APLIKASI BENANG SLUB PADA KAIN TENUN TRADISIONAL THE APPLICATION OF SLUB YARN IN TRADITIONAL WEAVING FABRIC

dokumen-dokumen yang mirip
KARAKTERISTIK KAIN ATBM DOBBY HASIL PENGEMBANGAN MOTIF BATIK KHAS KOTA BANDUNG SEBAGAI MOTIF TENUN IKAT UNTUK KAIN KEMEJA

Media Workshop. Kain dan Serat Pembentuknya. Oleh: Yuliab Koersen. May 22, Rahasia Kain untuk Kenyamanan Tidur

ESTIMASI PANJANG JERATAN KAIN RAJUT DENGAN MENGGUNAKAN MODEL STRUKTUR DARI POPPER

Saeful Islam, Ari Febrianto, Ikbal Mahsani. Balai Besar Tekstil, Jalan Jenderal Ahmad Yani No. 390 Bandung

PENELITIAN KAIN SARING INDUSTRI MINYAK KELAPA

PEMBUATAN KAIN RAJUT BULKY DENGAN MENGGUNAKAN MESIN RAJUT DATAR MANUFACTURING OF BULKY KNITTING FABRIC USING FLAT KNITTING MACHINE

Moekarto Moeliono, Ferry Guswandhi, Rizal Fahruroji, Yusniar Siregar

PENGEMBANGAN DESAIN FESYEN KREATIF DENGAN APLIKASI KAIN TENUN DAN RAJUT MENGGUNAKAN BENANG FANCY

DRAFT ZONE SETTING UNTUK PENINGKATAN KUALITAS BENANG POLYESTER COTTON Ne 1 45 S DENGAN METODE TAGUCHI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Proses Manufaktur Benang Sistem Rotor

PENGARUH KETEBALAN KAIN TAFFETA TERHADAP HASIL JADI LENGAN BELIMBING (STARFRUIT SLEEVE) PADA BOLERO

PENYAMBUNGAN BENANG LUSI

P E M E R I N T A H K A B U P A T E N S L E M A N

KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI AWAL SERTIFIKASI GURU TAHUN No Kompetensi Inti Guru Kompetensi Guru mapel Tekstil Indikator Esensial

PENENTUAN INDEKS KAPABILITAS PROSES PEMBUATAN KAIN TENUN GREY ANYAMAN POLOS

tahapan DMAIC (Define, Measure, Analysis, Improve, dan Control) untuk dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan cacat pada suatu produk.

PEMBANDINGAN KEKUATAN TARIK TULANGAN DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BRINEL DAN MENGGUNAKAN UTM (UNIVERSAL TEST MACHINE)

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

PENGEMBANGAN PRODUK KAIN RAJUT MENGGUNAKAN MESIN RAJUT BUNDAR SEAMLESS

Masa berlaku: Alamat : Jl. Sokonandi No. 9, Yogyakarta Oktober 2009 Telp. (0274) ; ; Faks.

Analisis Kemampuan Proses Pemintalan Benang Sutera Berdasarkan Perbedaan Waktu Kerja Dengan Pendekatan Statistical Process Control (SPC)

Lusiana Prastiwi, Kristina Yuventa FKIP, Universitas Dr. Soetomo

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. produk, yaitu Kain Grey dan Kain Cambric. Pada 1999, PC GKBI dapat memproduksi

Pengembangan Jenis Tenun Polos dan Tenun Kepar ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

KARAKTERISASI SIFAT BAJA TULANGAN BETON PRATEKAN UNTAIAN KAWAT (WIRE STRAND)

PEMBUATAN KAIN TENUN 3 (TIGA) DIMENSI THE MAKING OF 3-D WOVEN FABRIC

Widatun Nafila Mahasiswa S1 Tata Busana, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya

e-journal. Volume 06 Nomor 02 Tahun 2017, Edisi Yudisium Periode Mei 2017, Hal 26-31

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Setting Parameter Mesin Ring Spinning Untuk Meningkatkan Kekuatan Tarik Benang PE 30/1 Dengan Menggunaka Metode Taguchi

BAB I PENDAHULUAN. (pemintalan), pertenunan, rajutan, dan produk akhir. intermediate dari industri tekstil dituntut untuk meningkatkan kualitas

Fashion and Fashion Education Journal

JTM. Volume 03 Nomor 01 Tahun 2014,

Masa berlaku: Alamat : Jl. Sokonandi No. 9, Yogyakarta Juni 2008 Telp. (0274) ; ; Faks. (0274)

Penerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil

SPESIFIKASI PAKAIAN DINAS DAN ATRIBUT SATPOL PP A. PAKAIAN DINAS HARIAN

LOMBA KOMPETENSI SISWA SMK. TINGKAT PROVINSI JAWA TIMUR Sidoarjo, September 2014 KERAJINAN TEKSTIL

Bulu hewan kasar, digaruk atau disisir -Coarse animal hair, carded or combed NT

LABELISASI PRODUK TEKSTIL Oleh Noor Fitrihana,ST Jur. PKK FT UNY

A D D E N D U M 0 1 D O K U M E N P E N G A D A A N

PEMBUATAN BLOUSE ORIGAMI BERBAHAN KAIN KATUN DENGAN MENERAPKAN 3 JENIS FUSIBLE INTERFACING

PENGEMBANGAN MODEL PENJADWALAN PROSES PRODUKSI DI INDUSTRI PERTENUNAN

KERANGKA ACUAN KERJA

HANDOUT PENGUJIAN BENANG. Oleh: Widihastuti, M.Pd.

PENJADWALAN PRODUKSI DEPARTEMEN WEAVING Di PT. ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan karya seni budaya bangsa Indonesia yang dikagumi dunia.

BAB II DESKRIPSI INDUSTRI TEKSTIL DAN GARMEN

Cara uji kuat keliman jahit atau ikat panas geotekstil

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. eksplorasi estetis atas kain seser, diperoleh kesimpulan bahwa: sebagai jaring nelayan untuk menangkap ikan.

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. akan disusun berdasarkan seluruh kegiatan penelitian tentang Penerapan Hasil

PERBAIKAN TANAH DENGAN MENGGUNAKAN GEOTEKSTIL

PEMBUATAN HIASAN TAS DENGAN TEKNIK BORDIR APLIKASI SERUNI TIGA DIMENSI DARI KAIN CHIFFON, ORGANDI DAN SATIN

UJIAN SEKOLAH SMP/MTs TAHUN PELAJARAN Hari/Tanggal (60 menit) P - 01

Evaluasi Ketidakpastian Pengukuran Uji Kekuatan Tarik Kain Cara Pita Tiras (Saeful Islam dan Arif Wibi Sana)

TENUNAN SUTRA TRADISIONAL GEDOGAN SULAWESI SELATAN, STUDI KASUS: KABUPATEN WAJO, SULAWESI SELATAN ( )

ANALISIS KUAT TEKAN BETON TANPA TULANGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE UJI TAK RUSAK BERDASARKAN KECEPATAN GELOMBANG SONIK

BAB I PENDAHULUAN. 2.1 Latar Belakang

PENGARUH PERBANDINGAN ASETON DENGAN AIR TERHADAP HASIL JADI CREPING PADA KAIN DENIM Ima Rachmawati

BAB III SURVEY LAPANGAN

Dasar-dasar Perancangan Produks Tekstil/Dalyono

Fashion and Fashion Education Journal

ABSTRAK PERANCANGAN BRANDING SUTRA ALAM SEBAGAI PRODUSEN KAIN TENUN IKAT SUTRA GARUT. Oleh Widya Putri NRP

KAIN RAJUT KAPAS DENGAN SISIPAN BENANG KARBON UNTUK KEPERLUAN TEKSTIL TEKNIK TAHAN API

PENGARUH PENGERINGAN ALAMI DAN BUATAN TERHADAP KUALITAS KAYU GALAM UNTUK BAHAN MEBEL

ABSTRAK. Kata Kunci : LRFD, beban, lentur, alat bantu, visual basic.

PENGARUH VARIASI KETEBALAN CORE KOMPOSIT SANDWICH rhdpe DAN CANTULA TERHADAP KEKUATAN BENDING DAN DESAK

GENERATOR CORAK TENUN MENGGUNAKAN TREE STRUCTURED VECTOR QUANTIZATION. Umi Badriyah

e-journal. Volume 02 Nomor 03 Tahun 2013, Edisi Yudisium Periode Agustus 2013, Hal

ANALISIS TEBAL LAPIS TAMBAHAN (OVERLAY) PADA PERKERASAN KAKU (RIGID PA VEMENT) DENGAN PROGRAM ELCON DAN METODE ASPHALT INSTITUTE TESIS

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BIRO SARANA DAN PRASARANA. Pengadaan Tutup Kepala TA. 2015

