Indonesia, Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH VARIASI LEBAR CFRP PADA BAGIAN TARIK TERHADAP DAKTILITAS KURVATUR BALOK BETON BERTULANG PASKA PERBAIKAN


MEKANISME KERUNTUHAN BALOK BETON YANG DIPASANG CARBON FIBER REINFORCED PLATE

PENGGUNAAN CARBON FIBER REINFORCED PLATE SEBAGAI BAHAN KOMPOSIT EKSTERNAL PADA STRUKTUR BALOK BETON BERTULANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB II STUDI PUSTAKA

PERILAKU BALOK BERTULANG YANG DIBERI PERKUATAN GESER MENGGUNAKAN LEMBARAN WOVEN CARBON FIBER

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDI EKSPERIMENTAL PERKUATAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN GFRP (GLASS FIBER REINFORCED POLYMER)

Kapasitas Penggunaan Carbon Fiber Reinforced Polymer (Cfrp) Berlapis Banyak Terhadap Perkuatan Lentur Struktur Balok Beton Bertulang

KAPASITAS LENTUR DAN DAKTILITAS BALOK BETON BERTULANG YANG DIPASANG CARBON WRAPPING

PERILAKU RUNTUH BALOK BETON BERTULANG YANG DIPERKUAT DENGAN LAPIS GLASS FIBRE REINFORCED POLYMER (GFRP)

STUDI EKSPERIMENTAL KUAT LENTUR PADA BALOK BETON BERTULANG DENGAN PERKUATAN BAJA RINGAN PROFIL U

ANALISIS KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN CARBON FIBER WRAP

PERBANDINGAN DAKTILITAS BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN PERKUATAN CFRP DAN GFRP

JURNAL TUGAS AKHIR PENGARUH RENDAMAN AIR LAUT TERHADAP KAPASITAS LENTUR BALOK YANG DIPERKUAT DENGAN GFRP IVAN RANGAN D

BAB I PENDAHULUAN. luar. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain : kesalahan pada mix design,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. digunakan di Indonesia dalam pembangunan fisik. Karena sifat nya yang unik. pembuatan, cara evaluasi dan variasi penambahan bahan.

PERBANDINGAN KUAT LENTUR DUA ARAH PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU RANGKAP LAPIS STYROFOAM

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN 2014

Analisis Perilaku Lentur Balok Beton Bertulang Tampang T Menggunakan. Response-2000

KERUNTUHAN LENTUR BALOK PADA STRUKTUR JOINT BALOK-KOLOM BETON BERTULANG EKSTERIOR AKIBAT BEBAN SIKLIK

BAB III LANDASAN TEORI

KEKUATAN LENTUR BALOK DENGAN PERKUATAN GFRP AKIBAT RENDAMAN AIR LAUT SELAMA 2 TAHUN

SEMINAR NASIONAL TEKNIK FST-UNDANA TAHUN 2017 Hotel On The Rock, Kupang, November 2017

Received Date: 26 Mei 2017 Approved Date: 20 Juli 2017

BAB I PENDAHULUAN. beton yang demikian memerlukan perkuatan. FRP (Fiber Reinforced Polymer). FRP adalah jenis material yang ringan,

METODE RETROFIT DENGAN WIRE MESH DAN SCC UNTUK PENINGKATAN KEKUATAN LENTUR BALOK BETON BERTULANG

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH SERAT BAMBU TERHADAP SIFAT-SIFAT MEKANIS CAMPURAN BETON

ANALISIS TEORITIS LAYER METHOD DAN EKSPERIMENTAL PERKUATAN BALOK BETON BERTULANG MENGGUNAKAN TULANGAN LONGITUDINAL DENGAN SELIMUT MORTAR

UJI EKSPERIMENTAL KEKUATAN DRAINASE TIPE U-DITCH PRACETAK

Pengaruh Variasi Tebal Terhadap Kekuatan Lentur Pada Balok Komposit Menggunakan Response 2000

PENGARUH PENGGUNAAN WIRE ROPE SEBAGAI PERKUATAN LENTUR TERHADAP KEKUATAN DAN DAKTILITAS BALOK BETON BERTULANG TAMPANG T (040S)

Studi Eksperimental Kuat Geser Pelat Beton Bertulang Bambu Lapis Styrofoam

TEKNOLOGI DAN KEJURUAN, VOL. 35, NO. 2, SEPTEMBER 2012:

PENELITIAN BALOK BETON BERTULANG DENGAN DAN TANPA PEMAKAIAN SIKAFIBRE

BAB I PENDAHULUAN. penambahan dimensi dengan cara concrete jacketing. Namun perkuatan

Perkuatan Lentur Pelat Lantai Tampang Persegi dengan Penambahan Tulangan Tarik dan Komposit Mortar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

STUDI DAKTILITAS DAN KUAT LENTUR BALOK BETON RINGAN DAN BETON MUTU TINGGI BERTULANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengakibatkan kerusakan struktur maupun non-struktur pada bangunan yang

PERILAKU GESER BALOK BETON BERTULANG (RC) DENGAN SERAT KARBON PADA BAGIAN LUAR SEBAGAI MATERIAL PERBAIKAN

BAB I PENDAHULUAN. Fibre Reinforced Polymer (FRP) merupakan bahan yang ringan, kuat, anti

PERILAKU LENTUR BALOK BETON DENGAN PERKUATAN BAMBU PETUNG DAN PEREKAT BERBAHAN DASAR SEMEN (160S)

KAPASITAS LENTUR BALOK BETON TULANGAN BAMBU PETUNG DENGAN TAKIKAN TIDAK SEJAJAR TIPE U LEBAR 1 CM DAN 2 CM PADA TIAP JARAK 5 CM

PENGARUH PEMASANGAN ANGKER UJUNG TERHADAP PERILAKU RUNTUH BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN LAPIS GFRP (Glass Fibre Reinforced Polymer)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pada setiap bidang kehidupan pada era globalisasi saat ini

BAB III LANDASAN TEORI

STUDI EKSPERIMENTAL PERILAKU GESER BALOK PADA SAMBUNGAN BALOK KOLOM BETON BERTULANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. banyak diterapkan pada bangunan, seperti: gedung, jembatan, perkerasan jalan, balok, plat lantai, ring balok, ataupun plat atap.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kolom memegang peranan penting dari suatu bangunan karena memikul

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG LONGITUDINAL DI BAGIAN TULANGAN TARIK.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia berada pada zona tektonik sangat aktif karena tiga lempeng besar

PENGARUH TEBAL SELIMUT BETON TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

PENGGUNAAN CARBON FIBRE PADA STRUKTUR BETON BERDASARKAN PERANCANGAN DENGAN STRUT-AND-TIE MODEL

KAJIAN DAKTILITAS DAN KEKAKUAN PERKUATAN BALOK T DENGAN KABEL BAJA PADA MOMEN NEGATIF

ANALISA RETAK PADA BALOK TINGGI DENGAN VARIASI JARAK SENGKANG MENGGUNAKAN ANSYS

Kinerja Hubungan Pelat-Kolom Struktur Flat Plate Bertulangan Geser Stud Rail dan Sengkang Dalam Menahan Beban Lateral Siklis

SLOOF PRACETAK DARI BAMBU KOMPOSIT

ANALISIS DAN EKSPERIMEN PELAT BETON BERTULANG BAMBU LAPIS STYROFOAM

PENGARUH KUAT TEKAN TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

Pengaruh Rendaman Air Laut terhadap Kapasitas Rekatan GFRP-Sheet pada Balok Beton Bertulang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab II STUDI PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Desain struktur merupakan faktor yang sangat menentukan untuk menjamin

PENGARUH RENDAMAN AIR LAUT TERHADAP KAPASITAS BALOK LENTUR BETON BERTULANG YANG DIPERKUAT GFRP-S

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PENAMBAHAN KAIT PADA TULANGAN BAMBU TERHADAP RESPON LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU

PERKUATAN STRUKTUR DENGAN CARBON FIBER REINFORCED POLYMER

KUAT LENTUR PROFIL LIPPED CHANNEL BERPENGAKU DENGAN PENGISI BETON RINGAN BERAGREGAT KASAR AUTOCLAVED AERATED CONCRETE HEBEL

PENGARUH PANJANG SAMBUNGAN LEWATAN LEBIH DARI SYARAT SNI TERHADAP KUAT LENTUR PADA BALOK BETON BERTULANG TULANGAN BAJA ULIR

