3 Universitas Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
3 Universitas Indonesia

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. terhadap restorasi estetik semakin banyak. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semen ionomer kaca banyak dipilih untuk perawatan restoratif terutama

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. mengenai , dentin, dan sementum. Penyakit ini disebabkan oleh aktivitas

BAB 1 PENDAHULUAN. silikat dan semen polikarboksilat pertama kali diperkenalkan oleh Wilson dan

Restorasi Sandwich Semen Ionomer Kaca Dengan Resin Komposit. Nevi Yanti. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

4.6 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Identifikasi variabel Variabel bebas : - Varnis - Bonding agent Variabel terikat :

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin (SIKMR) ionomer kaca. Waktu kerja yang singkat dan waktu pengerasan yang lama pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. langsung pada kavitas gigi dalam sekali kunjungan. Restorasi tidak langsung

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mencegah timbulnya kembali karies, tetapi juga untuk mengembalikan fungsinya

BAB 5 HASIL PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. kedokteran gigi sejak awal abad 19 ( Florez, dkk.,2011). Prosedur ini semakin

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan gigi dan mulut, yang salah satunya digambarkan oleh indeks DMF-T

toksisitas amalgam yang dikaitkan dengan merkuri yang dikandungnya masih hangat dibicarakan sampai saat ini. 1,2,3 Resin komposit adalah suatu bahan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian mengenai perbedaan kekuatan geser antara self adhesif semen

BAB I PENDAHULUAN. Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yang disebabkan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahan restorasi yang cepat dan mudah untuk diaplikasikan, dapat melekat dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pada jaringan keras dan akan terus berlangsung sampai jaringan dibawahnya.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berdasarkan pada cara bahan tersebut mengeras. Istilah ireversibel menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memunculkan penemuan

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL II (Revisi)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian mengenai perbedaan kekuatan tarik antara adhesif semen dan

bioaktif sehingga akan terjadi remineralisasi. Ini berarti bahwa prinsip GV black extention

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi yang populer belakangan ini adalah perawatan bleaching yaitu suatu cara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. rumput laut tertentu yang bernama Brown Algae bisa menghasilkan suatu ekstrak lendir,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. masalah estetik namun juga melibatkan fungsi dari gigi yang akan direstorasi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. akar, mencegah kontaminasi sistem saluran akar dengan saliva, menghambat

BAB 2 RESIN KOMPOSIT. yang dihasilkan dari restorasi resin komposit, sebuah restorasi yang paling digemari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memunculkan penemuanpenemuan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. penampilan seseorang secara keseluruhan (Torres dkk., 2012). Salah satu aspek

BAB I PENDAHULUAN. dentin dan bahan bahan organik (Ramayanti & Purnakarya, 2013). Gigi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mahkota (crown) dan jembatan (bridge). Mahkota dapat terbuat dari berbagai

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. estetika yang sangat mempengaruhi penampilan. Hal ini menjadi permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. praktek kedokteran giginya adalah keterampilan. Keterampilan menghasilkan

Kekerasan permukaan semen ionomer kaca konvensional tipe II akibat lama penyimpanan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. yang paling sering digunakan dibidang kedokteran gigi restoratif. Selain segi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. (RelyX) dan semen ionomer kaca tipe 1 tipe 1 terhadap restorasi veneer

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. restorasi general (Heymaan et al, 2011). depan karena faktor intrinsik (Heymaan et al, 2011).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dengan partikel bahan pengisi. Kelemahan sistem resin epoksi, seperti lamanya

BAB 2 RESIN KOMPOSIT SEBAGAI BAHAN TAMBALAN. seperti bubuk quartz untuk membentuk struktur komposit.

