Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol. 11 No. 1 / April Ratih Hafsari Purwindah, Sulistiyani, Budiyono

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. Pencemaran udara telah lama menjadi masalah kesehatan pada masyarakat, terutama

BAB I PENDAHULUAN. Polusi atau pencemaran udara adalah proses masuknya polutan kedalam

ABSTRAK. Utin Dewi Sri Aryani; 2016 Pembimbing I : Lisawati Sadeli, dr., M.Kes Pembimbing II : Sri Utami Sugeng, Dra., M.Kes.

HUBUNGAN KADAR PLUMBUM (Pb) DALAM DARAH DENGAN JUMLAH ERITROSIT PADA PEDAGANG PASAR BUKU BELAKANG SRIWEDARI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

The Association Between Blood Lead Level (BLL) with Hemoglobin Level on Women of Childbearing Age in Metal Smelting Industryin Tegal Regency

BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang

HUBUNGAN KADAR TIMBAL DALAM DARAH DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEDAGANG BUKU DI PASAR BUSRI SRURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan oleh Timah Hitam (Pb) yang ditimbulkan dari asap kendaraan

BAB I PENDAHULUAN.

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan

HUBUNGAN PAPARAN GAS KARBON MONOKSIDA (CO) DENGAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb) PADA PEDAGANG KULINER DI DAERAH GLADAG SURAKARTA

Indek Eritrosit (MCV, MCH, & MCHC)

HUBUNGAN LAMA PAPARAN DAN KADAR CO LINGKUNGAN DENGAN KADAR COHb DALAM DARAH PETUGAS DINAS PERHUBUNGAN TERMINAL TIRTONADI

I. PENDAHULUAN. Selama ribuan tahun telah disadari bahwa aktivitas manusia dan urbanisasi

Keywords : Indoor Air Pollution, Nitrogen Dioxide (NO₂), Parking Area

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan yang pesat dalam dunia industri migas tidak lepas keterkaitannya

ANALISIS KADAR CO dan NO 2 SERTA KELUHAN KESEHATAN PEDAGANG ASONGAN DI TERMINAL AMPLAS TAHUN 2014 SKRIPSI. Oleh : IRMAYANTI NIM.

KANDUNGAN TIMBAL DALAM DARAH DAN DAMPAK KESEHATAN PADA PENGEMUDI BUS KOTA AC DAN NON AC DI KOTA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. pesat dapat dilihat dari tingginya jumlah kendaraan seiring dengan kebutuhan

KARAKTERISTIK GAS BUANG YANG DIHASILKAN DARI RASIO PENCAMPURAN ANTARA GASOLINE DAN BIOETANOL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rusak dan terkontaminasi oleh zat-zat yang tidak berbahaya maupun yang

INTISARI. Kata kunci: kebiasaan minum jamu; antioksidan; imunomodulator; MDA ; hematologi cross sectional

PENGARUH PAPARAN GAS NOx TERHADAP KAPASITAS VITAL PARU PADA PEDAGANG KULINER DI DEPAN PUSAT GROSIR SOLO DAN PASAR BUKU SRIWEDARI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pada bertambahnya jumlah pencemar di udara (Badan Pusat Statistik, 2013).

No. Responden : KUESIONER PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. melalui pengujian hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.


PROFIL DARAH DAN STATUS GIZI PETUGAS OPERATOR SPBU YANG TERPAPAR GAS BUANG (Pb) KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA SEMARANG TIMUR

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KADAR HEMOBLOBIN (Hb) DALAM DARAH PADA TUKANG BECAK DI PASAR MRANGGEN DEMAK.

PENGARUH PAPARAN GAS NOx TERHADAP KAPASITAS VITAL PARU PADA PEDAGANG KULINER DI DEPAN PUSAT GROSIR SOLO DAN PASAR BUKU SRIWEDARI SURAKARTA

BAB 1 : PENDAHULUAN. kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang

DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DAN HEMATOKRIT

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menggunakan pendekatan cross sectional dimana variabel sebab. dan dilakukan pada saat yang sama (Notoatmojo, 2010).

GAMBARAN STATUS GIZI DAN PROFIL DARAH PETUGAS OPERATOR SPBU YANG TERPAPAR GAS BUANG (PB) KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan alam, semakin menambah kepekatan udara (Yuantari, 2009).

