BAB I PENDAHULUAN. usaha jasa pencucian pakaian atau yang lebih dikenal dengan jasa laundry.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. setelah dikirim barang tersebut mengalami kerusakan. Kalimat yang biasanya

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak berkembang usaha-usaha bisnis, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. sangat vital dalam kehidupan masyarakat, hal ini didasari beberapa faktor

KONSUMEN DAN KLAUSUL EKSONERASI. (Studi Terhadap Profil Perjanjian Jasa Laundry Di Surakarta)

Azas Kebebasan Berkontrak & Perjanjian Baku

BAB I PENDAHULUAN. dengan pelaku usaha yang bergerak di keuangan. Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang

SKRIPSI. iyah Surakarta. Oleh : NIM

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian kredit pembiayaan. Perjanjian pembiayaan adalah salah satu bentuk perjanjian bentuk

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PERJANJIAN KREDIT BANK DIANA SIMANJUNTAK / D

BAB I PENDAHULUAN. mobilitas masyarakat yang semakin tinggi di era globalisasi sekarang ini. mengakibatkan kerugian pada konsumen.

Lex Privatum, Vol. IV/No. 1/Jan/2016

Pedoman Klausula Baku Bagi Perlindungan Konsumen

BAB III KLAUSULA BAKU PADA PERJANJIAN KREDIT BANK. A. Klausula baku yang memberatkan nasabah pada perjanjian kredit

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi sangat memerlukan tersedianya dana. Oleh karena itu, keberadaan

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015

BAB V PENUTUP. Berdasarkan analisis di atas penulis akan memberikan kesimpulan dari

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN

STIE DEWANTARA Perlindungan Konsumen Bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan era globalisasi yang semakin pesat berpengaruh

BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Istilah perjanjian baku berasal dari terjemahan bahasa Inggris, yaitu standard

BAB I PENDAHULUAN. pesat, sehingga produk yang dihasilkan semakin berlimpah dan bervariasi.

BAB II PENGERTIAN UMUM PERJANJIAN BAKU. A. Pengertian Perjanjian dan Syarat-Syarat Sah Suatu Perjanjian

UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN [LN 1999/42, TLN 3821]

BAB I PENDAHULUAN. Modal yang bernilai besar dalam menjalankan usaha; baik dari modal harta

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI TANGGUNG JAWAB DAN PERJANJIAN JUAL BELI. konsumen. Kebanyakan dari kasus-kasus yang ada saat ini, konsumen merupakan

BAB 4 ANALISIS PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DIBAKUKAN OLEH PT. BANK X

Penerapan Klausula Baku Dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

BAB V PENUTUP. dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Penggunaan Klausula Baku pada Perjanjian Kredit

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perkembangan dunia dewasa ini ditandai dengan arus globalisasi di segala

PERLINDUNGAN KONSUMEN ASPEK HUKUM DALAM EKONOMI, ANISAH SE.,MM.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

BAB V PENUTUP. 1. Keabsahan dari transaksi perbankan secara elektronik adalah. Mendasarkan pada ketentuan Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Klausula baku yang dipergunakan dalam praktek bisnis di masyarakat,

KONSUMEN DAN KLAUSUL EKSONERASI : (STUDI TENTANG PERJANJIAN DALAM APLIKASI PENYEDIA LAYANAN BERBASIS ONLINE)

AKIBAT HUKUM WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN BAKU. Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK

Oleh: IRDANURAPRIDA IDRIS Dosen Fakultas Hukum UIEU

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PENCANTUMAN KLAUSULA EKSONERASI DALAM PERJANJIAN JUAL BELI DIHUBUNGKAN DENGAN BUKU III BURGERLIJK

PENGATURAN KLAUSULA BAKU DALAM HUKUM PERJANJIAN UNTUK MENCAPAI KEADILAN BERKONTRAK

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi.

I. PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu kebutuhan pokok sehari-hari makhluk hidup di dunia ini

BAB I PENDAHULUAN. melayani masyarakat yang ingin menabungkan uangnya di bank, sedangkan

PENERAPAN KLAUSULA BAKU PADA PERJANJIAN GADAI PADA PT. PEGADAIAN (PERSERO) 1 Oleh: Sartika Anggriani Djaman 2

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 58 TAHUN 2001 (58/2001) TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KONSUMEN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Hal tersebut tertuang dalam Pasal 28 huruf H ayat (1)

BAB I PENDAHULUAN. berkembanganya kerja sama bisnis antar pelaku bisnis. Banyak kerja sama

ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN BAKU 1 Oleh: Dyas Dwi Pratama Potabuga 2

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian besar masyarakat tidak memahami apa itu klausula baku,

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya, baik yang bersifat materiil maupun immateriil. Dari

TANGGUNG JAWAB HUKUM PELAKU USAHA TERHADAP KONSUMEN Oleh : Sri Murtini Dosen Fakultas Hukum Universitas Slamet Riyadi Surakarta.

