I. PENDAHULUAN. Kedudukan pemerintah daerah berkaitan dengan otonomi daerah, bergulirnya otonomi

dokumen-dokumen yang mirip
I. METODE PENELITIAN

profesional, bersih dan berwibawa.

I. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan asas Good Governance menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan umum sebagai wujud dari tugas umum pemerintahan untuk. mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Birokrasi merupakan instrumen

BAB I PENDAHULUAN. memiliki posisi yang strategis dalam pembuatan kebijakan dan pelayanan publik.

Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah ( Renstra SKPD )

I. PENDAHULUAN. terdiri dari pejabat negara dan pegawai negeri untuk menyelenggarakan tugas

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan. Pada Instansi pemerintahan kinerja biasa disebut sebagai sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke-4 dijelaskan. bahwa tujuan nasional Indonesia diwujudkan melalui pelaksanaan

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kontribusi dan prestasi kerja yang optimal bagi organisasi.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. organisasi perusahaan. Sumber daya manusia merupakan asset utama bagi

BAB I PENDAHULUAN. melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat memperbaiki dan meningkatkan. kesejahteraan rakyat Indonesia pada umumnya.

BAB I PENDAHULUAN. dan tujuan tertentu. Aktivitas di dalam instansi pemerintahan selalu diarahkan

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

I. PENDAHULUAN. yang terdapat dalam organisasi tersebut. Keberhasilan untuk mencapai

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. bersama untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan tersebut dapat. dicapai dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki baik

MANAJEMEN PEGAWAI NEGERI SIPIL

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan dan pengayoman pada masyarakat serta kemampuan professional dan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA TEKNIS DAERAH KABUPATEN PESAWARAN

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan sumber daya manusia sebagai tenaga kerja mempunyai

I. PENDAHULUAN. pertama dari setiap masalah yang terjadi dalam suatu organisasi. Bahkan ada

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kelancaran penyelengaraan tugas pemerintah dan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. misi dan tujuan yang telah ditetapkan. Secanggih apapun peralatan dan perangkat

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. di segala bidang. Kenyataan tersebut menuntut profesionalisme sumber daya

BAB I PENGANTAR. Mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa serta pelayanan

I. PENDAHULUAN. rangka meningkatkan sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing di

DISIPLIN ASN DENGAN BERLAKUNYA PP NOMOR 11 TAHUN 2017

PENGARUH PENILAIAN KINERJA TERHADAP DISIPLIN KERJA PEGAWAI PADA SUB BAGIAN KEPEGAWAIAN DAN UMUM DI DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya lainnya tidak dapat memberikan manfaat jika tidak dikelola oleh

Oleh : S u p a n d i, SE (Kabid Pengembangan BKD Kab. Kolaka) A. Pendahuluan

LAPORAN SINGKAT PANJA RUU APARATUR SIPIL NEGARA KOMISI II DPR RI

- 5 - Pasal II Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

= Eksistensi KORPRI dalam meningkatkan pelayanan kepada masyarakat sejalan dengan amanat UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN)

ESENSI HUKUMAN DISIPLIN BAGI PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI KABUPATEN WONOGIRI T E S I S

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

I. PENDAHULUAN. material, mesin, metode, lingkungan), sarana-parasarana, data, dan lain

I. PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia adalah negara kesatuan, dalam penyelenggaraan

PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

WALIKOTA BUKITTINGGI

BAB I PENDAHULUAN. manusianya (pegawai) dalam menjalankan tugas-tugas yang diberikan kepadanya.

