BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan merupakan aset nasional yang paling strategis

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mandiri dalam proses belajarnya. Mulai tahun 2009 jumlah dalam 1 kelas 25

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan agar budaya yang merupakan nilai-nilai luhur bangsa dapat

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN TAMAN KANAK-KANAK BERDASARKAN MINAT ANAK (Studi Kasus di TK Negeri Pembina Surakarta) T E S I S.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu TPA, Playgroup dan PAUD sejenis (Posyandu). Pendidikan formal yaitu. Taman Kanak-kanak (TK) maupun Raudhatul Athfal (RA).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. depan, jika pondasi lemah maka akan susah berharap bangunannya berdiri kokoh

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi sosial yang diakselerasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. pilar yaitu, learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live

BAB I PENDAHULUAN. adalah mempersiapkan anak dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan, sikap/prilaku,

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah Taman Kanak-Kanak (TK). Undang-undang tentang. sistem Pendidikan Nasional Pasal 28 Ayat (3) menyebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. Anak Usia Dini menurut NAEYC (National Association Educational

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya fitrah yang suci. Sebagaimana pendapat Chotib (2000: 9.2) bahwa

BAB I PENDAHULUAN. penting karena Pendidikan Anak Usia Dini merupakan fondasi dasar. Pendidikan Nasional, Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang kreatif, mandiri dan professional dibidangnya masing-masing, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional). Masa kanak-kanak adalah masa Golden

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang dimulai dari usia

BAB I PENDAHULUAN. oleh mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri. Pendidikan yang tinggi akan

BAB I PENDAHULUAN. dalam perwujudan diri individu terutama bagi pembangunan bangsa dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU - PAUD JURUSAN PEDAGOGIK FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Undang-undang Sisdiknas, Pendidikan adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam UU RI NO.20 TH 2003 adalah:

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang secara terminologi disebut sebagai anak usia pra-sekolah. Usia demikian

BAB I PENDAHULUAN. tahun yang bertujuan untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya.

PENDIDIKAN TPA & KB. Martha Christianti

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak merupakan generasi penerus dan aset pembangunan. Anak menjadi

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Artinya, pendidikan diharapkan dapat membuat manusia menyadari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. generasi yang handal dan mampu membangun bangsa. pasal 1, butir 14 tentang sistem pendidikan nasional PAUD adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Vera Nurfadillah, 2014 Optimalisasi Peran Orangtuapekerja Dalam Pembentukan Kemandirian Anak Usia Dini

BAB I PENDAHULUAN. layanan pendidikan diperoleh setiap individu pada lembaga pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul merupakan aset yang paling berharga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang sederajat) dan jalur pendidikan informal yang berbentuk pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Istilah kognitif sering kali dikenal dengan istilah intelek. Intelek

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hendaknya dibangun dengan empat pilar, yaitu learning to know, learning

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya. Berdasarkan penelitian Benyamin S. Bloon (1992)

BAB I PENDAHULUAN. PAUD diberikan melalui kegiatan bermain seraya belajar. Pada saat bermain

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No.20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan :

BAB I PENDAHULUAN. ada dijalur pendidikan formal. Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu

Pendidikan TPA/ KB. Eka Sapti C

BAB I PENDAHULUAN. termasuk pembangunan dibidang pendidikan. dalam satu program kegiatan belajar dalam rangka kegiatan belajar dalam

BAB I PENDAHULUAN. hlm 3. 1 Suyadi, Manajemen PAUD, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2011),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Indonesia sangat berkembang pesat. Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. dari berbagai pihak yaitu pemerintah, masyarakat, dan steakholder yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif. Pendidikan bagi anak usia dini bukan sekedar meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. dan berlangsung seumur hidup. Oleh karena itu, pendidikan. sistem yang terdiri dari komponen-komponen yang saling berhubungan dan

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada

BAB I PENDAHULUAN. untuk berkembang. Pada masa ini anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar

BAB I PENDAHULUAN. PLAY GROUP DAN TPA DI YOGYAKARTA Berdasarkan pada nilai-nilai kebudayaan Jawa

