II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Konsep Bersih dan Kotor menurut Medis. seberapa jauh kemajuan suatu daerah. Di Indonesia, kebersihan lingkungan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang dalam kesibukan dan aktivitas yang terus dijalani, tidak

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat kompleks, bila dilihat secara

I. PENDAHULUAN. keberuntungan tersendiri bagi masyarakat lokalnya. Tanah yang subur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelompok manusia yang tinggal dan hidup di wilayah pesisir.

KONSEP SEHAT SAKIT. Dwi Fitriyanti

Konsep Sehat-Sakit Dalam Sosial Budaya. 3/23/2011 Fakultas Ilmu Keperawatan UNISSULA

HEALTH PROMOTION: PRINCIPLES. Drs. Wiranto, M.Kes.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kroeber dan Cluckhohn (1952) dalam bukunya Culture : A Critical

Prilaku Kesehatan Ada Dua Aspek utama; 1. Aspek Fisik 2. Aspek Non Fisik Aspek Fisik misalnya sarana kesehatan dan pengobat penyakit. Aspek non Fisik

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis. Sejalan dengan definisi kesehatan menurut UU Kesehatan. RI Nomor 23 tahun 1992, menurut World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan kesehatan yaitu jumlah penduduk yang besar dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. karena sehat sangatlah mahal. Orang yang mengalami sakit akan merasa

BAB I PENDAHULUAN. Sakit merupakan kondisi yang tidak menyenangkan mengganggu aktifitas

I. PENDAHULUAN. semakin terbuka lebar kebebasan untuk memilih aneka jenis dan kualitas barang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis. Oleh karena itu, pemeliharaan kesehatan merupakan suatu upaya. pemeriksaan, pengobatan atau perawatan di rumah sakit.

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Saat ini pendidikan adalah penting bagi semua orang baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Manusia adalah mahkluk biologis, psikologis, sosial,

PSIKOLOGI UMUM 2. Stress & Coping Stress

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketersediaan sumber dukungan yang berperan sebagai penahan gejala dan

KONSEP SEHAT SAKIT. Disampaikan Pada Perkuliahan Konsep Dasar Keperawatan II Program Studi Ilmu Keperawatan FIKES UMM Semester Ganjil 2010/2011

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan (UU Kesehatan No36 Tahun 2009 Pasal 138)

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika

BAB I PENDAHULUAN. mengadaptasikan keinginan-keinginan dengan kenyataan-kenyataan yang

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat kompleks. Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

II. KAJIAN PUSTAKA. Robbins (2003:126) mendeskripsikan persepsi dalam kaitannya dengan. lingkungan, yaitu sebagai proses dimana individu-individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Subjective Well-Being. kebermaknaan ( contentment). Beberapa peneliti menggunakan istilah well-being

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan sebagai bagian intergral dari pelayanan kesehatan, ikut menentukan mutu dari pelayanan kesehatan.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan hidup manusia. Disamping kebutuhan-kebutuhan lainnya seperti

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh semua orang. Menurut Yosep (2007), kesehatan jiwa adalah. dan kecakapan dalam beradaptasi dengan lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

BAB I PENDAHULUAN. untuk jangka waktu lama dan bersifat residif (hilang-timbul). Sampai saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Orang tua merupakan sosok yang paling terdekat dengan anak. Baik Ibu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. keberadaan objek, hubungan, dan kejadian yang diperoleh atas kepemilikkanindera,

BAB I PENDAHULUAN. ruhani serta bersifat unik karena memiliki berbagai macam kebutuhan sesuai

BAB I PENDAHULUAN. C. Ruang lingkup 1. Antropologi kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat


BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

yang dirasakan individu terhadap pengobatan.

ETNOGRAFI KESEHATAN 1

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

KONSEP KESEHATAN MENTAL LIA AULIA FACHRIAL, M.SI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Destalya Anggrainy M.P, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah bagian integral dari keseluruhan sistem pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. TBC, AIDS, leukemia, dan sebagainya (Fitria, 2010). ketakutan, ansietas, kesedihan yang menyeluruh (Potter & Perry, 2005).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kesehatan Mental. Pengantar Kesehatan Mental. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah

Psikologi Dunia Kerja Sifat Kodrati Manusia & Pengaruh Teknologi Industri Modern

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi dan sebagainya. Setiap orang dianggap mampu untuk menjaga

dr. Moh. Danurwendo Sudomo, Sp.Ok

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa, pada masa tersebut mahasiswa memiliki tanggung jawab terhadap masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia

BAB II TINJAUAN TEORI. (dalam Setiadi, 2008).Menurut Friedman (2010) keluarga adalah. yang mana antara yang satu dengan yang lain

BAB I PENDAHULUAN. hingga saat ini adalah permasalahan kesehatan (Human Healt). Nampaknya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diri individu atau organisme yang mendorong perilaku kearah tujuan.