TEKNIK PEMBUATAN BENANG DAN PEMBUATAN KAIN JILID 1

DAFTAR ISI...i TUJUAN PROGRAM KEAHLIAN...1 STANDAR KOMPETENSI KEAHLIAN...2 PROFIL KOMPETENSI LULUSAN Kompetensi Umum...5

SERAT ALAMI DAN SERAT BUATAN (SINTETIS) SERAT ALAMI DAN SERAT BUATAN (SINTETIS)

BAB III DATA, PROSES EKSPLORASI DAN ANALISA

MANUFAKTUR BENANG TEX 30 MENGGUNAKAN BLENDING SERAT DAUN NANAS DAN SERAT RAYON SISTEM RING SPINNING. Sukirman

PENGARUH WAKTU DAN JARAK TITIK PADA PENGELASAN TITIK TERHADAP KEKUATAN GESER HASIL SAMBUNGAN LAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

ARTIKEL PENELITIAN HIBAH BERSAING DIRJEN DIKTI DEPDIKNAS TAHUN 2009

PENGARUH PERLAKUAN ALKALI TERHADAP SIFAT MEKANIK KOMPOSIT KENAF - POLYPROPYLENE

KARAKTERISTIK KERTAS BERBAHAN BAKU KULIT DURIAN DAN SAMPAH KERTAS PERKANTORAN SKRIPSI OLEH

STUDI EKSPERIMENTAL DAN ANALITIS KAPASITAS SAMBUNGAN BAJA BATANG TARIK DENGAN TIPE KEGAGALAN GESER BAUT

BAB II PROSES BISNIS

R 35. Mesin Rotor Spinning Semi-Otomatis R 35. Solusi pintar dan hemat untuk kualitas benang yang lebih baik dan produktivitas lebih tinggi.

e-journal. Volume 06 Nomor 03 Tahun 2017, Edisi Yudisium Periode Agustus 2017, Hal 67-73

PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK SISTEM OPERASI MESIN MILLING CNC TRAINER

Pengaruh Jenis Pahat, Kecepatan Spindel dan Kedalaman Pemakanan terhadap Tingkat Kekasaran Permukaan Baja S45C

ANALISA PENGARUH KAIN GILINGAN ROKOK KRETEK UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PRODUK Kiswandono, Agus Subagyo

SPESIFIKASI TEKNIS Jenis Barang Satuan Pakaian Dinas Lapangan (PDL) Kode Rekening :

The 2nd University Research Coloquium 2015 ISSN ANALISA ANYAMAN TIGA DIMENSI BERDASARKAN ANYAMAN POLOS 5 GUN MENGUNAKAN VISUAL BASIC.

Ruang Lingkup Laboratorium No. LP-022-IDN

ABSTRAK. Kata Kunci: harga pokok produksi, full costing, variable costing

adalah benang lusi yaitu benang-benang yang arahnya

EVALUASI FAKTOR INTENSITAS TEGANGAN PADA UJUNG RETAK DENGAN LUBANG PENGHAMBAR RAMBAT RETAK

DAFTAR ISI... HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI... HALAMAN MOTTO... HALAMAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN METODE PENGAMATAN


Transkripsi:

APLIKASI BENANG SLUB PADA KAIN TENUN TRADISIONAL THE APPLICATION OF SLUB YARN IN TRADITIONAL WEAVING FABRIC Yusniar Siregar, Mochamad Sahid Alamsyah, Moekarto Moeliono Balai Besar Tekstil, Jalan Jenderal Ahmad Yani No. 390 Bandung E-mail: texirdti@bdg.centrin.net.id Tanggal diterima: 7 September 2015, direvisi: 28 September 2015, disetujui terbit: 1 Oktober 2015 ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat benang Slub dengan menggunakan Mesin Creative Caipo Spin Tester yang dapat diaplikasikan pada kain tenun tradisional. Kain tenun dihasilkan dari benang lusi sutera dan tiga variasi susunan benang pakan sutera dan benang Slub kapas. Proses pertenunan dilakukan dengan ATBM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kain yang menggunakan benang pakan Slub memiliki kekuatan sobek tertinggi yaitu sebesar 1,56 MPa dibandingkan dengan kain dengan benang pakan sutera atau sutera-slub. Kekuatan tarik kain yang menggunakan benang pakan sutera-slub dan pakan Slub lebih rendah bila dibandingkan dengan kain pakan sutera, yaitu masing-masing sebesar 34,39 MPa dan 16,02 MPa. Namun nilai kekuatan tarik dan kekuatan sobek dari ketiga jenis variasi kain masih sesuai dengan persyaratan mutu SNI 0051:2008 Kain Tenun untuk Kemeja. Kelangsaian kain yang menggunakan pakan Slub relatif cukup baik dengan nilai kelangsaian 0,79. Kata kunci: sutera, slub, tenun, benang pakan, kapas ABSTRACT The objective of this research was to produce slub yarn using Creative Caipo Spin Tester Machine which can be applied to traditional woven fabrics. The woven fabrics were produced from silk warp yarn and three variations of silk and cotton slub as weft yarn.weaving process was carried out using handloom. The results showed that the highest tear strength obtained from fabric with slub weft yarn i.e 1,56 MPa compared with the fabric with silk weft yarn and silk-slub weft yarn. The tensile strength of the fabric using silk-slubweft yarn andslub yarn are lower when compared with silk weft yarn, namely respectively are 34,39 MPa and 16,02 MPa. The value of tensile strength and tear strength of three variation fabrics are still in accordance with the quality requirements of ISO 0051: 2008 Fabric For Shirts. Drapeability of fabrics with slub weft yarn was relatively good value 0,79. Keywords: silk, slub, weaving, weft yarn, cotton Pendahuluan Benang Slub merupakan salah satu pengembangan dari benang hias (fancy yarn). Benang Slub adalah benang yang secara sengaja dibuat teratur atau tidak teratur tekstur maupun warnanya, dengan tujuan untuk menghasilkan kesan dan estetika tertentu. Jenis benang Slub sangat beragam dan pada beberapa tahun terakhir ini perkembangannya semakin luas, sehingga benang Slub dapat dibedakan berdasarkan struktur, komponen serta proses pembuatannya. 1 Benang Slub dapat memberikan tampilan khusus pada permukaan kain seperti tekstur benang menebal dan menipis, oleh karena itu banyak digunakan untuk aplikasi pada bahan denim, kaos, pakaian rajutan, pakaian santai dan juga kain dekoratif khusus. 3 Benang Slub memiliki konfigurasi yang khusus, dan hal ini ditentukan oleh beberapa parameter seperti panjang Slub, nomor Slub, dan interval Slub tersebut. Variasi nomor benang dasar akan mengakibatkan bagian tebal dan tipis pada benang, dan variasi panjang Slub yang berbeda akan memberikan efek garis yang timbul dan tenggelam. Seperti terlihat pada Gambar 1, benang Slub terdiri dari dua bagian yaitu bagian dasar benang (Pause) dan bagian Slub. Parameter penentu secara struktural menurut metode Amsler, adalah jumlah Slub/meter (NSlub), dan perbandingan nomor benang Slub dengan nomor benang Pause (TPause/TYarn). Benang Slub juga dapat dikategorikan menjadi dua jenis yaitu benang Slub periodik dan benang Slub acak. Benang Slub periodik memiliki periode tertentu selama proses pembuatannya, sedangkan benang Slub acak sebaliknya. 4 Pada penelitian ini benang Slub yang digunakan termasuk dalam kategori Slub periodik. Ditinjau dari segi prosesnya, benang Slub merupakan benang hias yang memiliki keistimewaan yaitu adanya perubahan ukuran benang pada kecepatan Spindle yang konstan. Hal ini dapat terjadi dengan cara pengaturan regangan (draft) dan variasi Twist factor (α), namun Twist per 103