BAB I PENDAHULUAN. jasmani, rohani (moral atau spritual), motorik, akal pikiran, emosional, sosial dan

UPAYA PENGEMBANGAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL ANAK MELALUI PERMAINAN BALOK DI TK RA GUPPI MANDAN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum memasuki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan universal dalam kegiatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. dan Kebudayaan No. 0486/U/1992 tentang Taman Kanak-kanak adalah

PERSPEKTI Tentang PAUD DAN PENDIDIKAN DASAR

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

BAB I PENDAHULUAN. adanya pendidikan yang memadai untuk putra-putrinya, terlebih pada saat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh. yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan memberikan rangsangan

BAB I PENDAHULUAN. fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh. anak perlu diberi stimulasi yang optimal melalui pendidikan.

Tabel 1. 1 Target Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia Tahun ,7 Juta (61,8%) 5,85 Juta (19,37%) 12,85 Juta (42,43%)

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Didalam UU Sisdiknas No.20 tahun 2003 menjelaskan bahwa Pendidikan adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN. pesat dan mendapat perhatian yang luar biasa terutama di negara-negara maju,

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 14.

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini merupakan masa keemasan atau golden age (Slamet. Suyanto, 2005: 6). Oleh karena itu pendidikan pada masa ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dan bernegara. Hal ini terdapat dalam Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003

I. PENDAHULUAN. mencerdaskan dan meningkatkan taraf hidup suatu bangsa. Bagi bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa. Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. perhatian, minat, dan kemampuan dalam belajar. Segala yang ia lihat, ia

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang sangat penting bagi sumber daya manusia yang berkualitas. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Grafik 1.1 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Usia, 2014 (ribu orang)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dan diakui oleh masyarakat. Undang-undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. "Mencerdaskan Kehidupan Bangsa" Setiap manusia memiliki. mengembangkan secara sistematis. Langkah pemerintah untuk

I. PENDAHULUAN. Setiap anak diberikan berbagai bekal sejak lahir seperti berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

BAB I PENDAHULUAN. (Abdulhak, 2007 : 52). Kualitas pendidikan anak usia dini inilah yang

I. PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun (NAEYC, 1992). Anak usia

BAB I PENDAHULUAN. anak menentukan perkembangan anak selanjutnya. Anak usia dini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kurikulum Taman Kanak-Kanak (TK) dan Raudatul Athfal (RA)

BAB I PENDAHULUAN. era globalisasi sesuai Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa usia dini anak mengalami masa keemasan (the golden age)

BAB I PENDAHULUAN. hal ini tercantum dalam pembukaan Undang-Undang dasar 1945 alinea ke empat

BAB 1 PENDAHULUAN. datang. Anak dilahirkan dengan potensi dan kecerdasannya masing-masing.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan merupakan aset nasional yang paling strategis dalam rangka usaha meningkatkan harkat dan martabat manusia. Dengan kata lain pada hakikatnya pendidikan merupakan usaha memanusiakan manusia.karena melalui pendidikan, manusia dapat menguak tabir kehidupan sekaligus dapat menempatkan dirinya sebagi subyek dalam setiap perubahan dan pergeseran hidup. Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang berkualitas. Menurut UU Sisdiknas (2003), pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Keberhasilan dan kegagalan suatu proses pendidikan secaraumum dapat dinilai outputnya, yakni sebagai produk pendidikan. Jika pendidikanmenghasilkan orang-orang yang bertanggungjawab atas tugastugaskemanusiaan dan ketuhanan, bertindak lebih bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain, maka dapat dikatakan bahwa pendidikan itu berhasil. Sebaliknyajika outputnya adalah orang-orang yang tidak mampu melaksanakan tugasnya maka pendidikan itu mengalami kegagalan. Untuk 1

