PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KENTANG MERAH PADA LAHAN DATARAN TINGGI KABUPATEN REJANG LEBONG BENGKULU ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
PERTUMBUHAN DAN HASIL KENTANG MERAH DI DATARAN MEDIUM KABUPATEN REJANG LEBONG BENGKULU PENDAHULUAN

KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN HASIL KENTANG MERAH TERHADAP JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK YANG BERBEDA DI KABUPATEN REJANG LEBONG PENDAHULUAN

Tahun Bawang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

LAPORAN AKHIR PENGKAJIAN PELUANG PASAR DAN TEKNOLOGI PRODUKSI KENTANG MERAH SPESIFIK LOKASI DATARAN TINGGI DAN MEDIUM PROVINSI BENGKULU

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini

Jurnal Cendekia Vol 12 No 1 Januari 2014 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan, karena didukung oleh sumber daya alam dan sumber daya

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAMPINGAN KAWASAN PENGEMBANGAN AGRIBISNIS HORTIKULTURA DI KABUPATEN BANTAENG

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Kentang (Solanum tuberosum) merupakan sumber kalori

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Hasil Hasil yang diamati dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman, umur berbunga, jumlah buah, dan berat buah.

Buletin IKATAN Vol. 3 No. 2 Tahun

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK NPK PELANGI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN TERUNG (Solanum Melongena L)

PENGARUH BERBAGAI JENIS BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.)

TEKNOLOGI BUDIDAYA UBI KAYU UNTUK MENCAPAI PRODUKSI OPTIMAL

MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI INOVASI (m-p3mi) KOMODITAS KENTANG MERAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ADAPTASI BEBERAPA GALUR TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill.) DI LAHAN MEDIUM BERIKLIM BASAH DI BALI DENGAN BUDIDAYA ORGANIK

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH PENGGUNAAN JARAK TANAM TERHADAP HASIL TANAMAN KACANG PANJANG ( VIGNA SINENSIS ) OLEH NINDA AYU RACHMAWATI

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

I. PENDAHULUAN. Tanaman pangan adalah segala jenis tanaman yang di dalamnya terdapat

PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU JAGUNG LAHAN KERING DI KABUPATEN BULUKUMBA

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor

I. PENDAHULUAN. dikenal oleh masyarakat Indonesia. Komoditi kentang yang diusahakan

BAB I PENDAHULUAN. Komoditi hortikultura dalam negara agraris seperti Indonesia sangat besar,

HASIL DAN PEMBAHASAN

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai

I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sejak tahun Sentra produksi ubi jalar adalah Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah,

PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN SELUMA Studi Kasus: Lahan Sawah Kelurahan Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan ABSTRAK PENDAHULUAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di

I. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

(Shanti, 2009). Tanaman pangan penghasil karbohidrat yang tinggi dibandingkan. Kacang tanah (Arachis hypogaea) merupakan salah satu tanaman pangan

PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI

PELUANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS JAGUNG DENGAN INTRODUKSI VARIETAS SUKMARAGA DI LAHAN KERING MASAM KALIMANTAN SELATAN

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I. PENDAHULUAN. sayuran terutama sawi. Hal ini terjadi karena sawi memiliki kandungan gizi yang

M-KRPL MENGHIAS RUMAH DENGAN SAYURAN DAN UMBI- UMBIAN, SEHAT DAN MENGUNTUNGKAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Pemberian Kotoran Kambing Terhadap Sifat Tanah. Tabel 4.1. Karakteristik Tanah Awal Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kata kunci : Rhizobium, Uji VUB kedelai, lahan kering

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

KAJIAN PRODUKSI UBI DAN ACI TANAMAN UBIKAYU (Manihot esculenta CRANTZ) AKIBAT PEMANGKASAN TAJUK

Pengaruh Beberapa Jarak Tanam terhadap Produktivitas Jagung Bima 20 di Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan negara yang sangat mendukung untuk pengembangan agribisnis

HASIL DAN PEMBAHASAN

KERAGAAN BEBERAPA GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN SAWAH NUSA TENGGARA BARAT

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai

I. PENDHULUAN. pertanian dalam pembangun suatu perekonomian adalah menghasilkan bahan pangan

BAB I PENDAHULUAN. membengkak membentuk umbi lapis. Bagian yang membengkak berisi cadangan

