BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Niken Noviasti Rachman, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sistem pendidikan nasional merupakan satu kesatuan utuh

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Berbasis Proyek (project-based learning) dan Zain (2006:83) metode proyek adalah cara penyajian pelajaran yang

PENERAPAN MODEL PROJECT BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) juga. persaingan global yang dihadapi oleh setiap negara, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Metode konvensional (ceramah) kurang mengena untuk diterapkan pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 PENGARUH METODE GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Salah satu disiplin ilmu yang dipelajari pada jenjang Sekolah Menengah Atas

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Muhamad Nurachim, 2015

Skripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K

BAB I PENDAHULUAN. masalah dalam memahami fakta-fakta alam dan lingkungan serta

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional bab I pasal (1), disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No 20 tahun 2003 pasal 1 menegaskan bahwa pendidikan. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan dalam pembelajaran yaitu: 1) kemampuan melakukan penalaran. 5) keterampilan komunikasi (Trisni dkk, 2012: 3).

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. teknologi komunikasi dewasa ini, menuntut individu untuk memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berorientasi pada kecakapan hidup (life skill oriented), kecakapan berpikir,

I. PENDAHULUAN. Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Materi pelajaran kimia di SMA/MA secara umum memiliki karakteristik bersifat abstrak sehingga diperlukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan aspek penting dalam kehidupan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. diri setiap individu siswa. Mudah masuknya segala informasi, membuat siswa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan

BAB I PENDAHULUAN. tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 19 ayat (1) tentang Standar Proses, pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebaiknya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif,

RANCANGAN ALAT UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP N 1 AMBARAWA TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang tersebut, tugas utama guru adalah mendidik, mengajar,

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masih

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarakan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan : Hasil belajar siswa SMA Negeri 2 Serui Kabupaten Kepulauan Yapen,

I. PENDAHULUAN. Manusia (SDM) yang berkualitas yang mampu menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Menurut Muhaimin (2008: 333), kurikulum adalah seperangkat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutma innah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran di sekolah, peserta didik perlu memiliki kemampuan

Keterlibatan siswa baik secara fisik maupun mental merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini mengakibatkan kompetensi sains merupakan salah satu faktor yang

I. PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kreatif merupakan kebutuhan yang harus dimiliki

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran tradisional kerap kali memosisikan guru sebagai pelaku

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengembangkan diri sesuai dengan potensi yang ada pada manusia

I. PENDAHULUAN. Salah satu disiplin ilmu yang dipelajari pada jenjang SMA adalah ilmu kimia.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No.41 Tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Mencerdaskan kehidupan bangsa adalah cita-cita bangsa yang harus terus

sendiri dari hasil pengalaman belajarnya.

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik yang dikehendaki dunia kerja (Career Center Maine Department

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

BAB I PENDAHULUAN. belajarnya dan dapat membangun pengetahuannya sendiri (student centered. digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran masih kurang.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

2 Penerapan pembelajaran IPA pada kenyataannya di lapangan masih banyak menggunakan pembelajaran konvensional yaitu pembelajaran yang berpusat pada gu

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan terkait fokus penelitian pertama: Bagaimana implementasi

BAB I PENDAHULUAN. macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut

(Contoh) DESAIN PEMBELAJARAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET C UPT SKB KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Widhi Anugrah Sukma Gemilang, 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dalam Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wita Aprialita, 2013

Sementara tantangan eksternal salah satunya arus globalisasi dan berbagai isu

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kemana arah hidup dan cita-cita yang ingin masyarakat capai. memerlukan pendidikan demi kemajuan kehidupannya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rena Ernawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik

BAB I PENDAHULUAN. knowledge, dan science and interaction with technology and society. Oleh