2 mencapaikeberhasilanpendidikan tersebut maka pendidikan sangat penting untukdiperhatikan tidak hanya bagi orang-orang dewasa dan orang-orang tua agarmenjadi manusia yang sempurna, akan tetapi pendidikan juga sangat pentingbagi anak-anak. Sudah pasti bahwa pendidikan sejak dini atau masa kanak-kanak sangat diutamakan, karena pada masa ini anak sangat peka terhadapsuatu kejadian dan selalu ingin mengetahui segala hal yang dilihat dan dirasakan. Disisi lain anak-anak adalah generasi yang memiliki sejumlah potensi yangpatut dikembangkan dalam kegiatan pendidikan serta kreativitas mereka. Anak adalah generasi penerus bangsa, anak dan masa depan adalah satu kesatuan yang dapat diwujudkan untuk membentuk suatu generasi yang dibutuhkan oleh bangsa yang sedang membangun. Anak-anak mempunyai karakteristik antara lain pertumbuhan fisik yang cepatdan matang.semuapotensianak tersebut akan bermakna apabila dibina dandikembangkan secara terarah sehingga mereka menjadi manusia yang memiliki kebudayaan. Tanpa bimbingan yang baik semua potensi itu tidakakan memberikan dampak positif, bahkan bisa terjadi hal yang sebaliknyayaitu menimbulkan bebagai masalah dan hambatan. Apalagi jika melihatke depan, tantangan globalisasi makin besar maka pembinaan pendidikanterhadap anak pun harus semakin dikuatkan. Anak-anak harus berorientasiterhadap pandangan hidup yang bersifat positif dan aktif serta wajibmenentukan dirinya sendiri, mementingkan kepuasan pekerjaan yangdilakukannya, berorientasi kemasa depan dan belajar

3 merencanakan hidupsecermat mungkin. Hal inilah yang menunjukkan bahwa pendidikanmerupakan sesuatu yang sangat penting dan perlu mendapatkan prioritas.dengan menyadari bahwa kualitas masa anak-anak termasuk masa prasekolahmerupakan cermin kualitas bangsa dimasa depan dan yang akan datang. Suatu perkembangan yang sangat menggembirakan ketika semakin banyak orangtuasangat peduli terhadap pendidikan anak-anaknya meskipun pada umumnya mereka sangat sibuk dengan pekerjaannya. Sebagai orangua seharusnya menyadari akan pentingnya pendidikan dan berharap anak-anak mereka tumbuh optimal dan mandiri di tengah persaingan hidup yang semakin ketat di era globalisasi ini. Pada hakikatnya belajar harus sepanjang hayat, untuk menciptakangenerasi yang berkualitas maka pendidikan harus dilaksanakan sejak dini dalam hal ini melalui pendidikan anak usia dini (PAUD) yaitu ditujukan bagianak sejak lahir sampai usia 6 tahun. Pendidikan anak usia dini menjadi sangat penting mengingat potensi kecerdasan dan dasar-dasar perilaku seseorang terbentuk pada rentang usia ini. Sedemikian pentingnya masa ini sehingga usia dini sering disebut usia emas (the golden age). Pemerintah Indonesia sudah memperhatikan eksistensi Pendidikan Anak Usia dini (PAUD) dengan menerbitkan UU No.20/2003tentang Sistem Pendidikan Indonesia pasal 28 ayat (2) disebutkan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal dan atau informal, sedangkan pasal (3) disebutkan bahwapendidikan Anak

4 Usia Dini pada jalur diselenggarakan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat. Sekolah tidak dapat melepaskan diri dari situasi kehidupan, masyarakat dan bertanggungjawab untuk membantu mendidik dan menyiapkan anak sebagai individu agar berhasil menyesuaikan diri baik di sekolah maupun di masyarakat dan dapat memecahkan masalah yang dihadapi. Sekolah merupakan sumber pengetahuan yang paling jelas dan langsung bagi kita, dalam hal ini semua sekolah secara keseluruhan merupakan suatu lingkungan pendidikan. Agar anak dapat mencapai prestasi belajar yang maksimal diperlukan kemandirian dalam belajar, Kemandirian belajar anak adalah bagaimana anak focus mengerjakan atau melakukan sesuatu hingga pekerjaan itu selesai dalam waktu tertentu tanpa bantuan orang lain atau guru. Kemandirian anak sangat mempengaruhi perkembangan anak tersebut, seorang anak yang mempunyai kemandirian tinggi akan lebih cepat menerima materi yang seharusnya ia terima dan pahami, kemandirian merupakan sumber kekuatan untuk menggunakan pikiran anak itu sendiri. Peranan guru sangat penting dan berarti sekali karena merupakan ujung tombak cermin keberadaan siswa di sekolah, sejak mulai taman kanak-kanak sampai ke perguruan tinggi. Guru di sekolah dapat di pandang sebagai soko guru terdepan dalam pembinaan mental anak didik khususnya anak-anak yang bermasalah dan membutuhkan pendampingan tersendiri.dalam konteks pembelajaran di PAUD khususnya seorang guru dituntut untuk kreatif atau

