BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perdagangan perempuan dan anak (trafficking) telah lama terjadi di muka

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perdagangan orang merupakan bentuk modern dari perbudakan manusia.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Ini merupakan pelanggaran terhadap hak asasi manusia. Di masa lalu,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dewasa ini dalam pembaharuan hukum, indonesia telah melahirkan

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki derajat yang sama dengan yang lain. untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran. Dalam Pasal 2 Undang-undang

Perdagangan dan Eksploitasi Manusia di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial, sejak dalam kandungan sampai dilahirkan anak. mempunyai hak atas hidup dan merdeka serta mendapat perlindungan baik

Institute for Criminal Justice Reform

BAB I PENDAHULUAN. kabur meskipun secara yurisdiksi tetap tidak berubah. Namun para pelaku

BAB I PENDAHULUAN. Tercatat 673 kasus terjadi, naik dari tahun 2011, yakni 480 kasus. 1

BAB I PENDAHULUAN. kaum perempuan yang dipelopori oleh RA Kartini. Dengan penekanan pada faktor

BAB II PENGATURAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG. A. Pengaturan Tindak Pidana Perdagangan Orang Menurut KUHP

BAB I PENDAHULUAN. lama. Hanya saja masyarakat belum menyadari sepenuhnya akan kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan manusia atau istilah Human Trafficking merupakan sebuah

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepolisian Republik Indonesia merupakan salah satu lembaga atau

PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA SEHUBUNGAN DENGAN PERDAGANGAN MANUSIA (ANAK)

WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 30 TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah

B A B 1 P E N D A H U L U A N. Perdagangan anak (trafficking) telah lama terjadi di muka bumi ini dan terjadi

I. PENDAHULUAN. Perdagangan orang (human traficking) terutama terhadap perempuan dan anak

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. sangat mengkhawatirkan. Pada era globalisasi sekarang ini, modern slavery marak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. orang/manusia bukan kejahatan biasa (extra ordinary), terorganisir

PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA SEHUBUNGAN DENGAN PERDAGANGAN MANUSIA (ANAK)

BAB I PENDAHULUAN. resmi yang berwajib, pelanggaran mana terhadap peraturan-peraturan

DEKLARASI TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN. Diproklamasikan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan amanat dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai dampak negatif bagi generasi penerus bangsa. terhadap pemenuhan hak-haknya serta adanya

UPAYA PENANGGULANGAN PERDAGANGAN TENAGA KERJA (TRAFFICKING IN PERSON FOR LABOR) DI INDONESIA

BAB V PENUTUP. kriminalitas namun perdagangan anak juga menyangkut tentang pelanggaran terhadap

BAB I PENDAHULUAN. umumnya. Menurut Sadjijono dalam bukunya mengatakan:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, tidak

BERITA NEGARA. No.1048, 2012 KEMENTERIAN NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK. Perdagangan Orang. Pencegahan. Penanganan. Panduan.

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BAB I PENDAHULUAN. asasi perempuan dan anak diantaranya dengan meratifikasi Konferensi CEDAW (Convention

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

BAB I. memiliki jumlah penduduk yang tinggi seperti Indonesia. Masalah. dan membutuhkan penanganan segera supaya tidak semakin membelit dan

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai anak dan perlindungannya tidak akan pernah

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PERDAGANGAN PEREMPUAN DAN ANAK (TRAFFICKING) DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. mencari nafkah. Hal ini yang mendorong munculnya paktek perdagangan

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN ANAK DAN PEREMPUAN

BUPATI SEMARANG PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. yang sama dengan manusia yang lain. Pengertian anak menurut Anwar Riksono adalah :

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Di masa lalu

BAB I PENDAHULUAN. orang migrasi ke kota untuk bekerja. Adanya migrasi ke kota membawa

I. PENDAHULUAN. Perdagangan orang (trafficking) merupakan salah satu bentuk perlakuan terburuk

BAB III DESKRIPSI ASPEK PIDANA DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG

BAB I PENDAHULUAN. melekat dan menjadi predikat baru bagi Negara Indonesia. Dalam pandangan

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan pertahanan keamanan negara lainnya membina. terjadi dikalangan masyarakat pada umumnya.

