BAB I PENDAHULUAN. Dalam implementasi kebijakan moneter, otoritas moneter (OM) tidak dapat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PENUTUP. Hasil analisa dari regresi model yang didasarkan pada persamaan model Iljas

BAB IV ESTIMASI DAN ANALISIS MODEL

BAB II TINJAUAN LITERATUR

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi. Dimana pertumbuhan ekonomi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang dikonsumsinya atau mengkonsumsi semua apa yang diproduksinya.

1.Peran mata uang 2.Lembaga Keuangan. PIEw9 1

Masalah uang adalah masalah yang tidak sederhana. Uang berkaitan erat dengan hampir

BAB I PENDAHULUAN. tukar rupiah terhadap mata uang asing, khususnya US dollar, ditentukan oleh

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. moneter akan memberi pengaruh kepada suatu tujuan dalam perekonomian.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kebijakan moneter merupakan salah satu bentuk kebijakan stabilisasi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi aktivitas perekonomian ditransmisikan melalui pasar keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. Asia Tenggara tahun 2008 sampai tahun 2010 kurang stabil (lihat tabel 1.1 dan

Mekanisme transmisi. Angelina Ika Rahutami 2011

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dalam pasar modal tidaklah terpisah dari stabilitas perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. dipahami melalui pendekatan Flows atau Turn Overs dari jumlah uang beredar. Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian uang merupakan bagian yang integral dari kehidupan kita. sehari-hari. Ada yang berpendapat bahwa uang merupakan darahnya

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

BAB 5 PENUTUP. moneter melalui jalur harga aset finansial di Indonesia periode 2005: :12.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas dalam perdagangan internasional seperti ekspor dan impor sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. negeri, seperti tercermin dari terdapatnya kegiatan ekspor dan impor (Simorangkir dan Suseno, 2004, p.1)

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang memiliki karakteristik perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. cenderung mengakibatkan gejolak ekonomi moneter karena inflasi akan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010.

I. PENDAHULUAN. rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 3 tahun 2004 pasal 7

BAB I PENDAHULUAN. Muamalat pada tahun Setelah terbukti mampu bertahan pada masa krisis

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan

BAB 1 PENDAHULUAN. mendorong pembentukan modal dan mempertahankan pertumbuhan ekonomi. harga saham (Indeks Harga Saham Bursa Efek Indonesia, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. simpanan dan memberikan pinjaman. Berdasarkan Undang-Undang RI No.10

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Domestik Bruto (PDB), dan opportunity cost, yang dihitung dengan tingkat suku bunga.

PENGARUH KURS VALUTA ASING, INFLASI, UANG BEREDAR DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM SEKTOR KEUANGAN

I. PENDAHULUAN. Uang merupakan alat pembayaran yang secara umum dapat diterima oleh

Teori Klasik tentang Permintaan Uang

BAB I PENDAHULUAN. Peranan perbankan dalam memajukan perekonomian suatu negara. sangatlah besar. Hampir semua sektor yang berhubungan dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor keuangan di Indonesia masih didominasi oleh industri perbankan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai nilai tambah total yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan

VII. SIMPULAN DAN SARAN

Indeks Nilai Tukar Rupiah 2000 = 100 BAB 1 PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) untuk mencapai tujuannya yaitu

Bab 4 TEORI MONETER (Lanjutan)

Permintaan dan Penawaran Uang

Bab I. Pendahuluan Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan perantara (intermediary) yang. liabilitas (penghimpunan dana) (Wuryandani, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. moneter terutama sudah sangat banyak dilakukan oleh para peneliti di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan sektor riil melalui akumulasi kapital dan inovasi teknologi. Lebih

I. PENDAHULUAN. Kegiatan konsumsi telah melekat di sepanjang kehidupan sehari-hari manusia.

BAB I PENDAHULUAN. lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan industri perbankannya, karena kinerja dari perekonomian

I. PENDAHULUAN. Kebijakan moneter memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap suatu perekonomian,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian terdahulu akan diuraikan secara ringkas karena

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah makroekonomi jangka

BAB I PENDAHULUAN. Peranan uang dalam peradaban manusia hingga saat ini dirasakan sangat

I. PENDAHULUAN. perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan antara lain melalui pendekatan jumlah uang yang beredar dan

BAB 10 Permintaan dan Penawaran Uang serta Kebijakan Moneter

BAB 1 PENDAHULUAN. riil, dan meningkatnya lapangan kerja sehingga mengurangi pengangguran.