Arena Tekstil Vol. 30 No. 2, Desember 2015: 103-112 meter (T) pada benang tetap sama, seperti terlihat pada Gambar 2. Panjang efek Slub atau Pause yang paling pendek selalu sesuai sekurang-kurangnya dengan keliling rotor. Hal ini dijelaskan pada teori pembentukan benang pada pemintalan rotor. Dengan diameter rotor D misalnya sebesar 36 mm, maka kelilingnya adalah K=π D=3.14 36 mm =113 mm. Hal ini berhubungan dengan kemungkinan panjang efek Slub atau Pause terpendek yang dapat diproses di Mesin Pemintalan. 6 Mesin yang digunakan dalam penelitian ini adalah mesin Creative Caipo Spin Tester yang merupakan mesin pemintalan skala laboratorium. Mesin ini memiliki 16 spindle dan dilengkapi unwinder rolls untuk penempatan benang lycra. Proses inti dari mesin ini adalah CSTU (Caipo Slub and Twist Unit) yang berfungsi sebagai program pembuatan benang hias di mesin Spin Tester. Kain tradisional umumnya terbuat dari benang lusi dan pakan yang terbuat dari benang sutera, kapas, dan rayon. Kain tenun sutera biasanya terdiri dari benang lusi sutera dan pakan sutera yang dicelup menggunakan warna tertentu atau digunakan sebagai bahan untuk batik. Sifat benang sutera yang memiliki efek kilap dan langsai memberikan kesan mewah pada kain yang dihasilkan. Oleh karena itu kain sutera masih diminati oleh pasar kalangan tertentu dan pengembangannya sangat diperlukan agar dapat meningkatkan peluang bagi industri khususnya IKM. Kelangsaian merupakan kemampuan kain dalam keadaan bebas jatuh terorientasi sendiri ke dalam bentuk lengkungan ke lebih dari satu arah karena beratnya sendiri. Bentuk lengkungan atau lipatan pada pakaian jadi merupakan hal yang bersifat obyektif, namun memberikan kesan subyektif dan dapat dijadikan sebagai suatu pertimbangan dalam menentukan pembuatan pakaian jadi, karena bentuk lipatan tersebut dapat mempengaruhi kenyamanan pakai. Sebagai contoh pada pakaian jadi yang berlengan, bagian lengan tersebut sering mendapat gerakan, geseran, tekukan atau lipatan-lipatan. Pada kain yang mempunyai sifat langsai, maka bagian lengan tersebut tidak dimungkinkan terjadi lengkungan atau lipatan yang tajam (irrecoverably) yang mengganggu kenyamanan pemakai. Tabel 1. Jenis variasi Slub berdasarkan panjang, nomor benang, dan interval Slub 2 No Jenis Benang Slub Keterangan 1 Slub dengan nomor benang yang sama tapi dengan panjang tidak beraturan dan variasi interval 2 Slub dengan nomor dan panjang tidak beraturan dan variasi interval 3 Slub dengan struktur khusus, tidak beraturan nomor, panjang slub dan variasi interval 4 Benang slub dengan program variasi nomor dan Twist SD : Slub distance, SL : Slub length, ST : Slub thickness Gambar 1. Parameter geometri benang Slub 5 104

Aplikasi Benang Slub pada Kain Tenun Tradisional (Yusniar Siregar dkk) Gambar 2. Twist pada benang Slub Bentuk lengkungan atau lipatan yang terjadi merupakan efek dari sifat kelangsaian kain dan berhubungan dengan parameter-parameter mekanik. Oleh karena itu kelangsaian kain selain mempengaruhi keindahan bentuk pakaian jadi, juga dapat menghindari kontak mekanik yang kurang nyaman pada tubuh. 7 Adapun cara menghitung kelangsaian dapat dilihat pada rumus berikut: dimana F adalah nilai kelangsaian, Ad adalah luas proyeksi bahan yang melangsai, Ac adalah luas contoh uji, Al adalah luas landasan contoh uji. Beberapa penelitian mengenai benang Slub telah dilakukan, seperti karakterisasi benang Slub menggunakan sistem komputerisasi, 8 pemodelan matematika pada parameter kekuatan benang Slub, 1 analisa kekuatan gosok dan daya tembus udara pada kain tenun dengan benang hias, 9 dan lain-lain, namun penelitian mengenai aplikasi benang Slub pada kain tenun khususnya kain tradisional ATBM masih terbatas. Oleh karena itu penelitian ini difokuskan untuk pembuatan benang Slub yang dapat diaplikasikan pada kain tenun tradisional ATBM dalam hal ini sebagai benang pakan. Beberapa variasi susunan benang pakan telah dirancang untuk mengamati pengaruhnya terhadap sifat fisika kain yang dihasilkan, khususnya kekuatan tarik, kekuatan sobek, dan kelangsaian kain. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Mesin Creative Caipo Spin Tester (untuk proses benang Slub), Mesin Pengelosan Benang, Alat Penghanian, Alat Pemaletan, dan ATBM. Bahan yang digunakan adalah benang sutera 75 Denier (lusi), benang sutera spun Ne 1 30/2 (pakan), benang roving kapas (pakan). Metodologi Penelitian Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3. Standar pengujian kain tenun yang digunakan antara lain adalah SNI ISO 22198-2010 Cara Uji Lebar Kain Tenun, SNI ISO 5084-2010 : Cara Uji Ketebalan Kain, SNI ISO 0276-2009 : Cara Uji Kekuatan Tarik Kain, SNI 08-1511-2004: Cara Uji Kelangsaian. Benang Lusi (sutera) Pakan Pengelosan Benang sutera Roving kapas Penghanian Pengelosan Proses benang Slub Pencucukan Pemaletan Pencelupan benang Pemaletan Proses pertenunan dengan 3 variasi pakan : a. benang pakan sutera semua b. susunan benang pakan 1 helai sutera - 1 helai Slub, dst c. benang pakan Slub semua Kain Tenun Pengujian Gambar 3. Diagram alir metodologi penelitian 105