5 mengembangkan atau menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan anak. Kreativitas guru dapat menyebabkan anak memperoleh ide baru pada saat belajar, anak menyukai pembelajaran baikdi rumah atau di sekolah, membantu alat bantu belajar sederhana, dan guru dapat menemukan inspirasi baru dari anak setelah metode pembelajaran yang kreatif dilaksanakan guru disekolah. Seorang guru harus bisa mengembangkan aspek atau lingkup perkembangan yakni: (1) nilai-nilai moral dan agama, (2) fisik motorik, (3) kognitf, (4) bahasa dan (5) sosial emosional. Di sini guru akan mengembangkan lingkup perkembangan sosial emosional untuk mencapai tingkat pencapai perkembangan, namun ketika pembelajaran tentang ssosial emosional ada beberapa kendala antara lain: anak belum bisa bersikap kooperatif dengan teman; anak belum dapat mengekspresikan emosi yang sesuai dengan kondisi yang ada (senang-sedih-susah, dan sebagainya); anak masih belum dapat menunjukkan rasa empati dan masih kurang memiliki sikap gigih. Tingkat pencapaian perkembangan yang diharapkan guru kepada anak adalah anak dapat bersikap kooperatif dengan teman, anak mampu mengekspresikan emosi sesuai dengan kondisi yang ada, menunjukkan rasa empati danmemiliki sikap gigih (tidak mudah menyerah) Berdasarkan evaluasi terhadap pengamatan dan pengalaman proses pembelajaran yang saya lakukan selama kurang lebih 3 tahun, mulai tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 terbukti adanya kesulitan pada anakdi TK

6 Putra Utama PGRI Klaten untuk mandiri. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil pengamatan yang saya lakukan terhadap data kemajuan anak yang ada di sekolah, rata-rata tiap semester ada beberapa anak yang belum mandiri dalam proses belajarnya. Mulai tahun 2009 jumlah dalam 1 kelas 25 anak, 17 anak sudah mandiri dalam belajarnya sedangkan 8 anak masih memerlukan pendampingan dalam belajarnya, memasuki tahun 2010 jumlah anak dalam 1 kelas 23 anak yakni 15 anak yang sudah mandiri dan 8 anak masih membutuhkan bimbingan dan pendampingan agar dapat mandiri dan pada tahun 2011 ini dalam 1 kelas ada 21 anak dengan kategori 14 anak sudah mandiri dalam mengikuti proses belajar dan 7 anak masih harus pendampingan saat proses belajar berlangsung. Adapun ciri anak yangtidakmandiri diantaranya: 1. Selalu mengharap bantuan dari guru. 2. Tidak pernah percaya diri dengan kemampuannya. 3. Selalu menyalahkan teman apabila gagal dalam suatu hal. 4. Selalu membanggakan orang lain. Beberapa ciri anak mandiri antara lain: 1. Belajar sendiri tanpa bantuan guru. 2. Percaya diri dengan kemampuan belajarnyasehinggatidak sedikit-sedikit bertanya. 3. Tidaktakutdengankegiatan pembelajaran di kelasdanberani mengambil resiko.