KARYA ILMIAH TENTANG. Oleh SUSI SUKMAWATI NPM

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

SCHOOL GARDEN AJARKAN ANAK CINTA MAKAN SAYUR

LAMPIRAN. Lampiran 1. Layout Penelitian

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

HASIL PERCOBAAN. C N C/N P K Ca Mg ph Cu Zn Mn (%) (%) ppm Kompos 9,5 0,5 18,3 0,5 0,8 0,6 0,2 7,2 41,9 92,4 921,8 Kompos diperkaya

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pola hidup sehat semakin

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN

KERAGAAN BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO DI DAERAH ALIRAN SUNGAI BATANGHARI. Mildaerizanti, Desi Hernita, Salwati dan B.Murdolelono BPTP JAMBI BPTP NTT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya pemahaman dari masyarakat dalam pengolahan lahan merupakan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

I. PENDAHULUAN. dibutuhkan secara berkesinambungan, karena merupakan bahan pangan yang

Transkripsi:

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KENTANG MERAH PADA LAHAN DATARAN TINGGI KABUPATEN REJANG LEBONG BENGKULU Ahmad Damiri, Dedi Sugandi dan Eddy Makruf Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu ABSTRAK Kentang Merah merupakan salah satu komoditas sayuran yang dari waktu ke waktu semakin banyak diusahakan oleh petani Kabupaten Rejang Lebong, namun produktivitas yang dihasilkan masih rendah karena penerapan teknologi budidaya yang belum baik. Pengkajian bertujuan untuk : a) membandingkan paket dosis pupuk terhadap pertumbuhan, komponen produksi dan produksi Kentang Merah, b) membandingkan pengaruh jarak tanam terhadap pertumbuhan, komponen produksi dan produksi Kentang Merah. Metode pengkajian menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan empat ulangan yang diuji lanjut dengan LSD. Perlakuan terdiri dari kombinasi antara paket pupuk dan jarak tanam dalam bedengan. Paket pupuk terdiri dari : a) paket yang dicoba petani yaitu pupuk NPK Phonska 1.400 kg dan SP-36 400 kg/ha dan b) paket dosis pupuk anjuran Kentang Granola secara umum yaitu pupuk NPK Phonska 1.000 kg/ha). Sedangkan jarak tanam dalam bedengan terdiri dari : a) 30 cm, b) 35 cm, dan c) 40 cm). Pengkajian dilakukan pada bulan Mei sampai bulan Agustus 2012. dan jarak tanam dalam bedengan berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi tanaman Kentang Merah umur 6 mst, tetapi tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman umur 9 mst. Kombinasi paket pupuk NPK Phonska 1.400 kg dan SP-36 400 kg/ha dengan jarak tanam dalam bedengan 30 cm menunjukkan tinggi tanaman tertinggi (75,800 cm) dan berbeda dengan kombinasi lainnya pada tinggi tanaman umur 6 mst. Kombinasi paket pupuk NPK Phonska 1.400 kg dan SP-36 400 kg/ha dengan jarak tanam dalam bedengan 35 cm menunjukkan berat umbi pertanaman tertinggi (1,1989 kg). Kombinasi paket pupuk NPK Phonska 1.400 kg dan SP-36 400 kg/ha dengan jarak tanam dalam bedengan 35 cm yang 22,500 ton, tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dengan kombinasi paket pupuk NPK Phonska 1.000 kg/ha dengan jarak tanam dalam bedengan 35 cm yang 19,750 ton dan paket pupuk NPK Phonska 1.400 kg dan SP-36 400 kg/ha dengan jarak tanam dalam bedengan 40 cm yang 18,000 ton. Kata Kunci : kentang merah, dosis pupuk, jarak tanam, produksi PENDAHULUAN Kentang adalah salah satu jenis tanaman hortikultura yang dikonsumsi umbinya dan dikalangan masyarakat dikenal sebagai sayuran umbi. Kentang banyak mengandung zat karbohidrat, protein, mineral dan vitamin yang cukup baik, sedikit lemak dan tidak mengandung kolesterol, sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Tingginya kandungan karbohidrat menyebabkan kentang dikenal sebagai bahan pangan yang dapat mensubstitusi bahan pangan lain berasal dari beras, jagung (Departemen Pertanian, 2009). Menurut Adiyoga et al., (2004), beberapa penelitian di negara berkembang mengindikasikan adanya hubungan positif antara pendapatan dan konsumsi kentang. Pada tingkat pendapatan per kapita yang relatif rendah, konsumsi kentang ternyata masih jauh dari titik saturasi. Dengan demikian, sejalan dengan peningkatan pendapatan, konsumsi kentang di negara-negara berkembang juga akan semakin meningkat. Disamping pendapatan per kapita, pertumbuhan konsumsi kentang per kapita juga dipengaruhi oleh harga relatif dan ketersediaan bahan substitusi. Tingkat pertumbuhan ini juga merupakan fungsi dari selera, preferensi serta berbagai faktor demografis dan kultural. Di negara maju, kentang secara tipikal dianggap sebagai komoditas murah yang merupakan bahan baku pati/tepung, sedangkan di negara berkembang cenderung dikategorikan sebagai sayuran mahal dan terkadang mewah. Sejalan dengan membaiknya perekonomian di Asia serta meningkatnya pendapatan pada beberapa dekade terakhir, konsumen semakin terdorong untuk melakukan diversifikasi pangan dan peningkatan konsumsi kentang termasuk di dalam upaya tersebut. Provinsi Bengkulu merupakan salah satu daerah penghasil kentang sumatera, dimana produksi kentang Bengkulu banyak dijual ke provinsi tetangga selain dijual di dalam Provinsi Bengkulu sendiri, hal ini karena Provinsi Bengkulu memiliki dataran tinggi yang cocok untuk pengembangan kentang yaitu di Kabupaten Rejang Lebong. Rejang Lebong terletak di punggung pegunungan Bukit Barisan pada ketinggian antara 600 sampai lebih dari 1.000 meter di atas permukaan air laut, sebagai daerah penghasil sayuran. berbagai sayuran yang dihasilkan diantaranya adalah cabe, wortel, terung, timun, kacang panjang, buncis selain kentang itu sendiri.

