BAB I PENDAHULUAN. yang melimpah membuat beberapa Negara di Eropa mempunyai niat untuk

dokumen-dokumen yang mirip
PERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI REGIONAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Organisasi Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

BAB I PENDAHULUAN. Negara sebagai pribadi hukum internasional harus memiliki syarat-syarat. kemampuan untuk melakukan hubungan dengan negara lain.

Materi Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

ASEAN YANG BERDAYA SAING, INOVATIF, DAN DINAMIS. DR. Mhd. Saeri, M.Hum. (PSA Universitas Riau) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. internasional yang bersifat global yang terpenting masa kini. 1 Di dalam

UU 9/1997, PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perdagangan perempuan dan anak (trafficking) telah lama terjadi di muka

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

AKTOR NEGARA DAN NON NEGARA DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL. Pengantar Hubungan Internasional FISIP UMJ 2017

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL

UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

BENTUK KERJA SAMA ASEAN

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan hukum internasional 4. Kedaulatan

III. METODE PENELITIAN

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG

BAB II PEMBAHASAN 2.1. LATAR BELAKANG BERDIRINYA ASEAN

BAB I PENDAHULUAN. tidak boleh menyimpang dari konfigurasi umum kepulauan. 1 Pengecualian

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perdagangan orang merupakan bentuk modern dari perbudakan manusia.

DAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal...

BENTUK KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL.

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjaga keamanan nasional sekaligus memenuhi kepentingan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Situasi politik keamanan di Laut Cina Selatan dalam beberapa tahun

BAB V KESIMPULAN. Tenggara, yakni Association South East Asian Nations atau yang dikenal

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

SALINAN. c.bahwa... melaksanakan hubungan dan kerja sama internasional untuk mencegah dan memberantas tindak pidana

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan

2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. negara dimana wilayah daratnya berbatasan dengan laut. menimbulkan kerenggangan hubungan dan apabila berlarut-larut akan

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN

Bidang: Politik Dalam Negeri dan Komunikasi

No b. pemanfaatan bumi, air, dan udara serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat; c. desentralis

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 184 TAHUN 2014 TENTANG

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. negara yang membawa akibat-akibat hukum yang sangat kompleks.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 4 TAHUN 1988 (4/1988) TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. adanya pengaturan mengenai perjanjian (treaties), hak dan kewajiban raja, hukum

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Republik Perancis saat ini merupakan salah satu negara yang dapat

Kuis. Kuis. A. Hubungan Indonesia dengan Asia Tenggara dari Masa ke Masa. Manakah negara yang wilayahnya paling luas di Asia Tenggara?

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman, UUD 1945 telah empat kali mengalami perubahan. atau amandemen. Di dalam bidang hukum, pengembangan budaya hukum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi

Lex Crimen Vol. VI/No. 8/Okt/2017. Kata kunci: Tindak Pidana, Pendanaan, Terorisme.

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL. Bab 3

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara hukum, bukan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Konflik bersenjata atau dalam bahasa asing disebut sebagai armed conflict

KEJAHATAN TRANSNASIONAL DI INDONESIA DAN UPAYA PENANGANANNYA. Penyunting Humphrey Wangke

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PIAGAM KERJASAMA PARTAI DEMOKRAT DAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA TAHUN

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DAN/ ATAU SAKSI KORBAN TRANSNATIONAL CRIME DALAM PROSES PENEGAKAN HUKUM PIDANA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

PENGUATAN KERJA SAMA PENEGAKAN HUKUM GLOBAL DAN REGIONAL Oleh: Viona Wijaya * Naskah diterima: 23 Agustus 2017; disetujui: 31 Agustus 2017

BAB I PENDAHULUAN. yang ditimbulkan dapat menyentuh berbagai bidang kehidupan. Korupsi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam memahami hukum Organisasi Internasional. tidak dapat dipisahkan dari sejarah pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga perdagangan antar negara menjadi berkembang pesat dan tidak hanya

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dan dalam lingkungan wilayah yang dibatasi oleh garis-garis perbatasan

Dalam dua dekade terakhir, tren jumlah negara yang melakukan eksekusi hukuman mati menurun

BAB I PENDAHULUAN. dan pelaksanaan HAM lebih banyak dijadikan objek power game diantara blokblok

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG

Telah menyetujui sebagai berikut: Pasal 1. Untuk tujuan Konvensi ini:

OEPARTEMEN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA BUKU PUTIH PERTAHANAN INDONESIA

Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) dan Kepolisian Nasional Philipina (PNP), selanjutnya disebut sebagal "Para Pihak";

