PELEMBAGAAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA. Oleh

dokumen-dokumen yang mirip
PERAN MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH YANG DEMOKRATIS

ANALISIS TENTANG PEMERINTAH DAERAH SEBAGAI PIHAK DALAM PEMBENTUKAN PERJANJIAN INTERNASIONAL

ANALISIS YURIDIS MENGENAI KEISTIMEWAAN BAGI PELAKU USAHA KECIL TERKAIT DENGAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

PERKEMBANGAN ASAS PARTISIPASI DALAM PERATURAN USAHA PENYEDIAAN SARANA WISATA TIRTA

KEWENANGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI TERHADAP PERLINDUNGAN DISABILITAS

PENERAPAN ASAS GOOD GOVERNANCE DALAM PELAYANAN PUBLIK DI INDONESIA BERDASARKAN UNDANG UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2009

PENGADUAN MASYARAKAT SEBAGAI BENTUK PARTISIPASI DAN PENINGKATAN PELAYANAN PUBLIK UNTUK MEWUJUDKAN PEMERINTAHAN YANG BAIK

BAB I. tangganya sendiri (Kansil, C.S.T. & Christine S.T, 2008). perubahan dalam sistem pemerintahan dari tingkat pusat sampai ke desa.

PARTISIPASI MASYARAKAT PADA PROSES PEMBENTUKAN PERDA PROVINSI BALI DALAM RANGKA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

HAK TERSANGKA UNTUK MENDAPATKAN BANTUAN HUKUM DALAM PROSES PENYIDIKAN

KEDUDUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA

BAB I PENDAHULUAN. tangganya sendiri. Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan, pemerintah

PROBLEMATIKA CALON INDEPENDEN DALAM PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH Oleh : Ni Putu Eka Martini AR Ibrahim R. Program Kekhususan : Hukum Pemerintahan,

ROKOK ELEKTRIK TERHADAP KAWASAN TANPA ROKOK OLEH. Anak Agung Ketut Andhy Dharma Laksana. I Ketut Sudiarta

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK TERHADAP KASUS PERDAGANGAN ANAK DI WILAYAH HUKUM POLDA BALI

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan partisipasi masyarakat sebagai elemen penting dalam proses. penyusunan rencana kerja pembangunan daerah.

Good Governance. Etika Bisnis

BUPATI POLEWALI MANDAR

BAB I PENDAHULUAN. pembahasan, akhirnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

BAB I PENDAHULUAN. dan penyelesaian yang komprehensif. Hipotesis seperti itu secara kualitatif

TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA WANPRESTASI DALAM TRANSAKSI E-COMMERCE

PERANAN DESA PAKRAMAN DALAM PENYELENGGARAAN OTONOMI PEMERINTAHAN DESA

BAB I. Kebijakan otonomi daerah, telah diletakkan dasar-dasarnya sejak jauh. lamban. Setelah terjadinya reformasi yang disertai pula oleh gelombang

PERLINDUNGAN TERHADAP PEKERJA WANITA YANG SEDANG HAMIL

Keywords: Position, Authority, Governor, Local Government Administration

PENERAPAN ASAS TIDAK ADA EKSTRADISI UNTUK KEJAHATAN POLITIK TERHADAP PENOLAKAN PERMINTAAN EKSTRADISI

PENGATURAN PENILAIAN DAN EVALUASI KUALITAS PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PADA BADAN USAHA MILIK NEGARA

ANALISIS YURIDIS KEBEBASAN BERSERIKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM PARTAI POLITIK

I. PENDAHULUAN. melalui implementasi desentralisasi dan otonomi daerah sebagai salah satu realita

WORKSHOP Penyusunan Buku Kelompok Rentan. Yogyakarta, Juni 2010 MAKALAH. Otda & Konflik Tata Ruang Publik. Oleh: Wawan Mas udi JPP Fisipol UGM

BAB I PENDAHULUAN. langsung dalam pemelihan presiden dan kepala daerah, partisipasi. regulasi dalam menjamin terselenggaranya pemerintahan

FUNGSI LEGISLASI DPR DALAM PEMBENTUKAN UNDANG-UNDANG

Kata Kunci: Kedudukan, Kewenangan, Pemerintah Kecamatan ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah memberikan perhatian yang sungguh-sungguh dalam memberantas

Pendidikan Kewarganegaraan

Kebijakan Desentralisasi dalam Kerangka Membangun Kualitas Penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah di Tengah Tantangan Globalisasi