Kabupaten Rejang Lebong mempunyai karakteristik wilayah dan agroekosistem yang sesuai, namun untuk pengembangannya, masih mempunyai keterbatasan teknologi produksi. Tingkat produktivitas kentang baru 13,65 ton/ha masih jauh dibawah produktivitas nasional (16,09 ton/ha), tingkat produktivitas di sentra produksi di pulau Jawa sebesar 17,81 ton/ha ataupun rekomendasi teknologi yang bisa diatas 30 ton/ha. Dengan demikian dalam penerapan budidaya di daerah ini masih belum begitu baik, sementara potensi pegembangan produksi melalui perluasan areal maupun peningkatan produktivitas masih sangat memungkinkan di daerah ini (Bahar, 2009). Sebagai daerah penghasil kentang, saat ini banyak petani yang menanam Kentang Merah selain Granola. Selama ini pemasaran kentang merah mengalami kesulitan karena banyak masyarakat yang belum mengenal Kentang Merah bahkan masih banyak yang menganggap kentang merah sebagai ubi rambat. Sejalan dengan perkembangan waktu, semakin banyak masyarakat yang sudah mengenal kentang merah dan pemasarannya sudah tidak mengalami permasalahan lagi, bahkan harganya dipasaran lebih mahal dibandingkan dengan kentang lain yang lebih dahulu dikenal masyarakat. Saat ini sebagian petani mencoba menanam Kentang Merah, sehingga dari waktu kewaktu petani yang menanam Kentang Merah semakin banyak. Oleh karena itu, pengkajian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan produksi Kentang Merah melalui penerapan paket dosis pemupukan dan jarak tanam dalam barisan. BAHAN DAN METODA Pengkajian dilaksanakan di agroekosistem lahan kering dataran tinggi iklim basah pada bulan Mei 2012 sampai bulan Agustus 2012 di Desa Talang Lahat, Kecamatan Sindang Kelingi, Kabupaten Rejang Lebong menggunakan lahan petani dan melibatkan petani secara partisipatif, sehingga apa yang dilakukan diketahui secara jelas oleh petani pelaksana kegiatan. yang digunakan terdiri dari : a) paket dosis pupuk yang dicoba petani (1.400 kg NPK Phonska dan 400 kg SP-36/ha) dan b) dosis pemupukan anjuran Kentang Granola secara umum (NPK Phonska sebanyak 1.000 kg/ha). Sedangkan jarak tanam dalam bedengan masingmasing : a) 30 cm dengan luas lahan 18 x 45 cm = 810 m 2, b) 35 cm dengan luas lahan 21 x 45 m = 945 m 2, dan c) 40 cm dengan luas lahan 24 x 45 m = 1.080 m 2. Ukuran bedengan; lebar 60 cm, jarak antar bedengan 40 cm dan setiap perlakuan dalam bedengan ditanam sebanyak 30 bibit dengan sistem tanam 1 baris. Untuk itu ukuran bedengan digunakan berbeda-beda panjangnya, tergantung jarak tanam yang digunakan. Selanjutnya data ditabulasi menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang, terdiri 6 kombinasi perlakuan yaitu 2 paket dosis pupuk dan 3 jarak tanam dalam bedengan yang ulangan sebanyak 4 kali dan di uji lanjut menggunakan LSD bila menunjukan perbedaan yang nyata antar perlakuan. Data yang diamati terdiri dari komponen pertumbuhan tanaman (tinggi tanaman), komponen hasil (hasil per tanaman dan rata-rata bobot umbi berdasarkan ukurannya), dan hasil per hektar yang hitung dari konversi hasil ubinan. Keadaan Umum Wilayah HASIL DAN PEMBAHASAN Lokasi pengkajian berada di Desa Talang Lahat, yang terletak lebih kurang 3 km dari ibu kota Kecamatan yaitu Sindang Kelingi dan lebih kurang 25 km dari ibu kota Kabupaten yaitu Curup. Luas wilayah Desa Talang lahat sekitar 340 ha dengan luas lahan tegalan 285 ha (83,82%), luas lahan perkebunan 30 ha (8,82%), dan pemukiman, pekarangan dan lain-lain seluas 25 ha (7,36%) dengan komoditas hortikultura yang diusahakan yaitu : cabai, kubis, sawi, kol bunga, tomat, daun bawang, wortel, kentang, terong, dan buncis.