PARADIGMA KEPERAWATAN Oleh: Heny Suseani Pangastuti,SKp.

BAB I PENDAHULUAN. dijalankan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Seorang individu

makalah teori keperawatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial. Sebagai makhluk individu ia memiliki sifat dan ciri-ciri yang

Standard Guru Penjas Nasional (Rumusan BSNP)

BAB 1 PENDAHULUAN. pasien melalui berbagai aspek hidup yaitu biologis, psikologis, sosial dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORITIS. reaksi fisik yang disebabkan karena persepsi seseorang terhadap kehilangan (loss).

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, yang isinya disebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial, selalu berinteraksi dengan lingkungannya.

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan. manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, dan dari kebiasaan itu yang nantinya akan menjadi kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. dalam pendidikan, pekerjaan dan pergaulan (Keliat, 2006). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. xiv

PROSES TERJADINYA MASALAH

KESEHATAN KERJA. oleh; Syamsul Rizal Sinulingga, MPH

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Harga diri merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya. tersebut dikaitkan dengan kedudukannya sebagai makhluk individu dan

adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Bersih dan Kotor menurut Medis Tak dapat dipungkiri bahwa antara kebersihan lingkungan dan kesehatan masyarakat merupakan salah satu barometer untuk menilai dan mengukur seberapa jauh kemajuan suatu daerah. Di Indonesia, kebersihan lingkungan dan kesehatan dijalankan secara simultan dengan titik berat pada dimensi pembangunan kesehatan masyarakat. Padahal, bila mau kaji lebih jauh lagi, sebenarnya kebersihan dan kesehatan, selain mempunyai dimensi pembangunan, juga menjadi arena bagi setiap individu dan kelompok untuk memperbaiki mentalitas kurang mencintai kebersihan lingkungan dan kesehatan. Kesehatan tidak saja diterapkan dalam kajian ilmu medis, kedokteran, kebidanan dan lain-lain, melainkan juga merupakan kajian bidang budaya. Kajian-kajian mengenai kesehatan banyak dikaji dalam bidang budaya karena masalah-masalah kesehatan bukan saja semata-mata masalah medis, melainkan juga masalah sosial-budaya. Oleh karena itu sebagian ahli sosiologi dan antropologi menaruh perhatian besar terhadap masalah tersebut. Banyak pengaruh-pengaruh kesehatan yang gagal karena tidak memperhatikan aspek

14 sosial budaya, padahal masalah tersebut masalah sosial-budaya. Misalnya dalam dunia kesehatan, bersih merupakan indikator dari ukuran tersendiri dan tentu terukur sebagai medis, namun bersih bagi masyarakat tidak sama dengan persepsi medis. Sehingga banyak medis-medis kesehatan yang tidak menggunakan pendekatan sosial-budaya mengalami kegagalan. Kesehatan adalah sesuatu yang sudah biasa, hanya dipikirkan bila sakit atau ketika gangguan kesehatan mengganggu aktivitas sehari-hari seseorang. Sehat berarti kekuatan dan ketahanan, mempunyai daya tahan terhadap penyakit, mengalahkan stres dan kelesuan. Menurut Udang-undang No.36 tahun 2009 tentang kesehatan, kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi (dikutip dari Undang-undang Kesehatan No. 36 tahun 2009: 4). Salim (1982:1) menjelaskan bahwa Indonesia sejak tahun 1978 memasukkan masalah lingkungan hidup dalam Repelita III sebagai bagian Integral dari Kebijakan Pembangunan Nasional. Berarti Indonesia ingin membangun manusia dan mayarakatnya dengan memperhatikan kebersihan lingkungan hidup. Walaupun demikian, penerapannya dalam kenyataan memerlukan pengertian dan penghayatan segi-segi lingkungan hidup oleh masyarakat. Interaksi antara berbagai unsur lingkungan hidup itu, manusia yang paling berpengaruh. Manusia mampu berkembangbiak dan mengembangkan akal pikirannya, sehingga bumi semakin padat dihuni manusia dan kebutuhannya semakin meningkat. Efeknya, sumber alam semakin banyak dikuras. Seperti

