BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Panti Asuhan adalah suatu lembaga usaha sosial yang mempunyai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari eksistensi manusia di dunia. Kebahagiaan itu sendiri dapat dicapai dengan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pertumbuhannya, anak memerlukan perlindungan, kasih sayang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada masa remaja dianggap sebagai masa transisi dari masa kanak-kanak ke

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peristiwa yang menyenangkan maupun peristiwa yang tidak menyenangkan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menjalani kehidupan manusia memiliki rasa kebahagiaan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menjalani peran sebagai penuntut ilmu, mahasiswa pada umumnya selalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang bahagia. Kebahagiaan menjadi harapan dan cita-cita terbesar bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan anugerah Tuhan dan juga aset bangsa yang sangat berharga.

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. bahwa mereka adalah milik seseorang atau keluarga serta diakui keberadaannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia, ditandai dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Panti asuhan merupakan lembaga yang bergerak dibidang sosial untuk

BAB I PENDAHULUAN. dan pengurus pondok pesantren tersebut. Pesantren memiliki tradisi kuat. pendahulunya dari generasi ke generasi.

BAB I PENDAHULUAN diprediksikan mencapai jiwa atau 11,34%. Pada tahun terjadi peningkatan mencapai kurang lebih 19 juta jiwa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merawat dan memelihara anak-anak yatim atau yatim piatu. Pengertian yatim

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Individu pada hakikatnya selalu mengalami proses pertumbuhan dan

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

BAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat saja terganggu, sebagai akibat dari gangguan dalam pendengaran dan

BAB I PENDAHULUAN. periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lanjut usia atau lansia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang eksis hampir di semua masyarakat. Terdapat berbagai masalah sosial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. fungsi kehidupan dan memiliki kemampuan akal dan fisik yang. menurun. Menurut World Health Organization (WHO) lansia

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. setiap anak. Akan tetapi, pada kenyataannya tidak semua anak dapat merasakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perkembangan Sepanjang Hayat

2016 HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN STRES REMAJA SERTA IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB I PENDAHULUAN. orang disepanjang hidup mereka pasti mempunyai tujuan untuk. harmonis mengarah pada kesatuan yang stabil (Hall, Lindzey dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bagi bangsa Indonesia, pendidikan adalah hal yang sangat penting. Cita-cita untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Perkawinan merupakan salah satu titik permulaan dari misteri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Zahroh Nur Sofiani Suryana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jenis kelamin, status ekonomi sosial ataupun usia, semua orang menginginkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu tentunya menginginkan kehidupan yang bahagia. Kehidupan bahagia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. zaman sekarang dapat melakukan pekerjaan yang dilakukan oleh kaum pria.

BAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena kaum perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga di

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perubahan-perubahan baik dalam segi ekonomi, politik, maupun sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan perusahaan yang tersebar luas di berbagai wilayah Indonesia, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Fenomena orangtua tunggal beberapa dekade terakhir ini marak terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kenaikan jumlah penumpang secara signifikan setiap tahunnya. Tercatat hingga

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB I PENDAHULUAN hingga (Unicef Indonesia, 2012). Menurut Departemen Sosial

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. maupun swasta namun, peningkatan jumlah perguruan tinggi tersebut tidak dibarengi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tidak setiap anak atau remaja beruntung dalam menjalani hidupnya.

HUBUNGAN KEPRIBADIAN HARDINESS DENGAN POLA ASUH PERMISSIVE IBU SINGLE PARENT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (Susenas) tahun 2010 di daerah perkotaan menurut kelompok usia 0-4

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meninggalnya seseorang merupakan salah satu perpisahan alami dimana

BAB I PENDAHULUAN. kebahagiaan mengaitkan kebahagiaan sebagai bagian dari kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. sudah menjadi masalah emosi yang umum. Depresi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang kaya, miskin, tua, muda, besar, kecil, laki-laki, maupun perempuan, mereka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rentang kehidupan, individu berkembang dari masa kanak-kanak

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Secara konsepsional, pembangunan yang telah dan sedang dilaksanakan pada

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri. Pasangan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tugas-tugas perkembangannya dengan baik agar dapat tumbuh menjadi individu

BAB I PENDAHULUAN. fungsi utamanya dapat dipisahkan satu sama lain. Keluarga. dengan baik maka akan terjadi suatu ketimpangan antar anggota keluarga

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini kita dihadapkan pada berbagai macam penyakit, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dukungan, serta kebutuhan akan rasa aman untuk masa depan. Orang tua berperan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbatas pada siswa baru saja. Penyesuaian diri diperlukan remaja dalam menjalani