Arena Tekstil Vol. 30 No. 2, Desember 2015: 103-112 Gambar 4. Proses pembuatan benang Slub Gambar 5. Proses pertenunan di ATBM Hasil penelitian Dalam penelitian ini telah dihasilkan benang Slub dengan menggunakan Mesin Creative Caipo Spin Tester. Adapun proses benang Slub selama pengamatan berjalan lancar dengan program sebagai berikut: Tabel 2. Program benang Slub Line Slub Distance/SD (cm) Slub Length/SL (cm) Slub Thickness/ST (mm) Twist (%) 001 5 3 4.00 100 002 7 2 5.00 100 003 9 5 4.00 100 004 7 4 5.00 100 Tabel 2 menunjukkan bahwa benang Slub terdiri dari 4 line dengan jarak Slub 5 s/d 9 cm, panjang Slub 2 s/d 5 cm dan ketebalan Slub 3 s/d 4 mm. Berdasarkan Tabel 1 maka benang Slub dalam penelitian ini termasuk dalam kelompok benang Slub dengan nomor benang yang sama namun panjang tidak beraturan dan interval yang bervariasi. Adapun benang Slub yang dihasilkan adalah sebagai berikut: Gambar 6. Benang Slub sebelum ditenun Kain tenun yang dihasilkan dari penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut: 106

Aplikasi Benang Slub pada Kain Tenun Tradisional (Yusniar Siregar dkk) Kain pakan sutera Kain pakan sutera-slub Kain pakan slub Gambar 7. Kain tenun dengan variasi susunan pakan Adapun kontruksi kain yang dihasilkan terdapat pada Tabel 3 berikut: Tabel 3. Konstruksi kain No Konstruksi Kain Kain Pakan Kain Pakan Kain Pakan Sutera Sutera-Slub Slub 1 Nomor benang lusi aktual (Denier) 87,5 87,5 87,5 2 Nomor benang pakan aktual (Denier) Sutera : 139,8 Sutera :139,8 Slub :290 Slub : 290 3 Tetal lusi (helai/inci) 82 82 82 4 Tetal pakan (helai/inci) 80 77 74 107

Arena Tekstil Vol. 30 No. 2, Desember 2015: 103-112 Tabel di atas menunjukkan perbedaan kontruksi kain tenun pada ketiga jenis kain percobaan. Perbedaan nomor benang pakan akan menghasilkan tetal pakan yang berbeda, namun hal ini juga bergantung pada stabilitas pengetekan pada proses pertenunan karena dilakukan secara manual. Pembahasan Kekuatan Tarik dan Mulur Kain Kekuatan tarik dan mulur kain merupakan cara uji utama yang menunjukkan sifat mekanika kain. Pada gambar 8 terlihat bahwa kain yang ditenun dengan jenis anyaman yang sama yaitu anyaman polos (plain) namun jenis pakan berbeda menghasilkan kekuatan tarik dan mulur yang berbeda. Hasil uji kekuatan tarik arah lusi pada ketiga jenis kain tersebut terdapat perbedaan namun tidak terlalu signifikan, sedangkan kekuatan tarik arah pakan pada kain dengan pakan sutera-slub adalah sebesar 34,39 MPa (352,49 N) dan pakan Slub sebesar 16,02 MPa (185,84 N). Kedua jenis kain tersebut hasilnya lebih rendah dibandingkan dengan kain dengan pakan sutera yaitu 55,14 MPa (537,60 N). Hal ini selain disebabkan oleh perbedaan kontruksi kain, juga dipengaruhi oleh bahan baku (benang pakan) yang digunakan. Hasil uji kekuatan tarik benang pakan menunjukkan bahwa benang sutera memiliki kekuatan tarik lebih besar yaitu 0,91 gram/denier, sedangkan benang slub memiliki kekuatan tarik sebesar 0,65 gram/denier. Meskipun demikian nilai kekuatan tarik kain pada ketiga jenis kain dalam penelitian ini masih memenuhi persyaratan mutu SNI 0051:2008 Kain Tenun Untuk Kemeja, 10 yaitu minimum 107,9N. Gambar 9 menunjukkan bahwa mulur arah lusi pada kain dengan benang pakan Slub merupakan nilai tertinggi dibandingkan dengan dua jenis kain lainnya yaitu sebesar 29,18%. Mulur arah pakan kain dengan pakan Slub adalah 8,22%, sedangkan kain dengan pakan sutera yaitu sebesar 13,78%. Hal ini ternyata sebanding dengan hasil uji mulur benang Slub sebesar 5,99% dan benang sutera adalah 13,11%. MPa 60 50 40 30 20 10 arah lusi arah pakan 0 pakan sutera pakan sutera slub pakan slub Gambar 8. Grafik kekuatan tarik kain arah lusi dan pakan (%) 35 30 25 20 15 10 5 0 pakan sutera pakan sutera slub pakan slub arah lusi arah pakan Gambar 9. Grafik hasil uji mulur kain 108

