I. PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi telah membawa perubahan-perubahan yang cepat dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. untuk menunjang penampilan seseorang, bahkan bagi masyarakat dengan gaya

BAB II. KEADAAN UMUM INSTANSI

TUGAS POKOK DAN FUNGSI

KEADAAN UMUM INSTANSI MAGANG

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Penampilan menarik dan cantik selalu diidam-idamkan oleh semua kalangan

I. PENDAHULUAN. dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukan sebagai

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN : KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN N0M0R : 02001/SK/KBPOM TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. ketentuan perundang-undangan. Izin menurut definisi yaitu perkenan atau

BAB I PENDAHULUAN. beli makanan dan minuman yang melintasi batas-batas wilayah suatu Negara,

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Kota Bandar Lampung

BAB III PENGAWASAN PEREDARAN OBAT KUAT IMPOR OLEH BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENINGKATAN EFEKTIVITAS PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya iklan di berbagai media yang menampilkan wanita berkulit cerah

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 026 TAHUN 2013

RechtsVinding Online

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENINGKATAN EFEKTIVITAS PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERBANDINGAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN DEPARTEMEN KESEHATAN NOMOR 1575/MENKES/PER/IX/2005

BAB 1 PENDAHULUAN. merubah warna kulit sehingga menjadikan kulit putih bersih dan bersinar

Pemberdayaan Apoteker dalam Peningkatan Efektifitas Pengawasan Iklan Obat Tradisional

I. PENDAHULUAN. para pelaku usaha yang beroprasi di pasar internasional dan pasar domestik (lokal).

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap keberadaan dan ketahanan hidup manusia. Mengingat kadar

BAB I PENDAHULUAN. Ketersediaan obat bagi masyarakat merupakan salah satu komitmen pemerintah

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK

Daftar Rekapitulasi Bisnis Proses Badan Pengawas Obat dan Makanan

Disampaikan oleh. Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Yogyakarta Jl Tompeyan I Tegalrejo Yogyakarta Telp (0274) , Fax (0274) ,

BAB I PENDAHULUAN. yang menghabiskan uangnya untuk pergi ke salon, klinik-klinik kecantikan

BAB I PENDAHULUAN. mikrobiologisnya. Secara visual faktor warna yang tampil terlebih dahulu terkadang

BAB I PENDAHULUAN. penting dan strategis di Provinsi Lampung. Salah satu dari dampak itu adalah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dalam memberikan perlindungan terhadap warga negaranya dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Kriminalitas merupakan salah satu masalah publik yang sulit diatasi. Salah satu

BAB III METODE PENELITIAN. membandingkan dengan standar ukuran yang telah ditentukan. 1

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN HK TENTANG PEMASUKAN OBAT JALUR KHUSUS KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA DAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. keadilan, untuk mencapai tujuan tersebut Indonesia dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang no.36 tahun 2009 tentang Kesehatan, kesehatan

BAB III WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB BBPOM DALAM PENGAWASAN TERHADAP DISTRIBUSI OBAT TRADISIONAL DI KOTA BANDUNG

PERANAN DAN TANGGUNG JAWAB BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN (BPOM) TERKAIT KASUS ALBOTHYL MENURUT UNDANG UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia memiliki sumber daya hayati dan merupakan salah satu negara

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kebudayaan atau pun kebiasaan masyarakat di Indonesia.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1996 TENTANG PENGESAHAN CONVENTION ON PSYCHOTROPIC SUBSTANCES 1971 (KONVENSI PSIKOTROPIKA 1971)

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Seiring era perdagangan bebas sekarang ini berbagai jenis kosmetik beredar

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR HK NOMOR KEP - 49 /BC/2006 TENTANG

- 1 - BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

Gerakan Nasional Peduli Obat dan Pangan Aman. aktivitas keseharian dan pola pengobatan masyarakat di Indonesia. Saat jenis penyakit akibat

STUDI KASUS Berdasarkan laporan dari masyarakat bahwa disinyalir Toko Kosmetik Berkah yang beralamat di JMP Lt. I Blok 22 Surabaya menjual kosmetik