Pembelajaran tipe giving question and getting answer dengan group resume

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING

2016 PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARGUMENT-BASED SCIENCE INQUIRY (ABSI) TERHADAP KEMAMPUAN MEMAHAMI DAN KEMAMPUAN BERARGUMENTASI SISWA SMA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Materi Pertumbuhan dan Perkembangan pada Makhluk Hidup khususnya pada Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan termasuk ke dalam materi yang sangat menarik, tetapi kadang banyak guru mengajarkannya hanya dalam bentuk ceramah atau pengamatan sederhana berupa gambar pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan. Sesungguhnya banyak hal dapat dilakukan siswa untuk mempelajari materi tersebut, guru dapat merencanakan pembelajaran dengan lebih menarik sehingga siswa dapat lebih aktif belajar, mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatifnya, lebih teliti dalam mengamati, bertanggung jawab dan lebih tertantang. Metode konvensional (ceramah) kurang mengena untuk diterapkan pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), karena sesungguhnya IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsepkonsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu penemuan (Badan Standar Nasional Pendidikan/BSNP, 2010). Bellanca (2011) menyatakan dalam bukunya bahwa pada dekade yang telah lalu siswa dinilai berdasarkan ukuran yang mengacu pada kecerdasan logika/matematik dan kecerdasan verbal linguistik, yaitu kecerdasan yang sealur dengan sekolah-sekolah tradisional. Kecerdasan ini berperan besar dalam menghapus minat lain yang dapat dikembangkan oleh siswa, akibatnya seni musik dan visual, sains dan ilmu lainnya yang dapat dipelajari oleh siswa semakin tersisihkan. Jumlah siswa yang semakin banyak juga menyebabkan sekolah mengambil sikap melakukan pendekatan minimalis kepada siswa, yaitu dengan cara membuat program pengajaran menjadi lebih ringkas, membaca lebih cepat, hitungan bersifat aritmatik dan sesedikit mungkin diskusi. 1

2 Anggapan bahwa pentingnya standar pengukuran yang dibuat, menyebabkan para guru dibentuk dan diharuskan untuk mengikuti kurikulum yang ketat dan kaku. Hal ini menjadikan guru sulit untuk menjadi kreatif dan menyesuaikan gaya mengajar dengan kebutuhan murid-muridnya. Penekanan bahan pelajaran, khususnya di kelas-kelas tingkat rendah, adalah dengan memberi sekian banyak bahan hapalan verbal dan numerikal (Bellanca, 2011). Murnane dan Levy (1996 dalam Bellanca, 2011) menyatakan bahwa walaupun struktur ekonomi tengah berubah, namun sekolah-sekolah masih mempertahankan kurikulum minimalis dari abad sembilan belas, karena terdapat ketidaksesuaian antara ilmu dan keterampilan yang dibutuhkan, untuk bertahan di dunia kerja yang modern dan berkinerja tinggi dengan apa yang diajarkan oleh sekolah-sekolah. Kecenderungan pembelajaran IPA/Sains di Indonesia yang dikemukakan oleh Pusat Kurikulum (2008) antara lain: 1. Pembelajaran hanya berorientasi pada tes/ujian. 2. Pengalaman belajar yang diperoleh di kelas tidak utuh dan tidak berorientasi pada tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. 3. Pembelajaran lebih bersifat teacher-centered, guru hanya menyampaikan IPA sebagai produk dan peserta didik menghafal informasi faktual. 4. Peserta didik hanya mempelajari IPA pada domain kognitif yang terendah, peserta didik tidak dibiasakan untuk mengembangkan potensi berfikirnya. 5. Cara berfikir yang dikembangkan dalam kegiatan belajar belum menyentuh domain afektif dan psikomotor. Alasan yang sering dikemukakan oleh para guru adalah keterbatasan waktu, sarana, lingkungan belajar, dan jumlah peserta didik per kelas yang terlalu banyak. 6. Evaluasi yang dilakukan hanya berorientasi pada produk belajar yang berkaitan dengan domain kognitif dan tidak menilai proses. Proses belajar yang dilakukan di banyak sekolah seperti temuan Depdiknas di atas mengindikasikan bahwa pembelajaran hanya memprioritaskan pada kelulusan