Karakteristik tanah di Desa Talang Lahat dengan tofografi datar, bergelombang, hingga berbukit dengan tingkat kemiringan antara 8 60%. Tingkat kemasaman tanah antara 5,5 6,5 dengan ketinggian tempat antara 750 sampai lebih dari 1.000 m dpl. Jenis tanah didominasi oleh jenis andosol dengan drainase baik dan lapisan olah (top soil) 42 cm dan curah hujan rata-rata 2.850 mm per tahun dengan penyebaran hampir merata sepanjang tahun yang terdiri dari 9 bulan basah dan 3 bulan kering (Rohadin. 2011). Tinggi Tanaman berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 6 minggu setelah tanam (mst), tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 9 mst. yang dicoba petani (P1) menunjukkan pertumbuhan tinggi tanaman yang lebih tinggi dan berbeda nyata dibandingkan tinggi tanaman dengan dosis pupuk anjuran secara umum kentang Granola (P2) pada umur 6 mst, namun tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap tinggi tanaman umur 9 mst. Namun tanaman umur 9 mst, daun sudah kelihatan mulai layu pada bagian atas (Tabel 1). Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman umur 6 dan 9 minggu setelah tanam, paket dosis pupuk dan jarak tanam dalam bedengan. Perlakuan Rata-rata tinggi tanaman umur 6 mst (cm) Rata-rata tinggi tanaman umur 9 mst (cm) P1. NPK Phonska 1.400 kg dan SP-36 400 kg 69,100 a 72,133 a P2. NPK Phonska 1.000 kg 64,167 b 69,433 a Jarak tanam dalam bedengan JT 1. 30 cm 70,350 p 72,700 p JT 2. 35 cm 67,000 q 70,050 p JT 3. 40 cm 62,550 r 69,600 p Pada Tabel 1 terlihat paket dosis pupuk yang dicoba petani menunjukkan pertumbuhan tinggi tanaman yang lebih tinggi pada tanaman umur 6 mst, diduga karena selain dosis pupuk NPK Phonska yang lebih tinggi, juga karena adanya pupuk SP-36. Menurut Hakim et al., (1986), fosfor berperan aktif dalam mentransfer energi di dalam sel dan juga berperan pada perkembangan akar. Gejala yang umum bila kekurangan fosfor adalah terhambatnya pertumbuhan, tanaman kerdil serta perakaran miskin dan produksi merosot. Akar berfungsi untuk mendukung tanaman secara kukuh dan melayani tanaman dengan pengambilan air dan hara (Fisher dan Dunham, 1992). Begitu juga jarak tanam dalam bedengan berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 6 mst, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 9 mst. Pada jarak tanam 30 cm dalam bedengan menunjukkan tinggi tanaman yang lebih tinggi dan berbeda nyata terhadap tinggi tanaman dengan jarak tanam dalam bedengan 35 maupun 40 cm pada umur 6 mst, namun tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap tinggi tanaman umur 9 mst. Hal ini diduga karena selain karena dosis pupuk, juga pengaruh persaingan terhadap sinar matahari yang merupakan sumber energi bagi tumbuhan untuk fotosintesis. Selain itu pada tanaman yang rapat, akan memberikan tanggapan dalam memacu tinggi tanaman untuk mendapatkan sinar matahari yang dibutuhkan. Menurut Sitompul dan Bambang (1991), tanaman yang tumbuh pada lingkungan yang berbeda akan selalu dihadapkan pada keadaan yang berbeda, karena perubahan pada satu unsur lingkungan sering disertai dengan perubahan satu atau lebih unsur lain. Kombinasi paket dosis pupuk dan jarak tanam dalam bedengan berpengaruh terhadap ratarata tinggi tanaman umur 6 mst. Kombinasi paket dosis pupuk P1 dan JT1 menunjukkan rata-rata tinggi tanaman tertinggi dan berbeda nyata dengan kombinasi lainnya seperti terlihat pada Tabel 2.