PETA BISNIS PROSES. Registrasi Obat dan Produk Biologi, Pendaftaran Obat Tradisional dan Suplemen Kesehatan POM-02. Evaluasi Produk dan Administrasi

BAB III TINJAUAN TEORITIS PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN. digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan makanan atau

I. PENDAHULUAN. kesehatannya banyak cara yang dilakukan oleh masyarakat mulai dari melakukan

RENCANA KINERJA TAHUNAN BADAN POM TAHUN Target Program

STRUKTUR ORGANISASI, TUGAS, dan FUNGSI BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

PENGUKURAN KINERJA KEGIATAN BADAN POM TAHUN Uraian. permohonan. Pengawasan. pendaftaran Produk. pangan sebelum Berbahaya. dan Bahan.

KEADAAN UMUM DAN LINGKUNGAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Gerakan Nasional Peduli Obat dan Pangan Aman (GNPOPA) Edukasi terkait OBAT pada Remaja dan Dewasa

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2010 TENTANG PREKURSOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Obat dan Makanan Terjamin Aman, Bermutu dan Bermanfaat

TINJAUAN PUSTAKA. dan visi organisasi yang tertuang dalam startegic planning suatu organisasi.

Manajemen Risiko Dalam Penentuan Program Inspeksi OBAT TRADISIONAL BADAN POM RI

BAB I PENDAHULUAN. keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia yang besar merupakan pasar potensial bagi para

Berdasarkan bahan dan penggunaannya serta untuk maksud evaluasi produk kosmetik

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan manusia merupakan suatu keadaan akan sebagian dari pemuasan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, produk kosmetik khususnya. yakni di pusat perbelanjaan, maupun di klinik kecantikan.

Farmaka Volume 15 Nomor 4 1

I. PENDAHULUAN. Seiring berkembangnya zaman, dunia kecantikan juga berkembang cukup pesat.

BAB I PENDAHULUAN. dan tempat pelayanan kesehatan (DepKes RI, 2002). paling tepat dan murah (Triyanto & Sanusi, 2003).

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Mengenai Penegakan Hukum Pidana. 1. Penegak Hukum dan Penegakan Hukum Pidana

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2010 TENTANG PREKURSOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. seluas-luasnya sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

yang mengandung bahan-bahan kimia berbahaya, khususnya makanan basah dibutuhkan oleh manusia. Namun, ketika isu formalin dan bahan-bahan kimia

I. PENDAHULUAN. Saat ini, plastik banyak digunakan sebagai kemasan makanan dan minuman.

REKOMENDASI ALTERNATIF KEBIJAKAN PEMASARAN. pemasaran, adapun strategi pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan bertujuan

BAB II PENGATURAN TINDAK PIDANA MENGEDARKAN SEDIAAN FARMASI TANPA IZIN EDAR DALAM HUKUM POSITIF INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai jenis kulit, warna kulit, iklim, cuaca, waktu penggunaan, umur dan jumlah

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I. Pendahuluan. mendeskripsikan kata kosmetik selalu identik dengan peralatan make-up atau

PEDOMAN PENGAWASAN PRODUKSI DAN PEREDARAN KOSMETIKA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN POM. Organisasi Unit Pelaksana Teknis. Organisasi. Tata Kerja.

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016 TENTANG PENGAWASAN SUPLEMEN KESEHATAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, DAN PERLINDUNGAN KONSUMEN

II. TINJAUAN PUSTAKA Keamanan Pangan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan analisis dari Pengaturan Tindak Pidana dan

ANALISIS IKLAN OBAT BEBAS DAN OBAT BEBAS TERBATAS PADA ENAM MEDIA CETAK YANG BEREDAR DI KOTA SURAKARTA PERIODE BULAN FEBRUARI-APRIL 2009

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 949/MENKES/PER/VI/2000 TENTANG REGISTRASI OBAT JADI MENTERI KESEHATAN,