15 pengundulan hutan, erosi tanah, pencemaran industri, sampah kotoran, saluran tersumbat dan lain-lain. Semua ini dilihat sebagai masalah lingkungan hidup dalam wujud nyata, yang pada gilirannya dapat mengancam kehidupan manusia. Kondisi tersebut dilukiskan secara lugas oleh Aris (2011) sebagai berikut: Eksploitasi terhadap sumber daya alam dan lingkungan tidak dapat dielakkan lagi sebagai konsekuensi logis dari paradigma berpikir industrialisme dan developmentalisme. Bumi dan lingkungan hidup beserta makhluk lain selain manusia telah kehilangan eksistensi dan hak-haknya yang esensial dalam kerangka ekologi dan ekosistemnya.. Pada dasarnya kebersihan lingkungan memiliki makna yang berbeda-beda bagi tiap-tiap orang. Sebagian orang mengatakan bahwa kebersihan lingkungan tidak hanya berfungsi sebagai sarana untuk menjamin keberlangsungan hidup sehat saja, tetapi dapat memiliki makna lain yang sifatnya lebih psikologis, seperti aktualisasi sikap dan perilaku hidup kurang sehat. Aktualisasi sikap dan perilaku hidup kurang sehat adalah keinginan untuk merubah diri, dimana seseorang ingin memperbaiki pola hidupnya yang kurang memperhatikan kebersihan dan kesehatannya. Menurut Azwar (1996), pengaruh kebersihan lingkungan terhadap kesehatan manusia dapat dibedakan atas dua jenis, yakni: pertama, akibat yang ditimbulkannya segera terjadi. Artinya, begitu faktor lingkungan yang kurang bersih hadir dalam kehidupan manusia, maka akan timbullah penyakit. Kedua, akibat yang ditimbulkannya terjadi secara lambat laun. Artinya tidak hadirnya faktor lingkungan yang kurang bersih (kurang menguntungkan) serta merta dengan munculnya penyakit. Sebaliknya, ia

16 mengalami proses yang berjalan agak lambat tetapi pasti, yakni dapat membahayakan kesehatan manusia. Peranan faktor lingkungan yang kurang bersih dalam menimbulkan penyakit dapat dibedakan atas empat macam, yakni : pertama, sebagai predisposing, artinya berperanan dalam menunjang terjangkitnya suatu penyakit pada manusia.. Kedua, penyebab penyakit secara langsung.. Ketiga, sebagai medium transmisi (pengantara pemindahan) penyakit. Keempat, sebagai faktor yang mempengaruhi perjalanan suatu penyakit. Banyak manfaat yang bisa dirasakan seseorang dengan menjaga lingkungan mereka tetap terlihat bersih dan rapi. Lingkungan yang bersih akan menjauhkan sumber-sumber penyakit untuk berkembang di sekitar kita. Hal itu tentu berkaitan dengan kesehatan. Konsep sehat yang dikemukakan oleh Linda Ewles & Ina Simmet (1992:82 ) adalah sebagai berikut: 1. Konsep sehat dilihat dari segi jasmani yaitu dimensi sehat yang paling nyata karena perhatiannya pada fungsi mekanisme tubuh 2. Konsep sehat dilihat dari segi mental, yaitu kemampuan berpikir dengan jernih dan koheren. Istilah mental dibedakan dengan emosional dan sosial walaupun ada hubungan yang dekat diantara ketiganya 3. Konsep sehat dilihat dari segi emosional yaitu kemampuan untuk mengenal emosi seperti takut, kenikmatan, kedukaan, dan kemarahan, dan untuk mengekspresikan emosi-emosi secara cepat

