BAB I PENDAHULUAN. batin, cerdas, sehat, dan berbudi pekerti luhur. yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Undang-undang Sisdiknas

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan

BAB 1 PENDAHULUAN. betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara

Keterlibatan siswa baik secara fisik maupun mental merupakan bentuk

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas tinggi merupakan suatu bangsa yang akan mampu bersaing dan

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB 1 PENDAHULUAN. pengetahuan berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini

BAB I PENDAHULUAN. sendiri maupun orang lain. Pendidikan sebagai gejala yang universal

BAB I PENDAHULUAN. tentang sistem pendidikan nasional (2009:69) pasal 1 yang berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan termasuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara teoritis, hakikat pendidikan merupakan belajar yang

PENGARUH PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF DALAM MODEL PEMBELAJARAN AKTIF (ACTIVE LEARNING) TIPE TRUE OR FALSE TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahun 2006 menuntut perubahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan. memanfaatkan semua komponen yang ada secara optimal.

I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara

Skripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai. Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Diajukan oleh : ARIYANTI

BAB I PENDAHULUAN. Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (selanjutnya disebut IPA) diartikan

BAB I PENDAHULUAN. usaha sistematis yang terorganisasi untuk memajukan belajar, membina

BAB I PEDAHULUAN. Keberhasilan proses pembelajaran dalam kegiatan pendidikan di suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam pelaksanaan pendidikan di lingkungan formal dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsipprinsip

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 Bab I Pasal I Ayat 1 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempelajari pengetahuan berdasarkan fakta, fenomena alam, hasil pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. diorganisasikan dan diarahkan pada pencapaian lima pilar pengetahuan: belajar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia akan tetapi semua pihak, baik guru, orang tua, maupun siswa sendiri.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sendiri maupun lingkungannya. Menurut Undang undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembelajaran IPA di SMP Negeri 3 Pacitan khususnya pada

I. PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan masih berjalan terus. (Ihsan, 2008:7) mengemukakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. wawasan, ketrampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna. diyakini mampu menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

BAB I PENDAHULUAN. mengharuskan mampu melahirkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional bab I pasal (1), disebutkan bahwa :

commit to user BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat Ilmu

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan

ARTIKEL SKRIPSI. Oleh: Anis Setyawati NIM

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang tersebut, tugas utama guru adalah mendidik, mengajar,

I. PENDAHULUAN. salah satu tujuan pembangunan di bidang pendidikan. antara lain: guru, siswa, sarana prasarana, strategi pembelajaran dan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION

BAB I PENDAHULUAN. Fisika dan sains secara umum terbentuk dari proses penyelidikan secara sistematis

I.PENDAHULUAN. produk, proses dan sikap. Produk IPA berupa fakta, konsep, prinsip,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dalam Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap kualitas pembelajaran di sekolah, oleh karena itu

I. PENDAHULUAN. Kerja Siswa (LKS). Penggunaan LKS sebagai salah satu sarana untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui (learning to know), belajar berbuat (learning to do), belajar

BAB I PENDAHULUAN. isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

I. PENDAHULUAN. penguasaan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

logis yang dapat diterapkan pada masalah-masalah kongkrit.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung seumur hidup, sejak ia masih bayi sampai ke liang lahat, mati (Warsita, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. penerus yang akan melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai bagian kehidupan masyarakat dunia pada era global harus

BAB I PENDAHULUAN. optimum hendaknya tetap memperhatikan tiga ranah kemampuan siswa yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut ditujukan untuk membantu anak dalam menghadapi dan. dalam perkembangan anak (Suryosubroto, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Biologi adalah salah satu ilmu sains yang mempelajari fakta-fakta,

BAB I PENDAHULUAN. tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. dengan keadaan alam yaitu dengan cara mencari tahu tentang alam secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang siap menghadapi masa depan. Salah satu jenjang pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan kurikulum KTSP (2006) saat ini siswa dituntut untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (natural science) yang

UPAYA MAHASISWA, DOSEN DAN PIHAK UNIVERSITAS DALAM PEMBENTUKAN KARAKTERISTIK MAHASISWA YANG IDEAL. Oleh : Annisa Ratna Sari, S. Pd

BAB I PENDAHULUAN. hanya penguasaan kumpulan pengetahu yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep,

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan serta dipupuk secara efektif dengan menggunakan strategi

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia, karena

I. PENDAHULUAN. Keseluruhan dalam proses pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat (1): Pendidikan adalah usaha sadar dan. akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 19 ayat (1) tentang Standar Proses, pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebaiknya

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip dasar pembelajaran IPA antara lain adalah prinsip keterlibatan, prinsip

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya dan usaha untuk menjadikan masyarakat untuk mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya, sehingga memiliki kemampuan dan keterampilan baik dari segi sikap, spiritual, sosial, dan pengetahuan yang berguna bagi masyarakat dan warga negara. Di samping itu pendidikan merupakan usaha untuk membentuk manusia yang utuh lahir dan batin, cerdas, sehat, dan berbudi pekerti luhur. Pada dasarnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk menguasai kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan dan memiliki sikap ilmiah. Hal ini tentu saja berimplikasi terhadap kegiatan pembelajaran IPA. IPA dan pembelajaran IPA tidak hanya sekedar pengetahuan yang bersifat ilmiah saja, melainkan terdapat muatan IPA, keterampilan proses dan dimensi yang terfokus pada karakteristik sikap dan watak ilmiah (BSNP, 2006). Proses pembelajaran IPA, terdapat proses belajar dan mengajar, dimana kedua kata tersebut saling terkait dalam kegiatan interaksi antara guru dan peserta didik dan peserta didik dengan peserta didik. Proses belajar dan mengajar yang dilaksanakan dengan efektif maka keberhasilan pendidikan dapat tercapai. Indikasi keberhasilan pendidikan, tidak hanya diukur dari hasil kemampuan kognitif tetapi juga dari proses pembelajaran yang berlangsung 1

dan hasil output dari pendidikan tersebut. Pembelajaran IPA harus berdasarkan karakteristik IPA yang diukur dari segi proses, produk, dan sikap. Penerapan pembelajaran IPA, umumnya guru masih mendominasi dan kurang melibatkan peserta didik. Bahkan masih ada guru yang membelajarkan IPA dengan metode ceramah, hal ini tidak sesuai dengan hakikat IPA. UNESCO mencanangkan 4 pilar pendidikan yaitu belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar untuk melakukan (learning to do), belajar menjadi diri sendiri (learning to be), dan belajar hidup bersama (learning to live together). Penerapan pembelajaran IPA sebaiknya memahami hakikat IPA agar kemampuan untuk belajar pengetahuan, sikap dan ketrampilan peserta didik dapat tercapai dengan optimal. Proses pembelajaran IPA, pengembangan ketiga aspek yaitu aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan hendaknya dijalankan secara seimbang. Pembelajaran IPA sebaiknya tidak hanya memindahkan ilmu pengetahuan kepada peserta didik, sehingga pembelajaran IPA terkesan membosankan dan monoton. Pembelajaran IPA diharapkan juga mengedepankan keterampilan proses agar peserta didik dapat mengembangkan kemampuan dalam memecahkan permasalahan nyata yang ada di sekitar. Menurut Patta Bundu (2006:12) keterampilan proses sains peserta didik dapat mempelajari sains sesuai apa yang para ahli lakukan, yakni melalui pengamatan, klasifikasi, interferensi, merumuskan hipotesis dan melakukan eksperimen. Kenyataannya, keterampilan proses peserta didik 2

belum dikembangkan secara optimal. Guru masih memberikan porsi lebih pada aspek pengetahuan kognitif pemahaman peserta didik saja, sedangkan untuk aspek keterampilan proses belum terasah secara maksimal. Dari pemaparan tersebut keterampilan proses sains sangat penting dalam penerapan pembelajaran IPA. Saat ini, masih banyak masyarakat yang beranggapan bahwa proses belajar harus berada di dalam ruang kelas. Ilmu pengetahuan dapat diperoleh dimanapun dan kapanpun serta tidak harus berada di ruang kelas, sehingga sekarang ini banyak guru yang mencoba memanfaatkan lingkungan sekitar untuk mengoptimalkan pembelajaran. Pemanfaatan alam mengajak peserta didik untuk tidak hanya mengenal materi IPA sebatas fakta-fakta saja tetapi berkesempatan untuk menerapkan suatu aplikasi pengetahuan untuk mengadakan pembaharuan konsep. Peserta didik juga dapat memahami materi yang telah dipelajari dan dapat memecahkan masalah yang dihadapi dengan metode ilmiah. Oleh karena itu dalam pembelajaran IPA seorang guru dituntut untuk dapat mengajak anak didiknya untuk memanfaatkan alam atau lingkungan sekitar. Pendekatan JAS ini dapat diartikan juga sebagai suatu pendekatan pembelajaran yang memang memanfaatkan alam sekitar kehidupan siswa baik lingkungan fisik, sosial, teknologi, maupun budaya sebagai obyek belajar IPA yang fenomenanya dipelajari melalui kerja ilmiah. Belajar merupakan proses pembelajaran yang dilakukan seharusnya selalu melibatkan siswa, akan tetapi pada umumnya pembelajaran IPA di SMP N 2 Kalasan 3