BAB I PENDAHULUAN. dan jasa dalam perekonomian dinilai dengan satuan uang. Seiring dengan

Indikator Perkembangan Sektor Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan bisnis. Pertumbuhan ekonomi menjadi indikator kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Tidak dapat dipungkiri bahwa uang merupakan bagian yang tidak. terpisahkan dalam kehidupan masyarakat dan perekonomian suatu negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti

BAB I PENDAHULUAN. aktiva produktif selama periode tertentu (Jogiyanto, 2010:5). Dengan kata lain

BAB III METODE PENELITIAN Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data. merupakan data sekunder yang bersumber dari data yang dipublikasi oleh

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mekanisme transmisi kebijakan moneter didefenisikan sebagai jalur yang

BAB I PENDAHULUAN. oleh banyak ekonom terutama pelaku pasar keuangan, namun belum terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dalam dunia perbankan saat ini semakin pesat, banyak

I. PENDAHULUAN. makro, yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun Pada tahun 2012 hingga 2013 UMKM menyumbang kan. tahun 2013 sektor ini mampu 97,16% dari total tenaga kerja.

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan, yaitu modal sendiri dan utang. Utang bisa didapatkan melalui

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang memiliki siitem perekonomian

I. PENDAHULUAN. perbankan. Dimana sektor perbankan menjadi pondasi pembangunan nasional

BAB V PENUTUP. penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya. Kemudian, akan

BAB 5 HASIL ESTIMASI DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam masa pembangunan seperti sekarang ini, persaingan usaha di berbagai sektor semakin

BAB I PENDAHULUAN. secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. terintegrasinya perekonomian antar negara. Indonesia mengikuti perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Mekanisme transmisi kebijakan moneter merupakan suatu proses yang

ARTIKEL PASAR MODAL MEMBANTU PEREKONOMIAN Purbaya Yudhi Sadewa Senior Economist Danareksa Research Institute

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak

IV. METODOLOGI PENELITIAN. investasi yang dilakukan oleh pihak korporasi (perusahaan).

BAB I PENDAHULUAN. melalui pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian

1 Universitas indonesia

Kebijakan Moneter & Bank Sentral

BAB 1 PENDAHULUAN. pembiayaan alternatif selain pembiayaan melalui perjanjian pinjaman (loan

BAB I PENDAHULUAN. Uang memiliki fungsi yang sangat besar dalam kehidupan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. dan harus siap dalam menghadapi pasar bebas dimana setiap sekat. dan makmur material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh keuntungan atau laba yang optimal. Laba merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. makro ekonomi misalnya Produk Domestik Bruto (PDB), tingkat inflasi, Sertifikat

Proyeksi beberapa Indikator Ekonomi Mohammad Indra Maulana Alumni FEB UGM

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. 27 Oktober 1988 (PAKTO) yang mencakup bidang keuangan, moneter dan

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Dalam implementasi kebijakan moneter, otoritas moneter (OM) tidak dapat melakukan kontrol langsung atas penawaran uang (Iljas, 1997). Implementasi kebijakan moneter terbatas pada kemampuan OM untuk dapat mempengaruhi monetary base (MB), yang kemudian mempengaruhi jumlah uang beredar. Selanjutnya OM bergantung pada kemampuan pasar finansial untuk menciptakan uang baru yang memberikan efek pengganda bagi MB. Kemampuan pengganda ini menghubungkan MB dengan agregat moneter sasaran, baik sasaran antara ataupun sasaran final. Faktor yang menggambarkan peran pasar finansial ini adalah money multiplier (angka pengganda uang). Angka pengganda uang menggambarkan besarnya perubahan pada penawaran uang yang terjadi akibat perubahan pada MB (Mishkin, 2003). Lebih jauh lagi, angka pengganda uang menjelaskan mengenai proses penciptaan new money (uang baru) yang terjadi dalam sistem perbankan melalui kemampuan bank dalam menggunakan simpanan (deposit & tabungan) perekonomian. Simpanan yang dimilikinya ini kemudian disalurkan dalam bentuk pinjaman. Proses penciptaan uang baru melalui transmisi simpanan-pinjaman ini dinamakan multiple deposit creation. Kestabilan angka pengganda uang memberikan peluang yang lebih besar bagi OM dalam melaksanakan kebijakan secara tepat sasaran (efektif) dalam mempengaruhi penawaran akan uang beredar, sehingga tujuan akhir agregat moneter yang dicapai dapat menciptakan suasana kondusif bagi perekonomian. Satu hal yang dapat diteliti adalah apakah angka pengganda uang merupakan agregat yang kaku dan hanya bergantung pada 14