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyenangkan dan muncul dalam bermacam-macam bentuk dan tingkat kesulitan,

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan serta dinikmati oleh manusia. Ketika seorang manusia lahir kedunia

LAMPIRAN 1. Blue Print Kuisioner. Dukungan Sosial

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman diabad 21 ini memperlihatkan perubahan yang begitu

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. biasanya disebabkan oleh usia yang semakin menua (Arking dalam Berk, 2011). Dari masa

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KONFLIK ORANGTUA (AYAH IBU) - ANAK DENGAN DEPRESI PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG MASALAH. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa

Panti Asuhan Anak Terlantar di Solo BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan salah satu institusi yang bertugas mendidik

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Panti Asuhan adalah suatu lembaga usaha sosial yang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan sosial kepada anak terlantar dengan melaksanakan penyantunan dan pengentasan. Panti asuhan memberikan pelayanan pengganti orang tua/wali anak dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial pada anak asuh, sehingga memperoleh kesempatan yang luas dan memadai bagi perkembangan kepribadiannya sesuai dengan yang diharapkan sebagai bagian generasi penerus cita-cita bangsa dan sebagai insan yang akan turut serta aktif di dalam bidang pembangunan nasional. Panti asuhan membantu meningkatkan kesejahteraan anak dengan cara membina, mendidik, membimbing, mengarahkan, memberikan kasih sayang serta keterampilan-keterampilan. Panti asuhan merupakan lembaga yang menjamin kelangsungan hidup, tumbuh kembang, perlindungan dan hak-hak anak secara universal, yang telah di atur dalam Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 30/HUK/2011 (Kementrian Sosial Republik Indonesia, 2011). Peraturan Menteri ini mengatur lembaga kesejahteraan sosial pengasuhan anak dalam memberikan jaminan bagi hak-hak anak yang berada didalam asuhan lembaga kesejahteraan sosial anak, dalam hal ini Panti Asuhan. Kata yatim berasal dari bahasa arab, bentuk jamaknya adalah yatama atau aitam. Kata ini mencakup pengertian semua anak yang bapaknya telah 1

2 meninggal. Anak yang tidak memiliki salah satu orang tua lagi karena telah meninggal dunia ketika anak tersebut belum menginjak usia baligh (dewasa), baik kaya atau miskin, laki-laki atau perempuan, muslim maupun nonmuslim (Poerwadarminta, 2006). Sudrajat (dalam Republika.co.id, 2010) mengatakan bahwa jumlah panti asuhan di Indonesia saat ini ada 8.000 panti dengan 50.000 anak di dalamnya. Jika panti asuhan dipandang sebagai lembaga untuk mendapatkan akses pendidikan bagi keluarga rentan maka jumlah itu kurang. Paling tidak dibutuhkan 160.000 panti asuhan untuk menampung sekitar 20 juta anak dari keluarga rentan dan telantar. Diselenggarakannya panti asuhan bagi anak-anak yatim, selain memberikan penghidupan yang layak secara ekonomi dan pendidikan, juga bertujuan untuk memberikan perkembangan mental yang sehat dengan diberikannya lingkungan yang penuh kasih sayang. Dari lingkungan yang penuh kasih sayang tersebut diharapkan salah satunya yakni para anak yatim merasakan kebahagiaan. Anak yatim di panti asuhan biasanya mulai ditampung dari usia kanakkanak hingga usia remaja, dan akhirnya akan dilepas setelah dapat hidup mandiri. Sebagai seorang remaja yang tengah tumbuh, tentunya anak yatim panti asuhan sangat menginginkan masa-masa indah dalam kehidupan remajanya yang mana hal itu akan mendatangkan kebahagiaan tersendiri. Seperti dialami oleh Sobi bahwa dalam panti asuhan dia menerima kasih sayang, suasana kekerabatan dan