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia terdapat berbagai jenis jasa pengiriman. Jasa pengiriman tersebut

POTENSI KEJAHATAN KORPORASI OLEH LEMBAGA PEMBIAYAAN DALAM JUAL BELI KENDARAAN SECARA KREDIT Oleh I Nyoman Gede Remaja 1

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2001 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KONSUMEN

BAB 1 PENDAHULUAN. barang dan jasa, serta fasilitas pendukung lainnya sebagai pelengkap yang dibutuhkan

Dengan adanya pengusaha swasta saja belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal ini antara lain karena perusahaan swasta hanya melayani jalur-jalur

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Untuk mencapai. pembangunan, termasuk dibidang ekonomi dan keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. pengaturan yang segera dari hukum itu sendiri. Tidak dapat dipungkiri, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. macam variasi barang maupun jasa. Banyaknya variasi barang maupun jasa

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN PENGGUNA JASA LAUNDRY DI KELURAHAN KADIPIRO KECAMATAN BANJARSARI KOTA SURAKARTA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN ATAS PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI DALAM PERJANJIAN BAKU

TINJAUAN YURIDIS PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN DARI KLAUSULA EKSEMSI DALAM KONTRAK STANDAR PERJANJIAN SEWA BELI

BAB II PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS PEMAKAIAN JASA DARI PELAKU USAHA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

I. PENDAHULUAN. lahirnya perusahaan yang menjalani berbagai kegiatan usaha untuk memajukan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2001 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KONSUMEN

BAB I PENDAHULUAN. jenis dan variasi dari masing-masing jenis barang dan atau jasa yang akan

BAB III TANGGUNG JAWAB PENYELENGGARAAN JASA MULTIMEDIA TERHADAP KONSUMEN. A. Tinjauan Umum Penyelenggaraan Jasa Multimedia

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman dan meningkatnya tingkat kesejahteraan

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ANDALAS PADANG

BAB I PENDAHULUAN. menyendiri tetapi manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup menyendiri.

BAB II RUANG LINGKUP LARANGAN PENCANTUMAN KLAUSULA EKSONERASI DALAM PERJANJIAN YANG DIATUR DALAM PERUNDANG-UNDANGAN

ASPEK HUKUM PERJANJIAN BERLANGGANAN TELKOM Flexi DI KOTA PALU I KADEK MAPRA BAWA MANDA / D

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dalam menunjang pertumbuhan ekonomi negara. Bank adalah salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dasar berlakunya perjanjian sewa beli adalah Pasal 1338 ayat (1) KUH

BAB I PENDAHULUAN. menyelerasikan dan menyeimbangkan unsur-unsur itu adalah dengan dana (biaya) kegiatan untuk menunjang kehidupan manusia.

BAB V PENUTUP. Dari apa diuraikan dalam bab-bab sebelumnya maka penulis dapat menarik

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, mendukung mobilitas manusia, barang dan jasa serta

BAB I PENDAHULUAN. merupakan upaya pembangunan yang berkesinambungan dalam rangka mewujudkan

Lex Privatum, Vol.III/No. 2/Apr-Jun/2015

PEMERINTAH KABUPATEN PELALAWAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan dan perkembangan perekonomian pada umumnya dan

BAB IV UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK. A. Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Bank Yang Mengalami

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan analisis hukum terhadap perjanjian kredit yang dibakukan

loket). Biaya tersebut dialihkan secara sepihak kepada konsumen.

JIME, Vol. 3. No. 1 ISSN April 2017 PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN PDAM ATAS PENETAPAN TARIF DALAM KONTRAK BAKU

BAB I PENDAHULUAN. Bank selaku lembaga penyedia jasa keuangan memiliki peran penting

KONSEP Etika PRODUKSI DAN Lingkungan HIDUP ANDRI HELMI M, SE., MM.

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dapat kita lihat dalam praktek sehari-hari, banyaknya peminat dari

BAB IV PENUTUP. Setelah melalui uraian teori dan analisis, maka dalam penelitian diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. penghapusan dan pelepasan aset harus jelas dan transparan. Sehubungan hal

PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI KOTA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/ 1 /PBI/2014 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN JASA SISTEM PEMBAYARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. hal. 2. diakses 06 September Universitas Indonesia

Sistematika Siaran Radio

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara lain dengan melakukan berbagai perbaikan dan peningkatan. tujuan negara yaitu mensejahterakan kehidupan bangsa.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini berkembang usaha-usaha bisnis, salah satunya adalah usaha jasa pencucian pakaian atau yang lebih dikenal dengan jasa laundry. Usaha ini banyak terdapat di kota-kota besar terutama di kota yang banyak terdapat mahasiswa. Kehadiran usaha jasa laundry memberikan dampak positif bagi mahasiswa, salah satunya dapat meringankan beban pekerjaan rumah mahasiswa yang semula mencuci pakaikan dikerjakan sendiri menjadi tidak dengan adanya jasa laundry, selain itu juga lebih efisien waktu dan tenaga. Banyaknya pembisnis yang bermunculan ditambah dengan minat daya masyarakat yang tinggi akan kebutuhannya saat ini. Pemilik usaha harus melihat dari pesaing/kompetitor dalam bentuk hal apa saja, misalnya mengetahui serviceyang diberikan para pesaing itu apa saja dan seperti apa, sehingga memiliki pandangan ke depan untuk tidak melakukan hal yang tidak sama dengan pesaing/kompetitor lainnya. Pelaku usaha laundry selalu berinovasi serta meningkatkan kualitas dan kuantitas sehingga mampu bersaing dengan pesaing/kompetitor yang ada di lingkungan bisnis laundry.hal terpenting lainnya, yaitu dalam menjalankan bisnisnya pelaku usaha memiliki harga jual yang relatif dan dapat dijangkau untuk semua golongan (baik golongan keatas atau menengah) dan berkualitas yang unggul.

2 Pelaku usaha laundry dalam menjalankan bisnisnya, menggunakan mesin yang mahal dan berkualitas dengan harga yang terjangkau, maka upaya yang dilakukan dengan meningkatkan teknologi yang tinggi dengan mesin cuci yang berkualitas dimana menggunakan teknologi yang canggih dimana terdapat sebuah program tersendiri di dalamnya untuk mencuci pakaian dengan melihat dari jenis-jenis bahannya, oleh karena pihak pengusaha menyediakan tempat yang nyaman bagi konsumen dan memiliki fasilitas yang unggul dalam kenyamanan dan pelayanannya di sisi lain dalam penggunaan bahan-bahan baku tidak sembarangan jenis detergen, pewangi dan bahan baku pendukung merupakan pilihan yang terbaik dan berkualitas, tidak akan membuat baju konsumen menjadi rusak dan lesu ataupun luntur. Dalam menjalankan bisnisnya seringkali pelaku usaha laundry menerapkan perjanjian baku secara sepihak. Perjanjian baku adalah perjanjian yang menjadi tolak ukur yang dipakai sebagai patokan atau pedoman bagi setiap konsumen yang mengadakan hubungan hukum dengan pengusaha yang distandarisasikan atau dibakukan adalah model, rumusan, dan ukuran. Ciri-ciri perjanjian baku adalah sebagai berikut: (Abdulkadir, 2002: 6) 1. Isinya ditetapkan secara sepihak oleh kreditur yang posisinya relatif lebih kuat dari debitur; 2. Debitur sama sekali tidak ikut menentukan isi perjanjian tersebut; 3. Terdorong oleh kebutuhan,debitur terpaksa menerima perjanjian tersebut; 4. Bentuknya tertulis.