masih didominasi oleh aktivitas guru dan pembelajarannya cenderung teoritik dan tidak mengkomunikasikan dengan kehidupan di lingkungan siswa, sehingga aktivitas mereka menjadi kurang optimal. Pembelajaran di sekolah yang masih cenderung terpaku pada buku dan tidak dikaitkan dengan keadaan lingkungan sekitar membuat siswa merasa kesulitan untuk memahami konsep pelajaran yang selama ini lebih sering diajarkan dengan menggunakan metode konvensional. Berdasarkan hasil observasi pula bahwa di SMP Negeri 2 Kalasan belum pernah menggunakan pendekatan pembelajaran JAS, sehingga menimbulkan kurang maksimalnya keterampilan proses dan sikap ilmiah siswa terutama pada ketercapaian sikap ingin tahu siswa. Penerapan pendekatan JAS ini diharapkan menjadi suatu inovasi tepat yang dilakukan untuk pembelajaran di SMP khususnya pada pokok bahasan ekosistem yang banyak berhubungan dengan alam. Pembelajaran ini membuat siswa terjun langsung ke alam, sehingga siswa dapat mengenal langsung dengan lingkungan dan siswa dapat menemukan teorinya sendiri yang dihubungkan dengan teori yang sudah ada, oleh karena itu peneliti memilih penerapan pendekatan JAS sebagai salah satu metode dalam pembelajaran IPA yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan sikap ingin tahu siswa dan keterampilan proses pada pokok bahasan Ekosistem di SMP N 2 Kalasan. Salah satu komponen dalam pendekatan JAS ada komponen eksplorasi. Penerapan eksplorasi dalam pembelajaran lingkungan, peserta didik dapat berinteraksi dengan fakta yang ada di lingkungan sehingga 4

menemukan pengalaman dan sesuatu yang menimbulkan pertanyaan atau masalah. Permasalahan yang muncul dapat memancing rasa penasaran dan rasa ingin tahu. Pendekatan JAS juga terdapat komponen dimana dapat meningkatkan keterampilan proses siswa, yakni berhubungan dengan proses sains. Proses sains atau proses kegiatan ilmiah dimulai ketika seseorang mengamati sesuatu yang dapat menarik perhatian dan memunculkan permasalahan atau pertanyaan. Guru dapat meningkatkan keterampilan proses siswa melalui proses sains yang ada dalam pendekatan JAS. Peneliti tertarik untuk menerapkan pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) di dalam pembelajaran IPA, dimana dalam komponen-komponen pendekatan JAS terdapat komponen yang dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan keterampilan proses dan sikap ingin tahu siswa. Sikap ilmiah mencakup berbagai sikap seperti: kejujuran, kesabaran, keterbukaan, ketelitian, kemandirian, sikap menghargai orang lain, disiplin dan sikap rasa ingin tahu peserta didik. Sikap ilmiah yang muncul pada proses pembelajaran IPA berbasis pendekatan JAS adalah sikap rasa ingin tahu peserta didik. Saat ini, guru kurang mengasah sikap rasa ingin tahu peserta didik, pembelajaran IPA hanya berpusat pada guru sedangkan peserta didik hanya sebagai penerima tanpa mengeksplorasi gejala atau fenomena alam yang ada di sekitar. Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh antara pembelajaran IPA yang berbasis pendekatan JAS terhadap sikap ingin tahu dan keterampilan proses. Oleh karena itu judul penelitian ini 5

adalah Perbedaan Sikap Ingin Tahu dan Keterampilan Proses Peserta Didik antara Kelas yang menggunakan Pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) dan Eksplorasi, Elaborasi, Konfirmasi (EEK) pada Pembelajaran IPA di SMP N 2 Kalasan. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, berikut adalah identifikasi masalah yang dapat peneliti uraikan: 1. Pembelajaran IPA tidak hanya berorientasi pada hasil belajar kognitif tetapi juga lebih mengedepankan keterampilan proses dasar peserta didik agar mampu menguasai konsep secara utuh, kenyataannya pengajaran IPA masih menggunakan metode ceramah dan kurang berbasis proses ilmiah, sehingga pembelajaran berlangsung monoton dan kurang mengembangkan keterampilan proses peserta didik. 2. Pembelajaran IPA lebih mengembangkan kemampuan peserta didik baik dari segi kemampuan afektif, kognitif dan psikomotor, kenyataannya proses pembelajaran IPA masih mendominasi guru yang berperan dan belum melibatkan peserta didik secara penuh, akibatnya peserta didik menjadi kurang aktif. 3. Pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) belum banyak diterapkan di sekolah sehingga lingkungan kurang berperan secara maksimal, pada kenyataannya lingkungan sangat potensial untuk mengembangkan sikap rasa ingin tahu. 6

