EVALUASI DAYA WARIS SIFAT KETAHANAN KACANG PANJANG TERHADAP CABMV BERDASARKAN STRUKTUR KEKERABATAN ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
PERBAIKAN KETAHANAN GENETIK KACANG PANJANG (Vigna sesquipedalis L. Fruwirth) TERHADAP CABMV DENGAN METODE BACKCROSS

PERAKITAN VARIETAS TANAMAN KACANG PANJANG TAHAN COWPEA APHID BORNE MOSAIC VIRUS (CABMV) DAN BERDAYA HASIL TINGGI

PENDUGAAN JUMLAH DAN MODEL AKSI GEN KETAHANAN KACANG PANJANG (Vigna sesquipedalis L. Fruwirth) TERHADAP COWPEA APHID BORNE MOSAIC VIRUS.

UJI DAYA HASIL PENDAHULUAN DAN SELEKSI KETAHANAN GALUR-GALUR HARAPAN KACANG PANJANG UNIBRAW TERHADAP CABMV

SELEKSI GALUR-GALUR HARAPAN KACANG PANJANG (Vigna sesquipedalis L. Fruwirth) UNIBRAW

UJI ADAPTASI KACANG PANJANG (Vigna sesquipedalis L. Fruwirth) GALUR UNIBRAW

LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PERGURUAN TINGGI XI/2 Tahun Anggaran 2004

KERAGAMAN GENETIK POPULASI BULK F2, F3 DAN F4 KACANG PANJANG (Vigna sesquipedalis (L) Fruwirth) HASIL PERSILANGAN PS x MLG 15151

PROSEDUR PEMULIAAN KACANG PANJANG

PERAKITAN VARIETAS TANAMAN KACANG PANJANG TAHAN COWPEA APHID BORNE MOSAIC VIRUS DAN BERDAYA HASIL TINGGI

PROSEDUR PEMULIAAN KACANG PANJANG

PENDUGAAN JUMLAH DAN PERAN GEN TOLERANSI KACANG PANJANG (Vigna sesquipedalis L. Fruwirth) TERHADAP HAMA APHID

PENDUGAAN JUMLAH DAN PERAN GEN TOLERANSI KACANG PANJANG (Vigna sesquipedalis L. Fruwirth) TERHADAP HAMA APHID

LAPORAN PROGRAM PENERAPAN IPTEK

PERAKITAN VARIETAS TANAMAN KACANG PANJANG (Vigna sesquipedalis (L). Fruwirth) TOLERAN HAMA APHID DAN BERDAYA HASIL TINGGI

LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PERGURUAN TINGGI XI/3 Tahun Anggaran 2005

LAPORAN INSENTIF RISET TERAPAN 2007

EVALUASI KERAGAMAN GENETIK TOLERANSI KACANG PANJANG (Vigna sesquipedalis (L). Fruwirth) TERHADAP HAMA APHID

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

LAPORAN HASIL PENELITIAN HIBAH BERSAING XIV/2 TAHUN ANGGARAN 2007

Agrivita 31 (1) : Pebruari 2009 ISSN :

LAPORAN HASIL PENELITIAN HIBAH KOMPETENSI

LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN HIBAH KOMPETENSI TAHUN KE-2 TAHUN ANGGARAN 2013

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine Max [L.] Merrill) merupakan tanaman pangan yang memiliki

TINDAK GEN KETAHANAN TERHADAP PENYAKIT KARAT (Pucinnia arachidis, Speg.) PADA KACANG TANAH GENE ACTION OF THE RUST DISEASE RESISTANCE IN GROUNDNUT

"PEMBENTUKAN GALUR-GALUR HARAPAN KACANG PANJANG (Vigna sesquipedalis L.Fruwirth) BERPOLONG UNGU " ABSTRACT

THE ESTIMATION OF RESISTANCE GENES NUMBER AND GENETIC VARIABILITY OF YARD LONG BEANS (Vigna sinensis L.) TO YELLOW MOSAIC VIRUS

LAPORAN HASIL PENELITIAN HIBAH BERSAING XIV/3 TAHUN ANGGARAN 2008

I. PENDAHULUAN. Indonesia tinggi, akan tetapi produksinya sangat rendah (Badan Pusat Statistik,

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L]. Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan

I. PENDAHULUAN. Kedelai ( Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu tanaman penghasil

I. PENDAHULUAN. padi karena banyak dibutuhkan untuk bahan pangan, pakan ternak, dan industri.

DAYA WARIS DAN HARAPAN KEMAJUAN SELEKSI KARAKTER AGRONOMI KEDELAI GENERASI F 2

UJI DAYA HASIL PENDAHULUAN GALUR HARAPAN TANAMAN KACANG PANJANG (Vigna sesquipedalis L. Fruwirth) BERPOLONG UNGU

1. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman sumber protein

PERSILANGAN BUATAN PADA TANAMAN KACANG HIJAU (VIGNA RADIATA (L.) WILCZEK)

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat dibutuhkan

Hajroon Jameela *), Arifin Noor Sugiharto dan Andy Soegianto

I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan sumber protein penting di Indonesia. Kesadaran masyarakat

I. PENDAHULUAN. Kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan tanaman semusim yang menjalar

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai sumber utama protein nabati. Kontribusi kedelai sangat

I. PENDAHULUAN. Produksi kedelai di Indonesia pada tahun 2009 mencapai ton. Namun,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merril) merupakan salah satu komoditas penting dalam

LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN HIBAH KOMPETENSI TAHUN KE-1 TAHUN ANGGARAN 2012

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang. Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen

METODE PEMULIAAN TANAMAN MENYERBUK SENDIRI

PERAKITAN VARIETAS UNGGUL PADI BERAS HITAM FUNGSIONAL TOLERAN KEKERINGAN SERTA BERDAYA HASIL TINGGI

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan

Kuswanto dan Budi Waluyo Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditi pangan utama

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut :

( 2 ) untuk derajat kecocokan nisbah segregasi pada setiap generasi silang balik dan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENAMPILAN DELAPAN GALUR KACANG PANJANG (Vigna sesquipedalis L. Fruwirth) PADA DUA MUSIM TANAM

HAKIM: HERIBILITAS DAN HARAPAN KEMAJUAN GENETIK KACANG HIJAU

HERITABILITAS, NISBAH POTENSI, DAN HETEROSIS KETAHANAN KEDELAI (Glycine max [L.] Merrill) TERHADAP SOYBEAN MOSAIC VIRUS

I. PENDAHULUAN. secara signifikan. Melalui proses seleksi tanaman yang diikuti dengan penyilangan

I. PENDAHULUAN. Pemuliaan tanaman adalah suatu metode yang secara sistematik merakit

STUDI DAYA HASIL GALUR F4 KEDELAI (Glycine max L.) HASIL PERSILANGAN VARIETAS GROBOGAN DENGAN ANJAMORO, UB, AP DAN ARGOPURO

Kemajuan Genetik Dan Heritabilitas Karakter Agronomi Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) Generasi F 2 Persilangan Wilis Dan Mlg 2521

KORELASI ANTARA KANDUNGAN KLOROFIL, KETAHANAN TERHADAP PENYAKIT BERCAK DAUN DAN DAYA HASIL PADA KACANG TANAH ABSTRAK

KACANG TUNGGAK

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kedelai merupakan komoditas tanaman menjadi sumber protein nabati dan

KERAGAAN GALUR-GALUR HARAPAN KEDELAI TAHAN PECAH POLONG (POD SHATTERING)

Prof..Dr. Ir. Kuswanto, MS Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

STUDI OF YIELD CAPABILITY ON SOYBEAN (GLYCINE MAX L.) HYBRID CULTIVAR (GENERATION F4) BETWEEN AP WITH ARGOPURO, UB AND TANGGAMUS VARIETY

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merril) merupakan tanaman yang banyak dimanfaatkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman

sehingga diharapkan dapat menghasilkan keturunan yang memiliki toleransi yang lebih baik dibandingkan tetua toleran (segregan transgresif).

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.) merupakan jagung yang

PARAMETER GENETIK (Ragam, Heritabilitas, dan korelasi) Arya Widura R., SP., MSi PS. Agroekoteknologi Universitas Trilogi

KAJIAN KETERKAITAN ANTAR SIFAT KUANTITATIF KETURUNAN HASIL PERSILANGAN ANTARA SPESIES KACANG TUNGGAK DENGAN KACANG PANJANG

II. TINJAUAN PUSTAKA

karakter yang akan diperbaiki. Efektivitas suatu karakter untuk dijadikan karakter seleksi tidak langsung ditunjukkan oleh nilai respon terkorelasi

SELEKSI YANG TEPAT MEMBERIKAN HASIL YANG HEBAT

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari

PERBAIKAN DAYA HASIL DAN KETAHANAN KACANG HIJAU TERHADAP HAMA KUMBANG BUBUK MELALUI PERSILANGAN ANTAR SPESIES

VII. PEMBAHASAN UMUM

TINJAUAN PUSTAKA. Pemuliaan Jagung Hibrida

Teknik pemuliaan kedelai pada umumnya

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam

BAHAN DAN METODE. Galur Cabai Besar. Pembentukan Populasi F1, F1R, F2, BCP1 dan BCP2 (Hibridisasi / Persilangan Biparental) Analisis Data

I. PENDAHULUAN. berasal dari kacang tanah menyebabkan meningkatnya jumlah permintaan.

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK VIGOR BENIH CABAI (Capsicum annuum L.) MENGGUNAKAN ANALISIS SILANG HALF DIALEL

DAYA HASIL GALUR-GALUR MUTAN KACANG HIJAU

I. PENDAHULUAN. Tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan tanaman sayuran yang

BAB I PENDAHULUAN. Kacang panjang (Vigna sinensis L.) tergolong dalam Famili Fabaceae.

PENAMPILAN GENOTIPE-GENOTIPE KACANG TANAH DI LAHAN LEBAK DANGKAL ABSTRAK

RESPONS TANAMAN KEDELAI TERHADAP PEMBERIAN PUPUK FOSFOR DAN PUPUK HIJAU PAITAN

PERANAN JUMLAH BIJI/POLONG PADA POTENSI HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) F6 PERSILANGAN VARIETAS ARGOMULYO DENGAN BRAWIJAYA

Budi Waluyo dan Kuswanto Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya ABSTRACT

INTERAKSI GENOTIPE LINGKUNGAN GALUR-GALUR HARAPAN KACANG PANJANG(Vigna sesquipedalis L. Fruwirth) BERPOLONG UNGU DI DUA LOKASI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara morfologi tanaman jagung manis merupakan tanaman berumah satu

Transkripsi:

EVALUASI DAYA WARIS SIFAT KETAHANAN KACANG PANJANG TERHADAP CABMV BERDASARKAN STRUKTUR KEKERABATAN Oleh Kuswanto*), Lita Soetopo*), Tutung Hadiastono*), Astanto Kasno**) *) Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, **) Balitkabi ABSTRAK Penelitian perakitan varietas kacang panjang bertujuan mendapatkan varietas unggul tahan penyakit mosaik dan berdaya hasil tinggi, yang segera dapat disebarkan ke masyarakat, dalam usaha mencukupi kebutuhan protein nabati dan serat alami yang murah dan sehat. Penelitian dilaksanakan di Screen House dan Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, mulai November 2002 sampai Oktober 2003. Bahan penelitian adalah 4 populasi segregasi hasil persilangan 2 galur tahan CABMV (MLG 151515 dan MLG 15167) dengan 2 galur berpotensi produksi tinggi (HS dan PS). Daya waris ketahanan dipelajari melalui analisis heritabilitas arti sempit berdasarkan struktur kekerabatan Semua populasi hasil persilangan HS/MLG 15151, HS/MLG 15167, PS/MLG 15151 dan PS/MLG 15167 berpeluang untuk dilakukan perbaikan sifat ketahanan. Pasangan persilangan HS/MLG 15151, HS/MLG 15167 dan PS/MLG 15167 berpeluang dilakukan perbaikan ketahanan sifat ketahanan melalui metode silang balik. Pasangan persilangan PS/MLG 15151 dapat dilakukan perbaikan sifat ketahanan melalui metode bulk yang dimodifikasi. Kata kunci : kacang panjang, ketahanan, cabmv, heritabilitas ABSTRACT The final product of this research was the prime variety of yardlong bean with resistance on cowpea aphid borne mosaic virus (CABMV). The resistant varieties had high yield was needed at this time, as source of natural protein and fibre. Loss yield could be decreased, so fresh pod yield will be increased. The experiment was conducted at screen house and experimental field of Agriculture Faculty of Brawijaya University, in November 2002-Oktober 2003. The matters were 4 segregation populations from 2 resistant lines (MLG 15151 and MLG 15167) crossed 2 high yield varieties (HS an PS), respectively. Inheritance potential estimated with narrow sense heritability analysis from relative structure method. This experiment, got predictable informations to breed these matters in next activities. All crossing couples, i.e. HS/MLG 15151, HS/MLG 15167, PS/MLG 15151 and PS/MLG 15167, could be breeded become CABMV resistant varieties with high potential yield. Back cross method could be aplied on HS/MLG 15151, HS/MLG 15167 dan PS/MLG 15167. So, do PS/MLG 15151 breeded to be prime variety but base on bulk method with modifications. Key words : yardlong bean, resistance, cabmv, heritability 1

PENDAHULUAN Kacang panjang merupakan salah satu sumber protein nabati (19,3%), serat alami (17,7%) dan karbohidrat (60,66%) (Riana, 2000) yang murah dan biasa dikonsumsi oleh berbagai lapisan masyarakat Indonesia serta merupakan bahan alami yang dapat membantu menyembuhkan penyakit diabetis mellitus (Heinerman, 1996). Produktivitas polong segar kacang panjang atau Vigna sesquipedalis (L). Fruwirth (Nenno, 2000) yang mampu dicapai petani di Indonesia masih tergolong rendah (4,8 t/ha) (Departemen Pertanian, 2002) di Thailand (7,2 t/ha) dan Australia (30 t/ha) (Gallacher 1999). Sementara potensi hasil polong di tingkat penelitian dapat mencapai rata-rata 17,4 t/ha (Kasno dkk, 2000). Peningkatan produktivitas kacang panjang dihadapkan pada masalah hama dan penyakit. Penyakit penting yang sering menurunkan produksi adalah mosaik yang disebabkan oleh cowpea aphid borne mosaic virus (CABMV). Daun tanaman yang sakit terdapat gejala mosaik dengan warna hijau dan kuning berselang-seling yang sangat jelas. Terdapat warna hijau gelap di antara tulang daun (dark green vein-banding) atau klorosis interveinal (urat daun), distorsi daun, melepuh dan tanaman menjadi kerdil. Polong dan daun menjadi tidak berkembang, ukuran biji berkurang sehingga produksi secara keseluruhan menurun (Bock and Conti, 1974; Sulyo, 1984; Brunt, 1994; Moedjiono dkk., 1999). Virus mosaik dan hama aphid merupakan penyakit dan hama utama pada kacang panjang dan dapat menurunkan produksi sampai 60% (Mudjiono, Trustinah dan Kasno, 1999) dimana sekitar 44% diantaranya disebabkan oleh CABMV. Infeksi CABMV pada berbagai tingkat umur menghambat pertumbuhan generatif tanaman (Nurhayati, 1989). Infeksi pada awal pertumbuhan menyebabkan penurunan jumlah polong dan biji/tanaman masing-masing sebesar 91,39% dan 91,82 % (Sulyo, 1984). Pengendalian terhadap potyvirus seperti CABMV dengan menggunakan varietas tahan dinilai paling efisien (Saleh dkk., 1993). Dengan varietas tahan, kehilangan hasil dan biaya pestisida dapat ditekan, aman terhadap lingkungan dan dapat mencegah residu pestisida pada manusia. Hasil penelitian Fery and Singh (1997) juga menunjukkan bahwa penggunaan ketahanan tanaman merupakan metode yang paling baik dalam pengendalian penyakit virus pada kacang tunggak. Hasil penelitian di Balitkabi telah didapatkan galur-galur yang bereaksi tahan erhadap CABMV. Galur-galur tersebut telah mulai dimanfaatkan untuk kegiatan pemuliaan ketahanan (Kuswanto dkk, 2000; Kuswanto dkk, 2001). Galur yang terpilih sebagai calon tetua sumber gen ketahanan adalah MLG 15151 dan MLG 15167 (Kuswanto, 2002; Handayani, 2002). Dari hasil persilangan 2 galur tersebut dengan Hijau Super dan Putih Super, telah telah diperoleh informasi tentang dinamika dan fase ekspresif sifat ketahanannya (Kuswanto dkk, 2002a), pengaruh tetua betina (maternal effect) sifat ketahanan (Kuswanto dkk, 2002c), serta jumlah dan model aksi gen ketahanan (Kuswanto dkk, 2002b). Sifat ketahanan kacang panjang terhadap CABMV telah diketahui dikendalikan oleh gen resesif rangkap. Tanaman menjadi rentan dengan 2

adanya gen resesif, tt, rr, atau dua pasang gen resesif bersama sama. Gengen resesif tersebut bersifat saling epistatis dan komplementer. Sebaliknya, tanaman menjadi tahan apabila tidak terdapat sepasang gen resesif tt, rr atau tidak hadir bersama-sama. Pasangan gen resesif tt adalah epistatis terhadap R dan r, sedang pasangan rr epistatis terhadap T dan t. Pada tanaman tahan akan terdapat gen dominan T dan gen dominan R bersamasama (T.R.) dalam genotip. Apabila hanya ada satu gen dominan (T.rr atau R.tt) atau tidak ada gen dominan (ttrr), tanaman menjadi rentan (Kuswanto dkk., 2002b). Dari hasil penelitian tersebut masih diperlukan informasi heritabilitas (daya waris) sifat ketahanan, terutama heritabilitas arti sempit berdasarkan struktur kekerabatan. Heritabilitas berdasarkan struktur kekerabatan merupakan bentuk hubungan langsung antara tetua dengan keturunannya. Tingkat ketahanan dari tetua bertindak sebagai variabel bebas yang akan mempengaruhi tingkat ketahanan dari keturunan. Ketahanan tanaman keturunan merupakan akibat dari sifat-sifat tetua, sehingga heritabilitas dapat diketahui dari koefisien regresinya. Dari beberapa informasi yang telah diperoleh, terbuka peluang dilakukan perakitan varietas tanaman kacang panjang untuk ketahanan terhadap CABMV. Berdasarkan penelitian ini dapat ditentukan metode penelitian berikutnya. Dalam waktu dua tahun ke depan diharapkan akan diperoleh varietas kacang pajang tahan penyakit CABMV. BAHAN DAN METODE Penelitian terdiri atas dua kegiatan, persilangan antar tetua dan evaluasi daya waris sifat ketahanan terhadap CABMV berdasarkan struktur kekerabatan. Bahan penelitian terdiri atas populasi segregasi hasil persilangan dari 2 tetua tahan CABMV, yaitu MLG 15151 dan MLG 15167, dengan 2 induk yang mempunyai potensi produksi tinggi namun rentan terhadap CABMV, Hijau Super (HS) dan Putih Super (PS) (Kasno dkk., 2000; Kuswanto, 2002). Metode persilangan menggunakan IITA Research Guide 42 Hand Crossing of Cowpea (Myers, 1996) dan metode dari PT BISI Kediri. Pendugaan heritabilitas ketahanan dan sifat lain berdasarkan struktur kekerabatan (Basuki, 1995). Regresi antara keturunan dengan tetua jantan diduga melalui analisis varian dan kovarian antara tetua jantan dan keturunan. Karena sifat ketahanan terhadap CABMV tidak dipengaruhi oleh tetua betina (Kuswanto, 2002), maka heritabilitas juga dapat dikerjakan melalui regresi antara tetua betina dengan keturunan. Nilai heritabilitas distandardisasikan agar pengaruh lingkungan tereliminasi (McClean, 1997). Nilai Xi dari tetua dan Yj dari keturunan dinyatakan sebagai simpangan baku dengan cara dibagi standar deviasinya. Apabila Xi adalah tetua dan Yj adalah keturunan, maka : XiYj - ((Xi) (Yj))/n b = ----------------------------------------- Xi 2 - (Xi) 2 /n 3

Sehingga heritabilitas arti sempit : XiYj - ((Xi) (Yj))/n h 2 = 2 x ----------------------------------------- Xi 2 - (Xj) 2 /n Regresi antara rata-rata tetua dengan keturunan diduga melalui analisis varian dan kovarian antara tetua tengah dengan keturunan. Apabila Xi adalah rata-rata tetua dan Yj adalah keturunan maka nilai heritabilitas arti sempit : XiYj - ((Xi) (Yi))/n h 2 = ----------------------------- Xi 2 - (Xi) 2 /n Dilakukan dua analisis heritabilitas agar diketahui perbedaannya dan sekaligus saling koreksi dari masing-masing nilai. Nilai pendugaan haritabilitas yang diperoleh digunakan sebagai pertimbangan dalam penentuan metode seleksi. Ketahanan terhadap CABMV HASIL DAN PEMBAHASAN Daya waris sifat ketahanan kacang panjang terhadap cowpea aphid borne mosaic virus (CABMV) dapat diketahui dari nilai heritabilitasnya. Dari nilai heritabilitas dapat diketahui proporsi peranan genetik terhadap ekspresi sifat yang diamati. Heritabilitas arti luas melibatkan proporsi varian genetik total pada penampilan tanaman, sedang heritabilitas arti sempit melibatkan varian genetik aditif. Besarnya varian genetik aditif merupakan ukuran varian nilai pemuliaan, sebagai komponen penting penyebab utama kemiripan antar kerabat dan penentu utama sifat genetik yang dapat diamati serta penentu tanggapan populasi terhadap seleksi. Pendugaan heritabilitas arti sempit (h) sifat ketahanan kacang panjang terhadap CABMV dimaksudkan untuk mengetahui nilai pemuliaan sifat ketahanan yang merupakan ukuran tingkat kemiripan ketahanan antara tetua dengan keturunannya. Pendugaan heritabilitas ketahanan berdasarkan struktur kekerabatan, memberikan gambaran kemampuan gen ketahanan tetua yang langsung diwariskan kepada keturunannya. Ketahanan yang dimiliki oleh keturunan tergantung pada tingkat ketahanan tetua. Metode seleksi yang akan diterapkan sangat ditentukan oleh besar kecilnya pengaruh langsung ketahanan tetua pada keturunannya. Nilai rendah apabila (h0,2), sedang (0,2<h<0,5) dan nilai tinggi (h0,5) Analisis heritabilitas arti sempit populasi segregasi dari hasil persilangan HS / MLG 15151, HS / MLG 15167, PS / MLG 15151 dan PS / MLG 15167 terlihat pada tabel-tabel dibawah. Dari Tabel 1, Tabel 2 dan Tabel 4 terlihat bahwa nilai heritabilitas arti sempit sifat ketahanan bervariasi 4

antara rendah sampai tinggi. Variasi nilai tersebut menunjukkan bahwa dinamika ketahanan selalu berbeda-beda pada fase-fase pertumbuhan tanaman. Hasil penelitian Kuswanto (2002) menunjukkan bahwa dinamika ketahanan kacang terhadap CABMV selalu bervariasi tergantung pada fase pertumbuhan tanaman dan tingkat ketahanan tanaman. Tabel 1. Nilai heritabilitas arti sempit ketahanan pada populasi segregasi hasil persilangan HS/MLG 15151 Umur Hubungan keturunan dengan Rata-rata Pengamatan (hsi) Satu Tetua Tetua Tengah 14 0,227 0,096 0,164 21 0,826 0,654 0,740 28 0,536 0,141 0,339 35 1,000 0,460 0,730 Tabel 2. Nilai heritabilitas arti sempit ketahanan pada populasi segregasi hasil persilangan HS/MLG 15167 Umur Hubungan kuturunan dengan Rata-rata Pengamatan (hsi) Satu Tetua Tetua Tengah 14 0,545 0,560 0,553 21 0,269 0,436 0,353 28 0,473 0,327 0,400 35 0,614 0,370 0,492 Pada umur 14 dan 21 hari setelah inokulasi diperoleh nilai heritabilitas tertinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pada umur tersebut terjadi variasi ekspresi sifat ketahanan tertinggi. Hasil ini sesuai dengan penelitian Kuswanto dkk (2002a) bahwa fase ekspresif sifat ketahanan kacang panjang terjadi antara sejak inokulasi sampai umur 3 minggu sejak inokulasi. Pada selang waktu ini terjadi peningkatan laju serangan patogen pada tanaman inang. Pada tanaman tahan, laju serangan ditanggapi dengan peningkatan ekspresi gen ketahanan. Semakin beragam tingkat ketahanan suatu populasi, akan diperoleh nilai heritabilitas tertinggi. Dari hasil pengamatan di lapang, terdapat tanaman sakit yang kemudian mampu melakukan pemulihan diri. Beberapa tanaman yang semula menunjukkan gejala serangan sedang, ada yang mampu sehat kembali sehingga pada pengamatan berikutnya terjadi penurunan skala serangan. Penelitian Kuswanto (2002) juga menginformasikan tentang hal ini. Kemampuan pemulihan kembali ini tergantung dari tingkat ketahanan yang telah dimiliki oleh masing-masing individu. Pada populasi segregasi dapat terjadi kondisi demikian, sehingga keragaman genetik dan nilai heritabilitas juga meningkat. Tingginya nilai heritabilitas pada 3 populasi segregasi hasil persilangan HS / MLG 15151, HS / MLG 15167 dan PS / MLG 15167 memberikan peluang untuk dilakukan pemuliaan lebih lanjut. Karena nilai heritabilitas cukup tinggi, (h>0,5) maka pada 3 pasangan persilangan tersebut akan dilakukan metode silang balik, untuk mengakumulasikan ketahanan pada varietas HS dan PS. 5

Silang balik terus dilakukan sampai diperoleh populasi BC (back cross) yang penampilannya sama dengan induknya, tetapi mempunyai ketahanan seperti tetua jantannya. Dalam setiap siklus silang balik, populasi BC akan selalu digunakan sebagai tetua jantan, karena ketahanan dikendalikan oleh gen dominan. Tabel 3. Nilai heritabilitas arti sempit ketahanan pada populasi segregasi hasil persilangan PS/MLG 15151 Umur Hubungan kuturunan dengan Rata-rata Pengamatan (hsi) Satu Tetua Tetua Tengah 14 0,240 0 0,120 21 0,290 0,209 0,249 28 0,389 0 0,195 35 0,278 0 0,139 Tabel 4. Nilai heritabilitas arti sempit ketahanan pada populasi segregasi hasil persilangan PS/MLG 15167 Umur Hubungan kuturunan dengan Rata-rata Pengamatan (hsi) Satu tetua Tetua Tengah 14 1,000 0,466 0,743 21 0,694 0,660 0,677 28 0,156 0,159 0,158 35 0,514 0,492 0,503 Pada populasi segregasi hasil persilangan PS/MLG 15151 (Tabel 3.) tidak diperoleh nilai heritabilitas yang tinggi. Hasil ini kurang memberikan peluang apabila dilakukan silang balik. Namun apabila dilakukan pemuliaan lebih lanjut dapat digunakan metode bulk (curah) yang dimodifikasi. Karena kacang panjang mempunyai jumlah biji per tanaman cukup banyak, maka dari setiap tanaman cukup di bulk satu atau dua polong saja Umur berbunga Hasil analisis heritabilitas arti sempit umur berbunga pada populasi segregasi hasil persilangan HS / MLG 15151, HS / MLG 15167, PS / MLG 15151 dan PS / MLG 15167, terlihat pada Tabel 5. Pada Tabel 5 terlihat bahwa populasi segregasi hasil persilangan HS / MLG 15151 dan PS / MLG 15167 mempunyai nilai heritabilitas arti sempit umur berbunga yang tinggi. Hasil tersebut menunjukkan tingginya daya waris sifat umur pada kedua populasi tersebut. Pada kondisi tanaman terinfeksi CABMV, kedua populasi tersebut mempunyai keragaman genetik umur berbunga yang tinggi dan mampu mewariskan pengaruh aditif pada keturunannya. Hasil ini memberikan implikasi terhadap kemungkinan perbaikan ketahanan melalui umur berbunga. 6

Tabel 5. Nilai heritabilitas arti sempit umur berbunga Populasi segregasi hasil Hubungan kuturunan dengan Rata-rata persilangan Satu tetua Tetua Tengah HS / MLG 15151 0,643 0,506 0,575 HS / MLG 15167 0,219 0,211 0,215 PS / MLG 15151 0,468 0,113 0,291 PS / MLG 15167 0,812 0,749 0,785 Hasil ini sesuai dengan penelitian Kuswanto (2002) bahwa umur berbunga mempunyai korelasi genetik dengan ketahanan tanaman terhadap CABMV. Tanaman yang tahan cenderung dapat berbunga tepat waktu. Tanaman tahan mampu membatasi perkembangan virus secara cepat dengan melokalisir tempat infeksi, sehingga perkembangan tanaman selanjutnya tidak terganggu oleh virus. Pada tanaman agak rentan yang terserang CABMV dan kemudian dapat melakukan pemulihan, umur berbunganya akan tertunda. Penundaan umur berbunga akibat persaingan ekspresi gen ketahanan dengan upaya virus mengambil alih metabolisme tanaman. Apabila gen ketahanan telah berhasil mengatasi perkembangan virus, metabolisme tanaman akan kembali normal. Semakin rentan, umur berbunga semakin tertunda atau tidak dapat berbunga sama sekali, tergantung tingkat kerentannya. Populasi segregasi hasil persilangan HS / MLG 15167 dan PS / MLG 15151 mempunyai nilai heritabilitas umur berbunga yang rendah sehingga peluang perbaikan ketahanan melalui sifat ini kurang menguntungkan. Potensi Hasil Potensi hasil polong kacang panjang sangat dipengaruhi oleh ketahanan tanaman. Hasil penelitian Kuswanto (2002) menunjukkan bahwa hasil polong menjadi semakin berkurang apabila gejala penyakit mosaik semakin berat. Potensi hasil tersebut ditentukan oleh jumlah polong, bobot polong per tanaman dan rata-rata panjang polong. Heritabilitas arti sempit jumlah polong, bobot polong dan panjang polong populasi segregasi hasil persilangan HS/MLG 15151, HS/MLG 15167, PS/MLG 15151 dan PS/MLG 15167, terlihat pada Tabel 6, Tabel 7 dan 8. Tabel 6. Nilai heritabilitas arti sempit jumlah polong Populasi segregasi hasil Hubungan kuturunan dengan Rata-rata persilangan Satu tetua Tetua Tengah HS / MLG 15151 0 0 0 HS / MLG 15167 0,636 0,008 0,322 PS / MLG 15151 0,534 0,511 0,523 PS / MLG 15167 0,922 0,552 0,737 Dari hasil tersebut terlihat bahwa populasi segregasi hasil persilangan PS / MLG 15151 mempunyai nilai heritabilitas arti sempit jumlah polong dan panjang polong yang tinggi. Hasil ini menunjukkan tingginya daya waris sifat sifat jumlah polong dan panjang polong pada kedua populasi tersebut. Hasil 7

pengamatan di lapang juga menunjukkan tingginya keragaman jumlah dan panjang polong pada populasi ini. Pada kondisi tanaman terinfeksi CABMV, populasi tersebut mempunyai keragaman genetik jumlah dan panjang polong yang tinggi serta mampu mewariskan pengaruh aditif pada keturunannya. Hasil ini memberikan implikasi terhadap kemungkinan perbaikan ketahanan melalui jumlah dan panjang polong. Tabel 7. Nilai heritabilitas arti sempit bobot segar polong Populasi segregasi hasil Hubungan kuturunan dengan Rata-rata persilangan Satu tetua Tetua Tengah HS / MLG 15151 0,591 0,556 0,574 HS / MLG 15167 0,536 0 0,268 PS / MLG 15151 0,916 0,547 0,732 PS / MLG 15167 0,586 0,471 0,529 Populasi segregasi hasil persilangan PS / MLG 15167 mempunyai nilai heritabilitas arti sempit jumlah polong dan bobot segar polong yang tinggi. Hasil ini menunjukkan tingginya daya waris sifat jumlah polong dan bobot segar polong pada kedua populasi tersebut. Hasil pengamatan di lapang juga menunjukkan tingginya keragaman jumlah dan panjang polong pada populasi ini. Pada kondisi tanaman terinfeksi CABMV, populasi tersebut mempunyai keragaman genetik jumlah dan bobot segar polong yang tinggi serta mampu mewariskan pengaruh aditif pada keturunannya. Hasil ini memberikan implikasi terhadap kemungkinan perbaikan ketahanan melalui jumlah dan bobot segar polong. Pengamatan jumlah polong lebih mudah dilakukan daripada jumlah polong, sehingga pelaksanaan perbaikan ketahanan tanaman melalui jumlah polong akan lebih mudah. Tabel 8. Nilai heritabilitas arti sempit panjang polong Populasi segregasi hasil Hubungan kuturunan dengan Rata-rata persilangan Satu tetua Tetua Tengah HS / MLG 15151 0,474 0,057 0,266 HS / MLG 15167 0,062 0 0,031 PS / MLG 15151 0,934 0,694 0,814 PS / MLG 15167 0,429 0,305 0,365 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Semua populasi hasil persilangan HS/MLG 15151, HS/MLG 15167, PS/MLG 15151 dan PS/MLG 15167 berpeluang untuk dilakukan perbaikan sifat ketahanan. Pasangan persilangan HS/MLG 15151, HS/MLG 15167 dan PS/MLG 15167 berpeluang dilakukan perbaikan ketahanan sifat ketahanan melalui metode silang balik. Pasangan persilangan PS/MLG 15151 dapat dilakukan perbaikan sifat ketahanan melalui metode bulk yang dimodifikasi. 8

Pada kondisi tanaman terinfeksi CABMV, populasi segregasi hasil persilangan HS/MLG 15151 dan PS/MLG 15167 mempunyai heritabilitas tinggi pada umur berbunga, hasil persilangan PS/MLG 15151 mempunyai heritabilitas tinggi pada jumlah dan panjang polong, dan hasil persilangan PS/MLG15167 mempunyai heritabilitas tinggi pada jumlah dan bobot polong, sehingga masing-masing berpeluang dilakukan perbaikan sifat tersebut bersamaan dengan ketahanan. Saran Perlu segera dilakukan perbaikan sifat ketahanan sesuai dengan dasar informasi genetik yang telah diperoleh dari penelitian ini, agar benih tidak terlalu lama disimpan dan segera didapatkan varietas unggul kacang panjang yang tahan terhadap CABMV dan berdaya hasil tinggi. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada Direktoran Pembinaan Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakan Dirjen Dikti yang telah memberikan dana penelitian melalui Hibah Bersaing Perguruan Tinggi XI DAFTAR PUSTAKA Atiri, G.I. and G. Thottappilly. 1984. Relative Usefulness of Mechanical and Aphid Inoculation as Modes of Screening Cowpeas for Resistance Againts Cowpea Aphid-Borne Mosaic Virus. Trop. Agric. (Trinidad) 61, 289-292. Basuki, N.. 1995. Pendugaan Peran Gen. FP Unibraw, Malang. Blackhurst, H.T. and J.C. Miller Jr.. 1980. Cowpea In Hibridization of Crop Plants. pp. 327-338. American Society of Agronomy and Crop Science Society of America Publisher, Madison. Bock, K.R. and M. Conti. 1974. Cowpea Aphid-Borne Mosaic Virus. In CMI Description of Plant Viruses No. 134. Brunt A.A.. 1994. Cowpea Moroccan Aphid-Borne Mosaic Potyvirus. In Plant Viruses Online : Descriptions and Lists from the VIDE Database. Australian National University. Canberra Australia. Ferry, R.L. and B.B. Singh 1997. Cowpea Genetic : A Review of the Recent Literature. In Advance in Cowpea Research (Eds. Singh, B.B. et al.), pp. 13-29. IITA, Ibadan, Nigeria Gallacher, D.. 1999. Yardlong Bean. Central Queensland University, Australia Heinerman, J.. 1996. Heinerman's Encyclopedia of Juices, Teas and Tonics. Prentice-Hall, USA. Kasno, A.; Trustinah, Moedjiono and N. Saleh. 2000. Perbaikan Hasil, Mutu Hasil dan Ketahanan Varietas Kacang Panjang terhadap CAMV melalui Seleksi Galur pada Populasi Alam Dalam Ringkasan Makalah Seminar Hasil Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian. Balitkabi, Malang. Kuswanto, R. Hasri, Y.Sugito dan S. Lestari. 2000. Pengujian Jumlah Anther dan Waktu Polinasi pada keberhasilan Persilangan Kacang Panjang, Habitat XI (113) : 247-252. 9

Kuswanto, S Indrato, S.Soekartomo dan A. Soegiyanto. 2001. Penentuan Waktu Emaskulasi dan Polinasi pada Persilangan Kacang Panjang, Habitat XII (1) : 45-50 Kuswanto, 2002. Pendugaan Parameter Genetik Ketahanan Kacang Panjang terhadap Cowpea Aphid Mosaic Virus dan Implikasinya dalam Seleksi, Disertasi. Program Doktor Universitas Brawijaya. Kuswanto, B. Guritno, L. Soetopo dan A. Kasno. 2002a. Penentuan Fase Ekspresif Ketahanan Kacang Panjang (Vigna sesquipedalis L. Fruwirth) terhadap Cowpea Aphid Borne Mosaic Virus untuk Studi Genetika Ketahanan, Agrivita XXIV (3) : 193-197 Kuswanto, B. Guritno, A. Kasno dan L. Soetopo. 2002b. Pendugaan Jumlah dan Model Aksi Gen Ketahanan Kacang Panjang terhadap Cowpea Aphid Borne Mosaic Virus (CABMV), Biosain III (2). Kuswanto, Sri Lestari P dan A. Andriani. 2002c. Pendugaan Pengaruh Tetua Betina Sifat Ketahanan Kacang Panjang terhadap Cowpea Aphid Borne Mosaic Virus, Habitat XIII (1) : 66-71 Kuswanto, L. Soetopo dan S.T. Laili. 2003. Keragaman Genetik Ketahanan Galurgalur Kacang Panjang terhadap CABMV, Habitat XIV (1) : 15-21 McClean, P.. 1997. Lecture Note of Quantitative Genetics. Dakota State University, Fargo, ND Melton, A.; W.L. Ogle; O.W. Barnett and J.D. Caldwell. 1987. Inheritance of Resistance to Viruses in Cowpeas (Abstr). Phytopathology, 77:642 Moedjiono, Trustinah dan A. Kasno. 1999. Toleransi Genotipe Kacang Panjang terhadap Komplek Hama dan Penyakit. Dalam Prosiding Simposium V PERIPI Jatim (Ed. S. Ashari dkk), pp. 279-287. Universitas Brawijaya, Malang. Noordam, D.. 1973. Identification of Plant Viruses, Methods & Experiments. Centre for Agricultural Publishing and Documentation. Wageningen Nurhayati, E.. 1989. Uji Kerentanan berbagai Umur Kacang Panjang (Vigna sinensis End 1) terhadap Cowpea Aphid-Borne Mosaic Virus. Dalam Prosiding Konggres Nasional X dan Seminar Ilmiah PFI. (Ed. I G.P.Dwijaputra, N. Westen &I.B. Oka), pp. 177-180. PFI, Denpasar. Saleh, H. Ariawan, T. Hadiastono dan S. Djauhari. 1993. Pengaruh Saat Infeksi CAMV terhadap Pertumbuhan, Hasil dan Komponen Hasil Tiga Varietas Kacang Tunggak. Dalam Risalah Seminar Hasil Penelitian Tanaman Pangan Tahun 1992. (Ed. A. Kasno dkk.) Balittan, Malang. Sulyo, Y. 1984. Pengaruh Perbedaan Waktu Inokulasi CAMV terhadap Hasil Kacang Panjang. Buletin Penelitian Hortikultura XI, 11-15. 10