3 Ciri-ciri tersebut mencerminkan prinsip ekonomi dan kepastian hukum yang berlaku di Negara-negara yang bersangkutan. Prinsip ekonomi dan kepastian hukum dalam perjanjian baku dilihat dari kepentingan pengusaha bukan dari kepentingan konsumen. Dengan pembakuan syarat-syarat perjanjian, maka kepentingan ekonomi pengusaha lebih terjamin karena konsumen hanya menyetujui syarat-syarat yang ditawarkan oleh pengusaha. Perjanjian baku itu sendiri biasanya dibuat secara tertulis oleh pelaku usaha laundry pada nota pembayaran yang isinya antara lain: 1. Order laundry tidak diambil dalam jangka waktu 30 hari sejak tanggal selesai diluar tanggungjawab kami; 2. Kerusakan/luntur pakaian dalam proses pencucian adalah resiko konsumen; 3. Pengaduan dapat diterima maksimal 24 jam sejak cucian diserahkan ke konsumen; 4. Bila terjadi kehilangan setelah meninggalkan outlet bukan tanggungjawab kami. Perjanjian baku digunakan dalam perjanjian laundry di atas dimana pihak pelaku usaha laundry telah menyiapkan terlebih dahulu klausulaklausula dalam perjanjian dan pihak konsumen hanya bisa menyetujuinya tanpa memiliki kesempatan untuk bernegosiasi mengubah klausula-klausula yang sudah dibuat oleh pihak pelaku usaha laundry. Perjanjian terjadi berlandaskan asas kebebasan berkontrak diantara para pihak yang mempunyai kedudukan seimbang, sedangkan dalam perjanjian baku, kebebasan berkontrak tersebut patut dipertanyakan karena dapat dikatakan bahwa dalam perjanjian

4 baku tidak ada kesetaraan kedudukan yang seimbang antara para pihak yang membuat perjanjian tersebut. Adanya perjanjian laundry, maka muncullah perikatan antara para pihak. Perikatan adalah suatu hubungan hukum antara dua orang atau dua pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak yang lain, dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu. Namun praktek dilapangan sangat berbeda, fungsi perjanjian jasa laundry dan penggunaan klausula baku semata ditujukan untuk keuntungan pihak pelaku usaha saja. Sekadar contoh dalam jasalaundry terdapat klausula baku itu, misalnya; pelaku usaha jasa laundry tidak bertanggung jawab atas segala kerusakan barang akibat proses pencucian adalah risiko konsumen, setelah barang di terima oleh pihak penerima. Atau perusahaan tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang timbul akibat proses pencucian (Subekti, 1997: 1). Sebaliknya peraturan bagi pihak pelaku usaha jasa laundry, apabila anda tidak mengambil barang pada waktu dan tujuan yang telah disepakati, maka pelaku usaha jasa laundrytidak bertanggungjawab atas segala kerusakan barang yang timbul karena hal tersebut.seperti halnya yang konsumen pengguna jasa laundry di Kelurahan Grendeng yang banyak terdapat pelaku usaha laundry dan sangat diminati oleh pengguna jasa laundry baik dari mahasiswa yang tinggal jauh dari orang tuanya maupun masyarakat disekitarnya.isi perjanjian demikian sudah tergolong merugikan pihak pengguna jasa laundry, sebab terdapat klausula pengurangan atau penghapusan tanggungjawab terhadap akibat hukum.pembatasan atau

5 penghapusan kewajiban-kewajiban sendiri, kemudian penciptaan kewajiban yang kemudian dibebankan kepada pihak pengguna jasalaundry. Maka, segala bentuk potensi rugi mungkin dialami pengguna jasa laundry, meski itu nyata-nyata merupakan kesalahan/kelalaian pelaku usaha jasa laundry.pengguna jasa laundry seakan tidak memiliki hak untuk mendapat/melakukan tuntutan ganti rugi, misalnya soal kerusakan akibat proses pencucian. Menurut Happy Susanto, sehubungan dengan perlindungan terhadap konsumen, yang perlu mendapat perhatian utama dalam perjanjian baku adalah mengenai klausula eksonerasi (exoneratie klausule exemption clausule). Klausula yang berisi pembebasan atau pembatasan pertanggungjawaban dari pihak pelaku usaha jasalaundry yang lazimnya terdapat dalam jenis perjanjian tersebut, yang mengakibatkan: 1. Pengalihan tanggung jawab oleh pelaku usaha jasa laundry. 2. Menyatakan bahwa pelaku usaha jasa laundry berhak menolak penyerahan kembali uang yang dibayarkan atas jasa yang dibeli oleh pengguna jasa jasa laundry. 3. Mengatur perihal pembuktian atas hilangnya kegunaan barang atau jasa yang dibeli oleh pengguna jasalaundry. 4. Menyatakan tunduknya pengguna jasa laundry kepada peraturan yang berupa peraturan baru, tambahan, pengubahan lanjutan yang dibuat sepihak oleh pelaku usaha jasa laundry dalam masa pengguna jasa memanfaatkan jasa yang dibelinya (Happy Susanto, 2008: 3).