STUDI DESKRIPTIF KANDUNGAN TIMBAL (Pb) DALAM URINE PADA PEDAGANG ASONGAN DI SEKITAR JUMBO PASAR SWALAYAN KOTA MANADO

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

RUANG PADA PERPARKIRAN BASEMENT

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan pembangunan yang dilakukan manusia semakin meningkat yang akan

PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN DARAH PADA PEKERJA PARKIR BASEMENT MALL DAN TEMPAT BILLIARD DI SURAKARTA AKIBAT PAPARAN GAS KARBON MONOKSIDA (CO)

BAB I PENDAHULUAN. Makanan pinggir jalan adalah salah satu contoh bahan yang beresiko

BAB I PENDAHULUAN. Kendaraan bermotor telah lama menjadi salah satu sumber pencemar

AHMAD ASYRAF BIN ZUKEFELI

SUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO

BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan jenis kelamin menurut Suma mur (2014) memiliki kekuatan otot yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh rata-rata jumlah

PENGARUH PENUNDAAN PEMERIKSAAN TERHADAP HASIL PEMERIKSAAN PARAMETER ERITROSIT MENGGUNAKAN HEMATOLOGY ANALYZER SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

ABSTRAK. Simpulan : Ada hubungan pengetahuan APD masker dengan kedisiplinan penggunaannya. Kata Kunci : Pengetahuan APD, Kedisiplinan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PP RI No. 50 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi kehidupan di dunia ini ( Arya, 2004: 27).

BAB III METODE PENELITIAN. Cross Sectional dimana pengukuran variabel bebas dan variabel terikat

HUBUNGAN TEKANAN PANAS DENGAN SISTOLIK DAN DIASTOLIK SERTA KELELAHAN KERJA PEKERJA UNIT PENGECORAN LOGAM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ABSTRAK HUBUNGAN KADAR KARBON MONOKSIDA (CO) UDARA TERHADAP TINGKAT KEWASPADAAN PETUGAS PARKIR DI BERBAGAI JENIS TEMPAT PARKIR

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai campuran bensin. Fungsi timbal di sini bertujuan untuk mengontrol

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL...

BAB I PENDAHULUAN. penurunan fungsi paru dan penurunan kualitas hidup manusia. 2 Penyakit paru

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan senyawa Tetra Ethyl Lead (TEL) sebagai zat aditif bensin yang

Kadar Timbal (Pb) dalam Spesimen Darah Tukang Becak Mesin di Kota Pematang Siantar dan Beberapa Faktor yang Berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. Bahaya penggunaan timah hitam, timbal atau plumbum (Pb) mengakibatkan 350 kasus penyakit jantung koroner, 62.

ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR RET HE, FE, DAN TIBC PADA PENDERITA ANEMIA DEFISIENSI FE DENGAN ANEMIA KARENA PENYAKIT KRONIS

Medical Laboratory Technology Journal

HASIL DAN PEMBAHASAN

TUGAS SARJANA PENGUJIAN ALAT PENGHEMAT BAHAN BAKAR MOTOR PADA MESIN ISUZU PANTHER DILIHAT DARI ASPEK TEMPERATUR

Hubungan Kadar Pb Dalam Darah Dengan Profil Darah Pada Petugas Operator Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum di Kota Semarang Timur.

4.1 Konsentrasi NO 2 Tahun 2011

PERBEDAAN GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA YANG TERPAPAR PARTIKULAT PM10 DIBAWAH DAN DIATAS NILAI AMBANG BATAS DI PT WIJAYA KARYA BETON BOYOLALI

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

FAKTOR FAKTOR RISIKO PAPARAN GAS KARBONMONOKSIDA (CO) TERHADAP KADAR KARBOKSIHEMOGLOBIN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Korelasi antara Kadar Partikel Udara dengan Kapasitas Vital Paru pada Petugas Parkir di Universitas Kristen Maranatha

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN POLA KONSUMSI DENGAN KEJADIAN ANEMIA GIZI PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KASSI-KASSI

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain

BAB I PENDAHULUAN. yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan

HUBUNGAN ANTARA LAMA PAPARAN ASAP ROKOK DENGAN FREKUENSI KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS GAMBIRSARI SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN PAPARAN DEBU DENGAN GANGGUAN FAAL PARU DI INDUSTRI PAKAN TERNAK PT.CHAROEN POKPHAND INDONESIA SEMARANG SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan

PENGARUH SARAPAN PAGI TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN (Hb) PADA MURID SEKOLAH DASAR ( Studi di SDN 1 Wates, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo )

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia terutama masalah lingkungan, Pencemaran udara yang paling

PENDAHULUAN. adalah Timbal (Pb). Timbal merupakan logam berat yang banyak digunakan

CONTOH SOAL UJIAN SARINGAN MASUK (USM) IPA TERPADU Institut Teknologi Del (IT Del) Contoh Soal USM IT Del 1

Turunnya Harga Premium, Tingkatkan Kadar Timbal

PROFIL VOLUME LALU LINTAS DAN KUALITAS UDARA AMBIEN PADA RUAS JALAN IR. SOEKARNO SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia

BAB 1 : PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini. Ekonomi kota yang tumbuh ditandai dengan laju urbanisasi yang

Maria Jita Iba Badu¹, Tedy Candra Lesmana², Siti Aspuah³ ABSTRACT

ABSTRAK. Dewi Tantra, 2008, Pembimbing I : Aloysius Suryawan,dr., SpOG Pembimbing II : Penny Setyawati,dr.,SpPK., M.Kes

Relation between Indoor Air Pollution with Acute Respiratory Infections in Children Aged Under 5 in Puskesmas Wirobrajan

II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya perpindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lain.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

142 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu Vol. 07 No. 02 Juli 2016

Transkripsi:

Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol. 11 No. 1 / April 2012 Hubungan Kadar Timah Hitam (Pb) Dalam Darah Dengan Profil Darah Studi Pada Petugas Pengujian Emisi Gas Buang Dinas Perhubungan Kabupaten Purbalingga dan Banjarnegara The Association Between Blood Lead and The Blood Profile on Exhaust Emission Testing Officer Department of Transportation Purbalingga and Banjarnegara Ratih Hafsari Purwindah, Sulistiyani, Budiyono ABSTRACT Background : Fuel oil in Indonesia is still using of leaded gasoline, so that 70% of Pb from the burning will be emitted to the air. The official exhaust emission testing have a high risk, exposure to which continue to cause health problems, one of which is a disorder of the blood profile. The purpose of this study was to analysis the relationship between blood lead and blood profiles in exhaust emissions testing officer department of Transportation District Purbalingga and Banjarnegara. Methods : This research method was an observational analytic research with a cross sectional study design.subjects were official exhaust emission testing with the inclusion criteria.variables examined in this study are blood lead and blood profiles in the official exhaust emission testing. Data was collected through interviews, observation and measurement. Analysis of data using univariate analysis, bivariate analysis with spearman rank correlation. Results : The study found the average lead was 13.362 μg/dl, which means it was under the toxic threshold (40 ug/ dl) and the average of blood profiles consisting of hemoglobin, erythrocytes, leukocytes, platelets, hematocrit was 15.737 ug/dl; 5.210.10 6 /ml; 8.0723.10 3 / ml; 220.06.10 3 /ml; 45.383%, 87.31 fl; 30.297pg; 34.685 fl. Bivariate analysis showed that there was a relationship between blood lead and blood profile (erythrocytes and hematocrit ), with p-value and sequentially rho 0.018; 0.397 and 0.039; 0.35 (p-value <0.05). Conclusions : The conclusion of this study, although the value level of blood lead below the threshold toxic but are at risk in blood profile (decrease the number of erythrocytes and hematocrit levels) so that there is need for an appeal to the official testing of exhaust emissions in order to use Personal Protective Equipment (PPE) like a respirator, to reduce customs cigarette consumption, routine doing check-ups, increase the consumption of foods containing iron and vitamin C as well as expand the ventilation in the testing room, install exhaust and greenery around the testing room exhaust emissions. Keywords: blood lead, blood profiles, the official exhaust emission testing PENDAHULUAN Penggunaan bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia masih di dominasi oleh penggunaan bensin bertimah hitam, sehingga dengan meningkatnya penggunaan bensin sebagai bahan bakar kendaraan mengakibatkan makin tinggi tingkat pencemaran Pb di udara ambien, karena sekitar 70% Pb yang ada dalam bahan bakar yang dibakar dalam mesin kendaraan akan di emisikan ke udara. 1 Senyawa timah hitam dalam bentuk Tetraethyl Lead (TEL) dan Tetramethyl Lead (TML) ditambahkan pada bahan bakar bensin sebagai upaya untuk meningkatkan nilai oktan dari bahan bakar tersebut, meningkatkan daya pelumas, meningkatkan efisiensi pembakaran hahan bakar bensin sehingga kinerja kendaraan bermotor meningkat. Pb dalam peristiwa pembakaran pada mesin menyebabkan jumlah Pb yang dibuang ke udara melalui asap buangan kendaraan bermotor menjadi sangat tinggi. 2 Dampak negatif yang ditimbulkan akibat meningkatnya kadar timah hitam dalam udara yaitu meningkatnya kadar timah hitam dalam tubuh yang berakibat gangguan pada sistem pembentukan darah berupa anemia, gangguan sistem syaraf pusat, gangguan pada sistem saluran pernapasan dan gangguan system reproduksi dan saluran kemih. Berdasar penelitian Haryanto pada tahun 2003 diketahui 30-46% sopir angkutan kota dan polisi lalu lintas dan 50% pedagang asongan kaki lima di kota Bandung mempunyai kadar Pb darah >40% g/dl. 3-4 Risiko tinggi terpapar timah hitam adalah pekerja yang aktivitasnya lebih banyak di pinggir jalan, sepanjang jalur padat lalu lintas dan orang yang berkaitan dengan kendaraan. Pb (Timah hitam) dapat Ratih Hafsari Purwindah, SKM, M.Kes, TSSM-WSP Dra. Sulistiyani, M.Kes, Program Magister Kesehatan Lingkungan UNDIP Budiyono,SKM, M.Kes, Program Magister Kesehatan Lingkungan UNDIP 38

masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan 85%, pencernaan 14%, dan kulit 1% setelah seseorang terpapar dalam udara yang tercemar Pb. Darah sebagai komponen penting dalam tubuh yang terdiri dari haemoglobin, trombosit, eritrosit, leukosit akan berpengaruh jika tubuh terpapar oleh zat pencemar. Keracunan akibat kontaminan bahan pencemar udara timah hitam (Pb) dapat berakibat terganggunya komponen dalam darah (profil darah) yaitu peningkatan kadar Amino Levulinie Acid (ALA) dalam darah dan urine, meningkatkan kadar protoporphirin dalam sel darah merah, memperpendek umur sel darah merah, menurunkan jumlah sel darah merah, menurunkan kadar retikukulosit, menurunkan kadar atau jumlah eritrosit sehingga menyebabkan hemopoetik dan meningkatkannya kadar hematokrit dalam darah, dapat dilihat nilai MCV (Mean Corpuscular Volume/Volume Sel darah), MCH (Mean Corpuscular Haemoglobin/Berat Haemoglobin rata-rata dalam 1 eritrosit), dan MCHC (Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration/ konsentrasi haemoglobin eritrosit rata-rata). Petugas pengujian emisi gas buang memiliki risiko tinggi karena sepanjang hari terpapar timah hitam dari hasil pembakaran bahan bakar kendaraan. Berdasar survei awal yang dilakukan peneliti kepada petugas Dinas Perhubungan bagian pengujian emisi gas buang dijumpai bahwa petugas Dinas Perhubungan 42 orang (100%) tidak memakai APD (alat pelindung diri) berupa respirator atau masker karena APD tersebut tidak tersedia di Dinas Perhubungan, dan berdasar wawancara secara acak kepada calon responden dan wawancara terhadap Kabid Transportasi dan Angkutan Umum, diketahui bahwa selama 10 tahun terakhir tidak ada pemeriksaan kesehatan secara berkala kepada petugas, maupun pemeriksaan kadar gas di udara (Pb, CO, NO x ) oleh dinas terkait ataupun lembaga yang lain. Berdasarkan data primer yakni hasil uji coba kuesioner, dari 35 petugas pengujian emisi gas buang (18 di Kabupaten Purbalingga dan 17 di Kabupaten Banjarnegara), rata-rata kadar haemoglobin 35 responden dimana semuanya laki-laki adalah 13,4 g/dl yang berarti berada pada ambang kadar haemoglobin normal (lakilaki 13-14 g/dl, perempuan 12-13 g/dl) dan rata-rata hematokrit pada 35 responden dimana semuanya lakilaki adalah 37,7%, nilai tersebut dibawah standar hematokrit normal (45-52%). Berdasar hal tersebut peneliti akan melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan kadar timah hitam di udara dan kadar timah hitam dalam darah terhadap profil darah (kadar haemoglobin, jumlah eritrosit, jumlah leukosit, jumlah trombosit, hematokrit, MCV, MCH, MCHC) pada petugas pengujian emisi gas buang Kabupaten Purbalingga dan Kabupaten Banjarnegara. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian observasional analitik, yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan antara variabel melalui pengujian hipotesis. Sedangkan pelaksanaan penelitian dengan metoda survai dan pemeriksaan laboratorium. Berdasarkan waktu penelitian, rancangan penelitian ini termasuk dalam rancangan cross sectional karena mempelajari korelasi antara faktor risiko dengan efek. Rancangan ini dipilih karena pengukuran variabelvariabelnya hanya dilakukan satu kali pada satu saat atau point time approach. 5 Populasi dalam penelitian ini adalah petugas pengujian emisi gas buang Dinas Perhubungan Kabupaten Purbalingga yang berjumlah 24 orang dan petugas pengujian emisi gas buang Kabupaten Banjarnegara yang berjumlah 18 orang. Kriteria dalam penentuan populasi sebagai berikut: Bersedia menjadi responden penelitian, dengan bukti surat keterangan kesediaan, bersedia diambil darahnya, berumur < 55 tahun dan berjenis kelamin laki-laki. Teknik pengumpulan sampel dengan cara purposive sampling yaitu pemilihan sekelompok responden berdasar kriteria tertentu. Besarnya sampel yang ditentukan pada penelitian ini sebanyak 35 orang. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di bagian pengujian emisi gas buang Dinas Perhubungan, Kabupaten Purbalingga dan Banjarnegara. Berdasarkan data di bidang UPTD pengujian emisi gas buang di Purbalingga dan Banjarnegara, Jumlah kendaraan yang melakukan pengujian rata-rata perhari pada hari sepi (Selasa, Kamis, Sabtu) sebanyak 15 kendaraan/hari, dan rata-rata perhari pada hari ramai (Senin, Rabu, Jumat) sebanyak 45 kendaraan/hari. Jenis kendaraan yang melakukan pengujian 70% terbanyak adalah berbahan bakar bensin, seperti angkutan desa/kota, mobil pribadi, sisanya 30% berbahan bakar solar seperti isuzu dan bis kota. Petugas pengujian emisi gas buang beresiko terhadap pencemaran udara akibat pengeluaran gas buang kendaraan sewaktu melakukan aktivitas pengecekan emisi gas buang, selain itu juga pencemaran udara akibat cat mengandung timah hitam yang dihirup ketika petugas menyemprotkan cat di badan mobil pada saat kir. Analisa Sebelum dilakukan analisa inferensial untuk mengetahui hubungan variabel bebas (Pb darah) dengan variabel terikat (profil darah), dilakukan uji normalitas data menggunakan uji kolmogorov smirnov. Uji normalitas menggunakan kolmogorov smirnov karena jumlah sampel > 30 orang. 6 Uji normalitas berguna untuk menentukan apakah data yang telah dikumpulkan (Pb darah, haemoglobin, leukosit, trombosit, hematokrit, eritrosit, MCV, MCH, MCHC, Fe, energi, protein, B12, 39