Kata Kunci : beton, baja tulangan, panjang lewatan, Sikadur -31 CF Normal

ANALISA KAPASITAS DAN DESAIN PERKUATAN KOLOM BULAT STRUKTUR GEDUNG AKIBAT PENAMBAHAN LANTAI GEDUNG

INFRASTRUKTUR KAPASITAS LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN AGREGAT KASAR TEMPURUNG KELAPA

PANJANG PENYALURAN CARBON FIBRE PADA PERKUATAN STRUKTUR BALOK BETON DI DAERAH TUMPUAN TESIS

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

EKSPERIMEN DAN ANALISIS BEBAN LENTUR PADA BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU RAJUTAN

DAKTILITAS KOLOM YANG DIPERKUAT DENGAN CFRP. Vera Agustriana Noorhidana. Eddy Purwanto

PERBAIKAN KOLOM BETON BERTULANG MENGGUNAKAN GLASS FIBER JACKET DENGAN VARIASI TINGKAT PEMBEBANAN

KAJIAN PENGGUNAAN FERROCEMENT UNTUK RETROFIT KOLOM BETON BERTULANG DENGAN VARIASI TINGKAT PEMBEBANAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :

PERBAIKAN KEKUATAN DAN DAKTILITAS BALOK BETON BERTULANG MENGGUNAKAN GLASS FIBER REINFORCED POLYMER (GFRP) STRIPS. Parmo Taufikurrahman

DAFTAR ISI JUDUL PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

EVALUASI KUAT GESER BALOK BETON BERTULANG SECARA EKSPERIMEN DAN ANALISIS NUMERIK

PERBAIKAN DAN PERKUATAN LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN GLASS FIBER TIPE WOVEN ROVING

PENGARUH PERKUATAN PELAT CFRP TERHADAP PERILAKU TULANGAN TARIK STRUKTUR BALOK BETON BERTULANG ABSTRAK

PERKUATAN KOLOM BETON BERTULANG DENGAN GLASS FIBER JACKET UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS BEBAN AKSIAL (034S)

PENGARUH KAWAT AYAM DALAM PENINGKATAN KEKUATAN PADA BALOK BETON. Abstrak

PENGARUH LAPISAN HYBRID SERAT KARBON DAN SERAT GELAS TERHADAP KAPASITAS LENTUR BALOK BETON BERTULANG R. Djamaluddin 1, R. Irmawati 1, N. L.

PERKUATAN KOLOM BETON BERTULANG DENGAN FIBER GLASS JACKET PADA KONDISI KERUNTUHAN TARIK

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT ROVING TERHADAP KAPASITAS LENTUR BALOK BETON BERTULANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. di Indonesia, terutama pada bangunan sederhana. Tuntutan bahwa bangunan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDI EKSPERIMENTAL PENGUJIAN BEBAN SIKLIK KOLOM PERSEGI BETON BERTULANG DENGAN PERKUATAN PEN-BINDER DAN FRP ABSTRAK

Transkripsi:

PERILAKU LENTUR PERBAIKAN BALOK BETON BERTULANG DENGAN VARIASI LEBAR CARBON FIBRE REINFORCED POLYMER Atika Ulfah Jamal 1, Helmy Akbar Bale 2 and Iqbal Haqiqi 3 1 Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia, Indonesia Email: atika.ulfah@uii.ac.id 2 Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia, Indonesia Email: helmy_abe@yahoo.com 3 Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia, Indonesia Email: iqbalhqq@yahoo.com ABSTRACT The retrofitting of reinforced concrete structural elements required in case of material degradation which results in decreased strength, stiffness, stability and resistance to environmental conditions. One material that can be used to retrofit concrete structures is the Carbon Fibre Reinforced Polymer (CFRP). Experimental research must be done toward the influence of CFRP width variations to retrofit reinforced concrete beam flexural capacity after damage. The specimen used for this research is a beam with 15x20x120 cm 3 dimension. There were three beams used and divided into two groups, Control Beam (BK) and Carbon Beam (BC). These three beams were given a load until the first crack then had to retrofit with CFRP, and was given a load again upon the beams finally fallout and the result of maximal load that able to be supported by the beam is obtained. The research result shows that there is the significant increase in the beam flexural strength. The wider CFRP used for retrofitting, the greater beam flexural capacity increases. CFRP uses as retrofitting material in the beam bending area also able to prevent a new crack in the bending area. Keywords: carbon fibre reinforced polymer, CFRP width variation, retrofitting, the flexural capacity, reinforced concrete beams PENDAHULUAN Struktur beton bertulang banyak digunakan pada konstruksi bangunan gedung di Indonesia, yaitu pada elemen balok, kolom, pelat maupun pondasi. Struktur bangunan yang telah direncanakan dengan baik dan dibangun, terkadang setelah difungsikan mempunyai beberapa permasalahan. Permasalahan tersebut dapat berkaitan dengan kegagalan dan kerusakan bangunan akibat masalah durability, kesalahan perencanaan dan pelaksanaan, overloading akibat kenaikan beban karena perubahan fungsi bangunan, dan penyebab khusus (gempa, banjir dan kebakaran). Kerusakan yang terjadi pada struktur beton bertulang dapat berupa retak pada balok dan kolom, kolom patah atau miring dan balok yang melengkung. Retak pada struktur beton bertulang akan mengakibatkan tulangan baja mengalami korosi karena pengaruh lingkungan seperti garam, bahan kimia dan kelembaban, sehingga struktur mengalami penurunan kekuatan, kekakuan, service life serta kegagalan beton yang pada akhirnya dapat mengakibatkan kegagalan struktural (Gangarao dkk, 2007). Perbaikan atau perkuatan elemen-elemen struktur diperlukan apabila terjadi degradasi bahan yang berakibat tidak terpenuhi lagi persyaratan-persyaratan yang bersifat teknik yaitu : kekuatan (strength), kekakuan 154