6 Perjanjian baku yang mengandung klausula eksonerasi inilah yang dilarang oleh Undang-undang, karena merugikan pihak pengguna jasa jasa laundry. Dengan melihat kenyataan bahwa bargaining position konsumen pada praktiknya jauh di bawah pelaku usaha, maka Undang-undang tentang Perlindungan Konsumen mengatur mengenai ketentuan perjanjian baku atau pencantuman klausula baku dalam setiap dokumen atau perjanjian yang dibuat oleh pelaku usaha. Dalam Undang-undang Perlindungan Konsumen ketentuan mengenai klausula baku ini diatur dalam Bab V tentang ketentuan pencantuman klausula baku yang hanya terdiri dari satu pasal, yaitu Pasal 18. Pasal 18 tersebut secara prinsip mengatur dua macam larangan yang diberlakukan bagi para pelaku usaha yang mencantumkan klausula baku dalam perjanjian yang dibuat olehnya. Para pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang ditujukan untuk diperdagangkan dilarang membuat atau mencantumkan klausula baku pada setiap dikumen atau perjanjian, yang mana klausula baku yang dilarang tersebut telah di atur dalam Pasal 18 ayat (1) huruf a sampai dengan h. selanjutnya dalam Pasal 18 ayat (2) dijelaskan bahwa pelaku usaha dilarang mencantumkan klausula baku yang letaknya atau bentuknya sulit terlihat atau tidak dapat dibaca secara jelas, atau pengungkapannya sulit dimengerti. Adanya undang-undang yang mengatur perlindungan konsumen tidak dimaksudkan untuk mematikan usaha para pelaku usaha. Undang-undang Perlindungan Konsumen justru bisa mendorong iklim usaha yang sehat serta mendorong lahirnya perusahaan yang tangguh dalam menghadapi persaingan yang ada dengan menyediakan barang/jasa yang berkualitas. Dalam penjelasan

7 umum Undang-undang Perlindungan Konsumen disebutkan bahwa dalam pelaksanaannya akan tetap memerhatikan hak dan kepentingan pelaku usaha kecil dan menengah(happy Susanto, 2008: 4). Namun, kenyataannya yang terjadi di pasaran masih banyak terdapat pelanggaran terhadap ketentuan yang terdapat di dalam Undang-undang Perlindungan Konsumen tersebut. Untuk mendapatkan keuntungan yang sebesarbesarnya, seringkali pelaku usaha mengenyampingkan hak-hak konsumen serta larangan yang telah diatur dalam Undang-undang Perlindungan Konsumen. Berdasarkan latar belakang permasalahan yang dikemukan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penulisan skripsi dengan judul Akibat Hukum dari Penggunaan Klausul Baku Dalam Usaha Jasa Laundry (Studi pada Usaha Jasa Laundry di Kelurahan Grendeng Purwokerto). B. Perumusan Masalah 1. Bagaimana akibat hukum penggunaan klausul baku dalam usaha jasa laundry di Kelurahan Grendeng Purwokerto? 2. Bagaimanakah tanggungjawab pelaku usaha jasa laundryterhadap konsumen pengguna jasa laundry yang telah dirugikan di Kelurahan Grendeng Purwokerto? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui akibat hukum penggunaan klausul baku dalam usaha jasa laundry di Kelurahan Grendeng Purwokerto.

8 2. Untuk mengetahui tanggungjawab pelaku usaha jasa laundry terhadap konsumen pengguna jasa laundry telah dirugikan di Kelurahan Grendeng Purwokerto. D. Manfaat Penelitian 1. Kegunaan Teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi perkembangan ilmu hukum, khususnya di bidang hukum perjanjian dan hukum perlindungan konsumen. b. Memberikan bahan perbandingan dan atau menambah kepustakaan dalambidang ilmu hukum pada umumnya dan hukum perlindungan konsumen pada khususnya. 2. Kegunaan Praktis a. Untuk memberikan gambaran kepada masyarakat akan hak-haknya selaku konsumen dalam menggunakan jasa laundry. b. Untuk memberikan gambaran kepada pengusaha laundryakan tanggungjawabnya. c. Menambah pengetahuan dan wawasan bagi mahasiswa tentang pentingnya pemahaman perlindungan konsumen.