3. HASIL PENYELIDIKAN

dokumen-dokumen yang mirip
Survei Polarisasi Terimbas (IP) Dan Geomagnet Daerah Parit Tebu Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka-Belitung

3. HASIL PENYELIDIKAN

PENYELIDIKAN GEOFISIKA DI DAERAH GUNUNG RAWAN, KECAMATAN SEKAYAM, KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

SURVEI POLARISASI TERIMBAS (IP) DAN GEOMAGNET DAERAH TELUK SANTONG UTARA, KECAMATAN PLAMPANG KABUPATEN SUMBAWA, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. banyak terkait oleh mineralisasi endapan hidrotermal-magmatik. Dalam berbagai

SURVEI GEOFISIKA TERPADU AUDIO MAGNETOTELIK DAN GAYA BERAT DAERAH PANAS BUMI KALOY KABUPATEN ACEH TAMIANG, PROVINSI ACEH

Abstrak

Oleh : Franklin S A R I

Pendugaan Zona Endapan Mineral Logam (Emas) di Gunung Bujang, Jambi Berdasarkan Data Induced Polarization (IP)

STUDI ZONA MINERALISASI EMAS MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET DI DESA SILIWANGA KECAMATAN LORE PEORE KABUPATEN POSO

SURVEI GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PERMIS, KABUPATEN BANGKA SELATAN PROVINSI BANGKA BELITUNG

PENYELIDIKAN MAGNET DAERAH PANAS BUMI AKESAHU PULAU TIDORE, PROVINSI MALUKU UTARA. Oleh Liliek Rihardiana Rosli

BAB I PENDAHULUAN. bijih besi, hal tersebut dikarenakan daerah Solok Selatan memiliki kondisi geologi

Kata kunci : Metode geomagnet, Mineral Sulfida, Foward Modeling, Disseminated.

PENYELIDIKAN BIJIH BESI DENGAN METODE GEOMAGNET DAN GEOLISTRIK

Survei Magnetotellurik (MT) dan Time Domain Electro Magnetic (TDEM) Daerah Panas Bumi Lainea, Provinsi Sulawesi Tenggara

BAB VI DISKUSI. Dewi Prihatini ( ) 46

SURVEY GEOMAGNET DI DAERAH PANAS BUMI SONGA-WAYAUA, KABUPATEN HALMAHERA SELATAN, MALUKU UTARA. Eddy Sumardi, Timor Situmorang

SURVEI TERPADU GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIC (AMT) DAERAH PANAS BUMI DOLOK MARAWA, KABUPATEN SIMALUNGUN PROVINSI SUMATERA UTARA

SURVEI GEOFISIKA TERPADU (AUDIO MAGNETOTELURIK DAN GAYA BERAT) DAERAH PANAS BUMI MALINGPING KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN

SURVEI MAGNETOTELURIK DAERAH PANAS BUMI MARANA KABUPATEN DONGGALA, SULAWESI TENGAH. Oleh: Asep Sugianto 1) dan Suwahyadi 2)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengambilan data dipusatkan di kawasan Gunung Peben Pulau Belitung. Untuk

Sari. Penyelidikan Geolistrik Tahanan Jenis di Daerah Panas Bumi Pincara, Kabupaten Masamba Sulawesi Selatan

SURVEI GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PARIANGAN, KABUPATEN TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT

SURVEI MAGNETOTELLURIK (MT) DAN TIME DOMAIN ELEKTROMAGNETIK (TDEM) DAERAH PANAS BUMI PARIANGAN, KABUPATEN TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT

SURVEY GEOKIMIA MINERAL LOGAM DI PROVINSI SUMATERA BARAT. Ernowo, Kisman, Armin T, Eko Yoan T, Syahya S. , P.Total, S.Total, H 2. , Al 2.

PENDUGAAN ZONA MINERALISASI GALENA (PbS) DI DAERAH MEKAR JAYA, SUKABUMI MENGGUNAKAN METODE INDUKSI POLARISASI (IP)

PENYELIDIKAN GEOMAGNETIK DI DAERAH PANAS BUMI KANAN TEDONG DI DESA PINCARA KECAMATAN MASAMBA KABUPATEN LUWU UTARA PROPINSI SULAWESI SELATAN

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN SUMBA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB 4 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

V. HASIL DAN INTERPRETASI. panas bumi daerah penelitian, kemudian data yang diperoleh diolah dengan

EKSPLORASI BIJIH BESI DENGAN METODE DIPOLE-DIPOLE DAN GEOMAGNET DI WILAYAH GANTUNG, KABUPATEN BLITUNG TIMUR, PROVINSI BLITUNG

IDENTIFIKASI SEBARAN BIJI BESI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET DI DAERAH GUNUNG MELATI KABUPATEN TANAH LAUT

EKSPLORASI TIMAH DAN REE DI PULAU JEMAJA, KECAMATAN JEMAJA KABUPATEN ANAMBAS, PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Kata kunci: Bukitbakar, Ulurabau, Solok, geomagnetik, anomali, gamma

Survei Magnetotellurik (MT) dan Time Domain Electro Magnetic (TDEM) Daerah Panas Bumi Dua Saudara, Provinsi Sulawesi Utara

SURVEI MEGNETOTELLURIK DAERAH PANAS BUMI BUKIT KILI GUNUNG TALANG, KABUPATEN SOLOK, SUMATERA BARAT. Muhammad Kholid, Harapan Marpaung