(stiffnes), stabilitas (stability) dan ketahanan terhadap kondisi lingkungan (durability) (Triwiyono, 2006). Salah satu metode perbaikan dan perkuatan struktur beton adalah dengan menggunakan Fibre Reinforced Polymer (FRP). FRP mempunyai banyak jenis, antara lain adalah CFRP (Carbon Fiber Reinforced Polymer) dan GFRP (Glass Fiber Reinforced Polymer). FRP adalah inovasi perkuatan komposit yang saat ini banyak digunakan sebagai perkuatan eksternal tambahan pada struktur karena sifatnya setelah dipasang pada struktur beton mampu menghilangkan kekurangan beton yang getas menjadi struktur yang ductile (Parmo dan Taufikurrahman, 2014). Menurut Hartomo (2003), FRP memberikan keuntungan antara lain memberikan kuat tarik yang tinggi, sangat ringan, pelaksanaan lebih cepat, tidak memerlukan area kerja yang luas, dan tidak mengalami korosi. Kuat tarik FRP dapat mencapai 7-10 kali lebih tinggi dari baja. Penelitian Pangestuti dkk (2006) menyimpulkan bahwa penambahan pelat CFRP dengan lebar 50 mm dan tebal 0,8 mm secara eksternal pada sepanjang balok beton bertulang terhadap balok normal dapat meningkatkan kuat lentur sebesar sebesar 49 %, dan dapat meningkatkan kekakuan sebesar 68%, akan tetapi daktilitas turun sebesar 73% dan lendutannya turun 77,6 %. Penelitian terkait lebar CFRP perlu dilakukan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap peningkatan kekuatan lentur dari balok beton bertulang. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan kajian eksperimental dengan menambahkan variasi lebar CFRP yang diletakkan di bagian tarik balok beton bertulang sebagai bahan retrofitting untuk mengetahui pengaruhnya terhadap perbaikan kekuatan lentur balok beton bertulang paska kerusakan. TINJAUAN PUSTAKA Kuat Lentur Balok Beton Bertulang Tegangan lentur pada balok diakibatkan oleh regangan yang timbul karena adanya beban luar. Apabila beban bertambah maka pada balok akan terjadi deformasi dan regangan tambahan yang mengakibatkan retak lentur di sepanjang bentang balok. Bila beban semakin bertambah, pada akhirnya terjadi keruntuhan elemen struktur. Taraf pembebanan yang demikian disebut keadaan limit dari keruntuhan pada lentur (Nawy, 2008). Apabila kekuatan tarik beton telah terlampaui, maka beton mengalami retak rambut. Oleh karena itu beton tidak dapat meneruskan gaya tarik pada daerah retak, sehingga seluruh gaya tarik yang timbul ditahan oleh baja tulangan. Pada kondisi tersebut, distribusi tegangan beton tekan masih dianggap sebanding dengan nilai regangannya (Nawy, 2008). Balok yang diperkuat dengan CFRP akan berbeda dalam proses analisisnya. Pada umumnya, CFRP diletakkan di bagian tarik balok beton bertulang yaitu di bagian bawah balok tersebut. Penambahan CFRP pada akan menyebabkan bertambahnya gaya tarik pada balok (Gambar 1). Bertambahnya resultan gaya tarik akan berpengaruh terhadap kuat lentur dari beton bertulang tersebut. Penambahan perkuatan FRP pada bagian tarik di sepanjang balok akan meningkatkan kuat lentur balok tersebut. (ACI-440.2R- 08,2008) C = 0,85. f c. a. b Ts = As. fys Tf = Af. fyf Syarat keseimbangan gaya-gaya dalam penampang balok dengan CFRP : C = T C = Ts + Tf 0,85. f c. a. b = As. fys + Af. fyf 155 Jurnal Teknisia, Volume XX, No 2, November 2015