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi merupakan suatu rangkaian sistem yang terdiri dari beberapa

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat mengatur dan mengelola sumber daya produktif, serta melayani,

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, tanpa aspek manusia sulit kiranya instansi untuk mengembangkan

M A N A J E M E N A S N

BAB II PROFIL INSTANSI / LEMBAGA A. PROFIL BADAN KEPEGAWAIAN, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

PEMBERHENTIAN TIDAK HORMAT PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 55 TAHUN 2008

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 16 Tahun 2016 Seri E Nomor 11 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

ANALISIS GAMBARAN TUPOKSI SKPD INSPEKTORAT PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

ANALISIS PENILAIAN PRESTASI KERJA PEGAWAI DI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2014

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 021 TAHUN 2016 TENTANG MUTASI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BKD KABUPATEN GRESIK 1

BAB I KEBIJAKAN KEPEGAWAIAN NEGARA SETELAH PEMERINTAHAN REFORMASI

BUPATI SEMARANG PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. ada di daerahnya. Pembangunan daerah sebagai pembangunan yang dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Sumber Daya Air Tanah dan Geologi Lingkungan (PAG) Bandung

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengelolaan Negara baik secara desentralisasi maupun secara otonomi

BAB II DISIPLIN KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL. sesungguhnya tidaklah demikian. Disiplin berasal dari bahasa latin Disciplina yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor : M. 06. PR. 07.

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan sejarah Indonesia, khusususnya pada Era Orde Baru terdapat berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki budaya yang merupakan ciri khas organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian. Peraturan. yang berupa Peraturan Pemerintah (PP) maupun Keputusan Presiden

Kinerja Pegawai Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Dalam Mencapai Tujuan Organisasi di Kabupaten Ciamis. Yanti Wulansari ABSTRAK

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PANITIA SELEKSI TERBUKA JABATAN PIMPINAN TINGGI PRATAMA KEPALA DINAS KESEHATAN PADA PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya tidak pernah hidup sendiri, akan tetapi

BAB V PENUTUP. Pelaksanaan pengawasan diantaranya: b. Tindak lanjut hasil pengawasan sangat diperlukan dalam rangka

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2010 S A L I N A N

BAB I PENDAHULUAN. tujuan. Aktivitas suatu perusahaan dalam pencapaian tujuan tersebut diperlukan

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 20 TAHUN TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 25/PER/M.KOMINFO/12/2011 TENTANG

Pasal I. Pasal 1. Pasal 2. Ketentuan mengenai anggota Tentara Nasional Indonesia, diatur dengan undangundang.

BAB I PENDAHULUAN. permasalahannya berupa pola pikir pemerintah dalam struktur pemerintahan,

BAB I PENDAHULUAN. untuk tetap dapat bertahan di era globalisasi. Sumber daya manusia mempunyai peran utama

I. PENDAHULUAN. Pegawai Negeri Sipil menurut undang-undang RI nomor 43 Tahun 1999 adalah

QANUN KOTA SABANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DEWAN PENGURUS KORPS PEGAWAI NEGERI SIPIL REPUBLIK

(IKU) BADAN KEPEGAWAIAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DAERAH PROVINSI RIAU INDIKATOR KINERJA UTAMA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional yang dilakukan oleh bangsa indonesia adalah

PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 31 TAHUN 2010

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah ( LKIP ) Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH NOMOR : 800/ /203 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI DI LINGKUNGAN BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KOTA SALATIGA

BAB I PENDAHULUAN. dalam hierarki Perundang-undangan Indonesia yang memuat ketentuanketentuan

BAB I PENDAHULUAN. misi dan tujuan yang telah ditetapkan.secanggih apapun peralatan dan perangkat

I. PENDAHULUAN. Pada era globalisasi sekarang ini peran Pegawai Negeri Sipil (PNS) sangat

BAB I PENDAHULUAN. sangat tergantung pada kesempurnaan aparatur negara khususnya Pegawai Negeri

RENCANA STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI TAHUN BAB I PENDAHULUAN

: 1. Undang-undang RI. Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839) ;