SURVEI MAGNETOTELURIK (MT) DAERAH PANAS BUMI SUMANI, PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014

SURVEI MAGNETOTELURIK DAN TDEM DAERAH PANAS BUMI WAY SELABUNG KABUPATEN OKU SELATAN, PROVINSI SUMATERA SELATAN

Identifikasi Sesar di Perairan Misool, Papua Barat dengan Menggunakan Metode Magnetik Nur Novita Sari a, Okto Ivansyah b, Joko Sampurno a*

SURVEY GEOLISTRIK DI DAERAH PANAS BUMI KAMPALA KABUPATEN SINJAI SULAWESI SELATAN

Bab I. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

PEMODELAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH SUMBER AIR PANAS SONGGORITI KOTA BATU BERDASARKAN DATA GEOMAGNETIK

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN 50 KOTA DAN SIJUNJUNG, PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB V INTERPRETASI HASIL PENGUKURAN RESISTIVITAS

SURVEI MAGNETOTELURIK DAN GAYA BERAT DAERAH PANAS BUMI LILLI-MATANGNGA KABUPATEN POLEWALI MANDAR, PROVINSI SULAWESI BARAT

SURVEI ALIRAN PANAS (HEAT FLOW) DAERAH PANAS BUMI PERMIS KABUPATEN BANGKA SELATAN, PROVINSI BANGKA BELITUNG

Franklin Kelompok Penyelidikan Mineral, Pusat Sumber Daya Geologi

SURVEI MAGNETOTELURIK DAERAH PANAS BUMI WAY SELABUNG KABUPATEN OKU SELATAN, SUMATERA SELATAN. Oleh: Asep Sugianto dan Yudi Aziz Muttaqin

BAB V PEMBAHASAN DAN INTERPRETASI

SURVEI MAGNETOTELURIK DAERAH PANAS BUMI LAINEA KABUPATEN KONAWE SELATAN, SULAWESI TENGGARA. Oleh: Pusat Sumber Daya Geologi. Puslitbang Geotek LIPI

BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

Cross Diagonal Survey Geolistrik Tahanan Jenis 3D untuk Menentukan Pola Penyebaran Batuan Basal di Daerah Pakuan Aji Lampung Timur

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Interpretasi Kualitatif Anomali Magnetik di Daerah Semburan Gas

Program Studi Geofisika Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin SARI BACAAN

GEOFISIKA EKSPLORASI. [Metode Geolistrik] Anggota kelompok : Maya Vergentina Budi Atmadhi Andi Sutriawan Wiranata

Gravitasi Vol. 14 No.2 (Juli-Desember 2015) ISSN:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Triantara Nugraha, 2015

183 PENDUGAAN BIJIH BESI DENGAN GEOLISTRIK RESISTIVITY-2D DAN GEOMAGNET DI DAERAH SEBAYUR, DESA MAROKTUAH, KEC

PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 2 (2015), Hal ISSN :

APLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE UNTUK IDENTIVIKASI POTENSI SEBARAN GALENA (PBS) DAERAH-X, KABUPATEN WONOGIRI

Pemetaan Sebaran Endapan Mineral Logam Berdasarkan Interpretasi Data Polarisasi Terimbas di Lapangan X PT Newmont Nusa Tenggara (PT NNT)

Karakterisasi Panasbumi di Sumber Air Panas dengan Menggunakan Metode Geomagnet (Studi Kasus: Sumber Air Panas Panggo Kabupaten Sinjai)

ANALISIS KEBERADAAN BIJIH BESI MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK 2D DI LOKASI X KABUPATEN LAMANDAU KALIMANTAN TENGAH

BAB III LANDASAN TEORI

ANALISIS DATA INVERSI 2-DIMENSI DAN 3-DIMENSI UNTUK KARAKTERISASI NILAI RESISTIVITAS BAWAH PERMUKAAN DI SEKITAR SUMBER AIR PANAS KAMPALA

Survei Terpadu AMT dan Gaya Berat daerah panas bumi Kadidia Selatan, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah

IDENTIFIKASI POTENSI SUMBER DAYA TIMAH PRIMER DENGAN MENGGUNAKAN INDUKSI POLARISASI DAN RESISTIVITAS DAERAH BUKIT PUYUH KEC.

SURVEI ALIRAN PANAS DAERAH PANAS BUMI LAINEA, KABUPATEN KONAWE SELATAN, PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Identifikasi Keretakan Beton Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas Timotius 1*), Yoga Satria Putra 1), Boni P. Lapanporo 1)

Pendugaan Akuifer serta Pola Alirannya dengan Metode Geolistrik Daerah Pondok Pesantren Gontor 11 Solok Sumatera Barat

BAB I PENDAHULUAN I.1.

EKSPLORASI UMUM MINERAL LOGAM MULIA DAN LOGAM DASAR DI DAERAH PERBATASAN MALAYSIA-KABUPATEN SANGGAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT

SURVEI TERPADU GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELLURIC

PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DAN HEAD-ON DAERAH PANAS BUMI SEMBALUN, KABUPATEN LOMBOK TIMUR - NTB

MODEL SISTEM PANAS BUMI BERDASARKAN DATA GRAVITY PADA DAERAH SONGA - WAYAUA, PULAU BACAN, MALUKU UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Sepertiga wilayah Indonesia berada di atas permukaan laut yakni belasan

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 01 (2016), Hal ISSN :

termineralisasi dan tanah, akan tetapi tidak semua unsur dibahas dalam makalah ini karena tidak menunjukkan hasil yang signifikan.

