ketentuan perundang-undangan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seluruh pengeluaran daerah itu. Pendapatan daerah itu bisa berupa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi. mendasari otonomi daerah adalah sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Mamesah dalam Halim (2007), keuangan daerah daoat diartikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berkaitan dengan variabel yang digunakan. Selain itu akan dikemukakan hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), pengertian belanja modal

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan

BAB I PENDAHULUAN. Diberlakukannya undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melancarkan jalannya roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya kebijakan ekonomi daerah yang mengatur hubungan pemerintah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam landasan teori, akan dibahas lebih jauh mengenai Pertumbuhan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut M. Suparmoko (2001: 18) otonomi daerah adalah kewenangan daerah

BAB I PENDAHULUAN. pendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Karena itu, belanja daerah dikenal sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan salah satu instrumen kebijakan yang dipakai sebagai alat untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengelolaan pemerintah daerah, baik ditingkat propinsi maupun tingkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan penelitian terlebih dahulu yang hasilnya seperti berikut : Peneliti Judul Variabel Hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui

Hubungan Keuangan antara Pemerintah Daerah-Pusat. Marlan Hutahaean

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan kekayaan daerah

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Sumber Penerimaan Daerah dalam Pelaksanaan Desentralisasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sendiri berdasarkan pada prinsip-prinsip menurut Devas, dkk (1989) sebagai berikut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah harus mengupayakan agar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan kemampuan memproduksi barang dan jasa sebagai akibat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Anggaran menurut Yuwono (2005:27) adalah rencana terinci yang

BAB III KEBIJAKAN UMUM DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan pada tahun Pelaksanaan reformasi tersebut diperkuat dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Daerah (PAD), khususnya penerimaan pajak-pajak daerah (Saragih,

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN (REVISI) GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia memasuki babak baru pengelolaan pemerintahan dari sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan daerahnya sendiri, membuat peraturan sendiri (PERDA) beserta

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan. Oleh karena itu, daerah harus mampu menggali potensi

Keuangan Kabupaten Karanganyar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. "dengan pemerintahan sendiri" sedangkan "daerah" adalah suatu "wilayah"

BAB III ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. memiliki sumbangsih paling potensial. Berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan karena dianggap tidak menghargai kaidah-kaidah demokrasi. Era reformasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah harus mengupayakan agar

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai penyempurnaan Undang-undang Nomor 22

PEMUTAKHIRAN DATA PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DIREKTORAT PENDAPATAN DAERAH DIREKTORAT JENDERAL BINA KEUANGAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengertian PAD dan penjabaran elemen-elemen yang terdapat dalam PAD.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini menguraikan tentang teori-teori yang berkaitan dengan Pendapatan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No. 22 Tahun 1999 yang telah diganti dengan UU No. 34 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang

BAB I PENDAHULUAN. mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari pulau-pulau atau dikenal dengan sebutan Negara Maritim. Yang mana dengan letak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Era reformasi memberikan kesempatan untuk melakukan perubahan pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Anggaran Belanja Pemeliharaan

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

II. TINJAUAN PUSTAKA. administrasi dan fungsi Pemerintah di daerah yang dilaksanakan oleh

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB - III Kinerja Keuangan Masa Lalu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini akan menguraikan pengertian PAD, DAU, DAK dan Belanja Modal

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu tatanan masyarakat yang adil dan makmur dalam naungan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan aspek transparansi dan akuntabilitas. Kedua aspek tersebut menjadi

BAB I PENDAHULUAN. era baru dalam pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Pembiayaan

BAB II KAJIAN TEORI. pedoman tindakan yang akan dilaksanakan pemerintah meliputi. rencana pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan yang diukur

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi pada bidang politik mulai merambah pada bidang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. APBN/APBD. Menurut Erlina dan Rasdianto (2013) Belanja Modal adalah

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 71 Tahun 2010

CAPAIAN KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH TAHUN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan dana yang sangat potensial yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Belanja Daerah Belanja menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2015 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan Pernyataan Nomor 2 adalah: Semua pengeluaran dari Rekening kas umum negara/daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah Pasal 23 ayat (2) menyatakan bahwa belanja daerah meliputi semua pengeluaran dari rekening kas umum daerah yang mengurangi ekuitas dana, merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah. Belanja daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi atau kabupaten/kota yang terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan dan urusan yang penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah dan pemerintah daerah atau ketentuan perundang-undangan. antar pemerintah daerah yang ditetapkan dengan Belanja daerah dikelompokkan menjadi dalam dua jenis yaitu belanja tidak langsung dan belanja langsung. Belanja tidak langsung meliputi belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil kepada propinsi/kabupaten dan pemerintah desa,belanja bantuan keuangan kepada propinsi/kabupaten dan pemerintah desa, belanja tidak terduga. Sedangkan belanja langsung meliputi belanja pegawai,belanja barang dan jasa,belanja modal. 7