asam folat, vitamin C, masa kerja, umur, tinggi badan, berat badan, status gizi) memiliki distribusi normal. Pada uji normalitas data di dapat bahwa: 1. Data kadar Pb dalam darah pada variabel bebas tidak berdistribusi normal dengan nilai p<0,05 yaitu bernilai 0,004 2. Data profil darah (haemoglobin, leukosit, trombosit, hematokrit, eritrosit, MCV, MCH, MCHC) pada variabel terikat berdistribusi normal dengan nilai p> 0,05. haemoglobin (p=0,546), leukosit (p=0,875), trombosit (p=0,897), hematokrit (p=0,737), eritrosit (p=0,946), MCV (p= 0,331), MCH (p= 0,348), MCHC (p= 0,255) 3. Data kecukupan intake Fe, energi, protein, vitamin B12, asam folat, vitamin C berdistribusi normal dengan nilai p> 0,05. Intake Fe ( p= 0,972), energi (p=0,929), protein (p=0,870), vitamin B12 (p= 0,854), asam folat (p=0,139), vitamin C (p= 0,628) 4. Data umur, tinggi badan, berat badan, status gizi, masa kerja berdistribusi normal dengan nilai p > 0,05. Umur (p=0,894), tinggi badan (p=0,450), berat badan (p=0,359), status gizi (p=0,496) dan masa kerja (p= 0,504) Uji Hubungan yang digunakan untuk melihat hubungan antara variabel bebas yaitu Pb dalam darah (berdistribusi tidak normal) dengan variabel terikat yaitu profil darah (berdistribusi normal) yaitu menggunakan korelasi rank spearman. Data karakteristik responden dan pemeriksaan beberapa parameter lingkungan 1. Karakteristik responden Lihat Tabel 1. 2. Hasil pemeriksaan beberapa parameter lingkungan Hasil pemeriksaan kadar Pb di udara 0,0142 µg/m 3 (masih berada pada ambang batas normal adalah < 2 µg/m 3 ). Peningkatan kadar Pb udara sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu suhu, kelembaban, dan kecepatan angin. Jika ketiga faktor tersebut dapat dikendalikan dengan baik di ruang pengujian emisi gas buang dapat mengurangi paparan Pb dalam darah dan gangguan kesehatan. Pemeriksaan parameter lingkungan tersebut dilakukan pada waktu jam sibuk yaitu antara jam 10.00-14.00 WIB. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Tabel 1. Deskripsi karakteristik responden pada petugas pengujian emisi gas buang Dinas Perhubungan Kabupaten Purbalingga dan Banjarnegara. N Minimum Maksimum Mean Std Deviation Umur (tahun) 35 24 53 37,26 9,173 TB(cm) 35 155 182 165,63 6,212 BB(kg) 35 42 93 63,29 11,759 Status Gizi (kg/m 2 ) 35 14,03 35,16 23,076 4,1529 Masa Kerja(bulan) 35 11 382 104,57 82,394 Tabel 2. N Purbalingga Banjarnegara Pb Udara (µg/m 3 ) 2 0.0142 0.0142 Kelembaban (%RH) 2 66 62 Suhu ( C) 2 30 32 Kecepatan Angin (km/jam) 2 1,83 1,51 40 Hasil pemeriksaan beberapa parameter lingkungan di ruang pengujian emisi gas buang Dinas Perhubungan Kabupaten Purbalingga dan Banjarnegara. Tabel 3. Hubungan antara kadar Pb dalam darah dengan profil darah pada petugas pengujian emisi gas buang Dinas Perhubungan Kabupaten Purbalingga dan Banjarnegara. Pb (Timah hitam) dalam darah rho p-value Hb (gr/dl) - 0,229 0,185 Leukosit (10 3 /µl) - 0,333 0,051 Trombosit (10 3 /µl) - 0,061 0,728 Hematokrit (%) - 0,354 0,037 Eritrosit (10 6 /µl) - 0,397 0,018 MCV (fl) 0,202 0,244 MCH (pg) 0,160 0,358 MCHC (fl) 0,070 0,689