Identifikasi Struktur Lapisan Bawah Permukaan Daerah Manifestasi Emas Dengan Menggunakan Metode Magnetik Di Papandayan Garut Jawa Barat

Penyelidikan Geolistrik Schlumberger di Daerah Panas Bumi Jaboi Kota Sabang, Provinsi Nangroe Aceh Darussalam

Gambar 3.1 Lokasi lintasan pengukuran Sumber: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SURVEI GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELLURIC (AMT) DI DAERAH PANAS BUMI SAJAU, KABUPATEN BULUNGAN, PROVINSI KALIMANTAN UTARA

Identifikasi Struktur Lapisan Bawah Permukaan Daerah Potensial Mineral dengan Menggunakan Metode Gravitasi di Lapangan A, Pongkor, Jawa Barat

BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENELITIAN GEOMAGNETIK DI DAERAH PANAS BUMI LOMPIO KECAMATAN SIRENJA KABUPATEN DONGGALA PROPINSI SULAWESI TENGAH. Oleh : Imanuel Musa Foeh

INVESTIGASI PENYEBARAN LAPISAN PEMBAWA EMAS MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITY DI KELURAHAN LATUPPA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Utara secara geografis terletak pada 1ºLintang Utara - 4º Lintang Utara dan 98 Bujur Timur Bujur

INTRUSI VULKANIK DI PERAIRAN SEKOTONG LOMBOK BARAT

Identifikasi Bijih Besi dengan Metode Geolistrik di Tanah Laut Deddy Yuliarman, Sri Cahyo Wahyono *, Sadang Husain

Metode Induced Polarization Untuk Eksplorasi Mineral Emas Daerah B Gunawan Setiono dan Dr.Supriyanto. Abstrak

PENENTUAN ZONA PENGENDAPAN TIMAH PLASER DAERAH LAUT LUBUK BUNDAR DENGAN MARINE RESISTIVITY Muhammad Irpan Kusuma 1), Muhammad Hamzah 2), Makhrani 2)

SURVEI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DENGAN METODE SELF POTENTIAL UNTUK MENGETAHUI POTENSI PANAS BUMI (STUDI KASUS OBYEK WISATA GUCI, JAWA TENGAH)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1.

Optimalisasi Desain Parameter Lapangan Untuk Data Resistivitas Pseudo 3D

Transkripsi:

Survei Polarisasi Terimbas (IP) Dan Geomagnet Daerah Ulusuiti dan Tanjung Lima Kapas, Kabupaten Solok Selatan, Provinsi Sumatera Barat Oleh : Yudi Aziz Muttaqin Kelompok Penyelidikan Bawah Permukaan Pusat Sumber Daya Geologi ABSTRAK Daerah Ulusuliti dan Tanjung Lima Kapas di Kabupaten Solok Selatan Provinsi Sumatera Barat mempunyai zona sebaran mineralisasi yang terbentuk dari adanya Sesar, adanya terobosan/intrusi dari batuan granit/granodiorit, yang disertai dengan adanya larutan hidrotermal yang di ikuti dengan pembentukan mineral sulfida, serta adanya sistem kontak/metasomatisme dengan batuan gamping. Oleh sebab itu perlu dilakukan penyelidikan polarisasi terimbas (IP) dan geomagnet untuk mengetahui sebaran endapan mineral logam sulfida seperti bijih besi, tembaga, emas, perak yang potensial. Dari hasil pengolahan data polarisasi terimbas diduga lapisan batuan sulfida dengan tahanan jenis 750 Ohmm terdeteksi pada kedalaman 74 meter - 121 meter yang diikuti oleh lapisan batuan sulfida, yang diduga dengan nilai chargeability 55 mv/volt dengan diduga keberadaan batuan sulfida pada kedalaman sekitar 34 meter dan menerus sampai ke kedalaman 121 meter. Dimana hasil pengukuran I.P menunjukkan keterdugaan mineral sulfida pada lintasan: B, H dan I. Sedangkan untuk hasil survei Geomagnet di dapatkan nilai anomali magnet total daerah survei mulai dari -300 nt sampai dengan 1500 nt. Anomali yang menarik di daerah ini berada di titik R-123, di bagian TimurLaut di dalam lintasan I.P dan sisi BaratDaya diluar lintasan I.P dengan nilai magnetik sekitar 0-400nT, dimana di daerah tersebut terdapat pasangan anomali rendah (negatif) dan tinggi (positif). Bodi tersebut diduga berupa intrusi granitan yang menjadi penyebab terbentuknya sistem hidrotermal. Hasil kompilasi data geosain menunjukkan zona prospek terdapat di batuan sulfida ini diperkirakan berasosiasi dengan batu granodiorit dan batu gamping. Karena itu zona prospek batuan sulfida diperkirakan berada di sebelah timurlaut dan baratdaya dengan luas sekitar 718.598 m 2 718 ribu m 2. Berdasarkan perhitungan, sumberdaya hipotetik yang diduga batuan sulfida yang prospek, dengan asumsi nilai densitas batuan 2.89 kg/m 3, berdasarkan distribusi sumber daya hipotetiknya tonase batuan sulfi da diperkirakan sebesar 180.677.095 Kg 180 ribu Ton. Kata Kunci: Polarisaisi Terimbas, Geomagnet, Mineral Logam, Ulusuliti dan Tanjung Lima Kapas 1. PENDAHULUAN Daerah Ulusuliti dan Tanjung Lima Kapas Kabupaten Solok Selatan Provinsi Sumatera Barat merupakan salah satu daerah yang mempunyai sebaran mineral logam yang potensial. Kabupaten Solok dan Solok Selatan, khususnya daerah Pantai Cermin dan Sungai Pagu telah diselidiki oleh tim geologi dari Pusat Sumber Daya Geologi sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 (termasuk kerjasama dengan China Geological Resources, Pemerintah Tiongkok). Berbagai kegiatan penyelidikan telah dilakukan di daerah tersebut dan hasilnya memperlihatkan, bahwa daerah ini mempunyai potensi sumber daya mineral logam khususnya logam besi dan logam lainnya yang cukup potensil untuk dikembangkan. Dengan melakukan eksplorasi geofisika menggunakan metode polarisasi terimbas (IP) dan geomagnet diharapkan dapat diketahui sebaran zona mineralisasi pada bawah permukaan. Lokasi daerah penyelidikan termasuk kedalam wilayah Ulusuliti dan Tanjung Lima Kapas, Kabupaten Solok Selatan, Provinsi Sumatera Barat. Secara geografis 714.500 me - 716.500 me dan 9.856.500