8 2.2 Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pendapatan daerah adalah semua hak daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode anggaran tertentu (UU.No 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah), pendapatan daerah berasal dari penerimaan dari dana perimbangan pusat dan daerah, juga yang berasal daerah itu sendiri yaitu pendapatan asli daerah serta lain-lain pendapatan yang sah. Perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah adalah sistem pembagian keuangan yang adil, proporsional, demokratis, transparan, dan bertanggung jawab dalam rangka pendanaan penyelenggaraan desentralisasi, dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah serta besaran penyelenggaraan dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Pendapatan daerah terdiri atas pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan. Pendapatan asli daerah (PAD) merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Sedangkan lain-lain pendapatan bertujuan memberi peluang kepada daerah untuk memperoleh pendapatan selain pendapatan sebagaimana dimaksud sebelumnya. Berdasarkan PP nomor 58 tahun 2005 keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan demean hak dan kewajiban tersebut. Hak dan kewajiban daerah tersebut perlu dikelola dalam suatu sistem pengelolaan keuangan daerah. Pengelolaan keuangan daerah merupakan subsistem dari sistem pengelolaan keuangan daerah negara dan merupakan elemen pokok dalam penyelengagaraan pemerintah daerah. 2.2.1 Sumber-Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) Menurut UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah

9 sesuai dengan peraturan perundang-undangan, yang dapat dijelaskan sebagai berikut. (1) Pajak Daerah Menurut UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pajak daerah yang selanjutnya disebut pajak, adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terhutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. (2) Retribusi daerah Menurut UU Nomor 28 Tahun 2009 secara keseluruhan terdapat 30 jenis retribusi yang dapat dipungut oleh daerah yang dikelompokan ke dalam tiga golongan retribusi, yaitu retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha, dan retribusi perizinan tertentu. (3) Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan Undang-undang Nomor 33 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah Tahun 2009, mengklasifikasikan jenis hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dirinci menurut objek pendapatan yang mencakup bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/bumd, bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik negara/bumn dan bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta. (4) Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah Menurut UU Nomor 33 Tahun 2009 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, menjelaskan tentang Pendapatan asli Daerah yang sah, disediakan untuk menganggarkan penerimaan daerah yang tidak termasuk dalam jenis pajak daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, menyatakan bahwa lain-lain pendapatan daerah yang sah merupakan seluruh pendapatan daerah selain PAD dan dana perimbangan, yang meliputi hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan, penerimaan jasa giro, pendapatan bunga deposito, tuntutan ganti kerugian daerah dan komisi, potongan dan selisih nilai tukar rupiah. 2.2.2 Jenis Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pendapatan asli daerah adalah penerimaan yang diperoleh dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengeloalaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Kelompok Pendapatan Asli Daerah (PAD) dipisahkan menjadi 4 jenis yaitu : 1. Pajak Asli daerah Pajak daerah merupakan penerimaan daerah yang berasal dari pajak. Penerimaan ini meliputi : a. Pajak Kendaraan Bermotor b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor c. Pajak Kendaraan Diatas Air d. Pajak Air dibawah Tanah e. Pajak Air Permukaan. Pajak daerah dan retribusi daerah tersusun dari :

10 a. Pajak Hotel b. Pajak Restoran c. Pajak Hiburan d. Pajak Reklame e. Pajak Penerangan Jalan f. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C g. Pajak Parkir 2. Retribusi Daerah Retribusi daerah merupakan penerimaan daerah berasal dari retribusi daerah itu sendiri. Penerimaan ini meliputi : a. Retribusi pelayanan kesehatan b. Retribusi pemakaian kekayaan daerah c. Retribusi pasar grosir atau pertokoan d. Retribusi penjualan produksi usaha daerah e. Retribusi izin trayek kendaraan penumpang f. Retribusi air g. Retribusi jempatan timbang h. Retribusi kelebihan muatan i. Retribusi perizinan pelayanan dan pengendalain 3. Bagian Laba Usaha Daerah Bagian laba usaha daerah merupakan penerimaan daerah yang berasal dari hasil perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan daerah daerah yang dipisahkan. Penerimaan ini antara laian berasal dari BPD, perusahaan daerah, dividen BPR-BKK, dan penyertaan modal daerah kepada pihak ketiga. 4. Lain-lain PAD yang sah Lain-lain PAD yang sah merupakan penerimaan daerah yang berasal dari lain-lain milik pemerintah daerah. Penerimaan ini berasal dari : a. Hasil penjualan barang milik daerah, contoh penjualan derum bekas aspal, penjualan pohon anyaman b. Penerimaan jasa giro 2.3 Dana Alokasi Umum (DAU) Menurut peraturan menteri keuangan No.145 Tahun 2013 pasal ayat 25 Dana alokasi umum (DAU) adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antardaerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. DAU bersifat Block Grant yang berarti penggunannya diserahkan kepada daerah sesuai dengan prioritas dan kebutuhan daerah untuk peningkatan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah. Tujuan DAU adalah sebagai pemerataan kemampuan keuangan antardaerah untuk menandai kebutuhan daerah otonomi dalam rangkap pelaksanaan desentralisasi.