BUPATI BULUNGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK TERHADAP TINDAK KEKERASAN

LATAR BELAKANG. Click to edit Master subtitle style

BUPATI BULUNGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

K111 DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN

STUDI KOMPARASI TINDAK PIDANA PERDAGANGAN MANUSIA DALAM KUHP DAN UU RI NO 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG

BAB I PENDAHULUAN. Negara merupakan sebuah kesatuan wilayah dari unsur-unsur negara, 1 yang

BAB I PENDAHULUAN. pelanggaran HAM, karena anak adalah suatu anugerah yang diberikan oleh Allah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hukum pidana menempati posisi penting dalam seluruh sistem

BUPATI POLEWALI MANDAR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannyalah yang akan membentuk karakter anak. Dalam bukunya yang berjudul Children Are From Heaven, John Gray

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan orang merupakan salah satu bentuk perlakuan terburuk dari

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dipersiapkan sebagai subjek pelaksana cita-cita perjuangan bangsa. Berdasarkan

-2- Selanjutnya, peran Pemerintah Daerah dalam memberikan pelindungan kepada Pekerja Migran Indonesia dilakukan mulai dari desa, kabupaten/kota, dan p

BAB III KETENTUAN RESTITUSI TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DALAM PASAL 48 AYAT 2 UU RI NO. 21 TAHUN 2007 TENTANG

DAERAH TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PERDAGANGAN ORANG TERUTAMA PEREMPUAN DAN ANAK. BAB I KETENTUAN UMUM

Lampiran Usulan Masukan Terhadap Rancangan Undang-Undang Bantuan Hukum

BAB I PENDAHULUAN. dan perhatian, sehingga setiap anak dapat tumbuh dan berkembang secara

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2013 PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA

ANGGOTA GUGUS TUGAS PENCEGAHAN DAN

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT

KONVENSI HAK ANAK (HAK-HAK ANAK)

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini, sebab sebagai mahluk yang bermartabat tinggi, manusia bagaimana pun

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2000 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan norma serta

Penanggulangan Tindak Pidana Perdagangan Orang

BAB I PENDAHULUAN. serangkaian tindakan yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana yang. ditentukan dalam Undang-Undang No. 21 Tahun 2007.

K189 Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Tangga, 2011

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi. Hukum bukan

BAB I PENDAHULUAN. berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan. diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kepolisian Negara Republik Indonesia. Negara Republik Indonesia disebutkan bahwa Kepolisian bertujuan untuk

HAK PEKERJA MIGRAN. Lembar Fakta No. 24. Kampanye Dunia untuk Hak Asasi Manusia

BAB I PENDAHULUAN. hukum seperti telah diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang No. 35 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan orang (human trafficking) merupakan fenomena yang. berkembang secara global dan merupakan dampak negatif dari semakin

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA ASAL INDONESIA TERKAIT TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG BERDASARKAN HUKUM NASIONAL DAN HUKUM INTERNASIONAL *