3 keluarga yang diimpikannya yang membuat dia bahagia serta dapat menikmati kembali saat-saat menjadi anak yang bisa bermain dan bersekolah (Jaya, 2013). Dengan demikian didirikannya lembaga seperti panti asuhan tersebut, maka diharapkan anak-anak yang sudah tidak mempunyai orang tua tetap dapat merasakan kebahagiaan. Namun pada kenyataannya tidak semua anakasuh yang berada di panti asuhan dapat merasakan kebahagiaan, hal ini terjadi karena masa remaja merupakan masa yang penuh pergolakan jiwa, mereka akan mudah terpengaruh, mudah emosional dan mengalami goncangan(gunarsa, 1988). Seperti dikatakan oleh Santrock (2003), bahwa masa remaja merupakan masa krisis identitas dan mereka mengalami posisi yang ambigu. Hal yang demikian menyebabkan remaja menjadi tidak stabil, agresif, konflik antara sikap dan perilaku, kegoyahan emosional dan sensitif, terlalu cepat dan gegabah untuk mengambil tindakan yang ekstrim. Dari sifat remaja yang mudah mengalami kegoyahan emosional tersebut menyebabkan remaja tidak mudah untuk mempertahankan emosinya yang positif sehingga sebagian besar kurang dapat mempertahankan rasa syukur, dan dimasa yang penuh krisis identitas tersebut menyebabkan remaja kadang kurang dapat menerima kenyataan yang ada pada dirinya yang menyebabkan remaja merasa kurang bahagia. Penelitian yang dilakukan oleh Fajarwati (dalam Pramesti, 2011) membuktikan bahwa remaja memiliki kecemasan, khawatir terhadap masa depan, kelanjutan studi dan reaksi-reaksi dari orang lain, berada dalam kesedihan masa sendiri dan terasing dari kehidupan luar.

4 Apalagi bila remaja tersebut merupakan anak yatim, bahwa tidak memiliki orang tua juga merupakan kesedihan tersendiri, karena disaat mengalami krisis identitas tersebut, anak yatim tidak mempunyai sandaran jiwa untuk berbagi dan tidak mendapat kasih sayang dari orang tuanya, tidak mempunyai tempat untuk mengadukan segala permasalahan yang dihadapi, sehingga hal tersebut semakin mengurangi kebahagiaannya sebagai remaja. Rasa bahagia itu sendiri akan dapat dirasakan dan diraih oleh individu apabila individu tersebut mampu merasakan kenikmatan, namun kemampuan merasakan kenikmatan akan tumbuh apabila ada rasa syukur. Sehingga apabila individu tidak mempunyai rasa syukur maka segala hal yang diperoleh akan dirasakan selalu kurang dan hal itulah yang menyebabkan individu tidak dapat merasakan kebahagiaan. Kebahagiaan merupakan kesiapan diri untuk menerima keadaan sebagaimana adanya, sedangkan individu yang paling tidak bahagia adalah individu yang tidak bisa menerima kenyataan yang ada pada dirinya (Sabil, 2013). Kebahagiaan menurut Melwani (2011) adalah sebuah emosi, semacam perasaan mendalam yang membuat seseorang merasa senang dan nyaman. Kebahagiaan menciptakan kegairahan dan membangun energi yang positif. Sehingga dari energi positif tersebut diharapkan anak yatim dapat tumbuh dan berkembang secara sehat jasmani serta rohaninya. Menurut Seligman (2002)kebahagiaan adalah mengalami emosi positif tentang kepuasan akan masa lalu, optimistis akan masa depan, kebahagiaan pada

5 masa sekarang dan kebahagiaan merupakan faktor yang memanjangkan usia juga meningkatkan kesehatan. Menurut Cohen (2004) bahwa kebahagiaan merupakan sebuah emosi yang positif atau perasaan yang dapat digambarkan dengan kata-kata seperti kesenangan, sebuah pemahaman pada kesejahteraan, kepuasan, dan lain sebagainya. Namun demikian, harapan sebuah panti untuk memberikan kebahagiaan kepada anak yatim belum tentu tercapai, hal itu dikarenakan oleh berbagai faktor. Salah satu faktor yang menentukan kebahagiaan seseorang adalah kepribadian tangguh atau disebut dengan hardiness (Sharma dan Malhotra, 2010). Dilanjutkan bahwa menurut penelitiannya ditemukan bahwa variabel-variabel kepribadian yang mempengaruhi kebahagiaan seseorang adalah stabilitas emosi, ekstraversi, faktor psiko sosial lainnya seperti internal locus of control, agama dan dukungan sosial. Ketangguhanadalah suatu kelompok trait individu yang dapat membantu dalam mengelola stres yang ditandai dengan adanya komitmen (commitment), pengendalian (control), dan tantangan (challenge) (Nevid, Rathus & Greene; 2005). Secara psikologis individu yang tangguh cenderung lebih efektif dalam mengatasi stres,mereka menunjukkan gejala fisik yang lebih sedikit dan tingkat depresi yang lebih rendah dalam menghadapi stres daripada individu yang tidak tangguh(williams dalam Nevid, Rathus & Greene; 2005). Kobasa (dalam Nevid, Rathus & Greene; 2005) menyatakan bahwa individu yang tangguh lebih baik dalam menangani stres karena mereka menganggap stresor yang mereka hadapi membuat kehidupan lebih menarik dan menantang. Kepribadian tangguh juga