BAB 1 PENDAHULUAN. interaksi antara bahan restorasi dengan jaringan gigi merupakan hal yang penting

BAB I PENDAHULUAN. mudah dalam proses pencampuran dan manipulasi, alat yang digunakan minimal,

BAB 3 METODOLOGI PENELITAN. 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen laboratories

BAB I PENDAHULUAN. gigi berlubang (karies gigi). Pasien datang dengan kondisi gigi berlubang yang

Walaupun begitu, banyak juga pasien yang setelah diberi nasihat tidak melaksanakan apa yang dokter gigi katakan, oleh karena faktor-faktor :

BAB I PENDAHULUAN. Dokter gigi sering mengalami kesulitan dalam merestorasi gigi pasca

BAB I PENDAHULUAN. ultrasonik digunakan sebagai dasar ultrasonic scaler (Newman dkk.,

BAB I PENDAHULUAN. Putih kekuning-kuningan, kuning keabu-abuan, dan putih keabu-abuan. warna atau yang dinamakan diskolorisasi gigi (Grossman, 1995).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Resin akrilik polimerisasi panas adalah salah satu bahan basis gigitiruan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. sering terjadi. Penyakit ini dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat dalam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Restorasi dapat dibedakan menjadi restorasi direk dan indirek. Restorasi direk

MAKALAH DISKUSIINTEGRASI MODUL 3.11 SEMINAR BAHAN KEDOKTERAN GIGI

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masalah estetika yang berpengaruh terhadap penampilan dan menimbulkan

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL II

PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat dewasa ini. Akhir-akhir ini bahan restorasi resin komposit

BAB 1 PENDAHULUAN. Resin komposit dikenal sebagai salah satu bahan restorasi yang sering

Perbandingan Stabilitas Lapisan Hidrofobik Pada Substrat Kaca Dengan Metode Sol-Gel Berbasis Water-glass dan Senyawa Alkoksida

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dan bersih menjadi tujuan utamanya. Bleaching merupakan salah satu perawatan

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan gigi (Scheid & Weiss, 2013). Daerah ini merupakan tempat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian tentang perbedaan kekuatan geser self adhesive semen

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. permukaan koronal mahkota klinis gigi asli, yang dapat memperbaiki morfologi,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahan tumpatan warna gigi yang lain (Winanto,1997). Istilah resin komposit dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pergaulan, pasien menginginkan restorasi gigi yang warnanya sangat mendekati

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. lunak dan merupakan tempat melekatnya anasir gigitiruan. 1 Berbagai macam bahan

BAB I PENDAHULUAN. gigi pada satu lengkung rahang atau gigi antagonis. Maloklusi dapat dikoreksi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Resin komposit merupakan salah satu restorasi estetik yang paling populer

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kuat. Resin komposit terdiri atas dua komponen utama, yaitu matriks resin dan filler

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karies dini, tersedia dalam bentuk bahan resin maupun glass ionomer cement dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fungsional gigi dapat menyebabkan migrasi (tipping, rotasi, dan ekstrusi),

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. karena selain dapat menghasilkan senyum yang indah juga sangat membantu

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Restorasi resin komposit telah menjadi bagian yang penting di dunia

BAB I PENDAHULUAN. Streptococus mutans yang menyebabkan ph (potensial of hydrogen) plak rendah

BAB V HASIL PENELITIAN. n = 3990 = 363, sampel 3990 (5%) 2 + 1

Manipulasi Bahan Cetak Alginat

2016 SINTESIS DAN KARAKTERISASI HIDROGEL SUPERABSORBEN (SAP) BERBASIS POLI (VINIL ALKOHOL-KO-ETILEN GLIKOL)

PEMBAHASAN. I. Definisi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PELAPISAN BAHAN TAMBAL GLASS IONOMER DENGAN VARNISH DAN COCOA BUTTER TERHADAP DAYA SERAP SALIVA BUATAN SECARA IN VITRO

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. senyawa kimia yang bermanfaat seperti asam amino (triptofan dan lisin),

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam bidang kedokteran gigi semakin beragam dan pesat. Terdapat berbagai jenis