A. Analisis Sadd al-dhari> ah terhadap Jual Beli Produk Kecantikan yang Tidak Ada Informasi Penggunaan Barang dalam Bahasa Indonesia

UNIVERSITAS INDONESIA

b. bahwa dengan diundangkannya Peraturan Bupati Karangasem Nomor 17 Tahun 2015 tentang Tata

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 58 TAHUN 2001 (58/2001) TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KONSUMEN

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan teknologi telah membawa perubahan-perubahan yang cepat dan signifikan pada industri farmasi, obat asli Indonesia, makanan, kosmetik dan alat kesehatan. Melalui penggunaan teknologi modern, industri-industri tersebut kini mampu memproduksi berbagai produk dalam skala yang sangat besar dan luas. Dukungan kemajuan teknologi transportasi dalam perdagangan internasional pun membuat produk-produk tersebut dalam waktu yang amat singkat dapat menyebar ke berbagai negara dengan jaringan distribusi yang sangat luas dan mampu menjangkau ke seluruh lapisan masyarakat. ( Sumber: www.bbpom.go.id diakses tanggal 1 Desember 2013). Konsumsi masyarakat terhadap produk-produk tersebut cenderung terus meningkat, seiring dengan berubahnya gaya hidup masyarakat dan termasuk pola konsumsinya. Sementara itu, masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui cara untuk dapat memilih dan menggunakan produk secara tepat, benar dan aman. Disisi lain, iklan dan promosi pun secara gencar mendorong konsumen untuk mengkonsumsi produk-produk yang ditawarkan. Perubahan teknologi produksi, sistem perdagangan internasional dan gaya hidup konsumen tersebut pada kenyataannya meningkatkan resiko dan dampak yang luas pada kesehatan dan

2 keselamatan konsumen. Jika terdapat produk yang tidak memiliki standar, rusak atau terkontaminasi oleh bahan berbahaya maka risiko yang terjadi akan berskala besar terutama bagi keselamatan masyarakat ( Sumber: www.bbpom.go.id diakses tanggal 1 Desember 2013). Kosmetik merupakan salah satu produk yang banyak dipakai oleh masyarakat. Kosmetik digunakan oleh masyarakat dengan tujuan agar si pemakai tampil percaya diri. Dengan tampil percaya diri, maka aktifitas masyarakat saat berhadapan dengan banyak orang menjadi lebih percaya diri. Produk-produk kosmetik yang banyak beredar dan digunakan oleh masyarakat tersebut saat ini memiliki banyak jenis dengan berbagai pilihan merk. Banyak dari kosmetik yang beredar saat ini tidak memiliki izin dan mengandung bahan-bahan berbahaya seperti mercury, hydroquinone, tretinoin yang sangat berbahaya untuk digunakan. Bahan-bahan berbahaya yang terkandung dalam kosmetik tersebut dapat menyebabkan kerusakan pada tubuh manusia seperti kerusakan pada susunan syaraf, kerusakan ginjal, dan dapat menimbulkan penyakit seperti diare, iritasi kulit, dan kanker (Sumber: www.bbpom.go.id/ Public Warning Nomor. KH.00.01.43.2503 diakses tanggal 8 Januari 2014). Produk-produk kosmetik dengan bahan berbahaya tersebut harus diwaspadai, karena jika masyarakat sebagai konsumen tidak cermat dalam memilih produk kosmetik maka akan berdampak pada kesehatan. Kesehatan merupakan faktor penting agar manusia dapat menjalankan kegiatannya sehari-hari. Pengertian kesehatan berdasarkan UU RI Nomor. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang

3 hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Maka dari itu kesehatan merupakan hal utama yang harus diperhatikan oleh manusia. Ancaman penyakit yang ditimbulkan dari kosmetik-kosmetik yang ilegal mengandung bahan berbahaya bagi kesehatan masyarakat saat ini menjadi masalah yang serius, karena produk-produk kosmetik yang ilegal dan mengandung bahan berbahaya tersebut masih beredar bebas di pasaran. Peredaran kosmetik yang ilegal dan mengandung bahan berbahaya tersebut dapat dengan mudah ditemui di toko- toko kosmetik yang ada di pasar tradisional maupun swalayan. Masyarakat terkadang tidak selektif dalam memilih kosmetik yang akan dibeli. Dalam memilih kosmetik, masyarakat hanya memilih kosmetik yang dapat berfungsi sebagai pemenuhan kebutuhan dalam memperindah penampilan saja tanpa mempertimbangkan apakah kosmetik tersebut merupakan kosmetik yang aman bagi kesehatan. Alasan lain bagi masyarakat dalam memilih kosmetik dengan merk tertentu juga dikarenakan masyarakat tergiur dengan janji-janji yang ditawarkan oleh banyak kosmetik yang menjanjikan khasiat-khasiat yang mudah, dan cepat misalnya dapat memutihkan kulit dengan cepat, dapat menghaluskan kulit tanpa mengetahui efek samping yang akan ditimbulkan dari penggunaan kosmetik yang mengandung bahan berbahaya tersebut. Keberadaan Balai Besar Pengawasan Obat Dan Makanan (BBPOM) dalam upaya untuk mengatasi peredaran kosmetik ilegal dan mengandung bahan berbahaya tersebut sangatlah penting. BBPOM dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden No. 166 Tahun 2000 yang kemudian diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 103/2002 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi

4 dan Tata Kerja Lembaga Pemerintahan Non Departemen. BBPOM ditetapkan sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) yang bertanggung jawab kepada Presiden dan dikoordinasikan dengan Menteri Kesehatan. Pembentukan BBPOM ini ditindaklanjuti dengan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor : 02001/SK/KBPOM, tanggal 26 Februari 2001, tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan setelah mendapatkan persetujuan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : 34/M.PAN/2/2001 Tanggal 1 Februari 2001. Setelah semua keputusan ini dikeluarkan, BBPOM menjadi badan yang ditujukan independensinya dalam mengawasi peredaran obat dan makanan di tengah masyarakat serta menjamin kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam melakukan tindak pengawasannya, terdapat beberapa Produk yang diawasi oleh Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) antara lain obat, produk biologi, narkotika dan psikotropika, obat tradisional, makanan dan minuman, suplemen makanan, kosmetik, zat aditif/rokok, serta bahan berbahaya. (Sumber www.bbpom.go.id diakses tanggal 1 Desember 2013). Berdasarkan hasil pra riset peneliti pada Balai Besar Pengawasan Obat Dan Makanan (BBPOM), tanggal 2 Desember 2013 didapatkan data bahwa pada tahun 2012 masih ditemukannya sarana/toko kosmetik yang menjual produk kosmetik yang mengandung bahan berbahaya seperti bahan pemutih, hydroquinon, dan tritinoid. Selain mengandung bahan yang berbahaya, kosmetik yang dijual di sarana/toko juga merupakan kosmetik tanpa izin edar (TIE) dari BBPOM. Pada tahun 2012 BBPOM melakukan pemeriksaan terhadap distributor, toko kosmetik, dan

5 salon/klinik kecantikan. Hasil dari pemeriksaan tersebut disajikan dalam grafik sebagai berikut: Grafik 1.1 Pemeriksaan Sarana Distribusi Kosmetik 2012 93 123 30 MK TMK Jumlah Keterangan: MK: Memenuhi Ketentuan TMK: Tidak Memenuhi Ketentuan Sumber : Balai Besar Pengawasan Obat Dan Makanan Kota Bandar Lampung Tahun 2013 Dalam pemeriksaan yang dilakukan oleh Balai Besar Pengawasan Obat Dan Makanan terhadap distributor kosmetik, toko kosmetik, dan klinik/salon kecantikan ditemukan bahwa 93 sarana atau 75,6 % telah sesuai dengan ketentuan, sedangkan 30 sarana atau 24,4 % tidak memenuhi ketentuan. Pemeriksaan tersebut dilakukan pada 123 sarana atau 19,68 % dari 625 sarana yang terinventarisir. Dari penemuan kosmetik yang tidak memenuhi ketentuan tersebut terdapat 5 sarana/toko kosmetik yang dilakukan tindak lanjut ke proses pengadilan dari 9 sarana yang dilakukan pemeriksaan. Razia yang dilakukan oleh Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) terhadap sarana/toko, klinik/salon kecantikan tersebut dalam rangka meminimalisir angka peredaran kosmetik ilegal dan mengandung bahan