OPTIMALISASI PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

PENGATURAN HUKUM WAJIB DAFTAR PESERTA BPJS BAGI TENAGA KERJA PERUSAHAAN

I. PENDAHULUAN. langsung, kebebasan berekspresi secara terbuka, berasosiasi, sampai kebebasan

BENTUK-BENTUK PRAKTIK OUTSOURCING DALAM UNDANG- UNDANG KETENAGAKERJAAN

PIDANA PENGAWASAN DALAM PERSPEKTIF PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA. Oleh : I Made Ardian Prima Putra Marwanto

BAB I PENDAHULUAN. mengamanatkan bahwa pemerintah daerah, yang mengatur dan mengurus

SUATU TINJAUAN HUKUM TERHADAP RETUR PENJUALAN DALAM ASPEK-ASPEK HUKUM PERJANJIAN JUAL BELI

AKIBAT HUKUM PEMBATALAN MEREK YANG TELAH TERDAFTAR OLEH PEMEGANG MEREK MENURUT UNDANG UNDANG NO 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK ABSTRACT

HAK MEMBENTUK ORGANISASI KEMASYARAKATAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN

PERLINDUNGAN INDUSTRI DALAM NEGERI MELALUI TINDAKAN SAFEGUARD WORLD TRADE ORGANIZATION

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia seutuhnya. Pembangunan nasional diwujudkan dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut paham. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 (UUD 1945)

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang besar dan luas dari segi georafis serta terdiri dari beribu-ribu

PENGENDALIAN USAHA MINI MARKET OLEH PEMERINTAH KABUPATEN KLUNGKUNG MELALUI INSTRUMEN PERIJINAN

PELAYANAN PUBLIK DALAM REFORMASI Oleh : Mislan, S.Sos. ( Staf Pengadilan Tinggi Agama Pontianak )

PENGATURAN TATA KEPEMERINTAHAN YANG BAIK DALAM PEMBERIAN IZIN USAHA INDUSTRI UNTUK MENCEGAH PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP DI KOTA DENPASAR

Pemahaman Dasar tentang Partisipasi dan Fasilitasi Partisipatif

PUBLIC POLICY SEBAGAI ALASAN PEMBATALAN PELAKSANAAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL DI INDONESIA

PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. hakekatnya ditujukan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat

PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN DAN PENGGERAK UTAMA PEMBANGUNAN DAERAH

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

ANALISIS PERBANDINGAN PARTISIPASI MASYARAKAT KAWASAN PERUMAHAN DENGAN KAWASAN PERKAMPUNGAN DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. paket kebijakan otonomi daerah berdasarkan UU No. 22 tahun 1999 tentang

Struktur kelembagaan politik, ekonomi dan sosial suatu masyarakat dapat menciptakan atau melanggengkan demokrasi, tetapi dapat pula mengancam dan mele

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahannya daerah Indonesia terdiri atas beberapa. daerah/wilayah provinsi dan setiap daerah/ wilayah provinsi terdiri

AKIBAT HUKUM PENYELENGGARAAN PENGANGKUTAN BARANG OLEH PENGANGKUT DALAM KEADAAN MEMAKSA (OVERMACHT)

AKIBAT HUKUM ATAS DIBATALKANNYA PERATURAN DAERAH MELALUI KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI

SEJARAH PERTUMBUHAN KONSEP DAN PRAKTEK GOVERNANCE

Otda & Wawan Mas udi JPP Fisipol UGM. Disampaikan pada acara WORKSHOP Penyusunan Buku Kelompok Rentan, yang diselenggarakan oleh Pusham UII

PERAN KEPALA DESA SEBAGAI ADMINISTRATOR PEMBANGUNAN DI DESA MONCONGLOE KECAMATAN MONCONGLOE KABUPATEN MAROS

TERWUJUDNYA MASYARAKAT SELOMARTANI YANG AGAMIS SEJAHTERA BERBUDAYA DAN MANDIRI DENGAN KETAHANAN PANGAN PADA TAHUN 2021

KAJIAN TERHADAP TINDAK PIDANA PENIPUAN MELALUI JUAL-BELI ONLINE

SISTEM PEMBENTUKAN PERATURAN DESA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA

I. PENDAHULUAN. diperlukan sikap keyakinan dan kepercayaan agar kesulitan yang kita alami. bisa membantu semua aspek dalam kehidupan kita.