Sehingga akan menghasilkan Momen sebesar: Af. fyf dengan Ts adalah resultan gaya tarik dari baja dan Tf adalah resultan gaya tarik dari CFRP. Gambar 1 Diagram regangan tegangan untuk perkuatan FRP (ACI-440.2R-08,2008) Carbon Fibre Reinforced Polymer (CFRP) Carbon fibre reinforced polymer (CFRP) merupakan bahan perkuatan lentur dan dipasang pada permukaan bawah balok. Bahan yang dipakai adalah tipe Sika Carbodur S508 dengan data teknis diambil dari brosur dan merupakan data sekunder dari PT Sika Nusa Pratama selaku produsen. Tegangan tariknya sebesar > 2800 MPa dengan modulus elastisitas (E) sebesar 165000 MPa sedang tegangan tarik saat putus sebesar 3100 MPa. Spesifikasi data teknis CFRP yang dipakai dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Karakteristik CFRP Properties CFRP Kuat Tarik 2800 MPa Modulus E 165.000 Mpa Εcu >1,7% Tebal / lebar 0,8 mm / 50 mm Berat isi 1,50 g/cm 3 Sumber: Sika Technical Data Sheet 2005 Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa bila dibandingkan dengan tulangan baja, maka CFRP mempunyai kuat tarik yang cukup tinggi dan berat yang lebih ringan dari baja, akan tetapi lebih lunak dari baja karena modulus elastisitasnya lebih kecil dibanding modulus elastisitas baja (Es = 200.000 MPa). Mekanisme Keruntuhan Balok Yang Diperkuat CFRP Menurut Kuriger et al (2001), pola keruntuhan pada struktur balok yang diberi CFRP dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu: keruntuhan geser, debonding failure, dan keruntuhan pada CFRP seperti yang telihat pada Gambar 2. Dari ketiga jenis keruntuhan tersebut maka yang dikehendaki adalah keruntuhan pada CFRP terlebih dahulu (CFRP rupture), karena dengan demikian seluruh kekuatan CFRP dapat bekerja secara optimal. Gambar 2 Mekanisme Keruntuhan balok beton bertulang dengan CFRP (Kuringer et al, 2001) 156

METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Bahan Konstruksi Teknik, Program Studi Teknik Sipil, FTSP, UII. Pada penelitian ini dipergunakan 3 buah balok beton bertulang dengan ukuran 15cm x 20cm x 120cm dan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu Balok Kontrol (BK) dan Balok Carbon (BC). Konfigurasi penulangan dan posisi pembebanan dapat dilihat pada Gambar 3. Pembebanan yang diberikan pada balok adalah beban titik yang distribusikan menjadi 2 beban terpusat dengan jarak sepertiga bentang seperti yang terlihat pada Gambar 3 dan setting-up pengujian dapat diihat pada Gambar 4. Pembebanan dilakukan dalam dua tahap yaitu: 1. tahap I : balok BK dibebani hingga mencapai retak pertama (first crack) kemudian pembebanan dihentikan, dan 2. tahap II: setelah balok diretrofitting dengan CFRP, balok BC kembali diberi beban hingga runtuh. Gambar 3 Konfigurasi penulangan dan penempatan beban pada benda uji Bahan CFRP yang digunakan adalah type Sika Carbodur S512/80 dan perekat yang digunakan adalah epoxy Sikadur 30. Berdasarkan hasil uji kuat tekan silinder ukuran 150 mm x 30 mm, mutu beton (f c) yang digunakan pada penelitian ini adalah sebesar 27,77 MPa. Tulangan tarik dan tekan menggunakan baja polos berdiameter 10 mm dengan fy = 315 MPa, sedangkan tulangan sengkang menggunakan baja polos berdiameter 8 mm dengan fys = 376 MPa. Gambar 4 Setting-up pengujian Posisi pemasangan Carbon Fibre Reinforced Polymer seperti yang dapat dilihat pada Gambar 5-7 berikut. Gambar 5 Posisi pemasangan CFRP dengan lebar 5 cm pada BC1 157 Jurnal Teknisia, Volume XX, No 2, November 2015

