BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada kolom Tekno Pangan majalah Sedap Sekejap, tawas digunakan untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. banyak digunakan karena bahan ini paling ekonomis, mudah diperoleh dipasaran.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERAN TAWAS TERHADAP PERURAIAN PROTEIN IKAN TONGKOL. Nurrahman* dan Joko Teguh Isworo* ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kreatinin adalah produk protein otot yang merupakan hasil akhir

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bertingkat dengan empat dosis tidak didapatkan kematian pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah terdiri atas 2 komponen utama yaitu plasma darah dan sel-sel darah.

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Pemberian Kitosan terhadap Ginjal Puyuh yang Terpapar Timbal (Pb)

VARIASI DOSIS SUPLEMENTASI SENG TERHADAP KERUSAKAN EPITEL TUBULUS GINJAL PADA TIKUS YANG TERPAJAN ALUMUNIUM

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II KLINIK

I. PENDAHULUAN. Parasetamol merupakan obat antipiretik dan analgetik yang telah lama

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. coba setelah pemberian polisakarida krestin (PSK) dari jamur Coriolus versicolor

II. KERJA BAHAN TOKSIK DALAM TUBUH ORGANISMS

R E A K S I U J I P R O T E I N

BAB I PENDAHULUAN. Tujuh sumber utama pencemaran udara yaitu: partikel debu/partikulat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pakan. Biaya untuk memenuhi pakan mencapai 60-70% dari total biaya produksi

Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat.

Struktur Ginjal: nefron. kapsul cortex. medula. arteri renalis vena renalis pelvis renalis. ureter

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Selama proses pencernaan, karbohidrat akan dipecah dan diserap di dinding

I. PENDAHULUAN. akumulatif dalam sistem biologis (Quek dkk., 1998). Menurut Sutrisno dkk. (1996), konsentrasi Cu 2,5 3,0 ppm dalam badan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

OBAT DAN NASIB OBAT DALAM TUBUH

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

I. PENDAHULUAN. putih (leukosit). Eritrosit berperan dalam transpor oksigen dan. Sebagian dari sel-sel leukosit bersifat fagositik, yaitu memakan dan

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 1

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Tingkat Energi Protein Ransum terhadap Total Protein Darah Ayam Lokal Jimmy Farm

BAB I PENDAHULUAN. dengan menggunakan merkuri (Hg) (Widodo, 2008). Merkuri (Hg) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Parasetamol atau asetaminofen atau N-asetil-p-aminofenol merupakan

TEKNOLOGI PRODUKSI ENZIM MIKROBIAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ginjal adalah sepasang organ berbentuk kacang yang masing-masing

MEKANISME TRANSPOR PADA MEMBRAN SEL

kimia Kelas X LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT K-13 A. Pengertian Larutan dan Daya Hantar Listrik

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi

Pengertian farmakokinetik Proses farmakokinetik Absorpsi (Bioavaibilitas) Distribusi Metabolisme (Biotransformasi) Ekskresi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Komponen Kimia penyusun Sel (Biologi) Ditulis pada September 27, 2012

Sistem Osmoregulasi Pada Ikan

BIOKIMIA NUTRISI. : PENDAHULUAN (Haryati)

OAL TES SEMESTER II. I. Pilihlah jawaban yang paling tepat!

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Sumber air tubuh: 1. Makanan 2. Air minum 3. Air metabolit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan melalui atom O (Barrer, 1982). Klasifikasi zeolit dapat didasarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tubuh, membawa nutrisi, membersihkan metabolisme dan membawa zat antibodi

I PENDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

HUBUNGAN STRUKTUR, SIFAT KIMIA FISIKA DENGAN PROSES ABSORPSI, DISTRIBUSI DAN EKSKRESI OBAT

EFEK EKSTRAK TANDUK RUSA SAMBAR (CERVUS UNICOLOR) TERHADAP KADAR UREUM DAN KREATININ TIKUS PUTIH (RATTUS NOVERGICUS)

