BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang di kemukakan oleh Martoyo (2000), bahwa kepuasan kerja adalah

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KARYAWAN TERHADAP PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi yang selalu ditandai dengan terjadinya perubahanperubahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kinerja. yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2000). Sedangkan pengertian kinerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Kerja. sebuah evaluasi karakteristiknya. Rivai & Sagala (2009) menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mencapai tujuan organisasi. Kedisiplinan juga merupakan salah satu faktor dalam

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaannya, kepuasan kerja juga merupakan seperangkat perasaan pegawai

BAB I PENDAHULUAN. Karyawan merupakan makhluk sosial yang menjadi kekayaan utama bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB. I PENDAHULUAN. dapat berprestasi sebaik mungkin demi mencapai tujuan organisasi. Karyawan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bidang industri. Hal ini terbukti dari penelitian-penelitian para ahli yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. tertutup bagi dunia luar, tekhnologi informasi dan komunikasi telah merangsang

I. PENDAHULUAN. keberhasilan dan pencapaian tujuan organisasi, dalam rangka pencapaian

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kepuasan kerja guru ditandai dengan munculnya rasa puas dan terselesaikannya tugastugas

BAB I PENDAHULUAN. individunya saling menunjang sehingga dapat dikatakan bahwa kepuasan kerja

II. TINJAUAN PUSTAKA. agara diperoleh tenaga kerja yang puas akan pekerjaannya. Fungsi MSDM. dikelompokkan atas tiga fungsi, yaitu (Husein, 2002) :

BAB I PENDAHULUAN. pemimpin (leader) dalam mengarahkan, mendorong dan. mengatur seluruh unsur unsur di dalam kelompok atau organisasinya untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada era globalisasi saat ini, perusahaan-perusahaan di tuntut untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut dan tujuan atau akhir daripada gerakan atau perbuatan. Motivasi

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional yang makin meluas dan kompleks dengan. penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang makin canggih memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam menghadapi persaingan di era globalisasi perusahaan dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Barat dan Banten Area Pelayanan dan Jaringan Bandung yang bergerak

BAB I PENDAHULUAN. profit ataupun sosial dituntut harus dapat melakukan peningkatan kualitas dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2016 PENGARUH IKLIM ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu aspek pembangunan sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. organisasi dan kelangsungan hidup organisasi. Peran kepemimpinan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat penting dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pemberi manfaat bagi sumber daya lainnya, memberi kontribusi besar dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. kepada keputusan-keputusan, peraturan-peraturan dan nilai-nilai tinggi dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan faktor yang terpenting sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara sadar dengan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan ekonomi yang terus mengalami perubahan, maka

RETNO SAWITRIAVI F

BAB I PENDAHULUAN. Masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah mengenai rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri untuk lebih memperhatikan kepuasan kerja dan pemberian gaji

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kerja karyawan. Perusahaan dan karyawan pada hakekatnya saling

BAB I PENDAHULIAN. di bidang pendistribusian BBM atau SPBU, dimana pekerjaan serta lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. manusia mampu menciptakan berbagai macam inovasi dan merupakan komponen utama sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang mempunyai peranan penting bagi kelangsungan organisasi tersebut, sehingga

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP INSENTIF DAN BERPIKIR POSITIF DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. efektifitas pengelolaan sumber daya manusia. Organisasi yang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. dinamis, sangat memerlukan adanya sistem manajemen yang efektif dan efisien

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP LINGKUNGAN PSIKOSOSIAL KERJA DAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR (OCB) DENGAN PRESTASI KERJA.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

`BAB I PENDAHULUAN. dunia industri dan organisasi menyebabkan psikologi tidak akan pernah kehilangan

Bab l. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pernah dilakukan sebelumnya untuk semakin memperkuat kebenaran empiris

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan perusahaan tersebut dalam mencapai tujuannya. Pencapaian tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. Dinas pendidikan pemuda dan olahraga memiliki kebijakan mutu yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berkembangnya suatu organisasi tentunya tidak terlepas dari sumber daya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperbaiki lingkungan kerja di tempat kerja. Lingkungan kerja yang buruk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan atau instansi pemerintah. Disiplin kerja digunakan untuk dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KEPEMIMPINAN VISIONER DENGAN KOMITMEN ORGANISASI S K R I P S I

Rena Marliana F

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. SDM dapat menciptakan efisiensi dan efektifitas perusahaan. Tidak dapat

semua individu dapat bekerja dalam tim. Penilaian yang diberikan kepada Perilaku sosial dalam organisasi atau Organizational Citizenship Behaviour

BAB I PENDAHULUAN. PT. INTI (Persero) Bandung merupakan salah satu Badan Usaha Milik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dinas daerah merupakan unsur pelaksana otonomi daerah yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa ini setiap perusahaan harus lebih mampu berkompetisi dan bersaing

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu instansi pemerintah, pemimpin yaitu seseorang yang. mempengaruhi para bawahannya untuk melakukan pekerjaan.

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan sumber daya dengan sebaik-baiknya. Sumber daya yang paling penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemajuan sebuah organisasi sangat dipengaruhi oleh kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. yang dianut oleh organisasi. Ketiadaan komitmen ini mengakibatkan pelaksanaan. mempertimbangkan pada aturan yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam khasanah totalitas mekanisme kerja keorganisasian, dari sekian

BAB I PENDAHULUAN. apabila ditunjang oleh sumber daya manusia yang berkualitas. serta biaya baru dalam merekrut karyawan baru.

I. PENDAHULUAN. identifikasi masalah, pembatasan masalah dan rumusan masalah. Untuk

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan (Prastuti, 2014). Keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuan sangat

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan. Oleh karena itu pengelolaan sumber daya yang mencakup. penyedia tenaga kerja yang bermutu, mempertahankan kualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan, visi dan misi dari perusahaan. karyawan serta banyaknya karyawan yang mangkir dari pekerjaannya.

BAB I PENDAHULUAN. Keith Davis ( 2007 ) mengemukakan bahwa : Dicipline is management action

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perwujudan manusia yang berkualitas tersebut menjadi tanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Runtunuwu (2015)

I. PENGANTAR Latar Belakang. Kualitas sumber daya manusia yang tinggi sangat dibutuhkan agar manusia

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan kerja (job satisfaction) merupakan sasaran penting dalam. yang memiliki lebih sedikit jumlah pegawai yang puas.

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan sumber daya manusia sebagai tenaga kerja mempunyai

HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN DEMOKRATIS DENGAN MOTIVASI KERJA GURU DI SMK NEGERI 1 JUWIRING NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Kesuksesan atau kegagalan dalam pelaksanaan tugas dan penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi menyebabkan terjadinya perubahan hampir disemua sektor

1. PENDAHULUAN. Seiring makin meningkatnya pertumbuhan ekonomi akhir-akhir ini di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pembangunan Indonesia adalah mewujudkan visi pembangunan

BAB 2. Tinjauan Pustaka. Setiap orang pada dasarnya orang yang bekerja mempunyai tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. instansi harus menentukan strategi dan kebijakan manajemennya, khususnya

2.1.2 Tipe-Tipe Kepemimpinan Menurut Hasibuan (2009: ) ada tiga tipe kepemimpinan masing-masing dengan ciri-cirinya, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. memberikan jasa pelayanan dibidang kesehatan. Sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sekolah sebagai pendidikan formal bertujuan membentuk manusia

BAB I PENDAHULUAN. konsumen merasa tidak puas dapat melakukan keluhan yang dapat merusak citra

BAB I PENDAHULUAN. operasional manajemen yang berisi kegiatan-kegiatan untuk memelihara dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendapatkan pangsa pasar yang akan dimasuki. Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap perusahaan yang didirikan mempunyai harapan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepuasan kerja merupakan salah satu faktor yang penting dalam setiap pekerjaan. Kepuasan kerja merupakan sisi afektif atau emosi. Seperti yang di kemukakan oleh Martoyo (2000), bahwa kepuasan kerja adalah keadaan emosional pegawai yang terjadi maupun tidak terjadi titik temu, antara nilai balas jasa kerja pegawai dan organisasi dengan tingkat nilai balas jasa yang memang di inginkan oleh pegawai yang bersangkutan. Menurut Martoyo (2000), kepuasan kerja pada dasarnya merupakan salah satu aspek psikologis yang mencerminkan perasaaan seseorang terhadap pekerjaannya, ia akan merasa puas dengan adanya kesesuaian antara kemampuan, ketrampilan dan harapannya dengan pekerjaan yang ia hadapi. Wibowo (2013) seseorang pasti ingin mendapatkan pekerjaan karena dengan bekerja ia mengharapkan mendapat imbalan untuk menghidupi dirinya dan keluarganya. Namun, seringkali terjadi bahwa mendapatkan imbalan saja dirasakan belum cukup. Mereka menginginkan mendapatkan kepuasan dari pekerjaannya. Guru merupakan salah satu komponen yang berperan utama dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan. Tanpa guru maka aktivitas di sekolah tidak dapat berjalan dengan baik. Setiap guru diharapkan dituntut untuk selalu melaksanakan tugasnya dengan baik. Perilaku kerja guru yang timbul akibat kepuasan kerja yang sangat dipengaruhi oleh harapan dan kebutuhan para

2 guru terhadap kepemimpinan kepala sekolah. Setiap guru pasti memiliki tingkat kepuasan tersendiri yang dapat diukur dengan kinerja karyawan yang bekerja dalam suatu organisasi, tetapi setiap guru yang satu dengan lainnya belum tentu memiliki tingkat kepuasan kerja yang sama. Oleh karena itu, untuk membentuk suatu tingkat kepuasan kerja yang baik, seorang pemimpin perlu melakukan suatu tindakan agar para guru dapat merasa nyaman dalam melakukan pekerjaannya dengan baik. Robbins (dalam Wibowo, 2013) harapan bagi suatu organisasi yaitu terciptanya suatu nilai kepuasan yang tinggi pada organisasi tersebut. Salah satu aspek yang sering digunakan untuk melihat kondisi suatu organisasi adalah melihat tingkat kepuasan kerja para anggotanya. Rosa (2004) menjelaskan bahwa kepuasan kerja yang tinggi merupakan tanda suatu organisasi dikelola dengan baik dan pada dasarnya merupakan hasil manajemen perilaku yang efektif. Oleh karena kepuasaan kerja merupakan suatu hal yang sangat penting dipertahankan untuk menunjang kehidupan organisasi. Hal ini disebabkan karena dengan adanya rasa kepuasan kerja diharapkan pegawai akan lebih giat dalam mengerjakan tugas-tugasnya dan dapat meningkatnya produktivitas, prestasi kerja meningkat, mengikuti aturan kerja, disiplin, dan menurunkan tingkat absensi. Pegawai yang memiliki kepuasan kerja tinggi dapat diketahui bukan hanya gaji tetapi juga melalui keberhasilan pegawai dalam menyelesaikan tugas, adanya hubungan komunikasi yang harmonis antara pegawai dengan atasan, situasi lingkungan

3 kerja yang nyaman, rekan kerja yang mendukung, memiliki kinerja tinggi, dan bertanggungjawab. Kepuasan kerja pada seorang pegawai mempengaruhi kehadirannya dalam pekerjaan, kesediaan untuk bekerja juga seringkali dipengaruhi oleh keinginannya untuk mengganti pekerjaan (Setiawan, 2012). Pegawai dengan kepuasan tinggi akan memberikan kontribusi tinggi terhadap perusahaan (Setiawan, 2012). Atas kontribusi yang tinggi tersebut, maka organisasi akan memiliki outcomes yang tinggi, dan dengan outcomes yang tinggi maka organisasi dapat memenuhi keinginan dan harapan balas jasa yang layak pada diri pegawai (Setiawan, 2012). Kepuasan kerja yang tinggi diinginkan oleh para manager karena dapat dikaitkan dengan hasil positif yang mereka harapkan (Davis, 1985 dalam Rosa, 2004). Abraham Maslow dalam teori hirarki kebutuhan menyatakan bahwa kebutuhan dan kepuasan pegawai identik dengan kebutuhan biologis dan psikologis (Setiawan, 2012). Pada kenyataannya bahwa tidak semua pegawai mempunyai kepuasan kerja yang tinggi, justru mengalami penurunan. Suatu organisasi banyak mengalami permasalahan yang timbul pada kepuasaan kerja yang rendah, sehingga menimbulkan dampak negatif seperti produktivitas rendah, semangat kerja rendah, guru yang sering absen, dan datang terlambat. Rosa (2004) mengatakan rendahnya kepuasan kerja yang terjadi pada pegawai merupakan salah satu gejala yang paling meyakinkan dari rusaknya kondisi suatu organisasi. Rendahnya kepuasan kerja pada pegawai biasanya tersembunyi di belakang aksi-aksi pemogokan liar, pelambanan kerja,

4 mangkir dan terjadinya pergantian pegawai. Gejala-gejala merupakan bagian dari banyak keluhan, rendahnya prestosi kerja, emosi tidak stabil, melakukan kesibukan yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan, dan masalah indisipliner. Wibowo (2013) dalam studi global dilaporkan terdapat masalah kepuasan kerja dalam ketidakpuasan bayaran, jumlah jam kerja, tidak mendapatkan cukup libur atau cuti, kurangnya fleksibilitas dalam jam kerja, waktu diperlukan untuk berangkat dan pulang kerja. Chiu (dalam Setiawan, 2012) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa seorang pegawai dalam suatu organisasi yang memiliki ketrampilan, pengetahuan, pendidikan mereka mengharapkan imbalan. Gaji yang diterima mencerminkan perbedaan tanggungjawab, pengalaman, kecakapan, maupun jabatan sehingga apabila kebutuhan akan gaji sesuai dengan apa yang di harapkan maka pegawai akan memperoleh kepuasan kerja. Penelitian sebelumnya yang dilakukan Fahmi (2013) yang menyatakan bahwa gaya kepemimpinan demokratis mempengaruhi kepuasan kerja. Pada penelitian Yonitri (2013) menyebutkan bahwa kepuasan kerja mempengaruhi gaya kepemimpinan demokratis. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rosa (2004) beberapa tahun belakangan ini di Indonesia sering terjadi aksi mogok yang dilakukan para pegawai akibat ketidakpuasan mereka pada kebijakan organisasi. Misalnya aksi mogok yang dilakukan oleh ribuan guru pegawai negeri sipil (PNS) yang mengajar di Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) yang bertugas di Kabupaten Madiun, Jawa

5 Timur. Aksi tersebut merupakan wujud protes para guru kepada pimpinan Pemerintah Kabupaten Madiun yang tidak segera membayarkan kenaikan gaji PNS selama tujuh bulan, terhitung sejak Januari hingga Juli 2001. Selain itu, aksi mogok juga dilakukan oleh karyawan pabrik ban PT Mega Safe Tyre Industry yang berada di Semarang, kerena ketidakpuasan mereka pada kebijakan perusahaan yang mewajibkan masuk kerja saat libur Tahun Baru Hijriah (Kompas, 23 Februari 2004 dalam Rosa, 2004). Mereka keberatan bekerja saat libur nasional karena perusahaan menolak membayar uang lembur. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti pada awal tahun 2014, dilapangan terlihat adanya perilaku indisipliner pada beberapa guru, misalnya datang terlambat, terlambat masuk kelas, rendahnya pengajaran, tidak semangat, terpaku dengan suatu metode mengajar, dan lainlain. Perilaku-perilaku indisipliner tersebut memperlihatkan bahwa guru tersebut masih kurang optimal dalam bekerja. Kurangnya kesediaan guru untuk bekerja secara optimal mengindikasikan ketidakpuasan kerja bagi guru. Fenomena-fenomena diatas apabila dibiarkan dan tidak mendapat perhatian akan berdampak pada pelaksanaan yang dapat mengarah pada tujuan organisasi dan instansi serta kualitas sekolah. Fakta menunjukkan betapa pentingnya kepuasan kerja bagi guru. Untuk itu, pemimpin sekolah perlu meningkatkan kepuasan, salah satunya dengan berusaha mencari faktorfaktor apa saja yang dapat mempengaruhi terbentuknya kepuasan terhadap pimpinan. Burt (dalam As ad, 2003) mengemukakan faktor-faktor yang

6 mempengaruhi kepuasan kerja antara lain hubungan antara relasi yaitu atasan dengan pegawai; faktor individual yaitu sikap, umur, jenis kelamin; faktor dari luar yaitu keadaan keluarga, pendidikan. Dari beberapa faktor tersebut kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja. Pemimpin memiliki peranan yang penting dalam membangun keberlangsungan hidup organisasi. Beberapa hal yang penting diperhatikan pemimpin dalam pemeliharaan hubungan dengan para guru yaitu dengan memperhatikan tingkat kepuasan kerja para guru. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan seorang kepala sekolah harus mampu meningkatkan kepuasan kerja para guru atau bawahannya. Sebagai pemimpin sekolah harus mampu memberikan pengaruh-pengaruh yang dapat menyebabkan guru tergerak untuk melaksanakan tugasnya secara efektif sehingga kepuasan mereka akan lebih baik. Sebagai pemimpin mempunyai pengaruh, ia berusaha agar nasehat, saran dan perintahnya di ikuti oleh guru-guru. Dengan demikian ia dapat mengadakan perubahan-perubahan dalam cara berfikir, sikap, tingkah laku yang dipimpinnya. Dengan kelebihan yang dimilikinya yaitu kelebihan pengetahuan dan pengalaman, ia membantu guru-guru untuk berkembang menjadi guru yang professional. Pendidikan merupakan usaha yang sengaja dilakukan untuk mengembangkan potensi peserta didik. Sekolah sebagai pendidikan formal bertujuan membentuk manusia yang berkepribadian dalam mengembangkan intelektual peserta didik dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

7 Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan perannya sangat penting untuk membantu guru dan muridnya. Didalam kepemimpinannya kepala harus dapat memahami, mengatasi dan memperbaiki kekurangan-kekurangan yang terjadi di lingkungan sekolah. Oleh karena itu, kepala sekolah perlu melakukan evaluasi secara terus-menerus terhadap kepemimpinan yang telah dijalani dan kebijakan-kebijakan yang diterapkan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kebijakan dan gaya kepemimpinan apa yang dibutuhkan dan diharapkan oleh bawahan (terutama guru) sehingga tidak menimbulkan ketidakpuasan terhadap kepemimpinan kepala sekolah. Salah satu gaya kepemimpinan yang diterapkan dalam suatu organisasi adalah kepemimpinan demokratis. Gaya kepemimpinan demokratis erat hubungannya dengan kepuasan kerja. Pada penelitian ini kepuasan akan diukur dengan menggunakan variabel kepemimpinan demokratis. Menurut Kartono (2005) kepemimpinan demokratis menghargai potensi setiap individu, mau menerima nasehat, sugesti bawahan, mengakui keahlian para spesialis pada bidangnya masing-masing dan kondisi yang tepat. Kartono (2005) menambahkan pemimpin demokratis akan melakukan upaya membimbing, memandu, menuntun, dan membangun bawahannya merupakan suatu tugas pemimpin untuk mengarahkan dan membentuk anggotanya dalam melaksanakan suatu kegiatan agar mencapai tujuan organisasi. Gaya kepemimpinan merupakan faktor yang sangat penting dalam suatu organisasi terutama di sekolah, karena dapat meningkatkan kepuasan

8 kerja guru. Gaya kepemimpinan mempunyai peran yang penting dalam mempengaruhi cara kerja pegawai, penampilan gaya kepemimpinan akan memberikan dampak positif maupun negatif terhadap kinerja pegawai yang dipimpinnya. Pemimpin berperan sangat penting dalam lingkungan kerja terutama mempengaruhi moral dan kepuasan kerja, keamanan, kualitas kehidupan kerja, loyalitias dan terutama dalam meningkatkan kinerja bawahannya, oleh karena itu seorang pemimpin perlu memiliki ketrampilan untuk dapat bersikap dan berperilaku efektif dalam menjalankan tugasnya. Seorang pemimpin juga harus dapat mempelajari karakter pegawainya sehingga dapat mengevaluasi dirinya dan mengetahui apakah gaya kepemimpinannya telah sesuai dengan kemauan, kemampuan maupun harapan pegawai (Soetopo, 2002). Gaya kepemimpinan yang sesuai dengan harapan pegawai akan memberikan kepuasan kerja dan peran besar dalam kemajuan suatu organisasi. Gaya kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai pola tingkah laku yang ditunjukkan seseorang pada saat ia mencoba mempengaruhi orang lain (Darma dalam Nalasatria, 2013). Setiap pemimpin bisa mempunyai gaya kepemimpinan yang berbeda antara yang satu dengan yang lain, dan tidak pasti suatu gaya kepemimpinan lebih baik atau lebih jelek dari pada gaya kepemimpinan yang lainnya. Gaya kepemimpinan yang diterapkan dalam lembaga pendidikan dapat membantu menciptakan efektivitas kerja yang positif bagi para guru. Adanya gaya kepemimpinan yang sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah maka guru akan lebih semangat dalam

9 menjalankan tugas dan kewajibannya dan mempunyai harapan terpenuhinya kebutuhan. Rivai (2008) kepemimpinan demokratis ditandai dengan adanya suatu struktur yang pengembangannya menggunakan pendekatan pengambilan keputusan yang kooperatif. Dibawah kepemimpinan demokratis bawahan cenderung bermoral tinggi, dapat bekerja sama, mengutamakan mutu kerja dan dapat mengarahkan diri sendiri. Menurut Robbins (dalam Wibowo, 2013) kepemimpinan demokratis mendiskripsikan pemimpin yang cenderung mengikutsertakan karyawan dalam mengambil keputusan, mendelegasikan kekuasaan, mendorong partisipasi karyawan dalam menentukan bagaimana metode kerja dan tujuan yang ingin dicapai, dan memandang umpan balik sebagai suatu kesempatan untuk melatih karyawan. Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik suatu rumusan masalah yaitu Apakah ada hubungan antara gaya kepemimpinan demokratis dengan kepuasan kerja guru?. Selanjutnya untuk menjawab permasalahan tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan antara gaya kepemimpinan demokratis dengan kepuasan kerja guru. B. Tujuan Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

10 1. Hubungan antara gaya kepemimpinan demokratis dengan kepuasan kerja pada guru. 2. Tingkat gaya kepemimpinan demokratis pada guru. 3. Tingkat kepuasan kerja pada guru. 4. Seberapa besar sumbangan efektif antara gaya kepemimpinan demokratis terhadap kepuasan kerja guru. C. Manfaat 1. Bagi Kepala Sekolah Penelitian ini diharapkan memberikan informasi tentang pentingnya gaya kepemimpinan demokratis yang akan berpengaruh pada kepuasan kerja guru di dalam organisasi tersebut. 2. Bagi Guru Memberikan gambaran dan sumbangan informasi pentingnya faktor-faktor tertentu untuk mendapatkan kepuasan kerja serta peran pemimpin dalam organisasi akan sangat menentukan tercapainya harapan yang optimal. 3. Bagi Ilmuwan Psikologi Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan dalam pengembangan penelitian tentang hubungan antara gaya kepemimpinan demokratis dengan kepuasan kerja guru. Sehingga

11 dapat dimanfaatkan secara luas bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang psikologi industri pendidikan. 4. Bagi Ilmuwan lain Hasil penelitian ini diharapkan mampu meberikan kontribusi sumbangan keilmuan dalam bidang psikologi industri khususnya hubungan gaya kepemimpinan demokratis dengan kepuasan kerja guru.