17 4. Konsep sehat dilihat dari segi sosial berarti kemampuan untuk membuat dan mempertahankan hubungan dengan orang lain 5. Konsep sehat dilihat dari aspek spiritual yang berkaitan dengan kepercayaan dan praktek keagamaan, berkaitan dengan perbuatan baik, secara pribadi, prinsip-prinsip tingkah laku, dan cara mencapai kedamaian dan merasa damai dalam kesendirian 6. Konsep sehat dilihat dari segi sosietal yaitu berkaitan dengan kesehatan pada tingkat individual ang terjadi karena kondisi-kondisi sosial, politik, ekonomi dan budaya yang melingkupi individu tersebut. Adalah tidak mungkin menjadi sehat dalam masyarakat yang sakit yang tidak dapat menyediakan sumber-sumber untuk pemenuhan kebutuhan dasar dan emosional Sedangkan konsep sehat yang dikemukakan oleh World Health Organization (WHO) bahwa sehat itu adalah a state of complete physical, mental, and social well being, and not merely the absence of disease or infirmity (WHO, 1981:38). Dengan demikian jelas bahwa kondisi sehat tidak hanya berkaitan dengan kondisi fisik, tetapi juga kondisi mental seseorang. Masalah kesehatan merupakan masalah kompleks yang merupakan resultante dari berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun masalah buatan manusia, sosial budaya, perilaku, populasi penduduk, genetika, dan sebagainya. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam

18 pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan. Sehat secara sosial dinyatakan sebagai kondisi pada seseorang yang memungkinkan ia menunaikan tugas perikehidupannya di tengah-tengah masyarakat, tanpa merasa cemas dalam memelihara dan memajukan dirinya sendiri maupun keluarganya sehari-hari. Untuk sehat secara fisik maka ekonomi seseorang harus baik. Kesehatan manusia dipengaruhi oleh empat faktor yaitu faktor genetik, lingkungan, perilaku dan faktor pelayanan kesehatan. Menurut Saunders dalam Foster dan Anderson (2006:44) munculnya berbagai masyarakat, manusia menciptakan suatu strategi adaptasi baru dalam menghadapi penyakit. Suatu strategi yang memaksa manusia untuk menaruh perhatian utama pada pencegahan dan pengobatan penyakit. Dalam usahanya menanggulangi penyakit, manusia telah mengembangkan suatu kompleks luas dari pengetahuan, kepercayaan, teknik peran, norma-norma, nilai-nilaiideologi, sikap, adat-istiadat, upacara-upacara dan lambang-lambang yang saling berkaitan dan membentuk suatu sistem yang saling menguatkan dan saling membantu. Kompleks yang luas tersebut dan dan hal-hal lainnya yang dianggap dapat ditambahkan pada daftar tersebut, membentuk suatu sistem medis. Istilah tersebut mencakup keseluruhan dari pengetahuan kesehatan, kepercayaan, keterampilan dan praktek-praktek dari para anggota dari tiap kelompok. Secara singkat, kita memandang setiap sistem medis sebagai cakupan semua kepercayaan tentang usaha meningkatkan kesehatan

19 dan tindakan serta pengetahuan ilmiah maupun keterampilan anggota-anggota kelompok yang mendukung sistem tersebut. Fungsi dari suatu sistem medis adalah untuk memulihkan kesehatan pasien kembali. Sudah tentu ini adalah alasan dasar dan mungkin pula yang paling penting. Namun, seperti seperti juga halnya dengan sistem-sistem budaya yang kompleks lainnya dalam suatu masyarakat, sistem medis memenuhi sejumlah fungsi yang penting bagi kesejahteraan kebudayaan, dimana mereka menjadi bagian darinya; fungsi-fungsi yang sering tidak dikenal oleh anggotaanggota masyarakat itu sendiri, tetapi yang adaptif dalam arti bahwa hal itu menungkatkan kesejahteraan kelompok yang bersangkutan (Foster dan Anderson, 2006:52). Pada tingkatan yang sangat komprehensif ini, adalah tepat untuk merumuskan suatu konsep tentang satu sistem medis untuk setiap masyarakat. Sistem medis dari semua kelompok, betapapun sederhananya, dapat dipecah menjadi sistem teori penyakit. Suatu sistem teori penyakit meliputi kepercayaankepercayaan mengenai ciri-ciri sehat, sebab-sebab sakit serta pengobatan dan teknik-teknik penyembuhan lain yang digunakan oleh para dokter. Fungsi dari sistem teori penyakit tidaklah terbatas hanya pada pemberian pedoman untuk penyembuhan dan sistem teori penyakit tidak hanya mendiagnosis sebab dan memberikan pengobatan yang logis.