LAPORAN BIOKIMIA KI 3161 Percobaan 1 REAKSI UJI TERHADAP ASAM AMINO DAN PROTEIN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I. Prinsip dan Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Daging ayam merupakan sumber protein hewani yang mudah dimasak

S E L. Suhardi, S.Pt.,MP

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dari daerah Brasilia (Amerika Selatan). Sejak awal abad ke-17 kacang tanah telah

PROTEIN. Rizqie Auliana

Proses Pembuatan Madu

PENDAHULUAN. adalah Timbal (Pb). Timbal merupakan logam berat yang banyak digunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hati merupakan organ sentral dalam metabolisme di tubuh. Berat rata

FUNGSI SISTEM GINJAL DALAM HOMEOSTASIS ph

Elektrokimia. Tim Kimia FTP

DiGregorio, 1990). Hal ini dapat terjadi ketika enzim hati yang mengkatalisis reaksi konjugasi normal mengalami kejenuhan dan menyebabkan senyawa

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Pemberian Kitosan terhadap Kadar Besi (Fe) pada Darah Puyuh yang Terpapar Pb

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Anriani Lubis, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Total Protein Darah Ayam Sentul

BAB I PENDAHULUAN. berkhasiat obat ini adalah Kersen. Di beberapa daerah, seperti di Jakarta, buah ini

A. Judul Praktikum : Uji Keasaman Minyak (Uji Lipid) B. Tujuan Praktikum : untuk mengetahui sifat Asam dan Basa Minyak. C. Latar Belakang : Lipid

Pertukaran cairan tubuh sehari-hari (antar kompartemen) Keseimbangan cairan dan elektrolit:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mengonsumsi minuman beralkohol. Mengonsumsi etanol berlebihan akan

BAB I PENDAHULUAN. serta lapisan kerak bumi (Darmono, 1995). Timbal banyak digunakan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air adalah senyawa kimia yang terdiri dari dua atom hydrogen (H) dan satu

II. Pertumbuhan dan aktivitas makhluk hidup

1 Asimilasi nitrogen dan sulfur

I. PENDAHULUAN. serbaguna bagi kehidupan mahluk hidup (Yani, 2010). Air sungai saat ini banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah adalah bagian dari tubuh yang berbentuk cair dengan jumlah %

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIAlatihan soal 11.3

Sistem Ekskresi. Drs. Refli, MSc Diberikan pada Pelatihan Penguatan UN bagi Guru SMP/MTS se Provinsi NTT September 2013

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Tanaman alpukat.

BAB I PENDAHULUAN. suatu industri minuman yang dikemas dalam kantong plastik. Minuman

I. PENDAHULUAN. Keberadaan logam berat di sistem perairan dan distribusinya, diatur oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia dapat terpapar logam berat di lingkungan kehidupannya seharihari.

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. mengurangi kualitas dan angka harapan hidup. Menurut laporan status global

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia banyak sekali masyarakat yang mengkonsumsi produk

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Soal-Soal. Bab 7. Latihan Larutan Penyangga, Hidrolisis Garam, serta Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. Larutan Penyangga

Sistem Transportasi Manusia L/O/G/O

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, terlebih dengan adanya isu back to nature serta krisis berkepanjangan

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM BIOKIMIA. (Reaksi Perubahan Warna Uji Protein)

BAB 1 PENDAHULUAN. jus sayuran. Sehingga masyarakat lebih banyak mengkonsumsi minuman