karakteristik unik struktur perekonomian suatu negara dalam hal ini sistem finansial suatu negara tertentu, ataukah angka pengganda uang layaknya agregat moneter lain dapat secara fleksibel dipengaruhi oleh volatilitas siklus keadaan ekonomi secara responsif? Perhitungan angka pengganda uang tersusun dari aktivitas seluruh pelaku perekonomian (individu, rumah tangga (RT), perbankan, korporasi, pemerintah) dalam melaksanakan kegiatan finansial. Komponen angka pengganda uang terdiri dari aktivitas pelaku perekonomian dan kebijakan OM yang mempengaruhi kemampuan sistem perbankan untuk menciptakan uang baru. Segala keputusan pelaku perekonomian dalam sistem finansial terhadap pengelolaan aset finansialnya (currency atau aset lain berimbal hasil bunga) akan mempengaruhi besarnya angka pengganda uang. Secara mendasar trade off pemilihan antara uang yang lebih liquid yang tidak memberikan imbal hasil, dan aset finansial lain yang kurang liquid seperti obligasi yang berimbal hasil, akan mempengaruhi ketersediaan simpanan untuk proses penciptaan uang baru. Grafik 1.1 Pergerakan Angka Pengganda Uang M1 dan M2 16 14 12 mm (%) 10 8 6 4 2 0 1997:1 1997:4 1998:3 1999:2 2000:1 2000:4 2001:3 2002:2 2003:1 kuartal 2003:4 2004:3 2005:2 2006:1 2006:4 2007:3 Mm1 (M1/C) Mm2 (M2/C) mm1mish mm2mish 15

Variabel angka pengganda uang di Indonesia untuk periode Januari 1997 hingga Maret 2008 (bulanan) menunjukkan keadaan yang berbeda bagi angka pengganda uang M1 dan M2. Untuk pengganda M1 terjadi standar deviasi sebesar 0,1391 dengan tingkat pengganda M1 terendah sebesar 2,1358 (Oktober, 2005) dan tertinggi sebesar 2,9448 (Juni, 1997). Dari Grafik Perhitungan Angka Pengganda Uang (lihat lampiran 1) dapat dilihat bahwa pergerakan pengganda M1 relatif stabil pada periode ini. Dari grafik yang sama terlihat terjadi penurunan tingkat pengganda uang dari periode tahun 1997 hingga tahun 2008. Rata-rata tahunan angka pengganda uang M2 pada tahun 1997 sebesar 13,0353 kemudian terus mengalami penurunan hingga sebesar 9,504 pada kuartal pertama tahun 2008. Lebih jauh dapat diamati bahwa volatilitas dan pergerakan pengganda M2 mengalami perubahan yang relatif lebih besar dibandingkan pengganda M1. Standar deviasi untuk pengganda M2 sebesar 1,429 dengan tingkat pengganda M2 terendah sebesar 8.958739 dan tingkat tertingginya sebesar 14.13763. Dari grafik pengganda uang dapat dilihat bahwa pergerakan pada pengganda M2 lebih berfluktuasi dibandingkan pengganda M1. Terjadinya penurunan angka pengganda uang dikarenakan terdapatnya perkembangan sistem finansial dimana terjadi perubahan atas perilaku pelaku ekonomi dalam melakukan kegiatan ekonomi melalui perbankan. Hal lain yang dapat menyebabkan pergerakan angka pengganda uang adalah krisis ekonomi 1997 telah menyebabkan suatu prinsip kehati-hatian dimana hal ini menyebabkan angka pengganda uang untuk bergerak semakin rendah. Pengurangan kemampuan perbankan untuk menciptakan uang baru ini disebabkan terjadinya perubahan pada proses transmisi finansial perbankan akibat terjadinya krisis kredit yang menyebabkan krisis ekonomi di Indonesia pada tahun 1997. Pada waktu itu sistem perbankan di Indonesia dan Asia mengalami kesulitan dalam mencocokkan aliran dana dari luar negeri berjangka pendek dan berdenominasi mata uang 16