Tabel 2. kombinasi paket dosis pupuk dan jarak tanam dalam bedengan terhadap rata-rata tinggi tanaman umur 6 mst. Tinggi tanaman 6 mst pada masing-masing jarak tanam dalam bedengan (cm) 30 cm (JT1) 35 cm (JT2) 40 cm (JT3) P1. NPK Phonska 1.400 kg dan SP-36 400 kg 75,800 a 66,600 b 64,900 b P2. NPK Phonska 1.000 kg 64,900 b 67,400 b 60,200 c Kombinasi paket dosis pupuk dan jarak tanam dalam bedengan berpengaruh terhadap ratarata tinggi tanaman umur 9 mst. Dimana kombinasi paket dosis pupuk P2 dengan JT2, tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap kombinasi P 1 dengan JT1 dan P1 dengan JT3 namun menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap kombinasi P1 dengan JT2, P2 dengan JT1 dan P2 dengan JT3 seperti terlihat pada Tabel 3. Tabel 3. Kombinasi paket dosis pupuk dan jarak tanam dalam bedengan terhadap rata-rata tinggi tanaman umur 9 mst. Tinggi tanaman 9 mst pada masing-masing jarak tanam dalam bedengan (cm) 30 cm (JT1) 35 cm (JT2) 40 cm (JT3) P1. NPK Phonska 1.400 kg dan SP-36 400 kg 74,900 ab 69,700 bcd 71,800 abc P2. NPK Phonska 1.000 kg 65,200 d 75,700 a 67,400 cd Pada tanaman umur 9 mst, daun tanaman sudah mulai layu pada bagian atas. Berdasarkan pengalaman sebelumnya, umur 9 mst tanaman sudah mulai layu dan berangsur-angsur mati. Hal ini menyebabkan tinggi tanaman tidak terlihat jelas apakah pengaruh paket pupuk atau jarak tanam atau kombinasinya. Berat Umbi Per Tanaman Rata-rata berat umbi per tanaman dihitung dari rata-rata 10 tanaman yang diambil secara acak. berpengaruh nyata terhadap rata-rata berat umbi per tanaman (kg). Berdasarkan Tabel 4, paket dosis pupuk yang dicoba petani (P1) menunjukkan rata-rata berat umbi per tanaman yang lebih tinggi dan berbeda nyata dibandingkan rata-rata berat umbi per tanaman dengan dosis pupuk anjuran secara umum Kentang Granola (P2). Berdasarkan pengkajian yang pernah dilakukan sebelumnya, bahwa tanaman Kentang Merah lebih besar pertumbuhan batangnya dibandingkan dengan Kentang Granola. Dengan demikian paket dosis pupuk yang diberikan berdasarkan dosis umum Kentang Granola diduga masih kurang bagi kebutuhan tanaman Kentang Merah. Jarak tanam dalam bedengan berpengaruh nyata terhadap rata-rata berat umbi per tanaman (kg). Dimana jarak tanam 35 cm dalam bedengan menunjukkan rata-rata berat umbi per tanaman yang lebih tinggi dan berbeda nyata dengan rata-rata berat umbi per tanaman dengan jarak tanam dalam bedengan 30 maupun 40 cm (Tabel 4).