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Letak Asia Tenggara yang sangat strategis serta memiliki kekayaan alam yang melimpah membuat beberapa Negara di Eropa mempunyai niat untuk menguasai wilayah di Asia Tenggara. Terbukti dengan Spanyol, Portugis, Inggris, Prancis, Amerika Serikat dan Belanda datang ke wilayah Asia Tenggara tidak hanya untuk berdagang, namun juga untuk menjajah beberapa wilayah di Asia Tenggara. Sebagai contoh Indonesia di jajah bangsa Belanda, penjajahan bangsa Inggris atas Malaysia, Singapura dan Myanmar, penjajahan yang dilakukan bangsa Spanyol dan Amerika Serikat atas Filipina, penjajahan bangsa Prancis atas Laos dan Vietnam serta penjajahan yang di lakukan bangsa Portugis menunjukkan bahwa besarnya keinginan Negara-negara di Eropa untuk menguasai wilayah dari Asia Tenggara 1. Selanjutnya karena banyak persamaan yang ada di antara ke 5 negara Asia Tenggara tersebut maka Filipina, Indonesia, Thailand, Malaysia dan Singapura ingin membentuk suatu organisasi yang dapat membangun kembali Negara mereka. Banyaknya kasus dan masalah, serta ingin tercapainya suatu kesuksesan, kegotongroyongan, kebersamaan dan menjalin kerjasama dalam berbagai bidang yang menciptakan suatu Negara kecil dapat menjadi kuat apabila bekerjasama dengan Negara kecil lainnya, di mana sebagai contoh nyata adalah Negara-negara 1 Tri Dewi Julian, Makalah ASEAN diakses dari https://tridewijuliantipary.wordpress.com/2012/12/12/makalah-asean/ pada tanggal 28 januari 2015 pukul 22.26 WIB

di Asia Tenggara 2. Maka antara beberapa anggota Negara di Asia Tenggara bersatu dan membentuk suatu Organisasi yang di namakan Association of South East Asian Nation (ASEAN). ASEAN merupakan suatu perhimpunan bangsabangsa di Asia Tenggara yang di di rikan pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok, Thailand melalui penandatanganan Deklarasi Bangkok oleh Menteri Luar Negeri Filipina, Indonesia, Thailand, Malaysia dan Singapura. Pertemuan itu dilaksanakan di tepi Pantai Bangsaem Bangkok, Thailand. Pertemuan yang dihadiri oleh lima orang yang merupakan wakil dari masing-masing. Kelima orang tersebut adalah : 1. Adam Malik yaitu Menteri Presidium Urusan Politik/Luar Negeri Indonesia 2. Tun Abdul Razak yaitu Wakil Perdana Menteri Pembangunan Malaysia 3. Tanat Khoman yaitu Menteri Luar Negeri Thailand 4. S. Rajaratnam yaitu Menteri Luar Negeri Singapura 5. Narciso Ramos, yaitu Menteri Luar Negeri Filipina Pada tanggal 7 Januari 1984. Brunei Darussalam masuk sebagai anggota baru ASEAN. Pada tanggal 28 Juli 1995 Vietnam masuk sebagai anggota ASEAN. Myanmar dan Laos menjadi anggota ASEAN pada tanggal 28 Juli 1997 dan Kampuchea pada tanggal 16 Desember 1998 dengan demikian sampai sekarang ASEAN beranggotakan 10 negara. Hasil pertemuan dari Negara-negara tersebut menghasikan Deklarasi Bangkok. Deklarasi Bangkok adalah landasan kesepakatan untuk mengadakan kerja sama regional dalam bidang ekonomi, sosial 2 Ibid

dan kebudayaan di Asia Tenggara yang merupakan dasar dari ASEAN tersebut yang berisi : 1. Mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan perkembangan kebudayaan di kawasan Asia Tenggara 2. Meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional 3. Meningkatkan kerjasama dan saling membantu untuk kepentingan bersama dalam bidang ekonomi, sosial, teknik,ilmu pengetahuan, dan administrasi 4. Memelihara kerjasama yang erat ditengah - tengah organisasi regional dan Internasional yang ada 5. Meningkatkan kerjasama untuk memajukan pendidikan, latihan, dan penelitian di kawasan Asia Tenggara Demikian juga ASEAN mempunyai tujuan yaitu menciptakan pemeliharaan dan peningkatan perdamaian, keamanan, ketahanan dan kawasan bebas senjata nuklir dan senjata pemusnah massal. Selain itu, ASEAN menciptakan kerja sama di bidang perdagangan, penanaman modal, ketenagakerjaan, pengentasan masyarakat dari kemiskinan, dan pengurangan kesenjangan pembangunan di kawasan Asia Tenggara. ASEAN juga ingin menciptakan penguatan demokrasi, pemajuan dan pelindungan hak asasi manusia, dan lingkungan hidup, serta penciptaan lingkungan yang aman dari narkoba. Selain itu, ASEAN mengembangkan sumber daya manusia, meningkatkan partisipasi masyarakat dan kesejahteraan rakyat. Selanjutnya, ASEAN juga memajukan identitasnya dengan meningkatkan kesadaran yang lebih tinggi akan