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK

I. PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa setelah perang dunia ke-2 tanggal 10 Desember

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdagangan perempuan dan anak (trafficking) telah lama terjadi di muka bumi ini dan merupakan tindakan yang bertentangan dengan harkat dan martabat manusia, dan telah meluas dalam bentuk jaringan kejahatan yang terorganisasi, baik bersifat antarnegara maupun dalam negeri, sehingga menjadi ancaman terhadap masyarakat, bangsa dan negara, serta norma-norma kehidupan yang dilandasi penghormatan terhadap hak asasi manusia. 1 Di masa lalu, perdagangan anak dan perempuan hanya dipandang sebagai pemindahan secara paksa ke luar negeri untuk tujuan prostitusi. Jumlah konvensi terdahulu mengenai perdagangan hanya memfokuskan aspek ini. Namun seiring dengan perkembangan zaman, perdagangan didefinisikan sebagai pemindahan, khususnya perempuan dan anak dengan atau tanpa persetujuan orang yang bersangkutan di dalam suatu negara atau ke luar negeri untuk semua perburuhan yang eksploitatif, tidak hanya prostitusi. Perdagangan orang merupakan salah satu masalah yang perlu penanganan mendesak seluruh komponen bangsa. Hal tersebut perlu, sebab erat terkait dengan citra bangsa Indonesia di mata internasional. Apalagi, data Departemen Luar Negeri Amerika Serikat menunjukkan bahwa Indonesia berada di urutan ketiga sebagai pemasok perdagangan perempuan dan anak.. 1 Lihat alinea menimbang huruf c Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang ( UU-PTPPO).

Memang disadari bahwa penanganan trafficking tidaklah mudah, karena kasus pengiriman manusia secara ilegal ke luar negeri sudah terjadi sejak bertahun-tahun lamanya tanpa adanya suatu perubahan perbaikan. Masalah perdagangan anak atau Trafficking di Indonesia akhir-akhir ini bila diamati menunjukkan adanya peningkatan. Berbagai latar belakang dapat dikaitkan dengan meningkatnya masalah perdagangan anak tersebut, misalnya lemahnya penegakan hukumnya, peran pemerintah dalam penanganannya maupun minimnya informasi tentang trafficking, khususnya di pelosok-pelosok pedesaan. Adapun korban yang paling rentan untuk menjadi korban trafficking adalah perempuan dan anak dari keluarga miskin, anak di pedesaan, anak putus sekolah, dan yang mencari pekerjaan. Menurut Rachmat Syafaat, perdagangan perempuan dan anak adalah bentuk imigrasi dengan tekanan yaitu orang yang direkrut, diperdagangkan dan dipindahkan ke tempat lain secara paksa, ancaman kekerasan atau penipuan. 2 PBB dalam Sidang Umum Tahunan 1994 menyetujui adanya suatu resolusi yang menentang adanya perdagangan perempuan dan anak dengan definisi sebagai berikut Pemindahan orang melewati batas nasional dan internasional secara gelap dan melanggar hukum, terutama dari negara berkembang dan dari negara dalam transisi ekonomi, dengan tujuan memaksa perempuan dan anak perempuan masuk ke dalam situasi penindasan dan eksploitasi secara seksual dan ekonomi, sebagaiman juga tindakan ilegal lainnya yang berhubungan dengan perdagangan 2 Rachmat Syafaat, Dagang Manusia- Kajian Trafficking Terhadap Perempuan dan Anak di Jawa Timur, Lapper Pustaka Utama, Yogyakarta, 2002, Hal 10

manusia seperti kerja paksa domestik, kawin palsu, pekerja gelap, dan adopsi palsu demi kepentingan perekrutan, perdagangan dan sindikat kejahatan. 3 Perdagangan manusia dengan alasan apapun juga merupakan pelanggaran serius terhadap hak-hak asasi manusia, sehingga dapat dikatakan bahwa perdagangan anak merupakan suatu jenis perbudakan di era modern. Perdagangan manusia ialah perekrutan, pengiriman, pemindahan, penampungan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman atau penggunaan kekerasan atau bentukbentuk lain dari pemaksaan, penculikan, penipuan, kebohongan, atau penyalahgunaan kekuasaan, atau polisi rentan atau memberi atau menerima pembayaran atau memperoleh keuntungan agar dapat memperoleh persetujuan yang berkuasa atau orang lain untuk tujuan eksploitasi. Sehubungan dengan hal tersebut, maka pada tahun 2000 pemerintah Indonesia memutuskan untuk meratifikasi Konvensi ILO No. 182 mengenai Pelanggaran dan Tindakan Segera Untuk Penghapusan Bentuk-Bentuk Pekerjaan Terburuk Untuk Anak dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000. Konvensi ini menyatakan bahwa penjualan dan perdagangan anak sesungguhnya adalah suatu bentuk perbudakan atau praktek serupa perbudakan yang pada hakekatnya sama saja dengan perbudakan itu sendiri. Karena itu penjualan dan perdagangan anak termasuk salah satu bentuk terburuk perburuhan anak. Konvensi ILO No. 182 ini amat menekankan pentingnya pelanggaran dan penghapusan bentuk-bentuk terburuk perburuhan anak. Oleh karena itu, negara- 3 ibid