Tabel 4. Rata-rata berat umbi per tanaman dengan perlakuan pupuk dan jarak tanam dalam bedengan. Perlakuan Berat umbi per tanaman (kg) P1. NPK Phonska 1.400 kg dan SP-36 400 kg 0,8469 a P2. NPK Phonska 1.000 kg 0,5585 b Jarak tanam dalam bedengan JT 1. 30 cm JT 2. 35 cm JT 3. 40 cm 0,3501 r 1,0247 p 0,7334 q Kombinasi paket dosis pupuk dan jarak tanam dalam bedengan berpengaruh terhadap ratarata berat umbi per tanaman (kg). Kombinasi paket dosis pupuk P1 dengan jarak tanam JT2, menunjukkan rata-rata berat umbi tertinggi dan beda nyata terhadap semua kombinasi lainnya seperti terlihat pada Tabel 5 berikut. Tabel 5. Kombinasi paket dosis pupuk dan jarak tanam dalam bedengan terhadap rata-rata berat umbi per tanaman. Rata rata berat umbi pada masing-masing jarak tanam dalam bedengan (cm) 30 cm (JT1) 35 cm (JT2) 40 cm (JT3) P1. NPK Phonska 1.400 kg dan SP-36 400 kg 0,4996 d 1,1989 a 0,8423 bc P2. NPK Phonska 1.000 kg 0,2005 e 0,8504 b 0,6245 cd Keterangan: Angka-angka diikuti oleh huruf berbeda pada kolom maupun lajur berbeda nyata pada uji 0.05. Menurut Badan Litbang Pertanian (1989), pada hasil panen kentang selalu di dapat umbi yang bervariasi besarnya mulai dari yang berukuran kurang dari 20 gram sampai yang lebih dari 150 gram. Apabila dikelompokkan berdasarkan besarnya maka persentase tiap kelompok selalu berbeda setiap pertanaman dan varietas, tergantung pada kesuburan, macam bibit yang ditanam (mutu dan besar), iklim dan faktor lainnya. Grading umbi secara keseluruhan (sesuai dengan sistem petani Pengalengan dan Wonosobo) seperti Tabel 6. Tabel 6. Kelas umbi berdasarkan ukuran umbi hasil panen sesuai dengan sistem petani Pengalengan dan Wonosobo. Kelas umbi Ukuran berat umbi (gram) Umbi konsumsi 80 Umbi klas A (bibit besar) 60 80 Umbi klas B (bibit sedang) 45 60 Umbi klas C (bibit) 30 45 Umbi Ares (bibit kecil dan kriil) < 30 Bila dilihat umbi yang dihasilkan, terlihat bahwa kombinasi antara P1 maupun P2 terhadap JT2 dan JT3 menunjukkan jumlah umbi berukuran besar >50% yang merupakan umbi konsumsi. Sedangkan kombinasi P1 maupun P2 terhadap JT1 menunjukkan <50% umbi berukuran besar (Tabel 7). Menurut Adiyoga et al., (2004), volume lingkungan tumbuh yang lebih besar akan menghasilkan jumlah umbi lebih sedikit, akan tetapi dengan ukuran umbi lebih besar dan begitu juga sebaliknya volume lingkungan tumbuh yang kecil, akan menghasilkan jumlah umbi lebih banyak namun dengan ukuran umbi lebih kecil.