Aplikasi Benang Slub pada Kain Tenun Tradisional (Yusniar Siregar dkk) Penyusutan (Shrinkage) Kain Aplikasi benang Slub pada kain dengan benang lusi sutera ini juga ternyata memberi pengaruh terhadap penyusutan (shrinkage) kain grey. Pada saat proses pertenunan lebar sisir efektif yang digunakan adalah 85 cm. Kain dengan benang pakan sutera mengalami shrinkage 0,8% sedangkan pada kain yang menggunakan benang pakan Slub adalah sebesar 1,7%. Dari Gambar 10 juga dapat dilihat bahwa berat kain berbanding lurus dengan shrinkage kain tersebut, semakin tinggi shrinkage kain maka berat kain menjadi lebih tebal, hal ini dipengaruhi juga oleh nomor benang dan tetal pakan yang digunakan. Kekuatan Sobek Kain Hasil uji kekuatan sobek seperti yang terlihat pada Gambar 11 menunjukkan bahwa kain dengan benang pakan Slub menghasilkan nilai yang tertinggi, yaitu sebesar 1,56 MPa (2,80 kg), sedangkan kain dengan benang pakan sutera adalah sebesar 1,22 MPa (2,1 kg) dan kain dengan benang pakan sutera-slub sebesar1,02 MPa (2,23 kg). Hal ini disebabkan oleh karena kain dengan pakan Slub memiliki nomor atau diameter benang yang lebih besar serta berat kain yang lebih tebal sehingga lebih kuat terhadap sobekan dibandingkan dengan kain dengan kombinasi pakan lainnya. Ketiga jenis variasi kain tersebut masih memenuhi persyaratan mutu SNI 0051:2008 kain tenun untuk kemeja, yaitu minimum 0,7 kg. (g/m 2 ) 130 125 120 115 110 105 112,3 0,8 pakan sutera 1,6 116 pakan suteraslub 126 1,7 pakan slub 1,8 1,6 1,4 1,2 1 0,8 0,6 0,4 0,2 0 (%) berat shrinkage Gambar 10. Hasil uji shrinkage dan berat kain 1,6 1,4 1,2 1 MPa 0,8 0,6 0,4 0,2 0 pakan sutera pakan sutra slub pakan slub Gambar 11. Grafik kekuatan sobek kain 109