20 B. Kosep Bersih dan Kotor menurut Sosial Budaya Lingkungan bersih merupakan dambaan semua orang. Namun tidak mudah untuk menciptakan lingkungan kita bisa terlihat bersih dan rapi sehingga nyaman untuk dilihat. Tidak jarang karena kesibukan dan berbagai alasan lain, kita kurang memperhatikan masalah kebersihan lingkungan di sekitar kita, terutama lingkungan tempat pelelangan ikan. Tentu saja lingkungan dalam kondisi bersih serta sehat akan membuat para penghuninya nyaman dan kesehatan tubuhnya terjaga dengan baik. Kesehatan tubuh manusia berada pada posisi paling vital. Alasannya tentulah mengarah pada keberagaman kegiatan hidup manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pandangan ekologis ternyata cocok bagi ahli antropologi karena dalam kenyataannya, pandangan itu merupakan lanjutan dari lingkungan dan komuniti biotiknya dalam pendekatan antropologi yang fundamental: yakni perhatian kepada sistemnya. Suatu sistem menurut definisi Kamus Webster Edisi kedua adalah agregasi atau pengelompokkan objek-objek yang dipersatukan oleh beberapa bentuk interaksi yang tetap atau saling tergantung, sekelompok unit yang berbeda, yang dikombinasikan sedemikian rupa oleh alam atau oleh seni sehingga membentuk suatu keseluruhan yang integral dan berfungsi, beroperasi atau bergerak dalam kesatuan (Foster dan Ande rson, 2006:13). Hardesty (1977:289) dalam antropologi, sudah tentu yang dimaksud sebagai keseluruhan integral adalah suatu sistem sosial-budaya atau dengan kata yang lebih umum, suatu kebudayaan. Dalam ekologi keseluruhan integral

21 adalah suatu ekosistem. Untuk terus berfungsi tanpa gangguan yang berat, baik ekosistem maupun sistem sosial-budaya harus mempertahankan suatu tingkatan integrasi minimum dan konsistensi dari dalam, suatu tungkatan yang cukup tinggi sehingga unit-unit yang terpisah-pisah dalam sistem tersebut dapat saling menyumbangkan peranannya. Dalam studi-studi ekologi, dimulai dengan lingkungan. Sejauh yang menyangkut manusia, lingkungan bersifat alamiah dan sosial-budaya. Masalah sosial-budaya merupakan masalah dasar dalam masyarakat. Semua kelompok harus menyesuaikan diri dengan kondisi geografis dan iklim yang terdapat ditempat tinggal mereka dan mereka harus belajar untuk mengeksploitasi sumber-sumber yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan mereka. Semua kelompok juga harus menyesuaikan diri pada lingkungn yang mereka ciptakan sendiri dan dimana mereka hidup. Namun akan terlampau menyederhanakan bila dikatakan bahwa ada dua tipe lingkungan yang berbeda; unsur-unsur dari keduanya sering bercampur sehingga dalam kenyataannya, kita berhubungan dengan hanya satu lingkungan saja. Penyakit, misalnya, adalah bagian dari lingkungan manusia. Penyakit mencakup patologi dan pada satu tingkatan, penyakit jelas bersifat biologis. Konsep kejadian penyakit menurut ilmu kesehatan bergantung jenis penyakit. Secara umum konsepsi ini ditentukan oleh berbagai faktor antara lain parasit, vektor, manusia dan lingkungannya. Para ahli antropologi kesehatan yang dari definisinya dapat disebutkan berorientasi ke ekologi, menaruh perhatian pada timbal balik antara manusia dan lingkungan alamnya, tingkah laku

22 penyakitnya dan cara-cara tingkah laku penyakitnya mempengaruhi evolusi kebudayaannya melalui proses umpan balik (Foster dan Anderson, 1978: 42). Sakit dapat diinterpretasikan secara berbeda berdasarkan pengetahuan secara ilmiah dan dapat dilihat berdasarkan pengetahuan secara budaya dari masingmasing penyandang kebudayaannya. Hal ini berarti dapat dilihat berdasarkan pemahaman secara etik dan emik. Secara konseptual dapat disajikan bagaimana sakit dilihat secara etik yang dikutip oleh Djekky (2001: 15) sebagai berikut: 1. Secara ilmiah penyakit ( disease) diartikan sebagai gangguan fungsi fisiologis dari suatu organisme sebagai akibat terjadi infeksi atau tekanan dari lingkungan, jadi penyakit itu bersifat obyektif. Sebaliknya sakit (illness) adalah penilaian individu terhadap pengalaman menderita suatu penyakit. Persepsi Masyarakat tentang sehat atau sakit ini sangatlah dipengaruhi oleh unsur pengalaman masa lalu, disamping unsur sosialbudaya. Tetapi datangnya penyakit merupakan hal yang tidak bisa ditolak meskipun kadang-kadang bisa dicegah atau dihindari (Sarwono, 1993:31). Fenomena subyektif ini ditandai dengan perasaan tidak enak. Di negara maju kebanyakan orang mengidap hypochondriacal, ini disebabkan karena kesadaran kesehatan sangat tinggi dan takut terkena penyakit sehingga jika dirasakan sedikit saja kelainan pada tubuhnya, maka akan langsung ke dokter, padahal tidak terdapat gangguan fisik yang nyata. Keluhan psikosomatis seperti ini lebih banyak ditemukan di negara maju daripada kalangan masyarakat tradisional. Umumnya masyarakat tradisional