Hubungan Kadar Timah Hitam RI No.1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang persyaratan kesehatan lingkungan kerja perkantoran dan industri 7, ruang pengujian emisi gas buang di dinas perhubungan Purbalingga dan Banjarnegara memiliki suhu udara dengan kategori tidak nyaman dan tidak sehat, suhu udara ruang pengujian di Banjarnegara (30 C) dan suhu udara ruang pengujian emisi gas buang Dishub Purbalingga (32 C) sedangkan syarat sehat suhu ruang perkantoran adalah 18 C - 28 C. Suhu udara yang panas menyebabkan kelembaban udara di kedua ruang pengujian baik di dishub Purbalingga maupun Banjarnegara tidak masuk kategori sehat (40%RH- 60%RH) karena di ruang pengujian Banjarnegara (66%RH) sedangkan di ruang pengujian Purbalingga (62%RH). 3. Hubungan Pb dalam darah dan profil darah pada petugas pengujian emisi gas buang dinas Perhubungan. Lihat Tabel 3. 4. Intake Fe, energi, protein, vitamin B12, Asam Folat Pada petugas pengujian emisi gas buang Dinas Perhubungan. Berdasar tabel 4 dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara beberapa variabel dengan melihat nilai p-value < 0,05 (berarti ada hubungan signifikan), yaitu: a. Ada hubungan antara intake Fe dengan kadar haemoglobin (p-value = 0,0001 dan rho = 0,718), kadar hematokrit (p-value = 0,002 dan rho = 0,499), jumlah eritrosit (p-value = 0,001 dan rho = 0,556). Hubungan yang signifikan karena nilai p-value < 0,05 b. Ada hubungan antara intake energi dengan kadar haemoglobin, dengan nilai p-value = 0,030 dan rho = 0,367. Hubungan yang signifikan karena nilai p-value < 0,05 c. Ada hubungan antara intake vitamin C dengan kadar hematokrit,(p-value = 0,039 dan rho = 0,350), jumlah eritrosit (p-value = 0,011 dan rho = 0,424). Hubungan yang signifikan karena nilai p-value < 0,05 Dilihat dari nilai rho >0,5 untuk melihat keeratan hubungan, yang memiliki hubungan keeratan yang signifikan adalah hubungan antara intake Fe dengan kadar haemoglobin (rho = 0,718) dan intake Fe dengan jumlah eritrosit (rho = 0,556). Sedangkan hubungan antar variabel yang lain memiliki nilai rho < 0,5 sehingga diartikan hubungan dengan keeratan rendah. yang lain yang memiliki nilai p-value > 0,05 berarti tidak memiliki hubungan yang signifikan. 