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedudukan pemerintah daerah berkaitan dengan otonomi daerah, bergulirnya otonomi daerah di Indonesia telah membawa perubahan yang signifikan terhadap penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia. Bertambahnya wewenang pemerintah yang diterima pemerintah daerah pada suatu sisi merupakan suatu bentuk pemberdayaan pemerintah daerah dalam menerima wewenang tersebut. Sumber daya manusia sebagai salah satu isu strategis otonomi daerah memegang peranan penting dalam upaya mewujudkan kemandirian daerah dengan sifatnya yang dinamis dan aktif. Pemerintahan memiliki, sumber daya manusia yang merupakan cerminan pada Pegawai Negeri Sipil sebagai aktor pelaksana pemerintah. Oleh karena itu diperlukan Pegawai Negeri Sipil yang penuh kesediaan dan ketaatan kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, negara dan pemerintah serta bersatu padu, bermental baik, berwibawa, kuat berdaya guna, bersih, berkualitas tinggi dan sadar akan tanggung jawabnya sebagai unsur aparatur Negara, abdi Negara dan abdi masyarakat. Berlakunya Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang pokok-pokok kepegawaian, dan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 yang telah diubah dengan Peraturan Pemerintah

Nomor 63 Tahun 2009 tentang wewenang pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian pegawai negeri sipil, dalam kedua peraturan ini jelas sekali tata aturan untuk melaksanakan proses pelaksanaan mutasi pegawai. Kedua Peraturan perundang-undangan tersebut merupakan pedoman pelaksanaan mutasi kepegawaian di setiap instansi pemerintah umum dan daerah, terutama pada Badan Kepegawaian dan Diklat Kabupaten Pesawaran. Menurut Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 bahwa yang termasuk pegawai negeri sipil adalah mereka yang telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas negara lainnya yang ditetapkan berdasarkan satu peraturan perundang-undangan dan digaji menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk mewujudkan Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang sempurna sebagaimana dimaksudkan di atas, maka pegawai negeri sipil perlu dibina dengan sebaik-baiknya dan diadakan pengembangan. Tujuan pembinaan dan pengembangan tersebut adalah: Diharapkan agar setiap pegawai yang ada dalam organisasi yang bersangkutan dapat memberikan prestasi kerja yang sebaik-baiknya sehingga benar-benar dapat berfungsi sebagai penghasil kerja yang tepat guna sesuai dengan sasaran organisasi yang hendak dicapai, terwujudnya hubungan yang serasi antara atasan dan bawahan dan terwujudnya pegawai-pegawai yang setia dan taat kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara dan Pemerintah, sehingga pegawai hanya mengabdi kepada kepentingan negara dan masyarakat, demi terwujudnya aparatur yang bersih dan berwibawa (Fathoni, 2006:194). Salah satu bentuk dari pengembangan terhadap pegawai negeri sipil adalah mutasi sebagai penjelmaan/ perwujudan dari dinamika organisasi yang dijadikan sebagai salah satu cara untuk mencapai tujuan organisasi. Mutasi tidak terlepas dari alasan untuk mengurangi rasa bosan pegawai kepada pekerjaan serta meningkatkan motivasi dan semangat kerja pegawai,

selain itu untuk memenuhi keinginan pegawai sesuai dengan minat dan bidang tugasnya masing-masing dimana dalam kegiatan pelaksanaan mutasi kerja sering disalah tafsirkan orang yaitu sebagai hukuman jabatan atau didasarkan atas hubungan baik antara atasan dengan bawahan. Dalam pelaksanaan mutasi harus benar-benar berdasarkan penilaian yang objektif dan didasarkan atas indeks prestasi yang dicapai oleh karyawan mengingat sistem pemberian mutasi dimaksudkan untuk memberikan peluang bagi para pegawai negeri sipil untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. Proses mutasi pegawai negeri sipil di lingkungan pemerintah Kabupaten Pesawaran periode Januari-Desember 2011 berjalan sesuai dengan aturan dan perundang-undangan yang berlaku seperti halnya proses mutasi pada Kabupaten/Kota lain. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Sub Bidang Pemindahan dan Penempatan Badan Kepegawaian dan Diklat Kabupaten Pesawaran, Bapak Ali Wardana, S.STP pada saat wawancara pra-riset Kamis 31 Mei 2012. Berikut ini adalah rekapitulasi mutasi pegawai negeri sipil (PNS) di lingkungan pemerintah Kabupaten Pesawaran periode Januari Desember 2011. Tabel 1. Mutasi pegawai negeri sipil (PNS) dalam daerah lingkungan Kabupaten Pesawaran NO Golongan Jumlah Orang 1 Golongan IV 6 Orang 2 Golongan III 44 Orang 3 Golongan II 27 Orang Jumlah 77 Orang

