PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN OTONOMI DAERAH D. MACHDUM FUADY, S.H., M.H. EKONOMI AKUNTANSI. Modul ke: Fakultas. Program Studi

dokumen-dokumen yang mirip
Mata Kuliah Kewarganegaraan OTONOMI DAERAH. Modul ke: Panti Rahayu, SH, MH. Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi MANAJEMEN.

RINA KURNIAWATI, SHI, MH

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Modul ke: Otonomi Daerah. Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Hubungan Masyarakat. Ramdhan Muhaimin, M.Soc.

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Modul ke: Otonomi Daerah. Fakultas EKONOMI. Program Studi MANAJEMEN. Nabil Ahmad Fauzi, M.Soc.

Modul ke: OTONOMI DAERAH. 12Teknik. Fakultas. Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi MKCU

Pendidikan Kewarganegaraan

Otonomi Daerah PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MODUL PERKULIAHAN 10. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

KEWARGANEGARAAN. Modul ke: 12FEB OTONOMI DAERAH. Fakultas SYAMSUNASIR, S.SOS., M. M. Program Studi Management

Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

Rencana Induk Pengembangan E Government Kabupaten Barito Kuala Sistem pemerintahan daerah disarikan dari UU 32/2004 tentang

PELAYANAN PUBLIK OLEH PEMERINTAH DAERAH MANAJEMEN PEMERINTAHAN DAN PELAYANAN PUBLIK

NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PENATAAN KELEMBAGAAN URUSAN PANGAN

I. PENDAHULUAN. daerah (dioscretionary power) untuk menyelenggarakan pemerintahan sendiri

PERAN STRATEGIS KEMENTERIAN DALAM NEGERI DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH MENUJU PENCAPAIAN GOOD GOVERNANCE

PEMERINTAHAN DAERAH. Harsanto Nursadi

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Modul ke: Otonomi Daerah. 12Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi AKUNTANSI

MANAJEMEN PELAYANAN PUBLIK

PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DALAM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN

APA ITU DAERAH OTONOM?

PARADIGMA PELAYANAN PUBLIK PADA ERA DESENTRALISASI DI INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN TANA TORAJA

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Modul ke: Otonomi Daerah. Fakultas. Rusmulyadi, M.Si. Program Studi.

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR..TAHUN.. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

TANTANGAN DAN PERMASALAHAN PROSES PENATAAN PERANGKAT DAERAH IRWAN, S.SOS, MM KEPALA BIRO ORGANISASI SETDA PROV. SUMATERA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN REMBANG

Panduan diskusi kelompok

!"#!$%!&'&()!(*!!(!(''&!!*!)+,!-!'./

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA URGENSI PENETAPAN UU NOMOR 23 TAHUN 2014 TERHADAP PENETAPAN JAKSTRADA SPAM

SUSUNAN ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN

ARTI PENTING OTODA - DESENTRALISASI

PAPARAN MENTERI DALAM NEGERI PENYUSUNAN ANGGARAN DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN DAERAH

OTONOMI DAERAH PERTEMUAN 7

GOOD GOVERNANCE. Sedarnawati Yasni

Argumentasi/ Rasionalisasi

DESENTRALISASI. aris subagiyo

PEMERINTAH KOTA BLITAR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 2 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

BAB I PENDAHULUAN. bentuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Otonomi Daerah : Implementasi

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

INDUSTRI DI DAERAH. Oleh : DR.MADE SUWANDI Msoc.sc Direktur Urusan Pemerintahan Daerah DITJEN OTDA DEPARTEMEN DALAM NEGERI

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 18 ayat (2) menegaskan bahwa Pemerintah daerah mengatur dan mengurus

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi telah membawa perubahan yang signifikan terhadap pola

BAB 1 PENDAHULUAN. upaya-upaya secara maksimal untuk menciptakan rerangka kebijakan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah yang dikelola dan diatur dengan baik akan menjadi pemerintahan

PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE

Pembagian Urusan Pemerintah Dalam Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan

BAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka memenuhi kebutuhan dan hak publik (Mardiasmo,2002:2).