3 siswa dalam Ujian Nasional, tidak lagi memperhatikan keutuhan dan hakikat sains yang sangat memperhatikan proses dan produk, karena dalam pembelajaran kurang memperhatikan keterlibatan siswa. Guru merupakan satu-satunya sumber belajar dan belajar hanya menyentuh ranah kognitif paling rendah yang hanya mengandalkan ingatan dan pemahaman, karena hanya berupa penyampaian faktafakta yang tidak membutuhkan pemikiran mendalam. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No. 41 tahun 2007 tentang standar proses pendidikan menyebutkan bahwa proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologi siswa. Oleh karena itu kegiatan pembelajaran sains harus lebih diarahkan pada proses pembelajaran yang mengaktifkan siswa untuk memperoleh berbagai kemampuan yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai model pembelajaran telah diciptakan oleh para ahli untuk membuat siswa aktif dan mencintai belajar, salah satu model pembelajaran inovatif adalah pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning). Pembelajaran berbasis proyek memfasilitasi siswa untuk berinvestigasi, memecahkan masalah, dan tugas-tugas bermakna lainnya, terpusat pada siswa, dan menghasilkan produk nyata. Dalam mengembangkan pembelajaran berbasis proyek, guru dituntut untuk menyiapkan rencana, sebagai panduan guru dalam proses pembelajarannya. Di dalam perencanaan dan skenario pembelajaran, guru harus mengarahkan rencana proyeknya dalam sebuah kerangka pertanyaan berdasarkan SK/KD yang ada dalam kurikulum. Suatu proyek memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk mengindentifikasi dan merumuskan masalahnya sendiri. Tujuan pembelajaran dicapai melalui kegiatan penemuan (discovery learning) selama interaksi dengan lingkungan belajar (Collins, 1989). Pembelajaran berbasis proyek

4 merupakan suatu model yang berbeda dari model tradisional dengan fokus utama menempatkan pebelajar dalam proyek nyata. Pebelajar memiliki kesempatan membangun pengetahauannya sendiri sesuai dengan kebutuhannya. Barron (1998 dalam Bellanca, 2012) menyatakan bahwa ketika siswa belajar bagaimana membuat rencana, merefleksikan kinerja mereka dan mengambil umpan balik intensif dari guru, mereka jauh lebih mungkin untuk melakukan yang lebih baik dalam pekerjaan sehari-hari dan pada tes berbasis standar. Sedangkan Bellanca (2012) menyatakan bahwa ketika guru didorong untuk mengintegrasikan strategi instuksional yang terbaik dan merancang pembelajaran berbasis proyek kepada siswanya, mereka telah memberikan kesempatan terbaik kepada siswanya untuk mempelajari standar konten yang diperlukan untuk didefinisikan, bahkan pada standar yang paling ketat dan tidak fleksibel sekalipun. Pada zaman globalisasi ini, setiap siswa harus memiliki kompetensi yang sesuai dengan zamannya. Siswa perlu dibekali dengan berbagai keterampilan dan pengetahuan, agar mereka dapat bertahan dan bersaing. Pada beberapa Standar Kompetensi Lulusan di sekolah menengah disebutkan bahwa siswa harus dapat membangun dan menerapkan informasi dan pengetahuan secara logis, kritis, kreatif, dan inovatif; menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif dalam pengambilan keputusan; dan menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah kompleks. Selain itu, siswa tidak hanya dapat berpikir saja, tetapi juga siswa harus dapat berargumentasi mengenai apa yang dipikirkannya itu. Siswa harus dapat mengkomunikasikan hasil pemikirannya. Hal ini sesuai dengan berpikir kritis yang diungkapkan oleh Inch et al. (2006) bahwa siswa harus dapat mengumpulkan semua informasi yang didapatkannya dan mengomunikasikan hasil pemikirannya. Pendekatan terhadap kurikulum pelajaran melalui berpikir kritis menantang guru untuk mengembangkan teknik-teknik instruksi atau pengajaran yang akan membantu mempersiapkan siswa, untuk menghadapi dunia di luar sekolah. Menurut Bellanca (2012) berpikir kritis mengembangkan kemampuan siswa untuk