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baik restorasi indirek maupun pasak. Dibandingkan semen konvensional, semen

BAB 2 RESIN KOMPOSIT YANG DIGUNAKAN DALAM RESTORASI RIGID

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Semen Ionomer Kaca (SIK) Semen Ionomer Kaca (SIK) pertama kali diperkenalkan oleh Wilson dan Kent pada tahun 1971, yang terdiri dari bubuk kaca fluoroaluminosilikat dan larutan asam polikarboksilat. 3 Merupakan semen yang berbahan dasar air dengan bentuk reaksinya asam basa, dimana asam polialkenoat sebagai asam dan kaca kalsium stronsium aluminosilikat sebagai basa. 6 Keunggulan SIK adalah dapat melekat pada email dan dentin secara khemis, biokompatibel, dapat melepas fluor, dan koefisien ekspansi termalnya sama dengan struktur gigi. 7 Komposisi bubuknya terdiri dari kuarsa (SiO 2 ), alumina (Al 2 O 3 ), aluminium fluorida (AlF 3 ), kalsium fluorida (CaF 2 ), natrium fluorida (NaF), kriolit (Na 3 AlF 6 ), dan aluminium fosfat (AlPO 4 ), yang digabung dengan cara dipanaskan hingga suhu 1100 1500 C sehingga membentuk kaca yang homogen dengan 8 bentuk ikatan SiO 2 Al 2 O 3 CaF 2 Na 3 AlF 6 AlPO 4. Untuk memberikan sifat radiopak maka ditambahkan lantanum oksida (La 2 O 3 ) dan stronsium oksida (SrO). 3 Cairannya mengandung 40-50% larutan 2:1 kopolimer asam akrilik-asam itakonik atau kopolimer asam maleik/ asam akrilik. 6 Asam itakonik atau asam maleik meningkatkan reaktivitas cairan, mengurangi kekentalan, dan mengurangi kecenderungan menjadi gel. 7 Penambahan komponen asam tartarik untuk memudahkan pelepasan ion dari bubuk kaca, memperbaiki karakteristik manipulasi, meningkatkan waktu manipulasi, dan memperpendek waktu pengerasan. 6 Kekurangan SIK adalah rentan terhadap desikasi, sensitif terhadap air saat proses pengerasan, resistensi yang buruk terhadap abrasi, kurang estetik, dan kekuatan tensilnya kurang. 3

4 2.1.1. Reaksi Pengerasan SIK Reaksi pengerasan dimulai saat cairan asam polielektrolit berkontak dengan permukaan kaca aluminosilikat yang kelak akan menghasilkan pelepasan sejumlah ion. Gambar 2.1. Reaksi pengerasan pada SIK. (Sumber: Craig s Restorative Dental Materials 8 ) SIK mengalami 3 fase reaksi pengerasan yang berbeda dan saling overlapping. Fase pertama adalah fase pelepasan ion yang diawali reaksi ionisasi radikal karboksil (COOH) yang terdapat dalam rantai asam (asam poliakrilat) menjadi ion COO - (ion karboksilat) dan ion H +. 9,10 Ion H + bereaksi pertama kali pada permukaan partikel kaca menyebabkan terlepasnya ion-ion seperti Ca 2+ dan Na + ke dalam cairan. Kemudian ion H + tersebut berpenetrasi kembali hingga mencapai struktur yang kurang terorganisasi menyebabkan terlepasnya ion Al 3+. 9 Saat fase ini, dilepaskan panas dengan suhu berkisar antara 3 o C sampai 7 o C. Semakin besar rasio bubuk dan cairan SIK maka panas yang dilepaskan akan semakin besar. 11 Fase pertama ini dapat diilustrasikan pada gambar 2.2.