6 berbahaya. Hasil razia tersebut menunjukkan bahwa masih ditemukannya sarana/toko kosmetik yang menggunakan kosmetik yang mengandung bahan berbahaya. Pada tahun 2013 juga masih ditemukan kosmetik berbahan berbahaya pada klinik-klinik kecantikan di Bandar Lampung, namun pihak BBPOM bersikap acuh terhadap temuan tersebut. ( Sumber: Harian Radar Lampung terbit tanggal 8 Januari 2014 ). Dengan adanya permasalahan masih beredar luasnya kosmetik ilegal dan mengandung bahan berbahaya di toko/sarana dan klinik/salon kecantikan yang dimuat oleh Harian Radar Lampung diatas, serta sikap BBPOM yang acuh dalam hal masih ditemukannya kosmetik berbahan berbahaya, maka perlu diadakannya penilaian sejauhmana kinerja BBPOM dalam melakukan pengawasan. Kinerja merupakan hal yang sangat penting bagi organisasi. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Wibawa dan Atmosudirdjo dalam Harbani (2013: 176) bahwa kinerja organisasi adalah sebagai efektivitas organisasi secara menyeluruh untuk kebutuhan yang ditetapkan dari setiap kelompok yang berkenaan melalui usahausaha yang sistematik dan meningkatkan kemampuan organisasi secara terusmenerus untuk mencapai kebutuhannya secara efektif. Berdasarkan pendapat ahli diatas, maka hasil kerja yang dicapai oleh BBPOM sebagai badan yang memiliki wewenang dan tanggungjawab dalam mengawasi peredaran kosmetik perlu dilakukan penilaian. Apakah kinerja BBPOM dalam mengawasi peredaran kosmetik telah memberikan hasil yang memuaskan atau belum. Apabila kinerja BBPOM dalam hal pengawasan tersebut telah memberikan hasil yang maksimal, maka kosmetik-kosmetik ilegal yang selama ini

7 beredar bebas dipasaran tidak akan lagi ditemukan. Hal inilah yang kemudian membuat peneliti tertarik untuk mengadakan riset mengenai Kinerja Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan Kota Bandar Lampung Dalam Mengawasi Peredaran Kosmetik Ilegal di Provinsi Lampung. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan yang akan diungkapkan dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimanakah kinerja BBPOM Kota Bandar Lampung dalam mengawasi peredaran kosmetik ilegal di Provinsi Lampung? 2. Apa sajakah faktor penyebab masih beredarnya kosmetik ilegal di Provinsi Lampung? 3. Apa sajakah faktor penghambat BBPOM Kota Bandar Lampung dalam melakukan pengawasan terhadap peredaran kosmetik ilegal di Provinsi Lampung? C. Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan kinerja BBPOM Kota Bandar Lampung dalam mengawasi peredaran kosmetik ilegal di Provinsi Lampung. 2. Menganalisis penyebab masih beredarnya kosmetik ilegal di Provinsi Lampung.

8 3. Menganalisis tentang faktor penghambat kinerja BBPOM dalam melakukan pengawasan kosmetik ilegal di Provinsi Lampung. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu: a. Secara akademis diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi studi Ilmu Administrasi Negara, khususnya mengenai kinerja BBPOM Kota Bandarr Lampung dalam mengawasi peredaran kosmetik ilegal di Provinsi Lampung. b. Secara praktis diharapkan penelitian ini mampu memberikan masukan yang bermanfaat bagi Pemerintah Kota Bandar Lampung dalam penilaian terhadap kinerja BBPOM Kota Bandar Lampung. c. Sebagai salah satu referensi penelitian lebih lanjut bagi pengembangan ide para peneliti dalam melakukan penelitian dengan tema atau masalah serupa.