BAB 1 PENGANTAR Latar Belakang. demokrasi sangat tergantung pada hidup dan berkembangnya partai politik. Partai politik

I. PENDAHULUAN. tujuannya. Artinya seorang pemimpin organisasi memegang peranan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas

SAMBUTAN KEPALA BAPPENAS Dr. Djunaedi Hadisumarto

PENANAMAN MODAL (INVESTASI) TERKAIT PENGEMBANGAN MASYARAKAT LOKAL DI INDONESIA

BAGIAN HUKUM PEMERINTAHAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA. Abstrak :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II PENGATURAN PEMERINTAH DESA DALAM MENDIRIKAN BADAN USAHAMILIK DESA. A. Pengertian, Tujuan dan Fungsi Badan Usaha Milik Desa

BAB I PENDAHULUAN. konstitusional terhadap prinsip kedaulatan rakyat. Hal ini dinyatakan dalam Pasal

Partisipasi LSM..., Firsty Husbani, FISIP UI, 2009 Universitas Indonesia. Mundurnya Demokrasi di Indonesia. Demos.

BAB I PENDAHULUAN. Desa memasuki babak baru ketika pelaksanaan UU No. 6 tahun 2014 akan segera

CARA MENGAJUKAN GUGATAN DAN PERUBAHAN GUGATAN DALAM PRAKTEK PERADILAN HUKUM ACARA PERDATA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DAN/ ATAU SAKSI KORBAN TRANSNATIONAL CRIME DALAM PROSES PENEGAKAN HUKUM PIDANA

MEMBANGUN DAN MEMBERDAYAKAN DESA MELALUI UNDANG-UNDANG DESA Oleh : Mardisontori, LLM *

KEDUDUKAN NOTARIS SEBAGAI MEDIATOR MENURUT UNDANG- UNDANG JABATAN NOTARIS

BAB I PENDAHULUAN. yang telah di amandemen menjadi Undang-Undang No. 32 dan No. 33 Tahun

Poerwadarminta W.J.S, 1976, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, h.741.

ASPEK YURIDIS PENYERAHAN WEWENANG DARI PEMERINTAH PUSAT KEPADA PEMERINTAH DAERAH DALAM HAL PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH

IMPLEMENTASI GOOD GOVERNANCE DALAM PELAKSANAAN PELAYANAN PUBLIK BIDANG PENDIDIKAN DI KECAMATAN AMURANG BARAT KABUPATEN MINAHASA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2

I Ketut Partha Cahyadi I Made Arya Utama Kadek Sarna. Hukum Pemerintahan Fakultas Hukum Universitas Udayana. Abstract

I. PENDAHULUAN. terselenggaranya tata pemerintahan yang baik (good governance). Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang direvisi dengan Undang-Undang

PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH (Suatu Studi pada Sekretariat Daerah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah, sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diundangkannya PP No. 72 Tahun 2005 tentang Pemerintahan. Daerah yang didalamnya memuat pasal-pasal yang mengatur tentang

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah

Transkripsi:

PELEMBAGAAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA Oleh I Ketut Asmara Jaya I Wayan Parsa Bagian Hukum Pemerintahan Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK Demokratisasi mengandung makna adanya partisipasi atau keterlibatan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan dalam setiap proses pengambilan kebijakan,pemerintah desa harus melibatkan peran serta masyarakat,yang perlu di pahami bersama bahwa proses demokratisasi di desa itubukan lah sebuah pekerjaan yang mudah. Rumusan masalah dalam tulisan ini yakni bagaimana partisipasi masyarakat dalam rangngka pembangunan masyarakat desa serta bagaimana bentuk kelembagaan partisipasi masyarakat dalam pemerintahan desa. Tulisan ini menggunakan jenis penelitian normatif karena meneliti asas-asas serta kaidah hukum,serta mengkaji dan meneliti peraturan-peraturan tertulis. Jenis pendekatan yang di gunakan dalam tulisan ini adalah pendekatan konsep hukum,pendekatan perundang-undangan. Penyelenggaran pemerintahan yang efektif dan efisien menuntut adanya praktek-praktek penyelenggaraan pemerintahan yang baik,dan membuka ruang bagi keterlibatan masyaraka Kata kunci: Pelembagaan, Partisipasi, Pemerintahan Desa. ABSTRACT Democratization contains meaning there is society s participation or involvement in decision making process in every process of policy making, the village government has to involving society s role which needs to be understood together that democratization process in the village is not an easy job. The problem in this paper is how does the society s participation in the village society development also how is the form of society participation institutionalization in the village goverment. This paper is using normative research because research the pinciples also law theorem, and also discuss and research written regulation. The kind of approach which used in this paper is law concept approach, law approach. The effective and efficient governmental accomplishment requires good governmental accomplishment practices and open space for society involvement. Keywords : institutionalization, participation, rural government.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demokratisasi mengandung makna adanya partisipasi atau keterlibatan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan. 1 Terkait dengan penyelenggaraan pemerintahan desa berarti dalam setiap proses pengambilan kebijakan, pemerintah desa harus melibatkan peran serta masyarakat. Lokal itu sebenarnya memiliki semangat untuk berdemokrasi, meskipun dengan tingkat intensitas yang beragam. Perlu di pahami bersama, bahwa proses demokratisasi di desa itu bukanlah sebuah pekerjaan yang semudah membalik telapak tangan. Konteks kehidupan politik desa yang telah lama berjalan dalam suasana kooptatif, akibat penerapan kebijakan massa mengambang telahh memunculkan berbagai tantangan dalam pengembangan kehidupan politik yang demokratis di desa. Suasana saling tidak percaya pun juga hadir menyelimuti hubungan sosial masyarakat desa. Pada titik inilah menjadi sebuah urgensi bagi semua pihak yang menginginkan terciptanya tata pemerintahan yang baik di desa. 2 Dengan persepsi yang agak berbeda bahwa demokrasi di pahami sebagai suatu proses pengambilan kebijakan yang menjangkau keterlibatan seluruh elemen yang ada di dalam masyarakat. Elemen masyarakat yang di maksudkan dalam hal ini antara lain adalah: kepala desa, tokoh adat, pengusaha lokal,politisi tingkat lokal, tokoh masyarakat, termasuk masyarakat adat, kelompok perempuan, kelompok profesi ( petani, buruh, pedagang, dan lain sebagainya ) yang ada di desa. 1.2.Tujuan Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui sejauh mana partisipasi masyarakat dalam rangka pembangunan masyarakat desa serta dalam bentuk kelembagaan yang seperti apa partisipasi masyarakat tersebut diakomodir dalam pemerintahan desa. 1 Samsul Wahidin, 2013, Hukum Pemerintahan Daerah Pendulum Otonomi Daerah dari Masa ke Masa, Pustaka Belajar, Yogyakarta, h.19 2 Moch. Solekhan, 2014, Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Berbasis Partisipasi Masyarakat, Setara Press, Malang, h. 137

II. ISI MAKALAH 2.1. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah jenis penelitian hukum normatif karena meneliti asas-asas serta kaidah hukum. Penelitian ini juga mengkaji dan meneliti peraturan-peraturan tertulis. 3 Karena penelitian ini adalah penelitian hukum normatif maka sumber datanya adalah berupa data sekunder yang berupa bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder. 4 Jenis pendekatan yang digunakan dalam tulisan ini adalah pendekatan konsep hukum, pendekatan perundang-undangan. Analisis terhadap bahan-bahan hukum yang telah diperoleh dilakukan dengan cara deskriptif, analisis, dan argumentatif. 2.2 Hasil dan Pembahasan 2.2.1. Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Desa Otonomi daerah dan demokratisasi telah membuka ruang politik bagi masyarakat untuk bisa aktif terlibat dalam penyelenggaraan pemerintahan di komonitasnya masing masing. Momentum ini pertama kali di akomodasi dengan adanya reformasi pada tahun1998. Berdasarkan Undang-Undang RI No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah bahwa partisipasi masyarakat adalah peran serta warga masyarakat untuk menyalurkan aspirasi,pemikiran,dan kepentingan dalam penyelenggaraan pemerintahan desa.lebih dari pada itu secara teoritis di yakini bahwa desentralisasi ini berpotensi menciptakan transparansi dan akuntabilitas, serta bisa menjadi modal untuk penumbuhan demokratisasi lokal. 5 Dalam konteks perencaanaan Undang-Undang No.25 Tahun 2004 (Penjelasan Pasal 2 ayat 4 huruf d) menejelaskan bahwa partisipasi masyarakat itu merupakan keikutsertaan masyarakat untuk mengakomodasikan kepentingan mereka dalam proses penyusunan rencana pembangunan. 3 Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta, hal.15. 4 Amiruddin dan H.Zainal Asikin, 2003, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, h.118. 5 Rahardjo Adisasmita, 2006, Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan, Graha Ilmu, Yogyakarta, h.34