4. Pada hakikatnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan suatu produk, proses, dan sikap, namun kenyataannya pembelajaran IPA masih mementingkan suatu hasil atau produk dan kurang memperhatikan proses ilmiah untuk menghasilkan produk tersebut. 5. Proses pembelajaran IPA sebaiknya melibatkan siswa secara penuh dan berorientasi pada siswa (student-centered), kenyataanya belum melibatkan siswa secara penuh dan masih terfokus pada guru (teacher-centered), akibatnya siswa kurang mendapatkan kesempatan untuk terlibat dalam proses pemecahan masalah. 6. Pembelajaran IPA mengedepankan pada keterampilan proses sehingga tidak hanya menilai pada hasil belajar kognitif., kenyataannya hasil belajar peserta didik masih berorientasi pada kemampuan pengetahuan kognitif. C. Batasan Masalah Dari berbagai identifikasi masalah di atas, peneliti melakukan suatu batasan dalam masalah agar penanganannya lebih spesifik. Penelitian ini dibatasi pada permasalahan nomor 1 yakni pembelajaran IPA kurang berbasis proses ilmiah, dengan mengembangkan keterampilan proses peserta didik diharapkan proses ilmiah dapat terlaksana dengan baik, serta permasalahan nomor 3 yakni mengenai Pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) yang belum diterapkan di sekolah. 7

D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu sebagai berikut: 1. Apakah terdapat perbedaan sikap ingin tahu peserta didik antara kelas yang menggunakan Pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) dan Eksplorasi, Elaborasi, Konfirmasi (EEK) pada pembelajaran IPA di SMP N 2 Kalasan? 2. Apakah terdapat perbedaan keterampilan proses peserta didik antara kelas yang menggunakan Pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) dan Eksplorasi, Elaborasi, Konfirmasi (EEK) pada pembelajaran IPA di SMP N 2 Kalasan? 3. Apakah terdapat perbedaan sikap ingin tahu dan keterampilan proses peserta didik antara kelas yang menggunakan Pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) dan Eksplorasi, Elaborasi, Konfirmasi (EEK) pada pembelajaran IPA di SMP N 2 Kalasan? E. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui perbedaan sikap ingin tahu peserta didik antara kelas yang menggunakan Pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) dan Eksplorasi, Elaborasi, Konfirmasi (EEK) pada pembelajaran IPA di SMP N 2 Kalasan. 8

2. Mengetahui perbedaan keterampilan proses peserta didik antara kelas yang menggunakan Pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) dan Eksplorasi, Elaborasi, Konfirmasi (EEK) pada pembelajaran IPA di SMP N 2 Kalasan. 3. Mengetahui perbedaan sikap ingin tahu dan keterampilan proses peserta didik antara kelas yang menggunakan Pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) dan Eksplorasi, Elaborasi, Konfirmasi (EEK) pada pembelajaran IPA di SMP N 2 Kalasan. F. Manfaat Penelitian Adapun hasil penelitian dapat dimanfaatkan: 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pada pembelajaran IPA pada peningkatan keterampilan proses dan sikap rasa ingin tahu peserta didik dengan menerapkan pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS). 2. Manfaat Praktis a. Bagi Peserta didik Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai upaya meningkatkan hasil belajar peserta didik, sehingga perolehan peringkat prestasi belajar yang lebih baik. b. Bagi Guru Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan variasi dalam penggunaan pendekatan pembelajaran. Selain itu sebagai bahan feedback 9

untuk mengadakan koreksi diri dalam memperbaiki kualitas diri dalam meningkatkan mutu hasil dan proses belajar peserta didik khususnya dalam pembelajaran IPA. c. Bagi Kepala Sekolah Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam mempertimbangkan pengambilan keputusan dalam mengadakan pembinaan dan peningkatan kemampuan guru. d. Bagi peneliti Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman. Hasil Penelitian ini dapat dijadikan referensi peneliti lain untuk mengembangkan pembelajaran dengan pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS). 10