23 memandang seseorang sebagai sakit, jika orang itu kehilangan nafsu makannya atau gairah kerjanya, tidak dapat lagi menjalankan tugasnya sehari-hari secara optimal atau kehilangan kekuatannya sehingga harus tinggal di tempat tidur (Sudarti, 1988:16). 2. Secara emik sakit dapat dilihat berdasarkan pemahaman konsep kebudayaan masyarakat penyandang kebudayaannya sebagaimana dikemukakan oleh Foster dan Anderson (1986:74) menemukan bahwa konsep penyakit pada masyarakat tradisional yang mereka telusuri di kepustakaan-kepustakaan mengenai etnomedisin, bahwa konsep penyakit masyarakat non barat, dibagi atas dua kategori umum yaitu: Personalistik, munculnya penyakit ( illness) disebabkan oleh intervensi dari suatu agen yang aktif, yang dapat berupa makhluk supranatural (makhluk gaib atau dewa), makhluk yang bukan manusia (hantu, roh leluhur, atau roh jahat) maupun makhluk manusia (tukang sihir, tukang tenung). Kedua Naturalistik, yaitu sakit dianggap sebagai suatu keadaan badan yang kurang menyenangkan, bahkan dirasakan sebagai siksaan sehingga menyebabkan seseorang tidak dapat menjalankan aktivitas sehari-hari seperti halnya orang yang sehat. Sudarti (1988:53) menggambarkan secara deskript if persepsi masyarakat beberapa daerah di Indonesia mengenai sakit dan penyakit, masyarakat menganggap bahwa sakit adalah keadaan individu mengalami serangkaian gangguan fisik yang menimbulkan rasa tidak nyaman, seperti halnya anak yang sakit ditandai dengan tingkah laku rewel, sering menangis dan tidak

24 nafsu makan, sedangkan orang dewasa dianggap sakit jika lesu, tidak dapat bekerja dan kehilangan nafsu makan. Selanjutnya masyarakat menggolongkan penyebab sakit ke dalam tiga bagian, yaitu : 1. Karena pengaruh gejala alam (panas, dingin) terhadap tubuh manusia 2. Makanan yang diklasifikasikan ke dalam makanan panas dan dingin 3. Supranatural (roh, guna-guna, setan dan lain-lain) Menurut Nolen (dalam Anderson, 1974: 294) a da beberapa peranan sosial penyakit antara lain yaitu: 1. Penyakit merupakan pelepasan dari tekanan yang tak tertahankan 2. Penyakit membantu untuk menanggung kegagalan pribadi 3. Sakit dapat digunakan untuk memperoleh perhatian 4. Masuk rumah sakit dapat dianggap sebagai liburan 5. Penyakit dapat digunakan sebagai alat kontrol sosial 6. Penyakit dapat dijadikan alat untuk menghapus dosa Ahli antropologi dan ahli sosiologi memandang perjalanan penyakit sebagai sesuatu yang secara analitik ditentukan oleh tahap-tahap yang dapat dibedakan. Skema sosiologi yang banyak digunakan adalah skema Suchman yang melihat urutan dari peristiwa-peristiwa medis, terdiri dari titik-titik pokok transisi yang menyangkut keputusan-keputusan baru mengenai