keanekaragaman budaya dan warisan kawasan, serta meneruskan peran proaktif ASEAN dalam kerja sama dengan negara mitra wicara, yaitu negara dan organisasi internasional yang menjadi mitra kerja sama ASEAN di berbagai bidang. Dalam menjalin hubungan antarnegara anggota, ASEAN memiliki prinsip sebagaimana yang di muat pada Piagam ASEAN, antara lain : 1. Menghormati kemerdekaan, kedaulatan, kesetaraan, integritas wilayah, dan identitas nasional seluruh Negara anggota ASEAN 2. Komitmen bersama dan tanggung jawab kolektif dalam meningkatkan perdamaian, keamanan dan kemakmuran di kawasan Asia Tenggara 3. Menolak agresi, ancaman, penggunaan kekuatan, atau tindakan lainnya dalam bentuk apa pun yang bertentangan dengan hukum internasional Selain itu, ASEAN mengedepankan penyelesaian sengketa secara damai, tidak mencampuri urusan dalam negeri negara anggota ASEAN, dan menghormati kebebasan yang mendasar, pemajuan dan pelindungan hak asasi manusia, serta pemajuan keadilan sosial. Dalam menjalin hubungan antarnegara anggota, ASEAN memiliki prinsip sebagaimana yang di muat pada Piagam ASEAN, antara lain: 1. Menghormati kemerdekaan, kedaulatan, kesetaraan, integritas wilayah, dan identitas nasional seluruh Negara-anggota ASEAN 2. Komitmen bersama dan tanggung jawab kolektif dalam meningkatkan perdamaian, keamanan dan kemakmuran di kawasan, serta menolak agresi,

ancaman, penggunaan kekuatan, atau tindakan lainnya dalam bentuk apa pun yang bertentangan dengan hukum internasional. 3 Berdasarkan beberapa poin yang dimuat dalam Piagam ASEAN tersebut maka untuk meningkatkan keamanan antara Negara sudah seharusnya membangun kerjasama untuk memberantas kejahatan lintas Negara. Beberapa faktor yang menunjang kompleksitas perkembangan kejahatan lintas batas negara antara lain adalah globalisasi, migrasi atau pergerakan manusia, serta perkembangan teknologi informasi, komunikasi dan transportasi yang pesat. Keadaan ekonomi dan politik global yang tidak stabil juga berperan menambah kompleksitas tersebut. Kejahatan lintas negara (Transnational Crimes) dewasa ini di pandang sebagai salah satu ancaman serius terhadap keamanan global. Pada lingkup multilateral, konsep yang dipakai adalah Transnational Organized Crimes (TOC) yang disesuaikan dengan instrumen hukum internasional yang telah di sepakati tahun 2000 yaitu Konvensi PBB mengenai Kejahatan Lintas Negara Terorganisir (United Nations Convention on Transnational Organized Crime-UNTOC). 4 Menurut G.O.W. Mueller, kejahatan transnasional adalah istilah yuridis mengenai ilmu tentang kejahatan, yang diciptakan oleh perserikatan bangsabangsa bidang pencegahan kejahatan dan peradilan pidana dalam hal mengidentifikasikan fenomena pidana tertentu yang melampaui perbatasan 3 http://id.wikipedia.org/wiki/perhimpunan_bangsa-bangsa_asia_tenggara diakses tanggal 28 januari 2015 pukul 22.33 WIB 4 Mar HBBC, Kejahatan Transnasional diakses dari http://semangatmalam.blogspot.com/2013/05/kejahatan-transnasional.html pada tanggal 18 Desember 2014 pukul 20.00 WIB