7 Beberapa faktor yang menyebabkan anak tidak mandiriyaitu: 1. Terbatasnya jumlah guru di sekolah Di TK Putra Utama jumlahanak didik TK 21 anak dengan 2 guru dan letaknya bersebelahan dengan Kelompok Bermain dengan jumlah anak didik 37 dengan 3 guru atau pendidik yang memang satu atap dengan TK, kami selalu bekerjasama dalam pemberian materi kegiatan dan di bidang lain. Hal inilah yang menjadi kendala kami apabila di kelompok bermain ada salah satu guru yang tidak masuk dan guru TK yang menggantikannya mengajar di kelompok bermain, bagi anak TK yang mandiri tidak ada masalah namun bagi anak TK yang kurang mandiri sangat terasa sekali dengan jumlah satu guru menyampaikan dan memberikan kegiatan atau materi pada 21 anak. Faktor inilah yang menjadi penyebab kemandirian belajar anak berkurang. 2. Sering terganggu dengan lingkungan yang ada di sekitar sekolah Letak sekolah kami bersebelahan dengan wisma PGRI yang merupakanyayasan dari sekolah kami dan terdapat gedung yang digunakan untuk kegiatan guru-guru se-kabupaten Klaten, kalau tidak ada kegiatan di gedung proses belajar mengajar di TK Putra Utama PGRI Klatenkondusif namun jika ada kegiatan di gedung tersebut secara tidak langsung proses belajar mengajar tetap terganggu dengan suara sound system yang dipakai, lalu-lalang guru-guru yang lewat dan suara guru-guru yang berkomunikasi baik lewat media ataupun secara langsung. Hal ini juga yang menjadi penyebab kurang mandiri untuk anak, pada waktu gedungdipakai untuk

8 kegiatan hampir 40% anak-anak tidak bisa melaksanakan kegiatan sesuai apa yang telah direncanakan. 3. Metode pembelajaran dari guru yang kurang menarik Berhasilnya proses belajar mengajar di sekolah disebabkan adanya keterkaitan antara guru dengan anak didik, Guru selaku fasilitator di sekolah harus berlaku sebagai sahabat anak didik yang tidak di takuti bahkan guru harus bisa memahami karakter murid-muridnya. Karakter dari anak-anak di sekolah inilah membuat guru menemukan metode yang tepat untuk pembelajaran.selama ini metode yang saya pakai di sekolah untuk menyampaikan materi kepada anak-anak kurang menarik dan terkesan setiap hari hanya monoton dan mengarah ke calistung. Padahal karakter setiap anak berbeda-beda mungkin ada yang suka calistung tapi ada juga yang tidak tertarik sama sekali dengan calistung tetapi lebih menyukai yang memperagakan langsung seperti berpura-pura menjadi guru, dokter, polisi dan lain sebagainya. Dari hasil beberapa analisis terhadap faktor-faktor yang menjadi penyebab terhambatnya peningkatan kemandirian belajar pada anak-anak di sekolah, kemungkinan faktor yang segera di atasi adalah kurang penerapan metode pembelajaran yang kreatif, inovatif dan menyenangkan. Hal ini memang saya menyadari karena pembelajaran dan pengajaran yang saya berikan pada anak-anak selama ini secara monoton, kadang kurangnya perhatian dan motivasi kepada anak-anak sehingga kemampuan untuk meningkatkan kemandirian belajarnya masih kurang. Keterkaitan metode

9 dengan faktor yang menyebabkan anak tidak mandirisangat berpengaruh sekali yakni dengan pemberian metode bermain peran anak akan lebih konsentrasi dengan apa yang saat itu sedang anak mainkan atau perankan bahkan sampai anak-anak mempunyai keinginan lagi untuk mengulang kegiatan yang menggunakan metode bermain peran tersebut dilain hari, faktor-faktor yang tadinya dapat mengganggu konsentrasi dan kemandirian anak dalam belajar akhirnya bisa teratasi dengan baik. Keterkaitannya kemandirian belajar dengan metode pembelajaran yang kreatif adalah seorang guru dituntut untuk kreatif atau mengembangkan atau menciptakan kegiatan belajaryang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan anak. Kreativitas guru dapat menyebabkan anak memperoleh ide baru pada saat belajar, anak menyukai pembelajaran baikdi rumah atau di sekolah, membantu alat bantu belajar sederhana, dan guru dapat menemukan inspirasi baru dari anak setelah metode pembelajaran yang kreatif dilaksanakan guru disekolah. Metode pembelajaran yang inovatif untuk anak di TK sangatlah penting sekali karena dengan metode ini diharapkan anak mampu memberikan pendapatnya, metode ini menuntut anak untuk terlibat saling bertukar pikiran, berkolaborasi dan berkomunikasi untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan sehingga siswa mampu mengembangkan kemampuan berkomunikasi. Metode inilah yang mendukung anak untuk menerapkan kemandirian dalam belajarnya.