25 perjalanan dari perawatan medis yang dibedakan dalam lima tahap (Suchman dalam Anderson, 1965) yaitu: 1. Tahap pengalaman gejala-gejala (keputusan bahwa ada yang tidak beres) Masyarakat non-barat cenderung percaya bahwa penyakit tidak akan ada kecuali ada rasa sakit atau perasaan kurang sehat 2. Asumsi dari keadaan peranan sakit (keputusan bahwa seseorang sakit dan membutuhkan perawatan profesional) 3. Tahap kontak perawatan medis (keputusan untuk mencari perawatan medis profesional, dimana terdapat 3 tipe informasi yang akan di dapat, yaitu: validasi keadaan sakit; penjelasan tentang gejala yang tidak dimengerti; keyakinan bahwa mereka akan baik) 4. Tahap peranan ketergantungan pasien (keputusan untuk mengalihkan pengawasan kepada dokter dan menerima serta mengikuti pengobatan yang diterapkan) 5. Kesembuhan atau keadaan rehabilitas (keputusan untuk mengakhiri peranan pasien agar pasien belajar untuk melepaskan peran sakit dan kembali pada kondisi sebelum sakit, kesiapan fungsi sosial, meningkatkan kemandirian serta memberi harapan dan support). Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sakit adalah keadaan individu mengalami serangkaian gangguan fisik, emosional, intelektual, sosial, perkembangan atau yang menimbulkan rasa tidak nyaman. Sakit menunjukkan

26 dimensi fisiologis yang subjektif atau perasaan yang terbatas yang lebih menyangkut orang yang merasakannya, yang ditandai dengan perasaan tidak enak (unfeeling well) lemah (weakness), pusing ( dizziness), merasa kaku dan mati rasa (numbness). Sejumlah pengetahuan yang dimiliki oleh sekelompok masyarakat menarik untuk diteliti sebagai upaya dalam meramu data dan informasi. Pengetahuan mengobati penyakit secara tradisional yang merupakan objek penelitian sangat menarik untuk dikaji karena sistem pengobatan ini berbeda dengan sistem pengobatan modern yang menekankan aspek ilmiah. Pengobatan tradisional sering memainkan peranan penting dalam pengembangan kebangsaan nasional, karena dapat melambangkan masa silam negara yang bersangkutan dan tingkatan kebudayaannya yang tinggi di masa lalu. Di negara-negara yang memiliki sistem medis yang kuno dan tertulis, sering kali timbul keinginan untuk meningkatkan sistem medis asli itu pada status terpisah namun sederajat dengan kedokteran barat, dilandasi oleh argumen mengenai segi kekunoan pengetahuan medis dalam negara yang bersangkutan maupun kemashuran efektifitas pengobatan tradisional tersebut (Foster dan Anderson, 1986 :57). Setiap orang memiliki reaksi yang berbeda-beda tergantung pada asal penyakit, reaksi orang lain terhadap penyakit yang dideritanya, dan lain-lain. Penyakit dengan jangka waktu yang singkat dan tidak mengancam kehidupannya akan menimbulkan sedikit perubahan perilaku dalam diri sendiri dan keluarga. Sedangkan penyakit berat, apalagi jika mengancam

27 kehidupannya dapat menimbulkan perubahan emosi dan perilaku yang lebih luas, seperti ansietas, syok, penolakan, marah, dan menarik diri dari pergaulan dan lingkungan. C. Persepsi 1. Pengertian Persepsi Robbins, S.P. (2003:88) mendeskripsikan persepsi da lam kaitannya dengan lingkungan, yaitu sebagai proses dimana individu-individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna pada lingkungan mereka. Sedangkan menurut Davidoff (199 1:253) mengatakan bahwa dalam kehidupan sehari-hari, nampak bahwa daya persepsi manusia mempunyai kemampuan menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungannya. Dalam Asrori (2005:194) persepsi memiliki pengaruh yang berarti terhadap dinamika penyesuaian diri karena persepsi memiliki peranan penting dalam perilaku, yaitu sebagai berikut : 1. Sebagai pembentukan pngembangan sikap terhadap suatu objek atau peristiwa yang berarti akan bepengaruh terhadap perilaku penyesuaian diri yang lebih terarah. 2. Sebagai pengembangan fungsi kognitif, afektif dan kgnatif sehingga berpengaruh terhadap penyesuaian yang lebih utuh dan proposional sesuai dengan pertimbangan dan pengalaman-pengalaman yang relevan.