Redoks dan Elektrokimia Tim Kimia FTP

SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi untuk tanaman dan

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tawas sebagai bahan tambahan makanan Pada kolom Tekno Pangan majalah Sedap Sekejap, tawas digunakan untuk memperbaiki mutu makanan diantaranya dalam pengolahan manisan lidah buaya, campuran pembuatan bihun agar tidak rapuh dan warnanya lebih putih, juga untuk menghitamkan isi dari bakpao (Haribi danyusrin, 2005) Produsen ikan asap di Desa Bandarharjo Semarang Utara, menggunakan tawas sebagai bahan perendam ikan yang akan diasap. Mereka meyakini bahwa dengan merendam ikan sebelum melakukan pengasapan, dapat menghasilkan ikan asap yang memiliki konsistensi yang kompak dan kesat. Prinsip penggunaan tawas pada proses perendaman ikan sebelum diasap, adalah mirip dengan penggunaan garam dapur, yang fungsinya selain menghambat pertumbuhan mikrobia, juga untuk membuat ikan menjadi putih dan kenyal. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurrahman dan Isworo, 2002, membuktikan bahwa ikan tongkol yang direndam dalam larutan tawas sebelum diasap, teksturnya menjadi lebih kompak, kesat dan keras. Ikan yang direndam terlebih dahulu pada larutan tawas 10% selama satu jam sebelum diasap, warnanya lebih putih, konsentrasi senyawa nitrogen volatilnya menurun sehingga mengurangi bau amis, rasa pahit dan tidak berkurang kadar proteinnya. Adanya interaksi dengan tawas, maka nilai total volatile nitrogen yang berkaitan dengan bau amis ikan akan menurun.

Menurut Haribi dan Yusrin, 2005, daging ikan yang direndam terlebih dahulu dengan tawas dengan konsentrasi mulai 4% sampai dengan 12% dan waktu perendaman yang berfariasi mulai dari 30 menit sampai dengan 150 menit sebelum diasap, konsentrasi aluminium per 10 gram daging ikan pada yang sudah dan sebelum diasap tidak berbeda yaitu sekitar 0,266 sampai dengan 0,413 ppm. Proses pengasap yang memakan waktu hampir 4 jam, ternyata tidak mengurangi konsentrasi alumunium di dalam daging ikan. Konsentrasi alumunium dalam daging ikan tidak bertambah walaupun konsentrasi tawas dan waktu kontaknya dinaikkan. Dalam hal ini terjadi kejenuhan dalam pengikatan ion alumunium oleh daging ikan. B. Tawas mengandung aluminium yang toksik Tawas dikenal sebagai suatu bahan kimia yang sering digunakan orang untuk proses penjernihan air, yaitu sebagai bahan penggumpal padatan padatan yang terlarut di dalam air. Tawas adalah ammonium sulfat (Al 2 (SO 4 ) 3 ), dan fungsi lartutan tawas pada proses perendaman makanan adalah sebagai barikut: Al 2 (SO 4 ) 3 + 6(H 2 O) 2 Al (OH) 3 + 3 H 2 SO 4 Tawas (alumunium sulfat) berfungsi menggumpalkan koloid dan menjernihkan air, pada ph 5,0 sampai dengan 7,5 kelarutan Al (OH) 3 sangat rendah dan membentuk gel sehingga dapat mengendapkan koloid koloid (Haribi dan Yusrin, 2005) Tawas mengandung aluminium yang merupakan logam ion toksik, dan masuk ke dalam tubuh manusia kebanyakan bersama makanan atau minuman atau lewat inhalasi. Aluminium yang terserap oleh darah di dalam gastrointestinal, akan didistribusikan ke seluruh tubuh pada eryrosit dan plasma yang akhirnya di ekskresi lewat system penyaringan glomerulus pada ginjal (Cheung, et al, 2001)