luar negeri dengan penyaluran pinjaman dalam negeri yang periode pinjamannya panjang dan berdenominasi mata uang dalam negeri (period-currency missmatch of loans). Analisis utama dalam penelitian ini adalah apakah semakin rendahnya tingkat angka pengganda uang ini dipengaruhi oleh faktor faktor makroekonomi seperti tingkat pendapatan nasional, tingkat suku bunga ataupun variabel ekonomi lain seperti tingkat kemajuan pasar finansial (perkembangan indeks saham) dan variabel ekonomi lain, mengingat perubahan agregat makroekonomi erat kaitannya dalam penentuan portofolio perilaku pemegangan aset finansial pihak-pihak yang menyusun komponen angka pengganda uang. Fakta menunjukkan bahwa semakin berkembangnya sistem finansial maka semakin inovatif dan berkembang berbagai produk keuangan yang dapat dipergunakan oleh pelaku ekonomi. Inovasi ini memberikan kemudahan bagi pelaku ekonomi untuk melakukan berbagai aspek kegiatan finansial. Salah satunya adalah penyimpanan dana dalam bentuk simpanan yang dengan mudah digunakan dalam bentuk currency (uang tunai) untuk keperluan transaksi ekonomi. Di sisi lain, semakin meningkatnya simpanan pelaku ekonomi ini memberikan ruang gerak yang lebih luas dalam melakukan aktivitas pinjaman yang memberikan imbal hasil bagi perbankan dan meningkatkan proses penciptaan uang baru. Memandang pernyataan di atas mengenai inovasi sistem finansial seharusnya terjadi peningkatan angka pengganda uang. Telah dilakukan penelitian mengenai hubungan antara perkembangan sistem finansial dan pengaruhnya terhadap angka pengganda uang baik di negara maju maupun berkembang. Rath dan Jha (2000) melakukan penelitian mengenai keadaan endogenitas angka pengganda uang di India. Mereka menemukan bahwa terdapat pengaruh signifikan dari beberapa variabel ekonomi India seperti dari perkembangan sistem finansial terhadap angka pengganda uang pada narrow money (M1)dan broad money (M3). Di Indonesia penelitian mengenai angka pengganda uang telah dilakukan 17

sebelumnya oleh Iljas (1997). Penelitian ini menggambarkan keadaan angka pengganda uang di Indonesia pada periode 1988-1996. Dalam penelitiannya Iljas (1997) mencoba mengetahui pengaruh dari beberapa variabel agregat perekonomian yang dianggap memiliki pengaruh terhadap komponen angka pengganda uang yang pada akhirnya mempengaruhi jumlah uang beredar. Secara khusus, penelitian Iljas (1997) dilakukan untuk mengetahui bagaimana dampak deregulasi moneter di Indonesia pada tahun 1988 terhadap komponen angka pengganda uang. Penelitian Iljas juga mengamati pengaruh variabel perkembangan sistem finansial di Indonesia seperti apa yang dilakukan oleh Rath dan Jha (2000) Oleh karena peran pentingnya angka pengganda uang terhadap pembentukan jumlah uang beredar yang berpengaruh terhadap tersedianya likuiditas transaksi bagi perekonomian, menarik untuk diteliti kembali mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi angka pengganda uang. 1.2 Perumusan Masalah Kestabilan angka pengganda uang adalah asumsi yang biasa dipergunakan dalam beragam tulisan mengenai kebijakan moneter. Perubahan pada variabel-variabel dalam perekonomian dapat mempengaruhi komponen angka pengganda uang yang selanjutnya mempengaruhi jumlah uang beredar. Perubahan pada tingkat output perekonomian (PDB), tingkat suku bunga pasar jangka pendek (RDEP1), suku bunga jangka panjang (RDEP24), indeks harga saham gabungan (IHSG) dan variabel makroekonomi lainnya dapat mempengaruhi keputusan pelaku ekonomi yang akan mempengaruhi komponen pengganda. Oleh karenanya dibutuhkan pengamatan terhadap faktor-faktor yang menyebabkan perubahan terhadap angka pengganda uang. 18