Sumber: Data Pra-riset (BKD Pesawaran) Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa mutasi pegawai negeri sipil di dalam daerah lingkungan Kabupaten Pesawaran terdiri dari Golongan IV berjumlah 6 orang, Golongan III berjumlah 44 orang dan Golongan II berjumlah 27 orang, jadi semuanya berjumlah 77 orang. Tabel 2. Mutasi pegawai negeri sipil (PNS) dari Provinsi, Kabupaten/Kota ke lingkungan pemerintah Kabupaten Pesawaran (masuk) NO Golongan Jumlah Orang 1 Golongan IV 8 Orang 2 Golongan III 33 Orang 3 Golongan II 19 Orang Jumlah 60 Orang Sumber: Data Pra-riset (BKD Pesawaran) Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa mutasi pegawai negeri sipil dari Provinsi, Kabupaten/Kota ke lingkungan pemerintah Kabupaten Pesawaran (masuk) terdiri dari Golongan IV berjumlah 8 orang, Golongan III berjumlah 33 orang dan Golongan II berjumlah 19 orang, jadi semuanya berjumlah 60 orang. Tabel 3. Mutasi pegawai negeri sipil (PNS) dari lingkungan pemerintah Kabupaten Pesawaran ke Provinsi, Kabupaten/Kota (keluar) NO Golongan Jumlah Orang 1 Golongan IV 1 Orang

2 Golongan III 2 Orang 3 Golongan II - Orang Jumlah 3 Orang Sumber: Data Pra-riset (BKD Pesawaran) Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa mutasi pegawai negeri sipil dari lingkungan pemerintah Kabupaten Pesawaran ke Provinsi, Kabupaten/Kota (keluar) terdiri dari Golongan IV berjumlah 1 orang, Golongan III berjumlah 2 orang dan Golongan II berjumlah 0 orang, jadi semuanya berjumlah 3 orang. Jadi jumlah keseluruhan mutasi pegawai negeri sipil (PNS) di lingkungan pemerintah Kabupaten Pesawaran selama periode Januari-Desember 2011 adalah 140 orang. Beberapa kendala dalam proses mutasi pegawai negeri sipil pada Badan Kepegawaian dan Diklat Kabupaten Pesawaran menurut pengamatan peneliti pada pra-riset Kamis 31 Mei 2012, saat mewawancarai Sub Bidang Pemindahan dan Penempatan Badan Kepegawaian dan Diklat Kabupaten Pesawaran, Bapak Ali Wardana, S.STP adalah: 1. Prosedur peraturan sudah cukup jelas namun kebijakan di wilayah tempat tugas yang baru berbeda-beda 2. Banyaknya pegawai negeri sipil yang belum memahami persyaratan proses mutasi tersebut 3. Adanya penolakan-penolakan yang dilakukan oleh individu yang dimutasi Buruknya mutasi pegawai negeri sipil ini antara lain dikarenakan belum diterapkannya prinsip profesionalisme dalam proses pemutasian. Berdasarkan asas Good Governance menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 tentang penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme. Prinsip profesionalisme adalah

mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku (Sedarmayanti. 2009:284). Sebab dan alasan mutasi atau pemindahan pegawai dapat terjadi karena 2 hal sebagaimana menurut H. Malayu S.P. Hasibuan (2008 : 104) yaitu : 1. Mutasi atas keinginan pegawai Mutasi atas permintaan sendiri adalah mutasi yang dilakukan atas keinginan sendiri dari pegawai yang bersangkutan dengan mendapat persetujuan pimpinan organisasi. Misalnya, karena alasan keluarga untuk merawat orang tua yang sudah lanjut usia. Kemudian alasan kerja sama, dimana tidak dapat bekerja sama dengan pegawai lainnya karena terjadi pertengkaran atau perselisihan, iklim kerja kurang cocok dengan pegawai dan alasan-alasan sejenisnya. 2. Alih tugas produktif (ATP) Alih tugas produktif adalah mutasi karena kehendak pimpinan perusahaan untuk meningkatkan produksi dengan menempatkan pegawai bersangkutan ke jabatan atau pekerjaan yang sesuai dengan kecakapannya. Alasan lain tugas produktif didasarkan pada kecakapan, kemampuan pegawai, sikap dan disiplin pegawai. Kegiatan ini menuntut keharusan pegawai untuk menjalankannya. Berdasarkan indikator minimal profesionalisme (Dadang Solihin: 2010) ada lima yaitu: 1. Berkinerja tinggi, 2. Taat azas, 3. Memiliki kualifikasi di bidangnya 4. Standar kompetensi yang sesuai dengan fungsinya 5. Sistem pengembangan Sumber Daya Manusia Berikut adalah tabel indikator profesionalisme, dimana dalam tabel ini peneliti mencoba menguraikan satu persatu pengertian indikator.

Tabel 4. Indikator Profesionalisme No Indikator Sub Indikator 1 Berkinerja Tinggi Hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya 2 Taat Asas Suatu keadaan yang tidak berubah dari ketentuan yang telah ditetapkan / konsisten 3 Memiliki kualifikasi di bidangnya 4 Standar kompetensi yang sesuai dengan Seorang pegawai memiliki kemampuan / skill sesuai dengan disiplin ilmu yang ditekuninya dan bersifat ilmiah serta objektif Bahwa pegawai memahami apa yang telah ditugaskan, diperintahkan

fungsinya 5 Sistem pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) kepadanya Suatu usaha atau proses yang ditujukan untuk memperoleh kemampuan terpadu dari daya piker dan fisik yang dimiliki individu, prilaku dan sifatnya ditentukan oleh keturunan dan lingkungannya Sumber: http://www.artikata.com/arti-35 diunduh pada tanggal 25 Maret 2012 pukul 19.30 WIB Hal-hal tersebut di atas adalah pendorong semangat peneliti untuk melakukan penelitian mengenai masalah profesionalisme Badan Kepegawaian dan Diklat dalam mutasi pegawai negeri sipil di Kabupaten Pesawaran tahun 2011 (Studi komparatif pada Dinas Pendidikan dan Dinas Pasar Kebersihan dan Pertamanan). B. Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana Penerapan Prinsip Profesionalisme Badan Kepegawaian dan Diklat dalam Mutasi Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Pesawaran tahun 2011 (Studi komparatif pada Dinas Pendidikan dan Dinas Pasar Kebersihan dan Pertamanan)? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui Penerapan Prinsip Profesionalisme Badan Kepegawaian dan Diklat dalam Mutasi Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Pesawaran tahun 2011 (Studi komparatif pada Dinas Pendidikan dan Dinas Pasar Kebersihan dan Pertamanan).

D. Kegunaan Penelitian A. Secara akademis, hasil penelitian ini sebagai salah satu kajian Ilmu Pemerintahan di dalam matakuliah Pemerintahan di Indonesia, Politik Desentralisasi dan Otonomi Daerah khususnya yang berkaitan dengan tentang penerapan prinsip profesionalisme dalam mutasi pegawai negeri sipil. B. Secara praktis hasil penelitian ini sarana input sebagai bentuk penerapan prinsip profesionalisme dalam mutasi pegawai negeri sipil khususnya pada Badan Kepegawaian dan Diklat Kabupaten Pesawaran