negara yang telah meratifikasi konvensi ini berkewajiban untuk menuangkannya dalam peraturan undang-undangan dan melaksanakannya melalui programprogram aksi yang ditujukan untuk memberantas dan mencegah bentuk-bentuk terburuk perburuhan anak. Indonesia sebagai negara hukum yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, sehingga sudah seharusnya setiap manusia baik dewasa maupun anak-anak wajib dilindungi dari upaya-upaya mempekerjakannya pada pekerjaan-pekerjaan yang merendahkan harkat dan martabat manusia atau pekerjaan yang tidak manusiawi. Oleh karena itu penulis memilih judul dalam skripsi ini, Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Korban Perdagangan Orang Menurut Konvensi Hak Anak 1989 B. Rumusan Masalah Bertitik tolak dari uraian-uraian diatas yang telah dikemukakan pada pembahasan terdahulu maka adapun yang menjadi batasan pada permasalahan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaturan perlindungan hukum terhadap perdagangan anak secara umum maupun khusus 2. Bagaimana kerjasama internasional dalam pencegahan perdagangan orang terhadap anak 3. Bagaimana perlindungan hukum menurut Konvensi Hak Anak bagi anak korban perdagangan orang

C. Tujuan Penulisan dan Manfaat Masalah Tujuan khusus penulisan ini adalah untuk memenuhi maka tujuan penulisaan ini adalah untuk ikut berpartisipasi memberikan sedikit kontribusi bagi penegakan nilai-nilai hak asasi manusia dan penegakan norma-norma hukum, serta menegaskan betapa besarnya kesengsaraan dan kerugian yang paling banyak diderita oleh anak-anak korban Trafficking. Selain itu, tujuan dan manfaat penulisan sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pengaturan perlindungan hukum terhadap perdagangan anak secara umum maupun khusus. 2. Untuk mengetahui perlindungan hukum menurut Konvensi Hak Anak bagi anak korban perdagangan orang. 3. Untuk mengetahui upaya perlindungan yang diberikan oleh pemerintah Indonesia terhadap anak sebagai korban perlindungan orang D. Keaslian Penulisan Berdasarkan penelusuran penulisan ini sendiri dengan pengetahuan penulis, bahwa permasalahan ini adanya ketertarikan penulisan terhadap perlindungan hukum perdagangan orang terutama terhadap anak-anak, yang terjadi marak akhir-akhir ini. Skripsi tentang judul ini belum pernah dibuat oleh mahasiswa Fakultas Hukum USU. E. Tinjauan Kepustakaan Untuk menghindarkan keraguan pada bab-bab selanjutnya maka terlebih dahulu akan ditegaskan pengertian judul diatas secara umum.