Gambar 6 Posisi pemasangan CFRP dengan lebar 10 cm pada BC2 Gambar 7 Posisi pemasangan CFRP dengan lebar 15 cm pada BC3 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Beban dan Lendutan Pada penelitian ini, pengujian awal dilakukan dengan memberikan beban pada benda uji sampai terjadi retak pertama (first crack). Nilai lendutan dan beban pada saat first crack hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 2. Dari Tabel 2 dapat dilihat besar beban dan lendutan saat first crack pada BK1 pada adalah sebesar 72,2416 kn dan lendutan sebesar 8,07 mm, BK2 pada beban 79,8396 kn terjadi lendutan sebesar 10,18 mm dan BK3 pada beban 78,5468 kn terjadi lendutan sebesar 10,85 mm. Tabel 2 Lendutan dan beban pada saat first crack Benda Uji BK1 BK2 BK3 No Lendutan LVDT (mm) 1 7,07 2 8,07 3 7,76 1 9,70 2 10,18 3 8,20 1 10,34 2 10,85 3 10,68 Beban (kn) 75,2416 79,8395 78,5468 Nilai lendutan dan beban hasil pengujian pada balok yang telah diretrofitting menggunakan CFRP dengan variasi lebar CFRP dapat dilihat pada Tabel 3 berikut. Tabel 3 Lendutan dan beban maksimum balok setelah diretrofitting Benda Uji BC1 BC2 BC3 No Lendutan LVDT (mm) 1 6,65 2 8,10 3 6,06 1 12,68 2 16,31 3 13,92 1 9,53 2 11,64 3 8,62 Beban (kn) 127,2542 178,3521 188,7094 Dari Tabel 3 dapat dilihat pada BC1 terjadi lendutan sebesar 8,10 mm pada beban maksimum 127,2542 kn, pada BC2 terjadi lendutan sebesar 16,31 mm pada beban maksimum 178,3521 kn, dan pada BC3 terjadi lendutan sebesar 11,64mm pada beban maksimum 188,7094 kn. Berdasarkan Tabel 2 dan 3 terlihat bahwa balok yang diretrofiiting menggunakan CFRP dapat menerima beban yang lebih besar dengan lendutan yang terjadi lebih kecil. Gambar 8 menunjukkan hubungan beban dan lendutan hasil pengujian 6 benda uji. Berdasarkan gambar 8 terlihat bahwa terjadi peningkatan kapasitas beban pada benda uji yang telah diperbaiki menggunakan CFRP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kapasitas beban yang dapat ditahan oleh balok cukup signifikan. BK1 yang sebelumnya hanya dapat menahan beban sebesar 78,5486 kn setelah di retrofitting dengan CFRP BC1 dapat menahan beban sebesar 127,2542 kn meningkat 62,00%. BK2 yang sebelumnya hanya dapat menahan beban sebesar 79,8395 kn setelah di retrofitting dengan CFRP BC2 dapat menahan beban sebesar 178,3521 kn meningkat 123,38%. BK3 yang sebelumnya hanya dapat menahan beban sebesar 78,5468 kn setelah di retrofitting dengan CFRP BC3 dapat menahan beban sebesar 188,7094 kn meningkat 140,25%. 158

Pola Keretakan Balok Uji Gambar 8 Kurva hubungan beban dan lendutan hasil pengujian Pola retak yang terjadi pada balok adalah berupa retak lentur dan retak geser. Pada pengujian yang telah dilakukan, retak-retak yang terjadi pada benda uji umumnya diawali dengan retak halus pada sisi bawah benda uji yaitu sisi tarik dari penampang lalu diikuti dengan retak lentur pada sisi yang telah terjadi retak halus sebelumnya. Retak lentur terjadi pada daerah momen terbesar, yaitu sekitar tengah bentang tepatnya berada pada daerah dua beban titik diberikan. Pola retak hasil pengujian pada BK1, BK 2 dan BK 3 dapat dilihat pada Gambar 9, 10 dan 11. Keterangan: : Pola retak pada balok sebelum diretrofitting dengan CFRP : Pola retak pada balok setelah diretrofitting dengan CFRP Gambar 9 Pola retak BK1 dan BC1 159 Jurnal Teknisia, Volume XX, No 2, November 2015