6 berfungsi sebagai penopang melawan hal-hal negatif dan oleh karenanya dapat menyumbangkan kesejahteraan (Wiebe, 1991). Kepribadian tangguh tersebut dapat juga tergambar dari sikap anak yatim tersebut menghadapi masalah. Bagi individu yang memiliki kepribadian tangguh, masalah merupakan tantangan, namun bagi individu yang lemah hati, masalah merupakan pemicu dari keputusasaan. Seperti hasil wawancara pada tanggal 10 April 2012 dengan anak asuh di panti asuhan PAKYM,menurut B (16) mengatakan setiap mendapatkan masalah dirinya lebih memilih menyimpan masalahnya sendiri daripada bercerita dengan teman atau pengasuh panti, namun masalah tersebut dijadikan sebagai motivasi untuk menjadi lebih baik. B selalu berfokus untuk bahagia, tidak merasa kehilangan kebahagiaannya, bahagia bisa berada dipanti, dan beranggapan bahwa tidak bahagia itu sangat merugikan diri sendiri dan lingkungan sekitar. Sedangkan menurut R (16) mengatakan bahwa ketika mendapatkan masalah lebih senang bercerita dengan teman, namun kadang masalah yang dihadapi dipanti membuat down karena kondisi teman-teman yang berbeda, sering diejek, merasa tidak senang berada dipanti, dan merasa tertekan ketika mengambil pendidikan, dan untuk menyelesaikan masalah hanya pasrah dengan keadaan. Ketika merasa tidak bahagia, R mengganti perasaan tidak bahagia dengan melakukan hal-hal yang bahagia dan berteman dengan teman-teman yang baik. Lain halnya yang dialami oleh S (12), karena jarang dijenguk oleh saudaranya, maka S merasa kesepian dan kurang merasakan kebahagiaan meskipun banyak teman dipanti.

7 Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa anak yatim dipanti asuhan yang memiliki kepribadian tangguh akan lebih mudah merasakan kebahagiaan walaupun sudah tidak merasakan kasih sayang kedua atau salah satu orang tuanya, daripada anak yatim yang tidak memiliki kepribadian tangguh. Penulis memiliki asumsi bahwa anak yatim di panti asuhan yang memiliki kepribadian tangguh tidak akan terpuruk atas kondisi yang dialaminya selama tinggal di panti asuhan. Anak panti asuhan yang tangguh akan segera berkomitmen untuk tetap menghadapi segala permasalahan yang berkaitan dengan pengasuhan di panti asuhan, akan mampu mengendalikan semua peristiwa kehidupan yang penuh tekanan, sertaakan menganggap bahwa kondisinya merupakan tantangan bagi dirinya untuk menuju ke kehidupan yang lebih baik. Berdasarkan uraian diatas, penulis memiliki harapan bahwa anak yatim di panti asuhan yang memiliki kepribadian tangguh akan merasakan kebahagiaan. Oleh karena itu pertanyaan penelitian yang diajukan oleh penulis adalah apakah ada hubungan antara kepribadian tangguh dengan kebahagiaan pada anak yatim di panti asuhan? Sehingga penulis merumuskan judul penelitian ini HUBUNGAN ANTARA KEPRIBADIAN TANGGUH DENGAN KEBAHAGIAAN PADA ANAK YATIM DI PANTI ASUHAN PAKYM. B. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara kepribadian tangguh dengan kebahagiaan.

8 2. Untuk mengetahuitingkat kepribadian tangguh subjek. 3. Untuk mengetahui tingkat kebahagiaan dari subjek. 4. Untuk mengetahui sumbangan efektif kepribadian tangguh terhadap kebahagiaan. C. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah: 1. Adapun manfaat secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi baik menambah wawasan dan pengetahuan khususnya di bidang psikologi, memberikan informasi serta sumbangan bagi pihak-pihak yang tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan antara kepribadian tangguh dengan kebahagiaan pada anak yatim. 2. Adapun manfaat secara praktis adalah: a. Bagi pihak panti asuhan diharapkan mampu membentuk kepribadian yang tangguh sebagai pegangan dalam meningkatkan kebahagiaan. b. Bagi masyarakat agar mampu menjadikan kepribadian tangguh sebagai media untuk mengatasi berbagai masalah dan meningkatkan kebahagiaan. c. Bagi praktisi psikologi, diharapkan dapat memberikan informasi dalam mengamati dan menganalisa kondisi dan fenomena yang terjadi terutama yang berkaitan dengan kepribadian tangguh dan kebahagiaan.