Anak adalah setiap orang yang berusia dibawah 18 tahun kecuali undangundang menetapkan bahwa kedewasaan dicapai lebih cepat. 4 Perdagangan orang adalah suatu perdagangan gelap oleh beberapa orang di lintas nasional dan perbatasan internasional, sebagaian besar berasal dari negara-negara yang berkembang dengan perubahan ekonominya, dengan tujuan akhir memaksa wanita dan anak-anak perempuan bekerja di bidang seksual dan penindasan ekonomis dan dalam keadaan eksploitasi untuk kepentingan agen, penyalur, dan sindikat kejahatan, sebagaimana kegiatan ilegal lainnya yang berhubungan dengan perdagangan seperti pembantu rumah tangga, perkawinan palsu, pekerjaan gelap dan adopsi. 5 Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. 6 Judul ini pada prinsipnya akan membahas tentang sampai sejauh mana anak tersebut akan mendapatkan perlindungan yang berdasarkan pada Konvensi Hak Anak Tahun 1989. Berdasarkan definisi tentang perdagangan anak tersebut, maka penulisan tersebut hanya menelaah permasalahan yang berhubungan dengan perlindungan hukum terhadap anak sebagai korban Trafficking. Kemudian judul ini juga akan 4 Joni, Muhammad da Zulchaina Z. Tanamas, Aspek Perlindungan Anak, Bandung : Citra Aditya Bakti, 1999 5 Resolusi PBB No 49/166 6 Undang-undang No 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak, pasal 2

mengetahui sampai sejauh mana perlindungan yang diberikan Konvensi Hak Anak 1989 terhadap anak yang menjadi perdagangan anak. F. Metode Penulisan Penulisan skripsi ini menggunakan metode hukum secara normatif, karena dalam penelitian yang dilakukan penulisan untuk penulisan skripsi ini, penulis mendasarkan pada data sekunder 7 yang berasal dari data kepustakaan. Bahan pustaka bidang hukum yang digunakan penulis, sesuai dengan bahan-bahan dasar suatu penelitian yang terdiri dari : 1. Bahan hukum primer berupa konvensi-konvensi, deklarasi-deklarasi, dan instrumen hukum lainnya 2. Bahan hukum sekunder berupa buku-buku, artikel-artikel ilmiah makalahmakalah seminar dan bahan lain sejenis sepanjang mengenai hal-hal yang dibahas dalam skripsi penulis 3. Bahan hukum tersier/penunjang mencakup bahan-bahan yang memberikan petunjuk terhadap bahan hukum primer. G. Sistematika Penulisan Secara keseluruhan penulisan ini terbaagi dalam lima bab yang masing-masing bab terdiri dari sub yang akan dikembangkan jika memerlukan yang lebih terperinci BAB I : PENDAHULUAN Berisikan pendahuluan yang merupakan pengantar yang di dalamnya terurai mengenai latar belakang judul skripsi, perumusan masalah, kemudian dilanjutkan dengan tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian, yang kemudian diakhiri oleh sistematika penulisan. 7 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Rajawali, Jakarta, 1994, Hal 29

BAB II : PENGATURAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG TRAFFICKING TERHADAP ANAK Pada bab ini akan dibahas pengertian anak, Hak-hak Anak Menurut Konvensi Hak Anak, Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya Trafficking terhadap anak serta norma-norma hukum internasional yang mengatur tentang trafficking terhadap anak BAB III : KERJASAMA INTERNASIONAL DALAM PENCEGAHAN TRAFFICKING TERHADAP ANAK Pada bab ini akan membahas mengenai Perjanjian Bilateral Tentang Trafficking serta perlindungan perdagangan orang ditinjau menurut ILO No 182 tahun 1987 BAB IV : PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK SEBAGAI KORBAN TRAFFICKING MENURUT KONVENSI HAK ANAK 1989 Pada bab ini akan dibahas mengenai implementasi Perlindungan Hukum Terhadap anak sebagai korban Trafficking. Implementasi tersebut dikaitkan dengan peranan dan upaya pemerintah dalam menangani korban-korban Trafficking. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan bab penutup yang berisikan tentang kesimpulan penulis dari pembahasan terhadap pokok permasalahan serta saran-saran penulis atas bagaimana sebaiknya langkah-langkah yang diambil di dalam mengatasi permasalahan tersebut.