Keterangan: : Pola retak pada balok sebelum diretrofitting dengan CFRP : Pola retak pada balok setelah diretrofitting dengan CFRP Gambar 10 Pola retak BK2 dan BC2 Keterangan: Gambar 9 menunjukan bahwa keretakan yang terjadi pada BK1 dan BC2. Pola keretakan BK1 adalah keretakan lentur dengan panjang retakan ±20cm dan lebar retakan sebesar ±8mm. Pada BK1 hanya terdapat 1 retak geser pada bagian sisi B balok dengan lebar retakan ±5mm. Untuk pola retak yang terjadi pada BC1, terlihat banyak muncul retakan geser baru didaerah tumpuan balok namun hanya retak rambut. Peningkatan retak awal dengan lebar retakan sebelumnya ±8mm menjadi ±15mm dengan panjang retakan ±20cm. Pelepasan mortar terjadi pada bagian pembebanan balok. Pada balok BC1 yang terjadi adalah kerusakan geser. Gambar 10 menunjukkan pola keretakan yang terjadi pada pada BK2 dan BC2. : Pola retak pada balok sebelum diretrofitting dengan CFRP : Pola retak pada balok setelah diretrofitting dengan CFRP Gambar 11 Pola retak BK3 dan BC3 kerusakan yang banyak terjadi pada BK2 adalah kerusakan lentur dengan panjang retakan ±18cm dengan lebar retakan ±1cm dan tidak terdapat retak geser. Untuk pola retak yang terjadi pada BC2, terlihat banyak muncul retakan geser baru didaerah tumpuan dengan lebar retakan ±8mm. Peningkatan retak geser awal dengan lebar retakan sebelumnya ±8mm menjadi ±15mm dengan panjang retakan ±20cm. Pelepasan mortar terjadi pada bagian tumpuan. Pada balok BC1 yang terjadi adalah kerusakan geser. Gambar 11 menunjukkan pola keretakan BK3 dan BC3. Untuk pola retak yang terjadi pada BK3, kerusakan yang banyak terjadi adalah kerusakan lentur dengan panjang retakan ±20cm dan tidak terdapat retak geser. Sedangkan pola retak yang terjadi 160