5 Gambar 2.2. Diagram reaksi awal asam-basa diantara komponen- komponen bubuk kaca dan cairan poliasam. Permukaan partikel kaca terlarut oleh asamasam, sehingga melepaskan ion Ca, Al, dan F. (Sumber: An Atlas of Glass-Ionomer Cement. A Clinician s Guide 12 ) Selama tahap awal tersebut terjadi, SIK berikatan dengan struktur gigi. Secara fisik SIK terlihat berkilau. Penempatan pada struktur gigi harus dilakukan pada fase ini karena matriks poliasam bebas yang dibutuhkan untuk perlekatan ke gigi tersedia dalam jumlah yang maksimum. Pada tahap akhir dari fase pelepasan ion ini, yang ditandai dengan hilangnya tampilan berkilau SIK, matriks poliasam bebas bereaksi dengan kaca sehingga kurang mampu berikatan dengan struktur gigi atau struktur lainnya. 11 Fase kedua dari reaksi pengerasan SIK adalah fase hidrogel. Fase hidrogel terjadi 5 sampai 10 menit setelah pencampuran dilakukan. Selama fase ini, ion-ion kalsium yang dilepas dari permukaan kaca akan bereaksi dengan rantai poliasam polianionik yang bermuatan negatif untuk membentuk ikatan silang ionik. Pada fase hidrogel ini mobilitas rantai polimer berkurang sehingga menyebabkan terbentuknya gelasi awal matriks ionomer. 11 Selama fase hidrogel berlangsung, permukaan SIK harus dilindungi dari lingkungan yang lembab dan kering 11 karena ion kalsium yang bereaksi dengan rantai poliasam polianionik mudah larut dalam air. Jika SIK tidak dilindungi, maka ikatan silang ionik yang mudah larut tersebut akan melemahkan SIK secara keseluruhan dan terjadi penurunan derajat translusensi sehingga turut mempengaruhi estetika. Pada fase hidrogel ini, SIK memiliki bentuk yang keras dan opak. Opaksitas tersebut disebabkan adanya perbedaan yang besar pada indeks refraksi antara filler kaca dan matriks. Opaksitas SIK ini sifatnya sementara dan akan menghilang selama reaksi pengerasan akhir terjadi. 11

6 Fase terakhir adalah gel poligaram, yang terjadi ketika SIK mencapai pengerasan akhir, dapat berlanjut selama beberapa bulan. Matriks yang terbentuk akan menjadi mature ketika ion-ion aluminium, yang pelepasannya dari permukaan kaca lebih lambat, terikat ke dalam campuran semen membantu membentuk hidrogel poligaram yang menyebabkan semen menjadi lebih kaku. 11 Fase gel poligaram ini menyebabkan SIK terlihat lebih menyerupai gigi, disebabkan indeks refraksi gel silika yang mengelilingi filler kaca hampir sama dengan matriks. Hal tersebut menyebabkan berkurangnya penyebaran cahaya dan opaksitas. 11 Jika SIK masih terlihat opak, maka hal tersebut mengindikasikan bahwa gel poligaram tidak terbentuk disebabkan karena adanya kontaminasi air. 11 SIK yang telah mengeras secara sempurna terdiri atas tiga komponen, yaitu kaca pengisi, gel silika, dan matriks poliasam. 10 Kaca pengisi yang dilapisi oleh gel silika akan terendam di dalam matriks poliasam seperti diilustrasikan pada Gambar 2.3. Gambar 2.3. Potongan melintang yang menunjukkan perbedaan komponen dari SIK yang telah mengeras sempurna. (Sumber: Tooth-Colored Restoratives Principles and Techniques 11 ) 2.1.2. Keseimbangan Air SIK SIK merupakan material yang berbahan dasar air. Air memegang peranan penting pada saat proses pengerasan. Air merupakan medium reaksi di dalam kation- kation pembentuk semen (kalsium dan aluminium) yang dilepaskan dan ditransportasikan untuk bereaksi dengan poliasam untuk membentuk suatu