mn 9.853.500 mn, zona 47 belahan bumi selatan, dengan luas daerah penyelidikan sekitar 2,4 km x 2,8km (gambar 1). Berdasarkan hasil penyelidikan sebelumnya (Ir. Franklin, dkk. 2014), morfologi daerah Ulusuliti dan Tanjung Lima Kapas dibagi menjadi morfologi dibagi menjadi 3 (tiga) satuan yaitu : perbukitan tinggi, perbukitan rendah dan pedataran. Berdasarkan ciri-ciri litologi yang teramati di lapangan, terdapat empat satuan batuan dengan urut-urutan dari tua ke muda yaitu : Satuan Batugamping, Satuan Granodiorit, Satuan Gabro dan Satuan Breksi. (gambar 2). Struktur yang berkembang di daerah ini secara umum mempunyai arah relatif baratdaya-timurlaut dan baratlaut-tenggara. Ubahan dan mineralisasi di daerah Ulu Suliti dan Tanjung Lima Kapas menghasilkan beberapa tipe antara lain: 1) Mineral Lempung-Oksida Besi, dimana penyebaran ubahan hidrotermal tersebut diperkirakan terpusat pada kontak terobosan antara Satuan Granodiorit - Satuan Batugamping. 2) Mineral-mineral ubahan kuarsa-klorit-epidot hadir pada Satuan Granodiorit dengan mineral bijih berupa bijih besi dan pirit. Penyebaran ubahan hidrotermal tersebut diperkirakan terbentuk di luar kontak terobosam Satuan Granodiorit-Satuan Batugamping. 3) Mineral-mineral ubahan silika-mineral lempung hadir pada Satuan Granodiorit. Penyebaran ubahan hidrotermal tersebut diperkirakan terbentuk overprinted dengan ubahan mineral lempung-oksida besi. 2. METODE DAN TEORI Penyelidikan polarisasi terimbas (IP) meliputi pengambilan data dengan konfigurasi dipole-dipole sebanyak 11 lintasan berarah baratdaya-timurlaut dengan jarak elektroda a = 50 meter, panjang lintasan 1200 meter dan jarak antar lintasan antara 100m - 300m (gambar 3). Pada metode ini arus listrik diinjeksikan ke dalam bumi melalui dua buah elektroda arus, kemudian beda potensial yang terjadi diukur melalui dua buah elektroda potensial sehingga didapat nilai tahanan jenis dan nilai chargeability. Ditunjukkan pada gambar 4. Penyelidikan geomagnet meliputi kegiatan akuisisi data meliputi pengukuran di titik ukur geomagnet di titik yang telah ditentukan (gambar 5) dan di titik base untuk mengukur nilai variasi harian. Kemudian dilakukan pengambilan conto batuan untuk diukur nilai kerentanan magnetiknya. Selanjutnya dilakukan pengolahan data geomagnet setelah dikoreksi oleh nilai variasi harian dan nilai IGRF untuk menghasilkan peta anomali magnet total. 3. HASIL PENYELIDIKAN Hasil penyelidikan polarisasi terimbas (IP) disajikan dalam bentuk model lateral perkedalaman dan model penampang 2 dimensi berupa sebaran data tahanan jenis dan sebaran data chargeability. Hasil penyelidikan geomagnet disajikan dalam bentuk model lateral berupa sebaran data intensitas magnet total. Pada kedalaman 17 meter sebaran tahanan jenis rendah 0 100 Ohm.m Nilai tahanan jenis rendah ini diinterpretasikan sebagai respon dari batuan sedimen yang mendominasi hampir seluruh daerah survei. Nilai tahanan jenis tinggi ( > 1000 ohm.m) yang di duga berasosiasi dengan batuan gamping, breksi dan ultrabasa. Pada peta tahanan jenis kedalaman 34 meter, sebagian besar masih memiliki nilai resistivitas rendah dengan beberapa spot spot yang memiliki anomali resistivitas yang tinggi dengan pola yang berarah relatif baratlaut tenggara. Sedangkan untuk nilai chargeability pada kedalaman 34 meter ini juga cenderung didominasi oleh nilai chargeability rendah. Serta ada beberapa spot-spot yang menunjukkan nilai chargeability sebagian besar di lintasan C dan i. Pada kedalaman 53 meter nilai tahanan jenis sedang ke tinggi berupa spot-spot di sekitar lintasan: B, C, D berarah barat laut dan diantara lintasan K berarah tenggara. Dimana pada kedalaman ini nilai tahanan jenis yang paling tinggi di sekitar lintasan C-200 dan D-200, yang lainya hanya menunjukkan spot-spot nilai tahanan jenis yang sedang. Pada kedalaman ini nilai