Selain itu, logam logam berat dapat menyebabkan hipersensitivitas kontak pada manusia. Adanya kontak langsung antara jaringan hewan percobaan dengan logam logam berat menunjukkan manifestasi hipersensitivitas kontak yang dapat dilihat dari perubahan daun telinga dan kaki, yakni terjadi pembengkakan (Sumiwi, 1998) Pada tahun 1993, Tandjung, menemukan bahwa selsensoris dan sel penyokong dari ikan Salmonida (Salvenilus fontinalis) di dalam air dengan 5 ppm alumuium mengalami nekrosis, pada konsentrasi 7,5 ppm alumunim kedua jenis sel tersebut mengkerut dan mati, sehingga terlepas dari jaringan pengikat. C. Sistem Detoksifikasi terhadap logam berat Toksik Logam berat dan metalloid dibutuhkan untuk aktifitas biologik, dalam konsentrasi yang sangat rendah oleh sel, dan merupakan unsur yang esensiil. Dengan demikian dapat diketahui ada ion logam dalam konsentrasi tertentu memang dibutuhkan oleh sel (misalnya Na dan K yang biasanya ditransport sebagai kation mobil dalam larutan air, Fe, Co, Cu dan sebagainya, sebagai unsur esensiil dalam poses transport electron), akan tetapi ada juga ion logam yang bersifat toksik dalam sel seperti Al, Hg Pb, Sn, Cd, As, Pt dan sebagainya (Wisjnuprapto, 1996) Beberapa ion lagam berat adalah merupakan kelompok prostetik enzim oksigease yang berperan dalam proses oksidasi reduksi. Tetapi dalam konsentrasi yang tinggi bersifat toksik bagi sel, karena ion ion logam berat tersebut bertindak sebagai oksidan dan bersifat sebagai molekul organic seperti DNA dan protein. Di dalam sel ion ion logam tersebut berikatan dengan protein seluler dan merubah struktur protein menjadi inaktif (Darmono, 1996).

Menurut Gadd (1990), mekanisme detoksifikasi terhadap ion ion logam berat dapat berupa sintesis protein khusus atau ekstrapolimer yang dapat mengikat ion logam tersebut. Kondisi yang toksik, dapat mendorong tubuh untuk menyesuaikan kecepatan dan arah rangkaian metaboliknya. Pada dasarnya metabolisme tersebut berlangsung pada pola dan kecepatan reaksi yang menjamin berlangsungnya proses proses penting dalam kondisi yang toksis. Pengendalian metabolik tersebut dapat berupa peningkatan atau penurunan jumlah molekul enzim, perubahan macam enzim yang bekerja serta pengendalian fungsi enzim yang ada. Dalam hal ini tubuh akan merubah pola transkripsi seperangkat gen dengan menurunkan sintesis protein normal dan mensintesis seperangkat protein spesifik yang disebut protein stress (Heat shck protein). Sintesis protein ini merupakan mekanisme yang dilakukan untuk mempertahankan diri pada kondisi diluar persyaratan. Sintesis protein stress ini diinduksi oleh logam logam berat, infeksi virus, alcohol, fenol dan senyawa toksik lain yang menyebabkan kerusakan sel. Nagao el al (1990), mengatakan bahwa protein stress disintesis karena adanya sinyal stress oksidasi, yaitu ada oksidan berikatan dengan ion organic sepert trna dan asam amino asil trna sintesis. Sistem detoksifikasi dilakukan dengan cara akumulasi ion ion logam ke dalam sel yang diawali dengan pengikatan ion logam pada permukaan sel. Pengikatan ion ini terjadi karena ion positip terikat pada sisi reaktif muatan negative polimer ekstraseluler seperti R-Coo - dan PO - 4. Kemudian dilanjutkan dengan transport ion logam ke dalam sitoplasma (Meyer,et al, 1995). Dalam sitoplasma terjadi akumulasi logam oleh protein pengikat ion yang disebut metallothionein. Protein pengikat logam tersebut merupakan polipeptida tunggal dari beberapa asam amino. Asam amino tersebut kaya akan sistein