7 matriks poliakrilat. Air juga berperan untuk menghidrasi hidrogel silika dan garam-garam poliakrilat metal yang terbentuk. 2 Sekitar 11% sampai 24% dari semen yang telah mengeras adalah air, sehingga SIK dapat dikatakan sebagai material yang berbahan dasar air. 12 Air yang terdapat di dalam SIK dikelompokkan menjadi air ikatan kuat dan air ikatan longgar yang dibedakan berdasarkan dapat atau tidaknya air keluar dari semen akibat desikasi pada gel silika atau pemanasan pada suhu 105 0 C. 13 Air dengan mudahnya hilang dan didapatkan kembali karena adanya ikatan longgar yang sifatnya labil. Semen dapat stabil dalam udara dengan kelembaban relatif 80% sehingga pada kondisi kelembaban yang tinggi, semen akan mengabsorpsi air dan sebagai konsekuensinya ekspansi hidroskopik dapat melebihi setting shrinkage. 2 Kontak awal semen dengan air dapat mengakibatkan kerusakan. SIK menyerap air secara cepat terutama pada hari pertama. Jika semen tidak cukup mature, hal ini dapat mengakibatkan rusaknya permukaan SIK akibat adanya pembengkakan atau hilangnya substansi ke lingkungan mulut yang mengakibatkan kasarnya permukaan. Tetapi jika SIK terlindungi selama antara 10 dan 30 menit masalah tersebut dapat diminimalkan. 2 Klinisi harus menjaga agar lingkungan tetap stabil untuk restorasi yang baru ditempatkan dan melapisinya paling tidak satu jam dan lebih baik lagi jika dilakukan pada satu hari pertama (Causton, 1982). 12 Hal ini dilakukan untuk mencegah absorpsi air ke dalam semen yang dapat menguraikan ikatan kalsium poliakrilat yang mudah larut. Jika absorpsi air terjadi pada tahap di mana pembentukan rantai kalsium poliakrilat sedang terjadi, maka ikatan divalen kalsium poliakrilat yang tidak stabil ini akan larut dan terjadi penurunan sifat fisik dan translusensi semen. Kalsium poliakrilat, lebih rentan terhadap air dibandingkan dengan aluminium poliakrilat, yang jumlahnya lebih dominan pada semen yang baru mengalami pengerasan, oleh karena itu dibutuhkan adanya proteksi pada semen yang baru saja mengeras. 2 Absorpsi air berbeda untuk setiap tipe SIK. Pada SIK tipe II yang konvensional, kerentanan terhadap air terjadi paling tidak selama 1 hari setelah dilakukan penumpatan pada struktur gigi, sedangkan pada tipe SIK yang fast set,

8 contohnya SIK modifikasi resin, kerentanan terhadap air terjadi dalam waktu 5 sampai 6 menit setelah pencampuran antara bubuk dan cairan SIK dilakukan. Perbedaan absorpsi air pada tiap tipe SIK ini diilustrasikan pada gambar 2.4. Gambar 2.4. Diagram absorpsi air pada SIK konvensional dan SIK fast set (Sumber: An Atlas of Glass-Ionomer Cement. A Clinician s Guide 12 ) Semen dapat kehilangan air di bawah kondisi yang kering, jika restorasi yang belum mature dibiarkan terekspos ke udara, maka restorasi ini berpotensi mengalami desikasi pada 6 bulan pertama setelah penumpatan. Desikasi akibat hilangnya air tersebut akan menyebabkan keretakan. Selain itu, hilangnya air akan menghambat pembentukan semen karena air merupakan medium reaksi dan akan mencegah kekuatan semen berkembang secara sempurna dikarenakan air dibutuhkan untuk menghidrasi garam- garam matriks. Oleh karena itu, restorasi tersebut harus dilapisi dengan lapisan yang kedap air untuk membantu menjaga keseimbangan air. Walaupun resistensi terhadap absorpsi air pada SIK yang fast set lebih cepat dibandingkan SIK konvensional, tetapi maturitas sempurna dan resistensi kehilangan air masih belum tersedia paling tidak selama 2 minggu pertama, sehingga baik SIK konvensional maupun SIK yang fast set masih dapat mengalami dehidrasi jika dibiarkan terpajan ke udara selama periode 2 minggu tersebut. Masalah kehilangan air ini diilustrasikan pada gambar 2.5.