5 menghadapi, memahami, dan mentransfer apa yang telah mereka pelajari dalam situasi kehidupan nyata. Kesempatan siswa untuk mengembangkan proses berpikir kritis tidak akan ditemukan dalam kelas yang didominasi soal-soal isian dengan jawaban ringkas, tetapi pada kelas yang aktif melibatkan siswanya untuk mempertajam fungsi-fungsi berpikir dan menjadikan mereka pelajar yang efisien dengan tipe kecerdasan apapun yang mereka gunakan. Dalam pendidikan formal, guru kadang mengajarkan siswa bagaimana memahami konsep, mengamati, menganalisis, membuat argumen dan mempertahankan argumennya, mencari tahu jawaban sebuah pertanyaan, tetapi ada jenis lain cara berpikir yang lebih mengeksplorasi ide, menghasilkan segala kemungkinan, mencari banyak jawaban yang benar dari pada hanya satu jawaban, yaitu berpikir kritis dan kreatif. Kedua pemikiran tersebut sangat penting bagi siswa ketika menghadapi dunia kerja dan kedua pemikiran sebut sangat dibutuhkan oleh siswa menghadapi abad ke 21 yang penuh persaingan. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk mengembangkan pembelajaran berbasis proyek yang sangat menarik dan menantang. Di Indonesia pembelajaran berbasis proyek masih sangat jarang dilakukan atau dilaksanakan, mungkin karena prosesnya yang memakan waktu yang lama, persiapan yang lebih banyak, penilaian yang lebih detail atau karena beban kurikulum sehingga pembelajaran berbasis proyek jadi kurang diminati oleh guru-guru kita. Studi mendalam tentang pembelajaran berbasis proyek juga masih sangat kurang di Indonesia, sehingga sangatlah penting untuk meneliti lebih jauh tentang pengaruh pembelajaran berbasis proyek terhadap kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa pada Materi Pertumbuhan dan Perkembangan pada Makhluk Hidup khususnya pada Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dilakukan penelitian dengan judul: Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Proyek Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis dan Kreatif Siswa Kelas VIII pada Materi Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan.

6 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dan latar belakang di atas, maka secara umum dapat dirumuskan masalah penelitian, yaitu Bagaimana pengaruh model pembelajaran berbasis proyek terhadap keterampilan berpikir kritis dan kreatif siswa kelas VIII pada materi Pertumbuhan dan Perkembangan pada Tumbuhan?. Rumusan tersebut dijabarkan dalam beberapa pertanyaan penelitian, yaitu: 1. Bagaimanakah peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa pada materi Pertumbuhan dan Perkembangan pada Tumbuhan setelah mendapatkan pengajaran dengan menggunakan Pembelajaran Berbasis Proyek dan Praktikum? 2. Bagaimanakah peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa setiap indikator pada materi Pertumbuhan dan Perkembangan pada Tumbuhan setelah mendapatkan pengajaran dengan menggunakan Pembelajaran Berbasis Proyek dan Praktikum? 3. Bagaimanakah peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa pada materi Pertumbuhan dan Perkembangan pada Tumbuhan setelah mendapatkan pengajaran dengan menggunakan Pembelajaran Berbasis Proyek dan Praktikum? 4. bagaimanakah peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa setiap indikator pada materi Pertumbuhan dan Perkembangan pada Tumbuhan setelah mendapatkan pengajaran dengan menggunakan Pembelajaran Berbasis Proyek dan Praktikum? 5. Bagaimana keunggulan dan kelemahan dari model pembelajaran yang diterapkan? Pada penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Pembelajaran berbasis proyek menjadi variabel bebas, sementara keterampilan berpikir kritis dan keterampilan berpikir kreatif siswa menjadi variabel terikat.

7 C. Batasan Masalah Untuk lebih mengarahkan penelitian yang dilakukan, maka peneliti membatasi permasalahan sebagai berikut : 1. Model pembelajaran yang diterapkan dalam pembelajaran biologi ini adalah model pembelajaran berbasis proyek yang melalui enam tahap pelaksanaan (The George Lucas Educational Foundation: 2005). Keenam tahapan tersebut adalah 1) Start with the essential question, 2) Design a plan for the project, 3) Creates a schedule, 4) Monitor the students and the progress of the project, 5) Asses the Outcome, 6) Evaluate the Experiences, 2. Berpikir kritis yang digunakan dalam penelitian ini diadopsi dari Inch et al. (2006) mencakup delapan elemen berpikir kritis yang merupakan fungsi yang saling berhubungan. Kedelapan elemen tersebut yaitu: pertanyaan terhadap masalah (question at issue), tujuan (purpose), informasi (information), konsep (concepts), asumsi (assumptions), sudut pandang (point of view), interpretasi dan menarik kesimpulan (interpretation and inference), dan implikasi dan akibat-akibat (implication and concequences). 3. Berpikir kreatif dalam penelitian ini adalah berpikir kreatif yang dikemukakan oleh Munandar (1990) meliputi keterampilan berpikir lancar (Fluency), keterampilan berpikir luwes (Flexibility), keterampilan berpikir orisinil (Originality), keterampilan berpikir merinci (Elaboration) dan keterampilan berpikir menilai (Evaluation). 4. Strandar Kompetensi (SK) yang sesuai untuk bahasan ini adalah SK.1 kelas VIII semester 1 tentang Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia, KD 1.1 Menganalisis pentingnya pertumbuhan dan perkembangan pada makhluk hidup dalam penelitian ini menitik beratkan pada Pertumbuhan dan Perkembangan pada Tumbuhan. D. Tujuan Penelitian