Chargeability menunjukan pola yang hampir sama dengan nilai Chargeability pada kedalaman sebelumnya. Anomali tinggi mendominasi nilai Chargeability pada lintasan B, C, H dan lintasan I. Sedangkan pada lintasan H dan I terlihat anomali tinggi hanya berada pada bagian timur. Nilai Chargeability tersebut masih berasosiasi dengan nilai resistivitas yang rendah, namun juga terdapat beberapa spot spot dengan nilai resistivitas yang sedang. Hal yang menarik dapat dilihat pada kedalaman 74 meter, dimana nilai tahanan jenis tinggi berupa spot-spot pada lintasan B (sekitar titik B-450), H (sekitar titik H- 350), I (sekitar I-800) dan hal tersebut menerus di kedalaman selanjutnya yaitu di kedalaman 95 meter. Pada kedalaman ini, nilai spot-spot chargeability yang tinggi pada kedalaman sebelumnya 53 meter masih terlihat konsisten keberadaannya pada kedalaman 74 meter, serta masih adanya kemenerusan di kedalaman selanjutnya yaitu di 95 meter, yaitu di lintasan B (sekitar titik B-450 s/d B-600), lintasan C (sekitar titik C-700 s/d C-1000), lintasan D (sekitar titik D-700 s/d D-950), lintasan H (sekitar titik H-350 s/d H-450), lintasan i (sekitar titik i-150 s/d i-300 dan i-600 s/d i- 900) dan lintasan J (sekitar lintasan J-150 s/d J-200, J-400 s/d J-550dan J-800 s/d J- 950). Serta pada kedalaman ini, terlihat adanya nilai chargeability tinggi yang berasosiasi dengan nilai resistivitas yang tinggi pula yang terlihat lintasan B, H dan I di daerah penelitian. Pada kedalam 95 meter sudah mulai tampak jelas spot-spot nilai tahanan jenisnya yaitu di lintasan: B, H dan I. Dan pada spot-spot lintasan tersebut adanya kemenerusan di kedalaman 121 meter atau dengan kata lain menunjukan adanya pola yang sama dengan kedalaman sebelumnya. Nilai chargeability tinggi yang terlihat dikedalaman sebelumnya masih memperlihatkan konsistensi keberadaannya pada kedalaman 95 meter. Namun pada kedalaman 95 meter ini terlihat bahwa nilai chargeability tinggi mendominasi hampir semua area penelitian. Nilai Chargeability tinggi mendominasi di bagian selatan daerah penelitian. Pada kedalaman 121 meter, hampir semua area memiliki tahanan jenis sedang ke tinggi baik di lintasan: B, D, F, H, I dan J. Dan adanya kemenerusan tahanan jenisnya di kedalaman sebelumnya di 95 meter, yaitu di lintasan B, H dan I. Nilai chargeability tinggi pada kedalaman ini menunjukkan spot-spot pada daerah utara dan selatan yaitu di lintasan A sampai dengan F dan H sampai dengan J masih memiliki pola yang sama dengan kedalaman sebelumnya yaitu adanya nilai yang tinggi di daerah penelitian. Serta adanya kesamaan dengan nilai tahan jenis tinggi dengan chargeability pada lintasan yang sama yaitu B, H dan I di daerah penelitian. Hasil penampang tahanan jenis dan chargeability pada lintasan A secara umum terdapat adanya titik dengan nilai chargeability tinggi. Yaitu berada dibawah titik A-750 hingga A-950 dimana nilai chargeability tinggi berasosiasi dengan nilai resistivitas rendah. Nilai tahanan jenis itu terdapat dibawah titik A-750 hingga titik A-900 yang memiliki asosiasi dengan nilai resistivitas rendah hingga tinggi. Zona chargeability tinggi pada lintasan B diperlihatkan pada. Secara umum terlihat memanjang dibawah titik B-400 hingga titik B-900. Nilai chargeability tinggi ini berasosiasi dengan nilai resistivitas rendah namun terdapat nilai resisitivitas yang tinggi yang berada dibawah titik B-400 hingga B-550. Nilai chargeability tinggi tinggi pada lintasan C diperlihatkan adanya dua (2) zona. Dengan nilai chargeability tersebar memanjang dibawah titik C-300 hingga C- 500 dan C-700 hingga C-1000 dimana sebagian besar nilai chargeability tinggi tersebut berasosiasi dengan nilai resistivitas yang kecil. Pada lintasan D ini terlihat adanya dua (2) zona yang memiliki nilai chargeability tinggi yang berasosiasi dengan nilai resistivitas yang tinggi. Zona pertama berada dibawah titik D-200 hingga D-450. Dan zona kedua berada dibawah titik D-700 hingga D-950. Nilai chargeability tinggi pada lintasan ini berada dibawah titik E-700 hingga E-950

yang berasosiasi dengan nilai resistivitas yang sedang dan beberapa bagian dengan nilai resistivitas rendah dan beberapa bagian bernilai resistivitas tinggi. Pada lintasan F, nilai chargeability tinggi ditemui ada dua (2) zona disepanjang lintasan. Zona pertama berada dibawah titik F-500 hingga F-650 yang berasosiasi dengan nilai tahanan jenis tinggi. Titik ketiga berada dibawah titik F-800 hingga F- 950 yang memiliki nilai chargeability tinggi yang berasosiasi dengan nilai resistivitas yang rendah. Nilai chargeability tinggi pada lintasan G memiliki dua (2) zona, dimana dua zona tersebut berasosiasi dengan nilai tahanan jenis rendah hingga sedang. Zona pertama terdapat dibawah titik G-500 hingga G-650 dan yang zona kedua ditemui dibawah titik ukur G-850 hingga G-1000. Daerah mineralisasi pada lintasan H terlihat dibawah titik ukur H-200 hingga H- 450 dan juga dibawah titik H-600 sampai H-750 dimana keduanya memiliki chargeability tinggi dengan nilai resistivitas yang sedang sampai. Pada lintasan I, zona mineralisasi masih terlihat keberadaannya dibawah titik I-50 hingga titik I-300 yang memiliki nilai chargeability tinggi dengan asosiasi nilai resistivitas yang tinggi pula. Selain itu juga terdapat dibawah titik I-550 hingga I-1050 yang juga masih memiliki nilai chargeability tinggi dan juga nilai resistivitas yang sedang sampai tinggi. Nilai chargeability tinggi pada lintasan K terdapat dibawah titik ukur K-400 hingga K- 750 yang berasosiasi dengan nilai tahanan jenis rendah dan tinggi. Pada Lintasan J ini, terdapat beberapa zona mineralisasi yang prospek. Zona pertama berada dibawah titik J 50 hingga J 250 disini terlihat adanya nilai chargeability tinggi dengan asosiasi nilai resistivitas yang sedang. Zona kedua berada dibawah titik J 350 hingga J 950 pada zona ini nilai chargeability tinggi berasosiasi dengan nilai tahan jenis sedang sampai tinggi dan zona ketiga ditemui dibawah titik ukur J 1100 hingga J 1200 yang merupakan zona dengan nilai chargeability tinggi yang berasosiasi dengan nilai resistivitas yang tinggi pula. Nilai chargeability tinggi pada lintasan K terdapat dibawah titik ukur K-400 hingga K- 750 yang berasosiasi dengan nilai tahanan jenis rendah dan tinggi Berdasarkan data tahanan jenis dan chargeability,keberadaan zona mineralisasi ditunjukkan oleh nilai chargeability tinggi yang berasosiasi dengan batas zona tahanan jenis tinggi yang menerobos ke zona tahanan jenis sedang. Zona chargeablity tinggi diindikasikan sebagai batuan yang mengandung mineral logam. Keberadaan batuan yang mengandung mineral logam biasanya memiliki sifat kemagnetan yang cukup tinggi yang bisa di identifikasi menggunakan metode geomagnet. Hasil dari penyelidikan titik ukur geomagnet berjumlah 1229 titik yang tersebar 1052 titik di dalam lintasan IP dan 177 titik secara acak/random di luar lintasan dengan nilai IGRF 42942.60 nt, mempunyai rentang nilai intensitas magnet total dari -300 nt sampai dengan 1500 nt. Pola anomali magnet magnet total ditunjukkan bahwa nilai intensitas magnet yang rendah (< -300 nt) berada di barat daya dari lokasi penyelidikan yaitu pada titik ukur R-123 dan kemungkinan berupa spot memanjang. Disebelah timur laut terdapat nilai anomali rendah, yang ada kemungkinan masih membuka jika lokasi penyelidikan diperbesar. Pada peta intensitas magnet total, target anomali yang di cari masih membentuk pola dipol (dwi kutub). Pada data anomali magnetik ini dilakukan kontinuasi ke atas (upward continuation) dengan ketinggian yang bervariasi dari 25 meter hingga 200 meter. Kontinuasi ke atas ini dilakukan untuk menghilangkan noise-noise yang bersifat lokal dan melihat anomali secara lebih regional. Hasil kontinuasi ke atas 25 meter, 50 meter dan 100 meter masih memperlihatkan adanya spot-spot kecil pada peta anomali magnet. Spot-spot kecil ini umumnya menunjukkan anomali yang bersifat dangkal atau noise. Hasil kontinuasi ke atas 100 meter dan 200 meter memperlihatkan pola anomali yang

