2007, Penerapan Putusan Hakim Pada Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Ikahi, Jakarta Moeljatno, 2000, Asas-Asas Hukum Pidana,cetakan VI, Rineka Cipta, Jakarta,1985, Fungsi Dan Tujunan Hukum Pidana Indonesia Bina Aksara, Jakarta. Moch. Faisal Salam, 2006, Hukum Pidana Militer di Indonesia, Mandar Maju, Bandung,1994, peradilan militer indonesia, Mandar maju, Bandung,1996, Hukum Acara Pidana Militer di Indonesia, Mandar Maju,Bandung Moh. Mahfud MD, 1999, Hukum dan Pilar-Pilar Demokrasi, Gama Media Yogyakarta, 2010, Membangun Politik Hukum, Menegakan Konstitusi, Rajawali Pers, Jakarta Philipus M. Hadjon, 1987, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, Suatu Studi tentang Prinsip-Prinsipnya, Penanganannya oleh Pengadilan, Dalam Lingkungan Peradilan Umum dan Pembentukan Peradilan Administrasi, Bina Ilmu Surabayacet.1, Rajawali Pers, Jakarta,

97 Roeslan Saleh,1982, Tindak Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana, Lokakarya Masalah Pembaharuan Kodifikasi Hukum Pidana Nasional Buku I, BPHN Departeman Kehakiman, Jakarta 1983, Perbuatan Pidana DanPertanggungjawaban Pidana, Dua pengertian Dasar Dalam Hukum Pidana,, cetakan III, Aksara Baru, Jakarta Romli Atmasasmita,2000, Bandung Perbandingan Hukum Pidana, cetakan I, Mandar Maju, Soegiri, dkk 30 tahun perkembangan peradilan militer di negara republik indonesia, indaradjaja, jakarta S.R Sianturi.1996, Asas-asas Hukum Pidana Indonesia dan Penerapanya, Cet IV:Alumni Ahaem-Peteheam, Jakarta,2010 Hukum Pidana Militer di Indonesia, Badan Pembinaan Hukum Tentara Nasional di Indonesia, Jakarta Sudarto, 1983, Hukum dan Hukum Pidana, Alumni Bandung B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 1. Undang-Undang Nomor 2 tahun 1986 tentang Peradilan Umum jo Undang-Undang Nomor 8 tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 2 tahun 1986 tentang Peradilan Umum 2. Undang-Undang Nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama 3. Undang-Undang Nomor 5 tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara jo Undang- Undang Nomor 9 tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 5 tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara 4. Undang-Undang Nomor 31 tahun 1997 tentang Peradilan Militer 5. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Militer 6. Undang-Undang Nomor 26 tahun 1997 tentang Disiplin Prajurit Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. 7. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1997 tentang Peradilan Militer 8. Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. 9. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Tentara. 1967, Gajah Mada, Bogor

98 C. INTERNET www.pengadilan Militer Yogyakarta, Kamus istilah Militer. http : www.googlesearch.com http://www.hukum online.com.