Penyelenggaraan pemerintahan yang efektif dan efisien menuntut adanya praktek praktek penyelenggaraan pemerintahan yang baik, dan membuka ruang bagi keterlibatan masyarakat. Karena itu, pemerintahan lokal memiliki peluang besar untuk mendorong demokratisasi mengingat proses desentralisasi lebih memungkinkan adanya pemerintahan yang lebh responsif, representative, dan akuntabel. Karakter masyarakat desa pada dasarnya dapat di lihat melalui organisasi-organisasi lokal yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, modal sosial (norma, tradisi, jaringan sosial, dan nilai lokal lainya) gaya kepemimpinan lokal, dan mekanisme pengelolaan konflik. Keempat elemen dalam masyarakat inilah yang banyak mempengaruhi partisifasi masyarakat, baik dalam ranah ekonomi sosial, maupun dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan desa. Artinya, keempat elemen tersebut memberikan sumbangan atas naik turunnya derajat dan intensitas partisifasi masyarkat. 6 2.2.2.Strategi pengembangan partisipasi masyarakat dalam pemerintahan desa Upaya meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintah desa, di butuhkan adanya penigkatan kapasitas dari pemerintah desa untuk melakukan integrasi dan aksi bersama dengan masyarakat. Untuk itu di rasakan urgensinya mencari alat dan pendekatan baru serta tehnik-tehnik partisipasi. Lebih dari pada itu, keterbukaan pemerintahan desa menjadi prasyarat yang tidak bisa di tawar. Pemimpin yang memiliki visi dan terbuka terhadap inovasi dan perubahan akan mendorong di hasilkanya kebijakan yang propartisipasi dan mendorong terinstisionalisasikanya metode-metode partisipasi selama proses penyelenggaraan pemerintahan desa. Di samping itu, sumber daya manusia ( seperti: organisasi sosial kemasyarakatan, organisasi kewanitaan organisasi kepemudaan, organisasi profesi, organisasi keagamaan, lembaga swadaya masyarakat,dan lain seagainya ) perlu untuk membenahi kemampuanya dalam membantu warga masyarakat untuk mengorganisir diri dan mengemukakan aspirasinya. Hilangnya kepercayaan warga terhadap pemerintah, dan tererosinya komitmen warga untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan pemerintah desa merupakan tantangan yang cukup berat saat ini. Padahal salah satu pendorong tercintanya good govermance adalah keberadaan institusi masyarakat yang kuat, yang di cirikan dengan tumbuh dan berkembangnya berbagai jenis 6 Moch. Solekhan, Op.Cit h.162

organisasi dan asosiasi yang memiiki kemampuan dan bersedia untuk terlibat dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. III. KESIMPULAN Sejak berlakunya Undang-Undang No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah masyarakat desa memiliki akses yang lebih mudah dalam menyalurkan aspirasi di setiap kebijakan yang di bentuk di masing-masing daerah yang melibatkan partisipasi masyarakat di daerah tersebut. oleh sebab penyelenggaraan pemerintahan yang efektif dan efisien menuntut adanya praktek-praktek penyelenggaraan pemerintahan yang baik, dan membuka ruang bagi keterlibatan masyarakat. Pembentukan organisasi sosial kemasyarakatan, organisasi kewanitaan, organisasi kepemudaan, organisasi profesi, organisasi keagamaan, lembaga swadayamasyarakat dan lain sebagainya perlu untuk membenahi kemampuanya dalam menunjang keikut sertaan masyarakat dalam pemerintahan desa IV. DAFTAR PUSTAKA A. Buku Samsul Wahidin, 2013, Hukum Pemerintahan Daerah Pendulum Otonomi Daerah dari Masa ke Masa, Pustaka Belajar, Yogyakarta Moch. Solekhan, 2014, Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Berbasis Partisipasi Masyarakat, Setara Press, Malang Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta Amiruddin dan H.Zainal Asikin, 2003, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta Rahardjo Adisasmita, 2006, Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan, Graha Ilmu, Yogyakarta B. Peraturan Perundang-undangan UU RI No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah UU No.16 Tahun 2014 tentang Desa