8 Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran peningkatan kemampuan berpikir kritis Inch et al. (2006) dan kemampuan berpikir kreatif Munandar (1990) siswa SMP pada Materi Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk menganalisis pengaruh pembelajaran berbasis Proyek dan Praktikum terhadap kemampuan berpikir kritis siswa SMP kelas VIII pada Materi Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan. 2. Untuk menganalisis pengaruh pembelajaran berbasis Proyek dan Praktikum terhadap kemampuan berpikir kritis pada setiap indikator, siswa SMP kelas VIII pada Materi Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan. 3. Untuk menganalisis pengaruh pembelajaran berbasis Proyek dan Praktikum terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa SMP kelas VIII pada Materi Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan. 4. Untuk menganalisis pengaruh pembelajaran berbasis Proyek dan Praktikum terhadap kemampuan berpikir kreatif pada setiap indikator siswa SMP kelas VIII pada Materi Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan. 5. Untuk menemukan keunggulan dan kelemahan dari penerapan pembelajaran berbasis Proyek. E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, diantaranya: 1. Manfaat Teoritis: a. Memberi informasi tentang proses pembelajaran berbasis proyek. b. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan tentang pengembangan materi dalam pendidikan Biologi 2. Manfaat Praktis:

9 a. Bagi siswa, terlatihnya pengetahuan dan keterampilan siswa tentang berpikir kritis, berpikir kreatif dan dapat memotivasi siswa dalam belajar, juga menanamkan sikap ilmiah, senang belajar Biologi, dan memberikan wawasan serta pengayaan pengetahuan yang luas. b. Siswa berlatih merencanakan suatu kegiatan, meningkatkan kinerja siswa, belajar bekerja sama secara baik dalam kelompok, melatih berkomunikasi, menuangkan ide, menghargai pendapat orang lain dan mengembangkan diri. c. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan wawasan terhadap pentingnya suatu strategi pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan berpikir kreatif. d. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian lebih jauh mengenai pembelajaran Biologi yang dapat mengembangkan berpikir kritis dan berpikir kreatif siswa baik pada tema yang sama maupun pada tema yang berbeda. F. Asumsi Berdasarkan rumusan masalah di atas maka asumsi yang mendasari penelitian ini adalah : 1. Pembelajaran proyek atau dikenal sebagai pembelajaran berbasis proyek, adalah strategi pembelajaran yang memberdayakan peserta didik untuk mengejar pengetahuan konten milik mereka dan menunjukkan pemahaman baru mereka melalui berbagai variasi presentasi (Klein et al., 2009) 2. Pembelajaran berbasis proyek adalah pendekatan cara pembelajaran secara konstruktif untuk pendalaman pembelajaran dengan pendekatan berbasis riset terhadap permasalahan dan pertanyaan yang berbobot, nyata dan relevan bagi kehidupannya (Barron, 1998 dalam Purnawan, 2008). 3. Pembelajaran berbasis proyek adalah cara yang konstruktif dalam pembelajaran menggunakan permasalahan sebagai stimulus dan berfokus kepada aktifitas pebelajar (Boud and Felleti, 1991).

10 G. Hipotesis Penelitian Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut, maka hipotesis untuk penelitian ini adalah : Terdapat pengaruh yang signifikan dalam kemampuan berpikir kritis dan kreatif antara siswa yang diberi pembelajaran berbasis proyek dengan pembelajaran praktikum pada materi Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan.