BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kematian ibu dan bayi di Indonesia yang masih tinggi

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kontribusi penting dalam Millenium Development Goals (MDGs)

STATUS GIZI IBU HAMIL SERTA PENGARUHNYA TERHADAP BAYI YANG DILAHIRKAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. masih tingginya angka kematian bayi. Hal ini sesuai dengan target Millenium

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui derajat kesehatan disuatu negara seluruh dunia. AKB di

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2012 dari laporan Kota/Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Hubungan Antara Anemia Pada Ibu Hamil Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah Di RS Pendidikan Panembahan Senopati Bantul

HUBUNGAN PENAMBAHAN BERAT BADAN IBU SELAMA HAMIL DENGAN KEJADIAN BBLR DI RUMAH SAKIT DR. NOESMIR BATURAJA TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang menjadi dambaan setiap

BAB I PENDAHULUAN. Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu faktor

BAB 1 PENDAHULUAN. dibawah 11 gr% (Saifuddin, 2001), sedangkan menurut Royston (1993) anemia

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan berat badan normal. Dengan kata lain kualitas bayi yang dilahirkan sangat

BAB 1 : PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas bayi karena rentan terhadap kondisi-kondisi infeksi saluran

BAB I PENDAHULUAN. paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi. Kematian

BAB I PENDAHULUAN. defisiensi vitamin A, dan defisiensi yodium (Depkes RI, 2003).

BAB 1 PENDAHULUAN. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) masih merupakan masalah di bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB). AKB menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai tolak ukur keberhasilan kesehatan ibu maka salah satu indikator

I. PENDAHULUAN. terpenting dalam pertumbuhan anak dimasa datang (Rodhi, 2011) World Health Organization (WHO) 2008, telah membagi umur kehamilan

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah gizi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. konsepsi, fertilisasi, nidasi, dan implantasi. Selama masa kehamilan, gizi ibu dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia (SDKI) tahun 2012 AKI di Indoensia mencapai 359 per jumlah

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Intra Uterine Fetal Death (IUFD)

BAB I PENDAHULUAN. Target Milleneum Development Goals (MDGs) sampai dengan tahun 2015 adalah

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan adalah suatu proses fisiologi yang terjadi hampir pada setiap

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memfokuskan percepatan pencapaian target MDGs (Millenium

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu dan angka kematian perinatal. Menurut World Health. melahirkan dan nifas masih merupakan masalah besar yang terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kesehatan ibu merupakan salah satu tujuan Millenium Development

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. panjang badan 50 cm (Pudjiadi, 2003). Menurut Depkes RI (2005), menyatakan salah satu faktor baik sebelum dan saat hamil yang

BAB Ι PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu proses fisiologis yang terjadi pada setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. dan atau perkembangan fisik dan mental anak. Seseorang yang sejak didalam

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia pada ibu hamil

BAB I PENDAHULUAN. atau calon ibu merupakan kelompok rawan, karena membutuhkan gizi yang cukup

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. SOEDIRAN WONOGIRI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. anemia masih tinggi, dibuktikan dengan data World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Salah satu sasaran

BAB 1 PENDAHULUAN. diperkirakan 45% wanita yang merokok, dan 27% wanita hamil yang merokok,

BAB I PENDAHULUAN. hingga kelahiran dan pertumbuhan bayi selanjutnya. (Depkes RI, 2009)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masa Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya

BAB I PENDAHULUAN. sebagai berat saat lahir kurang dari 2500 gram. Prevalensi global berat badan lahir

30 Media Bina Ilmiah ISSN No

BAB I PENDAHULUAN. bayi berat lahir rendah (BBLR), dan infeksi (Depkes RI, 2011). mampu menurunkan angka kematian anak (Depkes RI, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. atau konsentrasi hemoglobin dibawah nilai batas normal, akibatnya dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mortalitas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah kelahiran hidup. Faktor-faktor yang mempengaruhi AKB

BAB I PENDAHULUAN. defisiensi besi, etiologi anemia defisiensi besi pada kehamilan yaitu hemodilusi. 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENILAIAN STATUS GIZI IBU HAMIL DENGAN PENGUKURAN LILA DI PUSKESMAS KALAMPANGAN, KOTA PALANGKA RAYA

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan permulaan suatu kehidupan baru. pertumbuhan janin pada seorang ibu. Ibu hamil merupakan salah satu

BAB 1 : PENDAHULUAN. satu penyebab tingginya angka kematian bayi (AKB). sehingga akan berpengaruh kepada derajat kesehatan. (1-5)

Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan

BAB I PENDAHULUAN. akibat dari berbagai perubahan anatomik serta fisiologik yang terjadi dalam

BAB 1 : PENDAHULUAN. janin guna memenuhi peningkatan kebutuhan gizi selama kehamilan. (1)

BAB I. sel darah normal pada kehamilan. (Varney,2007,p.623) sampai 89% dengan menetapkan kadar Hb 11gr% sebagai dasarnya.

BAB I PENDAHULUAN. Ketidak cukupan asupan makanan, misalnya karena mual dan muntah atau kurang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kejadian kematian ke dua (16%) di kawasan Asia (WHO, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. untuk melaksanakan 8 (delapan) tujuan pembangunan, yang salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia. Masalah gizi menjadi penyebab

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tahun Konsep pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate merupakan. indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI Ny. S DENGAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH ( BBLR ) DI BANGSAL KBRT RSUD Dr.MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. awal minggu gestasi ke-20 sampai akhir minggu gestasi ke-37 (Varney,

BAB I PENDAHULUAN. membandingkan keberhasilan pembangunan SDM antarnegara. perkembangan biasanya dimulai dari sejak bayi. Kesehatan bayi yang

BAB II TINJUAN PUSTAKA. Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme, karena itu kebutuhan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kematian neonatal yaitu sebesar 47,5%. 1 Penyebab kematian neonatal. matur 2,8%, dan kelainan konginetal sebesar 1,4%.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

BAB 1 PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP-N) tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. nutrisi yang cukup untuk dirinya sendiri maupun bagi janinnya. Maka bagi

BAB I PENDAHULUAN. dan untuk memproduksi ASI bagi bayi yang akan dilahirkannya (Francin, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand, Malaysia

BAB I PENDAHULUAN. dalam porsi yang dimakan tetapi harus ditentukan pada mutu zat-zat gizi yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Upaya meningkatkan derajat kesehatan ibu dan balita sangatlah penting,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. calon ibu dan bayi yang dikandung harus mendapatkan gizi yang cukup banyak

TINJAUAN PUSTAKA Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Definisi Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah

BAB 1 PENDAHULUAN. Upaya untuk memperbaiki kesehatan ibu, bayi baru lahir, dan anak telah

BAB 1 : PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat juga dipengaruhi oleh faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan

S PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh: EMAH KUDYANI J

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang menerangkan derajat kesehatan didalam suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. adalah kematian ibu dan angka kematian perinatal. Di dunia, setiap menit

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang lainnya. Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan terutama kesehatan perinatal. Prevalensi bayi dengan berat badan

BAB I PENDAHULUAN. lahir adalah Angka Kematian Bayi (AKB). Angka tersebut merupakan indikator

BAB 1 PENDAHULUAN. kapasitas/kemampuan atau produktifitas kerja. Penyebab paling umum dari anemia

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merokok adalah suatu kebiasaan yang sudah umum dan meluas di masyarakat, dan pada faktanya kebiasaan merokok susah untuk dihilangkan. Merokok telah menjadi kebiasaan yang umum di lakukan oleh masyarakat dan hal ini telah menyebar di seluruh dunia dalam skala yg tidak kecil. Saat ini 1 dari 2 orang dewasa atau 1,1 miliar orang telah merokok. Departemen Kesehatan melalui pusat promosi kesehatan menyatakan bahwa, Indonesia adalah salah satu Negara berkembang yang memiliki tingkat konsumsi dan produksi rokok tertinggi. Berdasarkan data WHO pada tahun 2002 Indonesia sudah menduduki peringkat ke 5 terbanyak dalam mengkonsumsi rokok di dunia dan pada setiap tahunnya mengkonsumsi 2,5 miliar batang rokok. Angka kekerapan merokok di Indonesia yaitu 60%-70% pada laki-laki di perkotaan (Depkes,2008) Prevalensi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3% 38% dan lebih sering di negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibandingkan pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram (Pantiawati, 2010). Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI), AKB di Indonesia yang pada tahun 1997 sebesar 46 per 1000 kelahiran hidup, pada tahun 2003 sebesar 35 per 1000 kelahiran hidup, dan pada tahun 2005 menurun menjadi 32 per 1000 kelahiran hidup (Depkes, 2006), sedangkan AKB Yogyakarta tahun 2006 yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah 4,97 per 1000 kelahiran hidup Kematian ibu dan bayi di Indonesia yang masih tinggi merupakan fokus utama pemecahan masalah kesehatan di Indonesia.Hemoglobin adalah parameter yang digunakan secara luas untuk menetapkan prevalensi anemia (Supariasa, 2002). Bila kadar Hb ibu hamil <11 gr % maka ibu hamil tersebut dikatakan anemia (proverawati, 2009).

2 Ada hubungan yang bermakna antara kejadian KEK dengan kejadian anemia pada ibu hamil. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wijianto dkk melalui analisis multivariat regresi logistic menunjukkan bahwa variabel dominan yang berpengaruh terhadap kejadian anemia adalah risiko KEK dan usia kehamilan. Ibu hamil yang berisiko KEK berpeluang menderita anemia sebesar 2,96 kali dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak berisiko KEK.Setelah dikontrol dengan variabel usia kehamilan, ibu hamil pada trimester III berpeluang menderita anemia gizi 1,7 kali dibandingkan dengan ibu hamil trimester I. Setelah dikontrol dengan variabel risiko KEK. ibu hamil trimester II berpeluang menderita anemia gizi 1,2 kali dibandingkan dengan usia kehamilan trimester I. Selain itu dari hasil penelitian Ngare dan Neuman pada 148 wanita hamil di Kenya pada tahun 1998 yang berjudulpredictors of Low Birthweigt at The Community Level menyimpulkan bahwa faktor - faktor risiko terjadinya BBLR antara lain, ukuran BMI, LILA, kadar Hb dan food intake. Bila intake zat gizi kurang memadai maka akan meningkatkan risiko terjadinya BBLR. Di Indonesia pada umumnya kadar hb yang kurang disebabkan oleh kekurangan zat besi. Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel maupun tubuh maupun sel otak. Kadar hb yang tidak normal dapat mengakibatkan kematian janin dalan kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR, kadar hb tidak normal pada bayi yang dilahirkan, hal ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian perinatal yang lebih tinggi. Pada ibu hamil dengan kadar Hb yang tidak normal dapat meningkatkan resiko morbiditas maupun mortalitas pada ibu dan bayi serta melahirkan bayi BBLR dan premature juga lebih besar (kristyanasari, 2010) Dalam Millenium Development Goals (2005) telah disebutkan pada goal ke 4 bahwa tantangan yang dihadapi untuk dapat menurunkan prevalensi BBLR dan pada goal ke 5 adalah meningkatkan kesehatan ibu dengan cara memperbaiki perilakukeluarga dan masyarakat, terutama perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) selama masa kehamilan seperti menghindari paparan asap rokok pada wanita hamil Penyebab BBLR adalah riwayat prematur dan BBLR sebelumnya, faktor janin dan plasenta, usia ibu, paritas, pekerjaan ibu, status gizi, penyakit ibu seperti malaria, anemia,

3 sipilis, TORCH (toxoplasma, rubella, Cyto Megalo Virus/ CMV, herpes), dan komplikasi pada kehamilan (perdarahan anterpartum, pre-eklamsia). Penyebab lainnya yaitu faktor pengetahuan, pendidikan, perilaku ibu hamil seperti perokok pasif dan aktif, pengguna narkoba, alcohol, faktor lingkungan tempat tinggal sekitar dan paparan zat-zat yang beracun (Chen, 2008) Tiga penyebab kematian bayi baru lahir di Indonesia yaitu Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) sekitar 29 %, pernafasan tersumbat atau asfiksia 27 % dan tetanus sekitar 10 %. Selebihnya adalah infeksi sebanyak 5 %, gangguan hematologis 6 %, masalah pemberian makanan 10 % serta lain-lain sekitar 13 % (Rosdiana, 2007). BBLR beresiko 40 kali memgalami kematian. Komplikasi yang ditimbulkan antara lain yaitu hipotermia, hipoglikemia, gangguan cairan dan elektrolit, paten duktus arteriosus, infeksi, perdarahan intraventrikuler, dan apnoe. Selanjutnya dari komplikasi tersebut akan mengalami gangguan pekembangan dan pertumbuhan, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, penyakit paru kronis yang mengakibatkan peningkatan mortalitas serta tingginya biaya perawatan yang dibutuhkan (WHO, 2007) Pada tahun 2002-2003 sekitar 57% kematian bayi terjadi pada bayi yang berumur dibawah 1 tahun yang utmanya disebabkan oleh gangguan perinatal dan bayi berat lahir rendah, di samping gangguan pada masa perinatal, tingginya angka kematin pada bayi juga di sebabkan oleh infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), diare, malaria, campak dan gizi rendah yang masih merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Menurut perkiraan, setiap tahunnya sekitar 400.000 bayi lahir dengan berat rendah (Men.Kes. R.I. 2004) B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi rumusan masalah penelitian ini adalah : 1. Apakah ada hubungan antara paparan asap rokok dengan terjadinya BBLR? 2. Apakah ada hubungan antara status gizi ibu hamil dengan terjadinya BBLR? 3. Apakah ada hubungan antara anemia pada ibu hamil dengan terjadinya BBLR?

4 C. Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisa atau mengetahui pengaruh paparan asap rokok, status gizi, dan anemia pada ibu hamil terhadap kejadian Berat Lahir Rendah Bayi di Yogyakarta. Sedangkan tujuan khususnya yaitu mengetahui seberapa besar pengaruh paparan asap rokok, status gizi dan anemia pada ibu hamil terhadap kejadian BBLR. D. Manfaat Penelitian 1. Praktis, sebagai sumber informasi bagi penentu kebijakan dalam upaya meningkatkan program pelayanan dan penanganan ibu hamil yang terpapar asap rokok dengan anemia dan status gizi yang kurang baik agar kejadian BBLR dapat diturunkan. 2. Teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan informasi tentang pengaruh asap rokok dengan anemia dan status gizi yang kurang baik dengan kejadian BBLR. E. Keaslian Penelitian 1. Irnawati dkk.(2011), dalam penelitinnya yang berjudul ibu hamil perokok pasif sebagai faktor risiko bayi berat lahir rendah mengatakan bahwa hasil penelitian menggambarkan ibu hamil perokok pasif yang terpapar asap rokok 1-10 batang per hari berisiko 2,4 kali lebih sering untuk terjadinya bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan Ibu hamil yang terpapar asap rokok lebih dari atau sama dengan 11 batang per hari berisiko 3,1 kali lebih sering mengalami BBLR dibanding ibu yang tidak terpapar. Persamaan penelitian yaitu sama-sama meneliti efek paparan asap rokok dengan BBLR. Sedangkan perbedaannya adalah pada tujuannya yaitu mengetahui pengaruh jumlah rokok yang di hisap di dalam rumah terhadap risiko terjadinya BBLR, sedangkan pada penelitian ini adalah si peneliti ingin melihat seberapa besar pengaruh paparan asap rokok terhadap risiko terjadinya BBLR. 2. Sirajuddi dkk. (2011), dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Paparan Asap Rokok Terhadap Kejadian Berat Badan Lahir Bayi di Sulawesi Selatan mengatakan bahwa berdasarkan hasil penelitian jika jumlah batang rokok yang diisap > 25 batang/hari maka risiko kejadian BBLR > 1. Artinya adalah jika seseorang merokok

5 > 1 bungkus sehari maka sudah dapat menyebabkan berat lahir bayi < 2500 gram. Persamaannya adalah sama-sama meneliti efek paparan asap rokok dan kejadian BBLR, sedangkan perbedaannya adalah pada metodenya yaitu cross sectional, sedangkan pada penelitian ini metodenya menggunakan case control 3. Mustika dkk. (2005), dalam penelitiannya yang berjudul Kurang Energi Kronis dan Anemia Ibu Hamil Sebagai Faktor Risiko Kejadian Berat Bayi Lahir Rendah di Kota Mataram Kota Nusa Tenggara Barat mengatakan bahwa pada kelompok umur berisiko yang terpapar KEK yang melahirkan BBLR berjumlah 17 orang (54,8%) dan non BBLR sebanyak 13 orang (39,4%), sedangkan yang tidak terpapar KEK berjumlah 14 orang (45,2%) dan 20 orang (60,6%). Umur berisiko terpapar KEK 1,87 kali lebih besar melahirkan bayi BBLR dari pada yang tidak terpapar KEK. Persamaannya yaitu sama-sama meneliti faktor risiko KEK dengan kejadian BBLR. Sedangkan untuk perbedaannya lokasi berada di Kota Nusa Tenggara Barat, sedangkan pada penelitian ini lokasi berada di Yogyakarta 4. Edwi S., dkk. (1992), pada penelitiannya yang berjudul Risiko Ibu hamil KEK dan Anemia melahirkan Bayi BBLR mengatakan bahwa pada kelompok normal dari 125 bayi yang di lahirkan terdapat 14 bayi BBLR (11,2%), pada ibu hamil KEK 20,0% dan ibu hamil anemia 8,1% dan pada ibu hamil KEK-Anemia adalah 14,6% bayi BBLR. Persamaannya yaitu sama-sama meneliti status anemia dan KEK pada ibu hamil. Sedangkan perbedaannya adalah pada metode penelitian menggunakan kohort, sedangkan pada penelitian ini menggunakan case control 5. Eddyman W. (2011), pada penelitiannya yang berjudul Hubungan Antara Status Gizi Ibu Berdasarkan Ukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) dengan Berat Badan Lahir Bayi di RSUD Daya Kota Makassar mengatakan status gizi ibu berdasarkan LILA 23,5 cm (77,1%), sedangkan status gizi ibu berdasarkan LILA < 23,5 cm (22,9%). Berat badan lahir bayi 2500 gram (79,7%), dan berat badan lahir bayi < 2500 gram (20,3%). Sehingga dapat di simpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara status gizi ibu berdasarkan ukuran LILA dengan berat badan lahir bayi. Persamaan nyasama-sama meneliti status anemia dan KEK pada ibu hamil. Perbedaannya pada penelitian ini menggunakan metode cross sectional sedangkan si peneliti menggunakan metode case control