11 Menurut direktorat jenderal perimbangan keuangan, alokasi DAU dilaksanakan seiring dengan pelaksanaan otonomi daerah sejak adanya undangundang no. 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah sebagaimana telah diubah dengan undang-undang nomor 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. menurut peraturan presiden republik indonesia no. 6 tahun 2011 tentang dana alokasi umum daerah provinsi dan kabupaten /kota tahun anggaran 2011, presiden memutuskan dan menetapkan peraturan dau, yang berbunyi demikian : pasal 1 (1) Dana Alokasi Umum dalam peraturan Presiden ini adalah Dana Alokasi Umum sebagaimana ditetapkan dalam Undang-undang No. 10 tahun 2010 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun Anggaran 2011. (2) Dana Alokasi Umum terdiri dari : a. Dana Alokasi Umum untuk daerah provinsi dan b. Dana Alokasi Umum untuk derah kabupaten/kota. (3) Jumlah keseluruhan Dana Alokasi Umum tahun Anggaran 2011 Ditetapkan sebesar 26% (dua puluh enam persen) dari Pendapatan Dalam Negeri Neto yang ditetapapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2011 dan seterusnya. Prinsip Dasar Alokasi Umum (DAU) 1. Kecukupan 2. Netralitas dan Efisiensi 3. Akuntabilitas 4. Relevansi dengan tujuan 5. Keadilan 6. Objektivitas 7. Kesederhanaan

12 2.4 Penelitian Terdahulu Berikut ini akan dilampirkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, yang ditampilkan oleh dalam bentuk table sebagai berikut : No. Nama dan Tahun Penelitian 1. Rahmawati (2010) Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dan Dana Alokasi Umum (DAU) Terhadap Alokasi Belanja Daerah 2. Setiawan (2010) Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Belanja Daerah 3 Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Judul Variabel Persamaan Perbedaaan X1 = Pendapatan Asli Daerah X2 = Dana Alokasi Umum X1 = Dana Alokasi Umum X2 = Pendapatan Asli Daerah Penelitian diperoleh bahwa Pendapatan Asli Daerahberpengaruh positif terhadap alokasi belanja daerah. Pemerintah Daerah yang memiliki PAD tinggi. Semuanya berpengaruh signifikan. Pemerintah Daerah diharapkan bisa terus menggali sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah baik secara intensifikasi maupun extensifikasi untuk meningkatkan pendapatan daerah. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang didapatkan dari Badan Pusat Statistik Jawa Tengah Tahun2005-2007, yaitu berupa Dana Alokasi

13 Umum,Pendapatan Asli Daerah, dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota di JawaTengah. 3. Mulyadi (2010) Analisis Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Belanja Daerah Kabupaten/Kota Di Bengkulu 4. Prakoso (2011) Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum Dan Produk Domestik Regional Bruto Terhadap Belanja X1 = Dana Alokasi Umum X2 = Pendapatan Asli Daerah X1 = Pendapatan Asli Daerah X2 = Dana Alokasi Umum X3 = Produk Domestik Regional Bruto Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh sinifikan terhadap Belanja Daerah Masingmasing Kabupaten/Kota di Provinsi Bengkulu. Pengaruh antara pendapatan asli daerah, dana alokasi umum dan produk domestik regional bruto Peningkatan mutu pengelolaan keuangan daerah khususnya APBD masingmasing daerah di Provinsi Bengkulu melalui pengaturan kenaikan alokasi anggaran belanja pembangunan dan efektifitas penggunaannya, sehingga programprogram pembangunan yang dilaksanakan tepat sasaran. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data dari 35 kabupaten/kota di propinsi Jawa

14 Daerah 5. Nainggolan (2011) Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Belanja Daerah (BD) Pada Kabupaten/Kota Di Propinsi Sumatera Utara X1 = Dana Alokasi Umum X2 = Pendapatan Asli Daerah terhadap belanja daerah pada kabupaten / kota di Propinsi Jawa Tengah. Menunjukkan bahwa DAU dan PAD secara serentak berpengaruh terhadap BD DAU mempunyai pengaruh yang lebih kuat daripada PAD dalam mempengaruhi BD. Tengah. Penelitian ini menunjukkan bahwa Belanja Daerah pada kabupaten/kota di Propinsi Sumatera Utara lebih dipengaruhi oleh Dana Alokasi Umum (DAU) daripada Pendapatan Asli Daerah (PAD) 6. Rizani, dkk (2011) Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Daerah, Dana Alokasi Umum Dan Dana Alokasi Khusus Pada Belanja Daerah Pemerintah Kota Di Provinsi Kalimantan X1 = Pertumbuhan Ekonomi X2 = Pendapatan Daerah X3 = Dana Alokasi Umum X4 = Dana Alokasi Khusus Pertumbuhan ekonomi PAD dan DAU berpengaruh secara simultan terhadap alokasi belanja daerah. Pertumbuhan ekonomi PAD dan DAU berpengaruh secara parsial terhadap alokasi belanja daerah. DAU berpengaruh secara dominan terhadap alokasi

15 Selatan belanja daerah. 7. Widjajakoesoema (2011) 8. Mangunkusumo (2012) Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Belanja Daerah Pemerintah Kota Kediri Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dan Dana Alokasi Umum (DAU) Terhadap Alokasi Belanja Daerah (ABD) 9. Yansen (2013) Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Dan Dana Alokasi UmumTerhadap Belanja Daerah Pada Pemerintah X1 = Pendapatan Asli Daerah X1 = Pendapatan Asli Daerah X2 = Dana Alokasi Umum X1 = Pendapatan Asli Daerah X2 = Dana Alokasi Umum PAD memiliki pengaruh yang signifikan terhadap besarnya Belanja Daerah Kota Kediri,. Menganalisis faktor-faktor pendapatan dominan terhadap belanja daerah, Menganalisis pengaruh PAD dan DAU terhadap Belanja Daerah. Hasil penelitian ini bisa digunakan acuan oleh Pemerintah Kota Kediri dalam menentukan kebijakan penyusunan APBD atau kebijakan yang berhubungan dengan keuangan daerah, terutama kebijakan belanja daerah. Penelitian terdahulu Menggunakan sampel dari 17 Kabupaten/Kota yang memenuhi syarat sampel Provinsi Wilayah Pulau Jawa. Penelitian terdahulu Menggunakan jumlah sampel sebanyak 35 daerah di Jawa Tengah, sedangkan penulis

16 Kabupaten/Kota DiWilayah Sumsel menggunakan sampel sebanyak 15 daerah di Sumatera Selatan 10. Devita (2014) Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Jumlah Penduduk terhadap Belanja Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi X1 = Pendapatan Asli Daerah X2 = Dana Alokasi Umum X3 = Jumlah Penduduk PAD dan DAU menunjukkan Pengaruh signifikan positif dalam mempengaruhi belanja langsung Koefisien jumlah Penduduk memiliki hubungan yang negatif terhadap belanja langsung pada pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi.

17 2.5 Kerangka Pemikiran Dalam literatur ekonomi dan keuangan daerah, hubungan pendapatan dan belanja daerah dirumuskan sebagai berikut ini : Y= C+I+S Notasi Y dalam rumus diatas adalah merupakan pendapatan dalam penelitian ini adalah PAD dan DAU, sedangkan C adalah Belanja Daerah oleh karena itu apabila PAD dan DAU naik maka belanja daerah juga akan mengalami peningkatan/kenaikan. Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Pendapatan Asli Daerah Parsial (X1) Simultan Belanja Daerah Dana Alokasi Umum (Y) (X2) Parsial Gambar I Kerangka Pemikiran Dalam kerangka pemikiran diatas menjelaskan bahwa Pendapatan Asli Daerah yang berasal dari Daerah itu sendiri akan mempengaruhi Belanja Daerah. Selain itu juga Dana Alokasi Umum yang berasal dari pemerintah pusat sebagai Dana Perimbangan akan mempengaruhi Belanja Daerah. Dengan demikian Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum akan mampu membiayai Belanja Daerah.

18 2.6 Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara yang hendak diuji kebenarannya dengan melihat hasil analisis penelitian. Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU) Ho : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara PAD dan DAU tidak berpengaruh terhadap Belanja Daerah pada Pemerintah Kota Palembang. 2. Pendapatan Asli Daerah (PAD) H1 : Terdapat pengaruh signifikan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Belanja Daerah pada Pemerintah Kota Palembang. 3. Dana Alokasi Umum (DAU) H2: Terdapat pengaruh signifikan Dana Alokasi Umum (DAU) Terhadap Belanja Daerah pada Pemerintah Kota Palembang. 4. Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU) H3: Terdapat pengaruh signifikan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU) Terhadap Belanja Daerah pada Pemerintah Kota Palembang.