10 Menyenangkan adalah suasana belajar mengajar yang menyenangkan siswa memusatkan perhatiaanya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiaanya ( time on task ) tinggi. Suasana belajar di kelas sangat berpengaruh terhadap kelangsungan proses belajar mengajar, guru harus berusaha menciptakan suasana dikelas menyenangkan agar anak merasa nyaman mengikuti proses belajar mengajar dan tercipta kemandirian belajar pada tiap-tiap anak. Selanjutnya, saya mencoba untuk melakukan tindakan pembelajaran dengan penerapan metode baru, yaitu meningkatkan kemandirian belajar anak dengan menggunakan metode bermain peran. Penerapan metode bermain peran saya pilih dengan alasan: 1. Penggunaan metode bermain peran sebagai salah satu bentuk kegiatan anak yang mempunyai tingkat kemandirian belajar yang tinggi karena anak dapat bersosialisasi dengan teman dan menemukan hal-hal yang baru. 2. Metode bermain peran lebih memberikan pengalaman belajar yang banyak kepada anak untuk berlatih karena di dalam metode tersebut ada proses kerjasama dan saling membutuhkan. 3. Dengankerjasama dalam bermain peran diharapkan lebih sering dilakukan dan hasil akhir dapat meningkatkan kemandirian belajar dapat tercapai secara baik. Berdasarkan dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, tindakan yang akan saya lakukan dengan mengangkat sebuah judul yaitu: Upaya Meningkatkan Kemandirian Belajar Anak dengan Menggunakan

11 Metode Bermain Peran pada Anak Kelas B TK Putra Utama PGRI Klaten Tahun Ajaran 2011/2012. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang dapatdiidentifikasi sebagai berikut: 1. Kemandirian belajar anak di kelas kurang karena guru kurang kreatif dalam menyampaikan materi atau kegiatan untuk anak. 2. Anakbanyak memperolehkesempatanmengeksprresikan kemampuannya. 3. Guru kurang kreatif dalam menyampaikan materi atau kegiatan untukanak. C. Pembatasan Masalah Karena sangat kompleksnya permasalahan penelitian yang dihadapimaka, perlu adanya pembatasan penulisan dan untuk menghindari salah pengertianpada judul penelitian ini. D. Rumusan Masalah Berdasarkan pada pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah penggunaan metode bermain peran dapat meningkatkan kemandirian belajar anak pada kelas B di TK Putra Utama PGRI KlatenTahun Ajaran 2011/2012?

12 E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan penelitian ini adalah: 1. Tujuan Umum Untukmengetahuimetodebermainperandalammeningkatkankemandirian belajar anak di TK Putra Utama PGRI Klaten. 2. Tujuan Khusus Secara khusus tujuan penelitian ini adalah: a. Untuk meningkatkankemandirian belajar pada anak kelasbtk Putra Utama PGRI Klaten. b. Untuk Mengetahuiseberapa besarpeningkatankemandirian belajar pada anak kelas B TK Putra Utama PGRI Klaten dengan metode bermain peran. F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaatbaik secara teoritismaupunsecara praktis. 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan dalam meningkatkan kemandirian belajar pada anak, khususnya pendidik atau guru dalam menentukan metode yang tepat. 2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa, hasilpenelitianinibermanfaatuntukmemberikanpengalamanpadaanak, sehingga kemandirian belajar anakdapat ditingkatkan.

13 b. Bagi guru, penelitian ini dapat dimanfaatkan guru untukmengembangkan kemampuan dalam merancang dan menentukan metodepembelajaran secara efektif, keratif dan inovatif dengan menggunakan metode bermain peran, serta dapat menambah pengalaman guru. c. Bagi sekolah, hasil penelitian ini bermanfaat untuk memberikan gambaran tentang kompetensi guru dalam mengajar dan kompetensi siswa dalam kemandirian belajar supaya ditingkatkan.