1.3 Tujuan Penelitian Kestabilan angka pengganda uang merupakan suatu variabel penting dalam menghubungkan antara sasaran antara kebijakan moneter langsung OM dengan sasaran akhir jumlah uang beredar. Memandang pentingnya hubungan antar sasaran bagi efektivitas kebijakan moneter, penelitian ini ditujukan untuk menganalisa beberapa tujuan berikut: 2. analisis mengenai pengaruh perubahan kondisi perekonomian terhadap variabel pembentuk komponen angka pengganda uang (currency ratio, time deposit ratio dan reserve ratio). 3. analisis perbandingan determinan komponen angka pengganda uang periode 1997:1 hingga 2008:1 dengan penelitian yang dikemukakan sebelumnya oleh Iljas (1997) pada periode 1988-1998 1.4 Kerangka Analisis Penelitian ini akan menggunakan model hubungan variabel-variabel ekonomi terhadap rasio komponen angka pengganda uang yang disusun oleh Beenstock (1989) dan kemudian oleh Iljas (1997). Model ini berasal dari persamaan identitas angka pengganda uang. Analisis akan dibagi menjadi dua bagian yaitu pengujian mengenai kestabilan angka pengganda uang dan kemudian pengujian variabel-variabel yang berpengaruh terhadap komponen penyusun angka pengganda uang tersebut. Penelitian ini akan menggunakan metode ekonometrika Two Stage Least Square (TSLS) sebagaimana telah dilakukan oleh penelitian-penelitian yang sama sebelumnya. Rancangan model penelitian akan meneliti masing-masing komponen angka pengganda uang sebagai berikut. 19

persamaan identitas jumlah uang beredar adalah: M = m M0...(1) Dimana : M m M0 = jumlah uang beredar = angka pengganda uang = monetary base Dari persamaan uang beredar kemudian dapat diturunkan komponen angka pengganda uang: CR + 1 mm 1 =...(2) CR + RR *( QMR + 1) CR + QMR mm 2 =...(3) CR + RR *( QMR + 1) dimana: mm1 = angka pengganda uang beredar definisi sempit (M1) mm2 = angka pengganda uang beredar definisi lebih luas (M2) CR = rasio uang tunai (uang dalam peredaran/ demand deposit) QMR = rasio quasi money (quasi money/ demand deposit) RR = rasio reserves (total reserves/ demand deposit) Selanjutnya komponen angka pengganda uang (CR, QMR dan RR) diduga dipengaruhi oleh variabel-variabel makroekonomi yang bila dituliskan dalam bentuk persamaan menjadi: 20

LnCR = α LnPDBR LnIJSX FIND1 LnRDEP1( 1) + α RDEP24( 1) + ε 6 1 2 t 3 4 5 (4) LnQMR = α 1+ 1 2LnQMR( 1) 3LnPDBR 4FIND1( 1) 5RDEP ε t (5) LnRR = α 1+ 1 2LnRR( 1) 3LnPDBR 4RDEP24( 1) 5FIND ε t (6) dimana; LnCR LnQMR = Currency Ratio (rasio uang tunai) dalam bentuk logaritma natural = Time Deposit Ratio (rasio simpanan waktu) dalam bentuk logaritma natural LnQMR (-1) = Time Deposit Ratio (rasio simpanan waktu) pada kuartal sebelumnya dalam bentuk logaritma natural LnRR = Total Reserve Ratio (rasio cadangan total; Excess Reserve+Required Reserve) dalam bentuk logaritma natural LnRR (-1) = Total Reserve Ratio (rasio cadangan total; Excess Reserve+Required Reserve) pada kuartal sebelumnya dalam bentuk logaritma natural PDBR RDEP1 RDEP1 (-1) RDEP24 = Produk Domestik Bruto Real = imbal hasil deposito 1 bulan = imbal hasil deposito 1 bulan pada kuartal sebelumnya = imbal hasil deposito 24 bulan RDEP24 (-1) = imbal hasil deposito 24 bulan pada kuartal sebelumnya LnIJSX = Indeks Harga Saham Gabungan (Jakarta Composite Index) dalam bentuk logaritma natural FIND1 ε t = financial development (ukuran perkembangan finansial) = error terms 21

1.5 Hipotesis Model Iljas (1997) telah mengamati berbagi variabel yang dapat mempengaruhi penyusun komponen angka pengganda uang periode setelah deregulasi sistem finansial tahun 1988. Kestabilan dan forecast angka pengganda uang yang tepat dapat memberikan peluang lebih besar bagi otoritas moneter untuk melakukan kebijakan moneter yang efektif dalam kapasitasnya melakukan intervensi pada monetary base yang pada akhirnya memberikan perubahan tepat pada penawaran jumlah uang beredar. Kemampuan otoritas moneter untuk dapat memperkirakan tingkat angka pengganda uang harus mempertimbangkan variabelvariabel ekonomi yang mempengaruhinya. Berikut adalah beberapa hipotesis dari penelitian: Terjadi inovasi dalam pasar finansial yang menyebabkan kemudahan bagi masyarakat dalam melakukan transaksi ekonomi. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi Indonesia membutuhkan jumlah likuiditas yang lebih sehingga akan mempengaruhi komponen angka pengganda uang. Terdapat pengaruh dari variabel-variabel makroekonomi seperti real GDP (PDBR), imbal hasil aset moneter dan perkembangan sistem finansial terhadap komponen angka pengganda uang (CR, QMR dan RR). Vaariabel makroekonomi ini mengindikasikan perubahan pada keadaan ekonomi yang dapat mempengaruhi keputusan masyarakat dalam melakukan kegiatan ekonomi yang berhubungan dengan pembentukan angka pengganda uang. Terdapat ketidaksempurnaan informasi dalam pasar finansial, sehingga variabelvariabel lagged dalam perekonomian mempengaruhi pembentukan angka pengganda uang. 22