yang merupakan pratein kelas B-tiol (-SH) yang terikat logam secara kovalen. Metallothionein ini berperan sebagai sarana detoksifikasi karena menimbun logam (Mago and Srivastava, 1994) D. Efek biologis logam berat pada organ detoksifikasi Efek biologis merupakan resultante akhir dari sejumlah proses yang sangat kompleks, yakni interaksi antara fungsi homeostaksis dengan zat zat asing bagi tubuh termasuk logam logam berat. Logam berat yang masuk dalam tubuh akan terdistribusi sesuai dengan afinitasnya, Logam berat menyerang secara spesifik organ hati dan ginjal yang berperan sebagai organ detoksifikasi (Sumirat, 2003) Suyono, (1993). Mengatakan bahwa ginjal merupakan organ ekskresi utama bagi cairan yang tidak digunakan lagi oleh tubuh, dan disalurkan lewat pembuluh darah, seperti urea, kreatinin, asam urat, total protein dan lain lain. Ginjal sangat peka terhadap logam berat, karena pada ginjal tersebut membentuk kompleks dengan ligan organik. Sebagai organ ekskresi, ginjal mudah terpapar oleh zat zat kimia asing seperti logam berat, yang mungkin saja merusak jaringan. Logam berat mempunyai efek kerja toksik yang spesifik pada sel tubulus ginjal dan menyebabkan nekrosis sel sel epitel. Sel sel epitel tubulus ginjal yang mengalami nekrosis akan hancur dan terlepas dari membrana basalnya, dan menempel serta menutupi tubulus. Pada beberapa keadaan, membran basal tersebut juga hancur (Lehninger, 1994). Kerusakan membran basal akan meningkatkan permebilitas membran glomerulus, sehingga memungkinkan protein (albumin) dan zat zat yang terlarut dalam plasma yang terikat pada protein dengan mudah melewatinya. Nekrosis tubuler ini ditandai dengan hilangnya sejumlah besar protein plasma, dan sebaliknya protein urin

justru meningkat. Ureum dan kreatinin yang seharusnya diekskresi lewat urin, menjadi meningkat konsentrasinya di dalam darah (Guyton and Hall, 1997) E. Protein total 1. Protein Protein yang juga disebut juga polipeptida, tersusun atas asam asam amino yang bergandengan dengan hubungan peptide. Tiga perempat zat padat dari tubuh bersifat protein dengan banyak fungsi yang berbeda beda. Golongan besar besar adalah protein jaringan atau struktural, protein kontraktil, nukleo protein yang berwujud gen, dan banyak lain lagi. Secara relatif hanya sedikit protein yang ada dalam peredaran darah, kecuali hemoglobin. Perbandingan banyak protein jaringan dengan proteinprotein plasma adalah sekitar 33: 1. Darah mengandung sejumlah kecil protein jaringan, tetapi senyawa senyawa seperti kalogen, nukleoproein dan protein kontraktil ada di dalam darah (Frances K. Widmann, 1989). 2. Serum dan plasma Protein protein ekstraseluler yang paling banyak terdapat dalam darah ialah albumin, globulin globulin dan fibrinogen. Selain itu, darah juga mengandung dalam jumlah jumlah kecil enzim enzim yang berasal dari jaringan, protein protein structural atau metaboliknya, hormon hormon dan protein protein transport; zat zat itu dapat diukur dengan spesifik untuk menilai keadaan jaringan tertentu atau proses tertentu. Plasma, yakni cairan ekstrasel dari darah beredar, mengandung fibrinogen yang sangat besar molekulnya (berat molekul 340 000 dalton) dan berubah menjadi fibrin bila

darah membeku. Setelah darah membeku tetap ada cairan yang bernama serum. Serum dan plasma sama susunannya kecuali fibrinogen dan beberapa faktor koagulasi yang tidak ada dalam serum.terbesar dari protein protein dalam plasma berasal dari hati. Hepatosit hepatosit mensintesis fibrinogen, albumin dan 60-80% dari bermacam macamprotein yang mengandung ciri ciri globulin. Globulin globulintersisa adalah immunoglobulin (Frances K Widmann, 1989). F. Kerangka teori Dari landasan teori yang ada maka penelitian ini dapat disusun kerangka tori sebagai berikut. Hewan percobaan mencit Waktu paparan Pemberian suplementasi tawas Konsentrasi tawas Serum / plasma Pemeriksaan kadar protein total G. Kerangka konsep Berdasarkan kerangka teori yang ada, maka penelitian ini dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut. Pemberian suplementasi tawas pada pakan mencit Kadar total protein Variabel Independent Variabel Dependent

H. Hipotesa Hipotesa yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1) Hipotesa kerja (Ha) : Ada pengaruh pemberian tawas pada pakan hewan percobaan mencit ( Mus muscullus L) terhadap kadar total protein. 2) Hipotesis Nol (Ho) : Tidak ada pengaruh pemberian tawas pada pakan hewan percobaan mencit (Mus muscullus L) terhadap kadar total protein