ANGGOTA DPRD. Pembekalan Anggota DPRD Kabupaten Kepulauan Selayar MEP-UGM, 5 September Dr. Wahyudi Kumorotomo, MPP

BAB II SISTEM PEMERINTAH DAERAH & PENGUKURAN KINERJA. Daerah. Reformasi tersebut direalisasikan dengan ditetapkannya Undang

SINERGISITAS PEMERINTAH DAERAH DAN PERGURUAN TINGGI DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN. OLEH BUPATI BANGKA Ir. H. TARMIZI. H. SAAT, MM

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan pemerintahan di Indonesia semakin pesat dengan adanya era

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 21 Tahun 2008

Oleh Ir. Timbul Pudjianto, MPM Direktur Jenderal Bina Administrasi Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

KEBIJAKAN PENYEDERHANAAN REGULASI UNTUK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL

OLEH: Dr. SUMARSONO, MDM Direktur Jenderal Otonomi Daerah

U NDANG UNDANG NO. 23 TAHUN 2014 DLM KONTEKS KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

INUNG ISMI SETYOWATI B

TERWUJUDNYAMASYARAKAT KABUPATEN PASAMAN YANGMAJU DAN BERKEADILAN

BAB VI PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN. Pasal 6 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 bahwa

Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia GAMBARAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH (KAITANNYA DGN PENGANGGARAN PEMBIAYAAN AMPL DLM APBD)

PEMERINTAH PROVINSI JAMBI

Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

REVIEW ILMU ADM NEGARA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Lahirnya otonomi daerah memberikan kewenangan kepada

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang sangat mendasar sejak diterapkannya otonomi daerah. dalam hal pengelolaan keuangan daerah.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Sejak otonomi daerah dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 2001

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN ANTARA PEMERINTAH, PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI, DAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

Mata Kuliah Kewarganegaraan GOOD GOVERNANCE

OTONOMI DAERAH. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi Manajemen

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

b. menetapkan Perda yang telah mendapat persetujuan bersama DPRD;

PEMERINTAHAN DAERAH DESENTRALISASI, DEKONSENTRASI, TUGAS PEMBANTUAN

OTONOMI DAERAH DAN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 38 TAHUN 2007 TENTANG

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA Menuju Masyarakat Informasi Indonesia

KEMENTERIAN DALAM NEGERI IMPLEMENTASI UU NOMOR 23 TAHUN 2014 PEMBAGIAN PERAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT, PROVINSI, DAN KABUPATEN/KOTA

PEMERINTAH KOTA DUMAI

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Materi Kuliah. GEOPOLITIK INDONESIA (Otonomi Daerah) Modul 13. Oleh : Rohdearni Tetty Yulietty Munthe, SH/

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia ini adalah suatu negara yang menganut daerah otonom.

Transkripsi:

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Modul ke: OTONOMI DAERAH Fakultas EKONOMI Program Studi D. MACHDUM FUADY, S.H., M.H. AKUNTANSI http://www.mercubuana.ac.id

PENGERTIAN DAN LATAR BELAKANG; TUJUAN DAN PRINSIP; PERKEMBANGAN OTODA; MODEL DESENTRALISASI; PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN; OTODA DAN DEMOKRASI; IMPLEMENTASI OTODA. D. Mchdum Fuady

Otonomi daerah : pemberian wewenang pemerintahan kepada pemerintah daerah untuk secara mandiri dan berdaya untuk membuat keputusan mengenai kepentingan daerahnya. Otonomi Daerah adalah suatu instrumen politik dan instrumen administrasi/manajemen yang digunakan untuk mengoptimalkan sumberdaya lokal sehingga dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemajuan masyarakat di daerah

Latar belakang perlunya OTODA: 1.Kehidupan berbangsa dan bernegara selama ini sangat terpusat di Jakarta (Jakarta centris). 2.Pembagian kekayaan dirasakan tidak adil tdk merata. 3.Kesenjangan sosial (dalam makna seluas-luasnya) antara satu daerah dengan daerah lain sangat terasa.

Tujuan otda: 1.penyelenggaraan otonomi dimaksudkan untuk mencegah penumpukan kekuasaan di pusat dan membangun masyarakat yang demokratis; 2.penyelenggaraan OTODA untuk mencapai pemerintahan yang efisien; 3.penyelenggaraan OTODA diperlukan agar perhatian fokus kpdadaerah; 4.otonomi perlu diadakan agar masyarakat dapat turut berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi di daerah masing-masing. Alasan OTDA: 1.terciptanya efisiensi efektivitas penyelenggaraan pemerintahan. 2.Pendidikan politik pada tingkat lokal 3.persiapan karier politik: 4.Stabilitas politik: pergolakan 5.Kesetaraan Politik (Political Equality): Masyarakat di tingkat lokal, 6.Akuntabilitas Publik:

Pembagian urusan: Pusat 1.Politik Luar Negeri 2.Pertahanan 3.Keamanan 4.Yustisi 5.Moneter dan fiskal nasional dan 6.Agama.