pada BC3 terlihat bahwa banyak muncul retakan geser baru didaerah tumpuan dengan lebar retakan ±2cm yang membuat pelesapasan mortar didaerah tumpuan hingga tulangan baja di dalannya terlihat. Pada balok BC3 yang terjadi adalah kerusakan geser. Berdasarkan pola keretakan balok uji pada Gambar 8,9, dan 10 menunjukkan bahwa pola keretakan yang terjadi setelah balok diperbaiki dengan menggunakan CFRP adalah retak geser. Hal ini dikarenakan CFRP hanya diletakkan di bagian tarik balok, tidak menutupi seluruh bagian balok termasuk di bagian geser balok. Penggunaan CFRP yang diletakkan di bagian tarik balok hanya dapat meningkatkan kapasitas lentur dari balok tersebut, sehingga balok mengalami retak geser. Pola Keruntuhan Balok Pola keruntuhan yang terjadi pada balok BC1, BC2, dan BC3 adalah debonding failure yaitu lepasnya ikatan antara permukaan balok beton dengan permukaan pelat CFRP sebelum CFRP bekerja optimal. Debonding diawali dengan munculnya banyak retak-retak geser didaerah geser balok dekat dengan tumpuan. Debonding pada CFRP bersifat brittle dibandingkan dengan debonding pada tulangan yang berlangsung sedikit demi sedikit. Debonding terjadi karena beberapa faktor sebagai berikut. 1. Kelemahan epoxy Peranan bond (lekatan) sangat penting dalam membentuk aksi komposit antara beton dan CFRP. Bond antara beton dan CFRP dipengaruhi oleh epoxy yang digunakan, sehingga tanpa adanya epoxy yang kuat maka struktur komposit yang diharapkan tidak terjadi. Epoxy yang kurang kuat dapat diketahui dari modulus elastisitas epoxy yang dipakai sebesar E = 12000 MPa yang lebih kecil dari E beton yaitu sebesar 20000 MPa, sehingga terlihat bahwa epoxy lebih lemah dari beton. Selain itu, lekatan CFRP dan beton sangat dipengaruhi oleh kekasaran bidang permukaan balok yang diberi epoxy. Permukaan balok yang licin mengakibatkan epoxy tidak dapat bekerja secara maskimal. 2. Bidang kontak yang kecil Bidang kontak yang terjadi antara beton dan CFRP kurang luas karena terjadi hanya pada satu sisi permukaan saja, tidak sebagaimana antara tulangan baja dan beton yang mempunyai bidang kontak pada seluruh luas permukaan tulangan, sehingga ikatan yang dibutuhkan CFRP untuk menjadi satu kesatuan komposit dengan beton menjadi kurang sempurna. Sebagai contoh BC1 yang di-retrofitting dengan CFRP dengan lebar 5 cm hanya dapat menahan beban maksimal sebesar 127,2542 kn sedangkan BC3 yang di retrofitting dengan CFRP dengan lebar 15 cm dapat menahan beban maksimal sebesar 188,7094 kn sebelum terjadi debonding. 3. Permukaan CFRP licin. Permukaan CFRP yang licin mengakibatkan lekatan antara beton dan CFRP yang dibentuk oleh friksi akibat kekasaran permukaan menjadi lemah, sehingga akibatnya terjadi slip pada CFRP yang memicu terjadinya debonding. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diberikan beberapakesimpulan sebagai berikut. 1. Balok yang diperbaiki dengan CFRP dapat menahan beban yang lebih besar dengan lendutan yang lebih kecil. 2. Semakin lebar CFRP yang digunakan pada retrofitting, semakin besar pula peningkatan kekuatan lentur balok. Lebar CFRP 5 cm dapat meningkatkan kapasitas beban sebesar 60%, lebar 10 cm sebesar 123,38% dan lebar 15 cm sebesar 140,25%. 3. Penggunaan CFRP sebagai bahan retrofitting di bagian lentur balok juga dapat menghambat munculnya retakan baru di daerah lentur akan tetapi karena kuat tarik CFRP sebesar 2800 MPa membuat kondisi balok tidak seimbang. Hal tersebut mengakibatkan balok menjadi over reinforced. 161 Jurnal Teknisia, Volume XX, No 2, November 2015

4. Pola keruntuhan yang terjadi pada balok yang diretrofitting adalah terjadinya debonding failure. REFERENCES American Concrete Institute., (2008), Guide for the Design and Construction of Externally Bonded FRP Systems for Strengthening Concrete Structures (ACI 440.2R-08): Reported by ACI Committee 440, ACI Committee 440. Gangarao, H, Taly, N and Gangarao, H., (2007), Reinforced Concrete Design with FRP Composite, CRC Press, Prancis. Kuringer, Rex., Sargand, Shad., Ball, Ryan., Alam, Khairul., (2001), Analysis of Composite Reinforced Concrete Beams, Departement of Mechanical Engineering, Ohio University. Hartono, (2003), Perkuatan Struktur Beton dengan FRP, Proceeding Advances on Concrete Technology and Structures. Universitas Andalas Padang 8 Mei 2003. Pangestuti,E.K., Nuroji., Antonius., (2006), Pengaruh Penggunaan Carbon Fiber Reinforced Plate Terhadap Perilaku Lentur Struktur Balok Beton Bertulang, PILAR Volume 15, Nomor 2, September 2006: halaman 86-94. Parmo dan Taufikurrahman., (2014), Perbaikan Kekuatan dan Daktilitas Balok Beton Bertulang Menggunakan Glass Fibre Reinforced Polymer Strips, Jurnal Ilmu Ilmu Teknik, Vol.X No.3, Universitas Wisnuwardhana, Malang. Nawy, Edward., (2008), Beton Bertulang Suatu Pendekatan Dasar, PT. Refika Aditama, Bandung. Triwiyono,A., (2006), Perbaikan dan Perkuatan Struktur Beton Pasca Gempa dengan FRP, Makalah Seminar Perkembangan Standard dan Methodologi Konstruksi Tahan Gempa, Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia, Medan. 162