Tabel 7. Kombinasi paket dosis pupuk dan jarak tanam dalam bedengan terhadap persentase ukuran umbi yang dihasilkan. P1. (NPK Phonska 1.400 kg dan SP- 36 400 kg) Ukuran umbi Jumlah umbi pada masing-masing jarak tanam dalam bedengan (%) 30 cm (JT1) 35 cm (JT2) 40 cm (JT3) <30 g 25,6757 12,9496 17,8571 30 45 g 13,5135 10,7914 16,0714 45 60 g 17,5676 17,9856 7,1429 60 80 g 13,5135 10,7914 11,6071 > 80 g 29,7297 47,4820 47,3214 P2. (NPK Phonska 1.000 kg) <30 g 37,5000 7,0313 17,7778 30 45 g 25,0000 11,7188 13,3333 45 60 g 12,5000 23,4375 10,0000 60 80 g 20,8333 20,3125 21,1111 > 80 g 4,1667 37,5000 35,5556 Bila digunakan untuk bibit, kebiasaan petani setempat menggunakan hasil pertanaman yang berukuran umbi klas C (berat 30 45 grm) dan yang berukuran lebih besar dijual kepada pedagang pengumpul. Sedangkan yang berukuran umbi ares (bibit kecil dan kriil) dikonsumsi keluarga petani. Hasil Per Hektar Hasil per hektar dihitung berdasarkan konversi petak ubinan, dimana ukuran ubinan untuk jarak tanam dalam bedengan 30 cm menggunakan ukuran 1,8 x 5,0 m; untuk jarak tanam dalam bedengan 35 cm menggunakan ukuran 2,1 x 5,0 m; dan untuk jarak tanam dalam bedengan 40 cm digunakan ukuran 2,4 x 5,0 m. yang dicoba petani (P1) menunjukkan hasil per hektar yang tidak berbeda nyata dibandingkan hasil per hektar dengan dosis pupuk anjuran secara umum kentang Granola (P2). Sedangkan jarak tanam 35 cm dalam bedengan (JT2) menunjukkan rata-rata hasil per hektar yang lebih tinggi dan berbeda nyata terhadap rata-rata hasil per hektar dengan jarak tanam dalam bedengan 30 maupun 40 cm (Tabel 8). Tabel 8. Rata-rata hasil per hektar (ton), paket dosis pupuk dan jarak tanam dalam bedengan. Perlakuan Hasil per hektar (ton) P1. NPK Phonska 1.400 kg dan SP-36 400 kg 17,417 a P2. NPK Phonska 1.000 kg 14,164 a Jarak tanam dalam bedengan JT 1. 30 cm JT 2. 35 cm JT 3. 40 cm 11,000 r 21,000 p 15,375 q Kombinasi paket dosis pupuk P1 dengan JT2 (22,50 t/ha) menunjukkan rata-rata berat umbi tertinggi dan berbeda nyata terhadap kombinasi P1 dengan JT1(12,00 t/ha), P2 dengan JT1(10,00 t/ha) dan P2 dengan JT3 yang 12,75 t/ha ( Tabel 9 ).