Arena Tekstil Vol. 30 No. 2, Desember 2015: 103-112 1 0,8 0,6 0,4 Muka ( ) belakang ( ) 0,2 0 pakan sutera pakan sutera-slub pakan Slub Gambar 12. Grafik kelangsaian kain Sifat Kelangsaian Kain Pada penelitian ini pengukuran kelangsaian dilakukan dengan menggunakan alat Drape Tester metode fotosensor. Tabel 3 menunjukkan hasil pengujian kelangsaian pada ketiga jenis kain tenun yang diformulasikan sesuai rumus (1). Adapun nilai kelangsaian dari ketiga jenis variasi kain tersebut adalah sebagai berikut. Tabel 3. Data perhitungan kelangsaian kain No Jenis kain Ad Al Ac F 1 2 Pakan sutera Pakan sutera Slub 431,5 126,61 506,45 0,80 434,2 126,61 506,45 0,81 3 Pakan Slub 424,9 126,61 506,45 0,79 Adapun nilai kelangsaian pada kain hasil uji dengan menggunakan alat Crease Recovery Tester dapat dilihat pada Gambar 12. Kelangsaian kain berkaitan erat dengan kenyamanan pakai dari kain tersebut. Apabila nilai kelangsaian rendah maka kain tersebut menjadi kaku dan sangat tidak nyaman digunakan. 11 Seperti telah diketahui bahwa keistimewaan dari benang sutera yang merupakan benang filamen serat alam adalah memiliki sifat langsai yang baik. Kelangsaian pada kain dengan benang pakan sutera-slub dan Slub tidak jauh berbeda dibandingkan dengan kain dengan pakan sutera, seperti terlihat pada Tabel 3 dan Gambar 12. Hal ini menunjukkan bahwa pemakaian benang pakan slub pada kain tenun ini tetap menghasilkan sifat kelangsaian yang baik. Kesimpulan Pembuatan benang Slub pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan mesin Creative Caipo Spin Tester yang dilengkapi dengan CSTU (Caipo Slub and Twist Unit). Hasil uji kekuatan tarik kain yang menggunakan benang pakan sutera- Slub dan pakan Slub lebih rendah bila dibandingkan dengan pakan sutera, yaitu masing-masing adalah 34,39 MPa dan 16,02 MPa. Kekuatan sobek tertinggi diperoleh dari kain dengan pakan Slub yaitu sebesar 1,56 MPa. Hasil uji kekuatan tarik dan kekuatan sobek dari ketiga jenis variasi kain masih sesuai dengan persyaratan mutu SNI 0051:2008 Kain Tenun untuk Kemeja. Mulur arah pakan pada kain dengan pakan Slub adalah 8,22%, sedangkan kain dengan pakan sutera yaitu sebesar 13,78%. Hal ini ternyata sebanding dengan hasil uji mulur benang Slub sebesar 5,99% dan benang sutera adalah 13,11%. Kelangsaian kain yang menggunakan pakan Slub cukup baik dengan nilai kelangsaian 0,79 (nilainya mendekati kain dengan pakan sutera yaitu 0,80). Dari hasil uji tersebut dapat disimpulkan bahwa pemakaian benang Slub telah menghasilkan kain tenun dengan tekstur dan tampilan yang berbeda dari kain tenun ATBM pada umumnya. Benang Slub yang diproses pada mesin Caipo dapat digunakan sebagai alternative lain bagi pengembangan motif maupun desain struktur kain tenun tradisional. Pustaka 1 Grabowska K.E., Vasile S. Et Al., The Influence Of Component Yarn s Characteristics And Ring Twisting Frame Settings On The Structure And Properties Of Spiral, Loop And Bunch Yarns, FiberAnd Textiles In Eastern Europe Vol.57 No.3, 2006 110

Aplikasi Benang Slub pada Kain Tenun Tradisional (Yusniar Siregar dkk) 2 Jihong Liu, Zhengxin Li, Yuzheng Lu, Visualisation and Determination of the Geometrical Parameters of Slub Yarn, Fibres & Textiles in Eastern Europe, Vol. 18 No.1, 2010 3 Ruru Pan, Weidong Gao, Jihong Liu, Hongbo Wang, Recognition The Parameters Of Slub-Yarn Based On Image Analysis, Journal Of Engineered Fibers And Fabrics,Vol. 6, 2011 4 Yildirim, K., Altun S., Ulcay, Y, "Relationship between Yarn Properties and Process Parameters in False-Twist Textured Yarn", Journal of Engineered Fibers and Fabrics, Vol. 4, 2009 5 Amsler, B., et al., Economic Benefits in Fancy Yarns, Textile Month, Maret 1991 6 Kwasniak J., Application Of A Pressurized-Air Method of Fancy-yarn Formation to Industrial Rotor-Spinning, Journal Textile Institute. 88, Part 1, No.3, 1997 7 Rifaida Eriningsih, Sifat Kelangsaian (Drapeability) Pada Kain Sutera, Arena Tekstil Vol.19 No.1, November 2004 8 R. Abd El-khalek, R. El-Bealy, and A. El-Deeb, A Computer-Based System for Evaluation of Slub Yarn Characteristics,Hindawi Publishing Corporation Journal of Textiles, 2014 9 Egle Kumpikaite, Audrone Ragaisiene, Marcin Barburski, Comparable Analysis Of The End Use Properties Of Woven Fabrics With Fancy Yarns, Fibre And Textiles In Eastern Europe, Vol.18, no 4, 2010 10 SNI 0051:2008 Kain Tenun Untuk Kemeja 11 http://www. fashion is my best, diakses tanggal 19 November 2014 111

Arena Tekstil Vol. 30 No. 2, Desember 2015: 103-112 112