Pembagian urusan: Propinsi: 1. Perencanaan dan pengendalian pembangunan; 2. Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang; 3. Penyelenggaraan, ketertib umum & ketentraman masyarakat; 4. Penyediaan sarana dan prasarana umum; 5. Penanganan bidang kesehatan; 6. Penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sdm potensial; 7. Penanggulangan masalah sosial lintas kapupaten/kota; 8. Pelayanan bidang ketenagakerjaan lintas kabupaten/kota; 9. Fasilitas pengem. koperasi, usaha kecil/menengah; 10. Pengendalian lingkungan hidup; 11. Pelayanan pertahanan termasuk lintas kabupaten/kota; 12. Pelayanan kependudukan, dan catatan sipil; 13. Pelayanan administrasi umum pemerintahan; 14. Pelayanan adm penanaman modal (lintas kabupaten/kota); 15. Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya yg belum dpt dilaksanakan oleh kab/kota; 16. Urusan wajib lain yg diamanatkan o/peraturan perundangan:

Pembagian urusan: Kabupaten/Kota 1. Perencanaan dan pengendalian pembangunan; 2. Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang; 3. Penyelenggaraan, tibum dan ketentraman masyarakat; 4. Penyediaan sarana dan prasarana umum; 5. Penanganan bidang pendidikan; 6. Penanggulangan masalah sosial; 7. Pelayanan bidang ketenagakerjaan; 8. Fasilitas pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah ; 9. Pengendalian lingkungan hidup; 10. Pelayanan pertahanan; 11. Pelayanan kependudukan, dan catatan sipil; 12. Pelayanan administrasi umum pemerintahan; 13. Pelayanan administrasi penanaman modal; 14. Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya dan 15. Urusan wajib lain yg diamanatkan o/peraturan perundangan..

Prasyarat OTDA: 1.Memiliki territorial kekuasaan yg jelas 2.Memiliki Pendapatan daerah sendiri 3.Memiliki Badan Perwakilan 4.Memiliki Kepala Daerah yang di pilih sendiri melalui Pemilu

Implementasi OTDA untuk Kewilayahan 1. Otoda tidak otomatis menghilangkan tugas, peran & t. jawab pemerintah pusat; 2. Pola pembinaan wilayah dilaksanakan dgn mendelegasi kan tugas-tugas pemerintah pusat kpd pemda; 3. Tugas & fungsi bina wilayah meliputi prinsip pemerintahan umum (penyelenggaraan pemerintahan pusat di daerah; 4. Pejabat pembina wilayah dilaksanakan oleh kepala daerah

Implementasi OTDA untuk SDM 1. memberikan wewenang pembinaan SDM kpd daerah. 2. daerah harus mempersiapkan SDM untuk memenuhi kebutuhan dengan prinsip keterbukaan, dan akuntabilitas 3. Memperbaiki cara kerja birokrasi 4. Mengurangi penyimpangan pelayanan birokrasi. 5. Struktur organisasi yang sehat

Implementasi OTDA untuk memberantas kemiskinan 1. Otonomi memberikan kewenangan kpd daerah u/mengelola sumberdaya dg tujuan peningkata kesejaht penduduk; 2. Pengentasan kemiskinan, prinsip: pengembangan SDM dgn memberdayakan peranan wanita, 3. Membangun paradigma baru ttg peranan pemda: dari pelaksana menjadi fasilitator ; 4. Pembangunan dlm rangka penanggulangan kemiskinan hrs mengedepankan peran masyarakat dan sektor swasta.

Implementasi OTDA hubungan eksekutif dan legislatif 1. Prinsip kerja dlm hubungan antara DPRD & Kep. Daerah: pembuatan kebijakan transparan, pelaksanaan kerja melalui mekanisme akunta bilitas, bekerja berdasarkan susduk yg mencakup kebijakan, prosedur & tata kerja, menjalankan prinsip kompromi,& menjunjung tinggi etika. 2. Memberikan kewenangan antara kepala daerah dan DPRD 3. Membangun jalinan komunikasi dua arah 4. Pemda mempunyai SDM yang berkualitas: seleksi transparan, SDM berkualifikasi & kompetensi, penempatan yg tepat, membangun kreativitas SDM

Terima Kasih D. MACHDUM FUADY, S.H., M.H.