28 3. Meningkatkan keaktifan, kedinamisan dan kesabaran terhadap lingkungan sehingga perilaku penyesuaian diri menjadi lebih rasional dan realistis. 4. Mengembangkan kemampuan mengelola pengalaman dalm kehidupan sehari-hari sehingga dapat mendorong kearah proses sosialisasi yang semakin mantap. 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Sejumlah faktor berperan dalam membentuk dan kadang memutar balik persepsi. Faktor-faktor ini dapat berada dalam membentuk pihak pelaku persepsi, dalam objek atau target yang dipersepsikan atau dalam konteks situasi dimana persepsi itu dibuat (Robbins, 2006:170). Faktor dalam situasi a. Waktu b. Keadaan/tempat Faktor pada pemersepsi a. Pengetahuan b. Sikap c. Motif d. Kepentingan Persepsi Bagan 1. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Persepsi

29 3. Proses Pembentukan Persepsi Persepsi terbentuk melalui beberapa tahap atau proses, banyak hal yang mempengaruhi persepsi seseorang seperti yang dikatakan Sudiana (1986:17) yang menyatakan bahwa persepsi seseorang dipengaruhi oleh pengalaman masa pengalaman masa lampau, melibatkan pula berbagai faktor seperti kecerdasan, sikap emosional, dan intesitas konsentrasi berfikir pada saat tersebut. Demikianlah suatu gabungan dari masukan sensoris, pengalaman masa lampau, kecerdasan dan sikap, bekerja sedemikian rupa sehingga menghasilkan persepsi tertentu terhadap stimulus dari suatu benda. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi terbentuk melalui dua tahap yaitu tahap perhatian terhadap stimulus dan kedua adalah tahap penafsiran yang kemudian yang dipengaruhi juga oleh faktor usia. Tujuan dari penginterpretasian atau penafsiran stimulus adalah ketika individu mempersepsikan sesuatu agar stimulus itu dapat memberi makna kepada lingkungan mereka. Proses pemberian arti melalui penafsiran, rangsangan akan mempengaruhi perilaku individu sebagai bentuk respon terhadap rangsangan yang diterima dari lingkungannya. D. Kerangka Pikir Teori Ekologi Budaya diperkenalkan Julian H.Steward pada permulaan dasawarsa 1930an. Inti dari teori ini adalah lingkungan dan budaya tidak bisa dilihat terpisah, tetapi merupakan hasil campuran ( mixed product) yang berproses lewat dialektika. Dengan kata lain, proses-proses ekologi

30 memiliki hukum timbal balik. Budaya dan lingkungan bukan entitas yang masing-masing berdiri sendiri atau bukan barang jadi yang bersifat statis. Keduanya memiliki peran besar dan saling mempengaruhi. Tidak dinafikkan bahwa lingkungan memang memiliki peran besar atas budaya dan perilaku manusia, tetapi pada waktu yang sama juga mempengaruhi perubahan-perubahan lingkungan. Selain itu, hubungan-hubungan sosial jelas akan menentukan corak interaksi antar individu dengan individu lainnya. Dalam mengelola lingkungan hal mendasar dan yang terpenting dalam tindakan manusia terhadap pengelolaan lingkungan adalah budaya yang dimiliki suatu masyarakat.karena kebudayaan merupakan pedoman dalam bertingkah laku dan menjadi pegangan bagi pemiliknya. Itulah sebabnya kenapa permasalahan lingkungan tidak bisa dipecahkan dengan ilmu seperti biologi, kimia, dan lain-lain. Satu hal penting dalam mengkaji manusia adalah bahwa manusia mempunyai kebudayaan yang di dalamnya terdapat nilai, norma yang menjadi acuan dalam bertindak Tantangan yang dilahirkan oleh lingkungan (lingkungan fisik maupun lingkungan sosial budaya) menuntut manusia untuk mampu hidup selaras dengan lingkungannya karena hidup selaras dengan lingkungannya, manusia dapat mempertahankan hidupnya. Jika manusia tidak mampu beradaptasi dengan lingkungannya maka ia akan gagal dan terseleksi oleh lingkungannya sendiri. Oleh karena itu, kondisi lingkungan sangat mempengaruhi strategi adaptasi apa yang dipilih oleh manusia yang

31 nantinya juga akan melahirkan strategi yang berbeda pula dalam setiap masyarakat untuk menjawab tantangan yang ada di lingkungannya. Adaptasi yang dilakukan manusia terhadap lingkungan tersebut menunjukkan adanya hubungan antara manusia dan lingkungannya. Sedangkan keterkaitannya dengan kebudayaan adalah bahwa kebudayaan merupakan ekspresi adaptasi manusia terhadap kondisi lingkungannya. Lingkungan Budaya Bagan 2. Hubungan antara manusia dan lingkungan dalam Teori Ekologi Lingkungan