lebih regional, ditandai dengan pola kontur yang lebih smooth. Anomali magnet rendah terdapat di bagian barat daya dari daerah survey berupa kontur menutup yang diperkirakan merupakan batuan granodiorit yang dapat disetarakan dengan Batuan Granitan berumur Kapur. Anomali magnet sedang hampir mendominasi daerah survey terletak di bagian tenggara berdekatan dengan daerah anomali rendah, namun lebih mendekati tengah daerah survey. Dari hasil survey geologi, di daerah anomali tersebut merupakan daerah struktur yang di permukaan tersingkap kontak terobasan antara batuan granodiorit dan batu gamping. Daerah anomali sedang lainnya terletak di bagian tenggara daerah survey berupa kontur menutup. Daerah tersebut tersebut diperkirakan batuan breksi yang terdapat singkapannya di permukaan. Daerah anomali magnet tinggi terdapat dipertengahan antara bagian tengah dan bagian timur laut daerah survey. Diperkirakan daerah tersebut merupakan daerah kontak dari berbagai jenis satuan batuan, diantaranya satuan batuan gamping, satuan batuan granodiorit, satuan batuan gabro dan satuan batuan breski tufa. Di daerah tersebut merupakan daerah struktur yang kompleks, yang banyak ditemukan berbagai patahan-patahan dan zona breksiasi. Nilai anomali magnet lokal daerah survey berkisar antara -400 nt s/d 850 nt, namun secara umum nilai anomali magnet sedang mendominasi daerah survey. Untuk menentukan zona mineralisasi dan atau zona ubahan mineral indikatornya adalah nilai anomali magnet yang tinggi. Seperti halnya pada peta anomali magnet regional, pada anomali magnet lokal pun anomali magnet tinggi berada di pertengahan antara bagian tengah dan bagian barat daya daerah survey. Di daerah anomali tinggi tersebut di temukan sesar-sesar. Struktur tersebut sangat erat kaitannya dalam proses terjadinya mineralisasi, karena zona mineralisasi tersebut umumnya terjadi pada zona sesar/hancuran. Hasil penyelidikan geomagnet menunjukkan terdapat dua buah zona anomali tinggi dan diindikasikan sebagai zona mineralisasi dan ubahan ditandai dengan nilai anomali positif tinggi ( > 700 nt). Zona anomali tinggi yang pertama mengindikasikan zona mineralisasi, namun belum bisa ditentukan jenisnya. Dari pengamatan geologi di daerah tersebut ditemukan satuan batugamping dan satuan granodiorit. Dimana di keduanya teramati adanya mineral logam sulfida (bijih besi,pirit, kalkopirit, malakit). Ubahan hidrotermalnya terpusat pada zona terobosan gamping dan granodiorit. Dari data geofisika dan geologi tersebut, maka daerah tersebut diindikasikan terdapat zona mineralisasi mineral sulfida, dengan volume yang belum bisa ditentukan. Di zona anomali tinggi yang lain, secara pengamatan geologi di temukan adanya ubahan mineral lempung, oksida besi dengan sedikit klorit yang terdapat di satuan batuan breksi-tufa. Namun belum bisa dipastikan keberedaan zona ubahannya. Terdapat juga mineral bijih besi, namun dengan nilai kemagnetan yang rendah. 4. PEMBAHASAN Secara genetik sulfida di daerah Ulu Suliti dan Tanjung Lima Kapas diduga terbentuk oleh penyebaran ubahan hidrotermal, diperkirakan terpusat pada kontak terobosan antara Satuan Granodiorit - Satuan Batugamping dan menyebar secara lateral akibat kehadiran struktur-struktur yang terbentuk sebelum atau ketika aktivitas magmatik berlangsung. Karena itu hasil survei geofisika diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai keberadaan intrusi granit sebagai batuan pembawa mineral sulfida. Secara umum batuan yang mengalami mineralisasi ataupun alterasi akan mengalami perubahan sifat fisika maupun sifat kimia. Batuan yang mengandung mineral sulfida umumnya memiliki nilai tahanan jenis rendah (konduktif), sedangkan sifat kemagnetannya relatif lebih tinggi dari