5. Distribusi responden tentang kebiasaan pemakaian APD, pemakaian obat, kebiasaan minum teh, kebiasaan merokok, riwayat sakit dan konsumsi alkohol pada petugas pengujian emisi gas buang Dinas Perhubungan. Berdasar tabel 1.5 dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara beberapa variabel dengan melihat nilai p-value < 0,005 (berarti ada hubungan signifikan), yaitu: a. Ada hubungan antara masa kerja dengan kadar haemoglobin, dengan nilai p-value = 0,008 dan rho = -0,441. Hubungan yang signifikan karena nilai p- value < 0,05. b. Ada hubungan antara status gizi dengan kadar hematokrit, dengan nilai p-value = 0,013 dan rho = 0,416. Hubungan yang signifikan karena nilai p-value < 0,05. c. Ada hubungan antara status gizi dengan jumlah eritrosit, dengan nilai p-value = 0,021 dan rho = Tabel 4 Hubungan antara intake Fe, energi, protein, Vit B12, asam folat, Vitamin C dengan Profil darah pada petugas pengujian emisi gas buang Dinas Perhubungan Fe Energi Protein Vit B12 Asam Folat Vitamin C rho p-value Rho p-value Rho p-value Rho p-value Rho p-value Rho p-value Haemoglobin 0,718 0,0001 0,367 0,030 0,022 0,902 0,163 0,350-0,027 0,878 0,290 0,091 Leukosit 0,006 0,971-0,159 0,362 0,223 0,199 0,116 0,507 0,213 0,219 0,251 0,146 Trombosit -0,055 0,753-0,118 0,499 0,165 0,344 0,091 0,603 0,057 0,745 0,127 0,467 Hematokrit 0,499 0,002 0,190 0,273 0,200 0,250 0,195 0,262-0,062 0,723 0,350 0,039 Eritrosit 0,556 0,001 0,132 0,450 0,123 0,481-0,041 0,815-0,131 0,454 0,424 0,011 MCV -0,104 0,553 0,158 0,364-0,010 0,957 0,199 0,251 0,183 0,294-0,082 0,638 MCH 0,125 0,475 0,281 0,102-0,130 0,457 0,202 0,245 0,113 0,519-0,093 0,597 MCHC 0,284 0,098 0,258 0,134-0,281 0,102 0,120 0,492 0,016 0,927-0,061 0,727 Tabel 1.5 Hubungan antara intake Fe, energi, protein, Vit B12, asam folat, Vitamin C dengan profil darah pada petugas pengujian emisi gas buang Dinas Perhubungan Masa Kerja Status Gizi Teh Riw-obat Merokok Riw-sakit Rho p-value rho p-value Rho p-value rho p-value Rho p-value Rho p-value Haemoglobin -0,441 0,008 0,103 0,558-0,357 0,035-0,009 0,957-0,085 0,627-0,217 0,210 Leukosit 0,081 0,643 0,221 0,202-0,062 0,722 0,241 0,163 0,117 0,502 0,223 0,197 Trombosit 0,200 0,248 0,310 0,070 0,057 0,747 0,144 0,409 0,105 0,548 0,136 0,436 Hematokrit -0,236 0,172 0,416 0,013-0,419 0,012 0,028 0,872 0,040 0,818 0,032 0,854 Eritrosit -0,158 0,365 0,388 0,021-0,631 0,0001 0,075 0,668 0,113 0,517-0,042 0,810 MCV 0,003 0,985-0,066 0,707 0,331 0,052-0,047 0,787-0,204 0,240 0,065 0,709 MCH -0,132 0,450-0,249 0,148 0,255 0,139-0,041 0,816-0,308 0,072-0,178 0,306 MCHC -0,212 0,212-0,373 0,027 0,020 0,910-0,141 0,419-0,247 0,153-0,437 0,009 41