1.6 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian yang ingin dilakukan adalah membandingkan hasil temuan Iljas (1997) dengan hasil temuan penulis. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis mengenai keadaan angka pengganda uang sebagai suatu agregat penghubung antara berbagai sasaran kebijakan OM. Ruang lingkup penelitian akan menggunakan data sekunder yang didapat dari berbagai sumber untuk periode pengamatan 1997 hingga 2008 yang berhubungan dengan tingkat output perekonomian riil (PDBR), tingkat suku bunga pasar jangka pendek (RDEP1), suku bunga jangka panjang (RDEP24), indeks harga saham gabungan (IHSG), tingkat perkembangan finansial (FIND1). Metode estimasi yang akan digunakan adalah Two Staged Least Square (TSLS). Pemilihan jangka waktu penelitian diatas dilakukan untuk mengamati pergerakan angka pengganda uang yang berhubungan dengan perkembangan pasar finansial di Indonesia, dimana perkembangan pasar finansial menjadi salah satu asumsi yang mempengaruhi angka pengganda uang. I.7 Manfaat Studi Penelitian ini diharapkan memberikan pengalaman tersendiri khususnya bagi penulis dalam melakukan suatu aplikasi teori dimana terdapat kombinasi antara kegiatan penalaran pengetahuan yang diketahui mengenai obyek penelitian dan pembuktian empiris melalui analisa data dan kejadian faktual dalam perekonomian. Penelitian ini diharapkan menjadi pengetahuan yang berguna dalam perkembangan ilmu ekonomi moneter khususnya dalam memahami perilaku angka pengganda uang. Terakhir penelitian ini diharapkan memberikan saran dan masukan bagi perkiraan angka pengganda uang dan arah kebijakan yang sebaiknya dilakukan oleh otoritas moneter. 23

1.8 Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan Bab ini merupakan gambaran singkat mengenai isi penelitian yang berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, kerangka analisis, hipotesis, ruang lingkup penelitian, manfaat studi, dan sistematika penulisan. Model dan metode pengujian juga dibahas secara singkat dalam bab ini. Bab pendahuluan dimaksudkan agar pembaca dapat melihat ide besar dari penelitian ini yang kemudian akan dirinci dalam bab-bab berikutnya. Bab II Landasan Teori Bab ini berisi penjelasan teoritis yang berkaitan dengan angka pengganda uang dan hubungannya dalam penawaran akan uang beredar dalam perekonomian. Berbagai teori dikaji berdasarkan literatur-literatur yang relevan dan berhubungan mengenai permasalahan tersebut. Penelitian-penelitian lain yang sedikit banyak mempengaruhi pengamatan penulis akan diuraikan pula sebagai bahan perbandingan. Bab III Metodologi Penelitian Dalam bab ini akan dibahas mengenai spesifikasi model yang digunakan dalam perhitungan ekonometrika secara lebih mendalam. Sebagai tambahan juga akan dibahas mengenai komponen angka pengganda uang yang diteliti berdasarkan cara penyusunannya dan penjelasan mengenai tipe data yang akan digunakan. Dalam bab ini akan dibahas dasar-dasar teori ekonometrika Two Stage Least Square (TSLS) yang akan digunakan sebagai metode estimasi dalam penelitian ini. Langkah-langkah dalam mengestimasi model juga akan dipaparkan untuk memberi gambaran alur dari proses estimasi model. 24

Bab IV Estimasi dan Analisa Model Dalam bab ini akan dipaparkan hasil yang diperoleh dari pengolahan data menggunakan software Eviews dan Microsoft Excel. Selain itu, dalam bab ini akan dijelaskan output yang diperoleh dari pengolahan data. Bab V Kesimpulan Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang dapat dirangkum dari penelitian. Selain itu juga akan menyertakan penjelasan mengenai keterbatasan penelitian dan saran, sehingga diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat dilakukan penyempurnaan studi demi hasil penelitian yang lebih baik. 25