batuan di sekitarnya. Kontras dan perubahan sifat fisika ini dapat menjadi acuan dalam melakukan interpretasi geofisika. Berdasarkan hasil survei IP peta persebaran chargeability terlihat adanya pola yang terbentuk yang dimulai dari kedalaman kurang dari 74 meter. Nilai chargeability tinggi memiliki pola yang berarah relatif baratdaya timurlaut, dimana berupa spot-spot kebanyakan di lintasan B- C-D dan H-I-J. Pola ini masih terlihat hingga kedalaman 121 meter. Nilai chargeability yang tinggi ini berasosiasi dengan nilai tahanan jenis rendah hingga tinggi. Pada kedalaman 34 meter dan 53 meter, nilai chargeability tinggi memiliki asosiasi dengan tahanan jenis yang dominan rendah ke sedang. Hanya di beberapa spot yang memiliki tahanan jenis tinggi. sedangkan pada kedalaman 74 meter hingga 121 meter, terdapat nilai tahanan jenis yang konsisten muncul pada area baratdaya, tenggara dan baratlaut daerah penelitian. Anomali menarik diperlihatkan berada di sebelah timurlaut, selatan dan baratdaya untuk geomagnet di lintasan: A, E, K yaitu di titik A-1100, E-1025, K-1062.5 dan regional R-123. Serta untuk IP di lintasan B di titik B-500, lintasan H di titik sekitar H- 400, lintasan I di titik I-250 dan I-800 dengan kemungkinan kedalaman titik bor uji di sekitar kurang lebih 74m - 121m. Dimana pendugaan luas prospek sekitar 718.598 m 2 718 ribu m 2. Berdasarkan perhitungan dari datadata geofisika, dimana pendugaan sumberdaya hipotetik batuan pembawa mineral/sulfida yang prospek, dengan asumsi nilai densitas batuan 2.89 kg/m 3, tonase batuan sulfida diperkirakan sebesar 180.677.095 Kg 180 ribu Ton. 5. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil survei IP dan geomagnet, daerah Ulu Suliti dan Tanjung Lima Kapas, didominasi oleh nilai tahanan jenis rendah dan chargeability rendah yang berasosiasi dengan batuan sedimen di bagian tengah pada kedalaman kurang dari 74 m. Di sebelah timurlaut dan baratdaya ditemukan nilai tahanan jenis dan chargeability tinggi yang diinterpretasikan sebagai indikasi keberadaan intrusi granitan berupa sulfida. Dari hasil penampang tahanan jenis dan chargeability 2D, nilai tahanan jenis dan chargeability tinggi yang diduga sebagai respon dari batuan granitan terlihat pada kedalaman 74 m dan menerus hingga ke dalaman 95 m dan 121 m. Interpretasi keberadaan mineral logam / sulfida di daerah ini diperkuat dengan adanya pasangan anomali magnet rendah dan anomali magnet tinggi di sebelah timurlaut dan baratdaya. Pasangan anomali magnet ini mengindikasikan keberadaan batuan yang lebih magnetis daripada batuan di sekitarnya (batuan sedimen). Batuan sulfida ini diperkirakan berasosiasi dengan batu granodiorit dan batu gamping yang sampai saat ini masih menjadi pertanyaan mengenai keberadaannya. Pengeboran uji diperlukan untuk membuktikan keberadaan intrusi diorite tersebut yang dianggap sebagai penyebab mineralisasi. Pengeboran dilakukan sebaiknya di titik D- 600, atau I-150 dan I-500 dan kemungkinan di titik M-400 dan M-750. Kedalaman pengeboran disarankan mulai 63 m hingga 100 m. Pengeboran uji di daerah prospek perlu dilakukan untuk membuktikan dan lebih menegaskan mengenai keberadaan batuan granodiorit dan batu gamping sebagai indikasi adanya mineral logam/sulfida. Pengeboran sebaiknya dilakukan pada perkiraan zona prospek, yaitu di sebelah timurlaut daerah survei di sekitar titik B-500, H-400, I-250, I-600 dan baratdaya diluar lintasan IP, yaitu hasil pengukuran dari geomagnet di titik R-123, A-1100, E-1025 dan K-1062.5. Hasil pemodelan tahanan jenis dan chargeability 2D pada lintasan B, H dan I memperlihatkan bahwa anomali yang diduga sebagai batuan sulfida berada pada kedalaman kurang lebih 74 m dan menerus hingga ke 121 m. Karena itu kedalaman pengeboran uji disarankan lebih dari 100 m.

6. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih tim penulis hantarkan kepada para staf Pusat Sumber Daya Geologi bidang bawah permukaan dan mineral logam yang telah berperan serta dalam penulisan ini. Telford, W.M., L.P. Geldert, R.E. Sheriff, and D.A. Keys.1990. Applied Geophysics. Cambridge University Pres: Cambridge, UK. DAFTAR PUSTAKA BPS Solok Selatan (2012), Solok Selatan Dalam Angka. Crow, M.J., Johnson, C.C., McCourt, W.J. dan Harmanto, 1993, Geokimia Regional Lembar Painan dan Muara Siberut, Direktorat Sumberdaya Mineral, Bandung. Ernowo, 2011, Penyelidikan Anomali geokimia stream sedimen di wilayah Solok Selatan, Pusat Sumber Daya Geologi Bandung Franklin, 2014, Penyelidikan Untuk Menentukan Wilayah Pengeboran Eksplorasi Logam Besi dan Logam Lainnya Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Solok Selatan dan Kecamatan Pagu Kabupaten Solok Selatan Provinsi Sumatera Barat. Keller G.V. and Frischknecht F.C.,1966. Electrical methods in geophysical prospecting. PT.Bumi Surya Kirana (2012), Survey Induce Polarization dan Magnetic untuk Eksplorasi Bijih Besi di Daerah Pekan Rati Sumatera barat Rosidi, 1996, Peta Geologi Lembar Painan, Sumatera skala 1 : 250.000. PPPG, Bandung. Suganda, E dan Johnson, C.C., 1993, Geokimia Regional Lembar Sungai Penuh dan Ketaun, Direktorat Sumberdaya Mineral, Bandung

Gambar 1 Peta Indeks daerah survei Geomagnet dan IP, Solok Selatan, Provinsi Sumatra Barat Gambar 2. Peta Geologi daerah Survey IP dan Geomagnet Solok Selatan

Gambar 3 Peta sebaran titik ukur IP Gambar 4. Peta sebaran titik ukur Geomagnet

Gambar 5. Peta sebaran tahanan jenis dan chargeability per kedalaman

Gambar 6. Peta Anomali Magnet Total daerah Solok Selatan Gambar 8. Penampang 2D kedalaman 74 meter Daerah prospek, lintasan B, H dan I

Gambar 9. Interpretasi Geofisika Terpadu Daerah prospek berdasarkan data peta sebaran IP 74 meter dan peta anomali magnet total