0,388. Hubungan yang signifikan karena nilai p-value < 0,05. d. Ada hubungan antara konsumsi teh dengan kadar haemoglobin, dengan nilai p-value = 0,035 dan rho = -0,357. Hubungan yang signifikan karena nilai p-value < 0,05. e. Ada hubungan antara konsumsi teh dengan kadar hematokrit, dengan nilai p-value = 0,012 dan rho = - 0,419. Hubungan yang signifikan karena nilai p-value < 0,05. f. Ada hubungan antara konsumsi teh dengan jumlah eritrosit, dengan nilai p-value = 0,0001 dan rho = -0,631. Hubungan yang signifikan karena nilai p-value < 0,005. g. Ada hubungan antara riwayat sakit dengan MCHC (Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration/ konsentrasi haemoglobin eritrosit rata-rata), dengan nilai p-value = 0,009 dan rho = -0,437. Hubungan yang signifikan karena nilai p-value < 0,005. Dilihat dari nilai rho >0,5 untuk melihat keeratan hubungan, yang memiliki hubungan keeratan yang signifikan adalah hubungan antara konsumsi teh dengan jumlah eritrosit (rho = -0,631). Sedangkan hubungan antar variabel yang lain memiliki nilai rho < 0,5 sehingga diartikan hubungan dengan keeratan rendah. yang lain yang memiliki nilai p-value > 0,05 berarti tidak memiliki hubungan yang signifikan. SIMPULAN Hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Kadar timah hitam (Pb) di udara ruang pengujian emisi gas buang Dinas Perhubungan Kabupaten Purbalingga dan Banjarnegara adalah 0,0142 µg/m³ (berada di ambang normal, karena < 2 µg/m³) 2. Rata-rata kadar timah hitam (Pb) dalam darah sebesar 13,362µg/dl (berada pada ambang normal, karena < 40 µg/dl), haemoglobin (Hb) sebesar 15,737, jumlah Leukosit sebesar (8,0723)10 3 /ul, jumlah trombosit sebesar (220,06)10 3 /ul, kadar hematokrit sebesar 45,383%, jumlah eritrosit sebesar (5,21)10 6 /ul, MCV (Mean Corpuscular Volume / Volume sel darah), sebesar 87,31 fl, MCH (Mean Corpuscular Haemoglobin/ Berat haemoglobin rata-rata dalam 1 eritrosit), sebesar 30,297 pg, MCHC (Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration/ Konsentrasi haemoglobin eritrosit rata-rata) sebesar 34,685 fl. Hasil uji hipotesis diperoleh gambaran hubungan yang signifikan (p<0,05) antara Pb dalam darah dengan profil darah, yaitu jumlah eritrosit (p-value = 0,018 dan rho = -0,397) dan kadar hematokrit (p-value = 0,037 dan rho = -0,354), walaupun memiliki keeratan hubungan rendah (rho < 0,50). Sedangkan hubungan Pb darah dengan kadar haemoglobin, leukosit, trombosit, MCV, MCH, MCHC tidak terdapat hubungan karena nilai p- value > 0,05, berdasarkan hasil uji statistik tersebut ternyata hubungan kadar Pb darah dengan jumlah eritrosit dengan kadar hematokrit berbanding terbalik, yaitu semakin tinggi nilai Pb dalam darah, semakin rendah jumlah eritrosit dan kadar hematokrit. DAFTAR PUSTAKA 1. Kusnoputranto,H. Penghapusan Bensin Bertimah hitam Sebagai Suatu Keharusan.Makalah, diakses 10 Juni 2010; www.kpbb.org.2000. 2. Palar, H. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat.Jakarta:Rineka Cipta.2004 3. Tugaswati, Tri. Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor dan dampaknya terhadap kesehatan. Diakses tanggal 27 Juli 2010.1995 4. Haryanto, B. Dampak Kesehatan Pencemaran Udara.UAQ-I Healt.2005 5. Sastroasmoro, Sudigdo, Ismail Sofyan. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis.Jakarta:Sagung seto.2000. 6. Agusyana, Yus, Islandscript. Olah data Skripsi dan Penelitian dengan SPSS 19.Jakarta:PT Alex Media Komputindo Kompas Gramedia.2011 7. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1405 Menkes SK/XI/2002 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri. Jakarta: Depkes. 2002. 42