internasional, melanggar hukum dari beberapa negara, atau memiliki dampak pada negara lain. 5 Bassiouni mengatakan bahwa kejahatan transnasional atau Transnational Crime adalah kejahatan yang mempunyai dampak lebih dari satu negara, kejahatan yang melibatkan atau memberikan dampak terhadap warga negara lebih dari satu negara, sarana dan prasarana serta metoda-metoda yang dipergunakan melampaui batas-batas teritorial suatu negara. Jadi istilah kejahatan transnasional dimaksudkan untuk menunjukkan adanya kejahatan-kejahatan yang sebenarnya nasional (di dalam batas wilayah negara), tetapi dalam beberapa hal terkait kepentingan negara-negara lain. Sehingga tampak adanya dua atau lebih negara yang berkepentingan atau yang terkait dengan kejahatan itu. Kejahatan transnasional jelas menunjukkan perbedaannya dengan kejahatan atau tindak pidana dalam pengertian nasional semata-mata. Demikian pula sifat internasionalnya mulai semakin kabur oleh karena aspek-aspeknya sudah meliputi individu, negara, benda, publik dan privat. Sifatnya yang transnasional yang meliputi hampir semua aspek nasional maupun internasional, baik privat maupun publik, politik maupun bukan politik. 6 Khususnya hubungan antar Negara ASEAN yaitu Indonesia dengan Malaysia sangat banyak kerjasama yang dilakukan antar kedua Negara untuk 5 Hoegeng Sarijad, Transnational Crime diakses dari http://centerofsespimpolri.blogspot.com/2013/09/transnational-crime.html pada tanggal 18 Desember 2014 pukul 20.11 WIB 6 Ibid

bersama menanggulangi kejahatan dan bekerjasama mencegah semakin banyak nya kejahatan yang kemungkinan terjadi dikarenakan letak strategis antara kedua Negara ini dan mudah nya komunikasi serta jarak yang sangat terjangkau membuat kemungkinan mudahnya terjadinya kejahatan atau tindak kriminal yang akan terjadi. Dalam hal ini seiring berkembangnya teknlogi dan zaman serta semakin tingginya kebutuhan seseorang, maka semakin banyaknya terjadi kasus kejahatan yang terjadi, Indonesia dan Malaysia berkesepakatan untuk memberantas kejahatan lintas Negara. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dilihat betapa pentingnya penelitian tentang Kesepakatan antar Indonesia dengan Malaysia dalam Memberantas Kejahatan Lintas Negara ini dibuat. B. Perumusan Masalah Permasalahan adalah merupakan kenyataan yang dihadapi dan harus diselesaikan dalam penelitian. Dengan adanya rumusan masalah maka akan dapat ditelaah secara maksimal ruang lingkup penelitian sehingga tidak mengarah pada hal-hal di luar permasalahan. Adapun Permasalahan yang di ajukan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pengaturan Hukum Nasional terhadap kejahatan lintas Negara di Indonesia dan Malaysia dalam lingkup ASEAN? 2. Bagaimanakah aspek-aspek Hukum Internasional dalam keterkaitannya terhadap kejahatan lintas Negara dalam lingkup ASEAN? 3. Bagaimana kesepakatan antara Indonesia dengan Malaysia dalam menangani kejahatan lintas Negara tersebut?

C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian skripsi yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui kesepakatan antara Indonesia dan Malaysia 2. Untuk mengetahui sistem Hukum Indonesia dan Hukum di luar negeri yang berlaku apabila terbukti melakukan Kejahatan Lintas Negara. 3. Untuk mengetahui posisi Indonesia di antara Negara-negara ASEAN lainnya dalam memberantas Kejahatan Lintas Negara D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian skripsi yang akan dilakukan adalah: a. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi kerjasama antara Indonesia dan Malaysia sehingga dapat tetap mempertahankan keamanan di antara kedua Negara tersebut. b. Sebagai bahan masukan teoritis untuk menambah pengetahuan dan pemahaman hukum Internasional serta perjanjian Internasional. E. Keaslian Penulisan Adapun judul tulisan ini adalah Kesepakatan antara Indonesia dengan Malaysia dalam memberantas Kejahatan Lintas Negara. Judul skripsi ini belum pernah ditulis dan diteliti dalam bentuk yang sama, sehingga tulisan ini asli, atau dengan kata lain tidak ada judul yang sama dengan judul skripsi mahasiswa Fakultas Hukum USU. Dengan demikian keaslian skripsi ini dapat di pertanggung jawabkan secara ilmiah. F. Metode Penelitian

Pengertian metode dapat dikatakan adalah proses, prinsip-prinsip dan tata cara memecahkan suatu masalah, sedangkan penelitian adalah pemeriksaan secara hati-hati, tekun dan tuntas terhadap suatu gejala untuk menambah pengetahuan manusia, maka metode penelitian dapat di artikan sebagai proses prinsip-prinsip dan tata cara untuk mencegah masalah yang dihadapi dalam melakukan penelitian 7 Menurut Sutrisno Hadi, metode penelitian merupakan penelitian yang menyajikan bagaimana caranya atau langkah-langkah yang harus di ambil dalam suatu penelitian secara sistematis dan logis sehingga dapat di pertanggungjawabkan kebenarannya. 8 Dalam suatu penelitian guna menemukan dan mengembangkan kejelasan dari sebuah pengetahuan maka diperlukan metode penelitian. Dengan menggunakan metode penelitian akan memberikan kemudahan dalam mencapai tujuan dari penelitian. Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kepustakaan yang bersifat normatif, yaitu penelitian yang menggunakan data sekunder. Data sekunder tersebut meliputi : 1. Tipe Penelitian 7 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta : UI Press, 1986), hlm 6 8 Sutrisno Hadi, Metodologi Riset Nasional. (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), hlm. 46

Penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian hukum normatif. 9 Langkah pertama di lakukan penelitian normatif yang didasarkan pada bahan hukum primer, sekunder dan tertier : a. Bahan hukum primer, dalam penelitian ini digunakan Konvensi Internasional yang mengatur tentang Perjanjian Internasional seperti United Nations Convention on Transnational Organized Crime (UNTOC) dan Konvensi Wina tahun 1969 tentang Perjanjian Internasional b. Bahan hukum sekunder, berupa bacaan yang relevan dengan materi yang diteliti seperti karya ilmiah dari para sarjana dan hasil penelitian. c. Bahan hukum tertier, yaitu dengan menggunakan kamus hukum maupun kamus umum dan website internet baik itu melalui Google maupun Yahoo. 2. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh suatu kebenaran ilmiah dalam penulisan skripsi, maka di gunakan metode pengumpulan data dengan cara : Studi Kepustakaan, yaitu mempelajari dan menganalisis secara digunakan sistematis buku-buku, surat kabar, makalah ilmiah, jurnal Internasional, internet, peraturan perundang-undangan dan bahan-bahan lain yang berhubungan dengan materi yang di bahas dalam skripsi ini. 3. Analisis Data Metode yang di gunakan untuk menganalisis data adalah analisis kualitatif, yaitu data yang diperoleh di kemudian disusun secara sistematis dan selanjutnya di analisis secara kualitatif untuk mencapai kejelasan masalah yang 9 Ibid, hlm 9-10.

akan dibahas dan hasilnya tersebut dituangkan dalam bentuk skripsi. Metode kualitatif dilakukan guna mendapatkan data yang bersifat deskriptif analistis, yaitu data-data yang akan diteliti dan dipelajari sesuatu yang utuh. 10 G. Sistematika penulisan Untuk memudahkan pemahaman terhadap materi dari skripsi ini dan agar tidak terjadi nya kesimpangsiuran dalam penulisan skripsi ini, maka penulis membaginya dalam beberapa bab dan tiap bab di bagi lagi ke dalam beberapa sub-sub bab. Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Bab pertama ini merupakan bagian dari pendahuluan yang menggambarkan tentang gambaran umum yang membahas latar belakang dari perumusan masalah yang muncul serta tujuan dan mafaat dari penulisan yang dapat diambil dari judul tersebut dan yang membuktian keasalian dari penulisan ini serta bagaimana penelitian dan sistematik dari penulisan ini. Selanjutnya, yang dibahas dalam bab kedua ini merupakan penjelasan dari terbentuknya ASEAN serta bagaimana hubungan antara anggota-anggota ASEAN yang telah terjalin serta memberi pengertian apa itu kejahatan lintas Negara dan apa yang memfaktori kejahatan lintas Negara tersebut dapat terjadi di lingkup internasional. Dalam bab ketiga ini merupakan pengantar yang melatarbelakangi penjelasan tentang dasar-dasar peraturan antara Hukum Nasional dan Hukum Internasional yang berlaku dan bagaimana pandangan Hukum Internasional 10 Soemitro, Ronny Hanitijo, Hukum dan Penelitian Hukum, (Bandung : PT. Citra Adi tya Bakti, 2004), hal 18

terhadap tindak kriminal yang terjadi anatara Indonesia dan Malaysia dimana adanya Perjanjian Internasional dan kerjasama yang dilakukan antara kedua Negara. Selanjutnya, bab keempat membahas tentang pemberantasan kejahatan lintas Negara dalam lingkup regional ASEAN yang menjelaskan bentuk-bentuk kejahatan lintas Negara yang sering terjadi di ASEAN secara umum dan lingkup bilateral antara Indonesia dan Malaysia sebagai anggota ASEAN untuk memberantas kejahatan yang terjadi dalam lintas kedua Negara tersebut. Bab kelima merupakan bab terakhir dalam penulisan skripsi ini, dimana dalam bab lima ini berisikan kesimpulan dan saran-saran yang berkaitan dengan judul penulisan skripsi ini.