9 Gambar 2.5. Diagram kehilangan air pada SIK konvensional dan SIK fast set (Sumber: An Atlas of Glass-Ionomer Cement. A Clinician s Guide 12 ) 2.2. Bahan Pelindung SIK Keluar masuknya air dari SIK dalam 24 jam pertama akan menurunkan sifat fisik dan estetik, sehingga diperlukan lapisan pelindung yang kedap air. Beberapa lapisan pelindung yang saat digunakan adalah varnis dan bonding agent. 2.2.1. Varnis Varnis merupakan larutan resin, shellac, copal, sandarac, dan medikamen lain dalam pelarut yang mudah menguap seperti eter atau alkohol. Pada penguapannya, varnis membentuk lapisan tipis yang lengket atau film yang merupakan barier terhadap efek berbahaya dari cairan atau bahan pengiritasi. 14 Varnis yang diaplikasikan di atas permukaan SIK bertujuan untuk mencegah kontaminasi air dan saliva selama 24 jam pertama setelah penempatan tumpatan SIK di dalam kavitas. 15 Selain itu, varnis juga digunakan untuk melindungi SIK yang belum mengeras secara sempurna dari pengeringan akibat perubahan mekanisme hilangnya air. 14 Komposisi yang terdapat di dalam varnis yang digunakan sebagai bahan pelindung SIK digambarkan dalam tabel 2.1. di bawah ini:

10 Tabel 2.1. Komposisi varnis. Komposisi % komponen kimia berdasarkan berat Asetat isopropyl 60-70% Aseton 14% Kopolimer kloride vinil dan asetat vinil 14% (Sumber: http://www.halas.com.au/pdfs/msds/gc/fujivarnis.pdf 4 ) 2.2.2. Bonding Agent Lapisan pelindung dapat pula diperoleh dengan mengunakan resin bonding agent yang diaktifkan sinar. Resin bonding agent merupakan material resin yang digunakan untuk membuat bahan tambal komposit menempel untuk berikatan baik ke dentin maupun ke email. 16 Bonding agent ini memiliki viskositas yang sangat rendah. Viskositas yang rendah akan memberikan adaptasi yang lebih baik antara resin dan permukaan semen, sehingga terbentuk lapisan yang lebih baik. 10 Komposisi bonding agent yang digunakan sebagai bahan pelindung SIK antara lain silika sebagai filler, BisGMA, HEMA, dimetakrilat, etanol, air, novel photoinitiator system, dan kopolimer fungsional metakrilat dari asam poliakrilik dan poliitakonik. 17 2.3. Kerangka Teori Sifat fisik, seperti kekerasan dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain komposisi, manipulasi dan rasio bubuk dan cairan. Sifat kekerasan SIK ini dapat mengalami perubahan akibat proses desikasi dan/ atau absorbsi sehingga pada permukaan SIK perlu diaplikasikan suatu bahan pelindung untuk mempertahankan kekerasan SIK tersebut.

11 Gambar 2.6. Skema Kerangka Teori Keterangan: Walaupun komposisi, manipulasi, dan rasio bubuk serta cairan pada SIK telah diperhitungkan dengan cermat, namun bahan tambal SIK ini tetap rentan terhadap absorpsi dan desikasi terhadap air pada tahap awal setelah dilakukan pengadukan, sehingga diperlukan aplikasi pelindung SIK yang kedap air seperti varnis dan bonding agent pada 5 menit pertama setelah manipulasi SIK. Dengan aplikasi pelindung SIK ini maka penurunan sifat fisik, seperti kekerasan dapat dicegah.