Tabel 9. Kombinasi paket dosis pupuk dan jarak tanam dalam bedengan terhadap rata-rata hasil umbi per ha (ton). Dosis pemupukan Rata-rata hasil umbi masing-masing jarak tanam dalam bedengan (ton/ha) 30 cm (JT 1) 35 cm (JT 2) 40 cm (JT 3) P1. NPK Phonska 1.400 kg dan SP-36 400 kg 12,00 c 22,50 a 18,00 ab P2. NPK Phonska 1.000 kg 10,00 c 19,75 a 12,75 bc Keterangan: Angka-angka diikuti oleh huruf berbeda pada kolom maupun lajur berbeda nyata pada uji 0.05. Serangan Hama dan Penyakit Pada awal pertumbuhan tanaman sampai berumur 6 minggu setelah tanam, tanaman terlihat sehat dan tumbuh bagus. Tidak terlihat serangan hama dan penyakit karena sudah kebiasaan petani selalu menyemprot pestisida untuk pengendalian hama dan penyakit. Pada sore, malam dan pagi hari, udara sering berkabut yang menyebabkan petani selalu menyemprot tanamannya dengan fungisida untuk menghindari serangan jamur. Berdasarkan pengalaman petani, bila ada kabut dan petani tidak segera melakukan penyemprotan tanaman dengan fungisida, tanaman akan layu. Oleh karena itu penggunaan fungisida di wilayah ini sangat tinggi. Penyemprotan fungisida dilakukan secara intensif mencapai 2-3 hari sekali dengan dosis yang lebih tinggi dari dosis anjuran. Pada umur 7-9 mst, daun tanaman sudah mulai banyak yang layu karena siklus hidup menuju kematian, juga adanya serangan penyakit. Lebih kurang 10% umbi tanaman yang dibongkar terlihat berlendir yang disebabkan oleh bakteri. Berdasarkan informasi dari petani kooperator, lahan yang digunakan untuk penanaman kentang sebelumnnya ditanam cabai dan tanaman cabai banyak yang mati muda, diduga terserang bakteri. KESIMPULAN 1. Kombinasi paket dosis pupuk NPK Phonska 1.400 kg dan SP-36 400 kg/ha dengan jarak tanam dalam bedengan 30 cm menunjukkan rata-rata tinggi tanaman tertinggi (75,80 cm) pada tanaman umur 6 mst dan berbeda nyata dengan kombinasi lainnya. 2. Kombinasi paket dosis pupuk( NPK Phonska 1.400 kg dan SP-36 400 kg/ha) dengan jarak tanam dalam bedengan 35 cm, menunjukkan rata-rata berat umbi per tanaman tertinggi (1,1989 cm) dan beda nyata terhadap semua kombinasi lainnya. 3. Kombinasi antara paket dosis pupuk (NPK Phonska 1.400 kg dan SP-36 400 kg/ha) maupun (NPK Phonska 1.000 kg/ha) dengan jarak tanam dalam bedengan 35 cm dan 40 cm menunjukkan lebih dari 50% umbi berukuran besar (60-80 gram) dan bahkan berukuran umbi konsumsi (>80 gram). Sedangkan kombinasi paket dosis pupuk (NPK Phonska 1.400 kg dan SP-36 400 kg/ha) maupun (NPK Phonska 1.000 kg/ha) dengan jarak tanam dalam bedengan 30 cm menunjukkan kurang dari 50% umbi berukuran besar. 4. Kombinasi paket dosis pupuk (NPK Phonska 1.400 kg dan SP-36 400 kg/ha) dengan jarak tanam dalam bedengan 35 cm yang produktivitasnya 22,50 ton, tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap kombinasi paket dosis pupuk (NPK Phonska 1.000 kg/ha) dengan jarak tanam dalam bedengan 35 cm yang produktivitasnya 19,75 t/ha dan kombinasi paket dosis pupuk (NPK Phonska 1.400 kg dan SP-36 400 kg/ha) dengan jarak tanam dalam bedengan 40 cm yang produktivitasnya 18,00 t/ha. Kombinasi ini berbeda nyata dengan kombinasi paket dosis pupuk (NPK Phonska 1.000 kg/ha) dengan jarak tanam dalam bedengan 40 cm yang produktivitasnya 12,75 t/ha; paket dosis pupuk (NPK Phonska 1.000 kg/ha) dengan dengan jarak tanam dalam bedengan 30 cm yang produktivitasnya 12,00 t/ha; dan paket dosis pupuk (NPK Phonska 1.400 kg dan SP-36 400 kg/ha) dengan jarak tanam dalam bedengan 30 cm yang produktivitasnya 10,00 t/ha.

DAFTAR PUSTAKA Adiyoga, W., S. Rachman, T. Agoes, S. Budi. J, K. U. Bagus, R. Rini dan M. Darkam. 2004. Profil Komoditas Kentang. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta. Badan Litbang Pertanian. 1989. Kentang. Balai Penelitian Hortikultura Lembang. Bdg. Bahar, Y.H. 2009. Panen Perdana Kentang Granola. http://ditsayur.hortikultura. deptan.go.id/index.php?itemid=39&id=43&option=com (03 Nov 09). Departemen Pertanian. 2009. Prosd. Seminar Nasional Pekan Kentang 2008, Lembang 20-21 Agustus 2008. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Fisher, N.M. dan R.J. Dunham. 1992. Morfologi Akar dan Pengambilan Zat Hara. Institute For Agricultural Research, Ahmadu Bello University, PMB 1044, Zaria, Nigeria. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Fakultas Pertanian; Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Hakim, N., N. Yusuf, A.M. Lubis, G.N. Sutopo, S. Rusdi, M. Amin. D, Go. B.H dan H.H. Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung. Rohadin. 2011. Data Potensi Wilayah dan Rencana Kerja Penyuluh Pertanian (RKPP) Tahun 2011. Desa Binaan Talang Lahat. BPP Mojorejo. Kab. Rejang Lebong. Sitompul, S.M dan G. Bambang. 1991. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Gajah Mada University Press.