STUDI MANAJEMEN ESTAT PADA KAWASAN SUPERBLOK MEGA KUNINGAN, JAKARTA (Studi Kasus: Menara Anugrah dan Bellagio Residences) TUGAS AKHIR

dokumen-dokumen yang mirip
TUGAS AKHIR BAB I PENDAHULUAN

BAB 5 KESIMPULAN dan SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengurangan tingkat..., Arini Yunita, FE UI, Universitas Indonesia

DAMPAK KEBERADAAN PERMUKIMAN SOLO BARU TERHADAP KONDISI EKONOMI, SOSIAL DAN FISIK PERMUKIMAN SEKITARNYA

POLA PERGERAKAN KOMUTER BERDASARKAN PELAYANAN SARANA ANGKUTAN UMUM DI KOTA BARU BUMI SERPONG DAMAI TUGAS AKHIR

BAB VI PENUTUP VI.1. Temuan Studi

KAJIAN PERUBAHAN HARGA LAHAN DI KORIDOR JALAN KASIPAH BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT BERKAITAN DENGAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN GRAHA CANDI GOLF SEMARANG

STUDI KARAKTERISTIK HOUSING CAREER GOLONGAN MASYARAKAT BERPENDAPATAN MENENGAH-RENDAH DI KOTA SEMARANG

ARAHAN PENGATURAN LALU LINTAS PADA PERSIMPANGAN SETYABUDI RAYA POTROSARI SEBAGAI DAMPAK MUNCULNYA PUSAT PERBELANJAAN ADA, BANYUMANIK SEMARANG

SEMARANG. Ngaliyan) Oleh : L2D FAKULTAS

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JENIS PENGGUNAAN LAHAN PESISIR SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: ARI KRISTIANTI L2D

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah sebuah provinsi sekaligus ibu kota 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I.1.

CONDOMINUM DI KAWASAN CENTRAL BUSINESS DISTRICT JAKARTA SELATAN Dengan Penekanan Desain Arsitektur Post-Modern

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. Pemerataan pembangunan yang belum terlaksana di Indonesia menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. pemakaian energi karena sumbernya telah menipis. Krisis lingkungan sangat mempengaruhi disiplin arsitektur di setiap

EVALUASI STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PERUMAHAN MELALUI PENDEKATAN URBAN REDEVELOPMENT DI KAWASAN KEMAYORAN DKI JAKARTA TUGAS AKHIR

STUDI POLA APRESIASI MASYARAKAT TERHADAP PASAR MODERN DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan adalah upaya memajukan, memperbaiki tatanan, meningkatkan

KANTOR SEWA DENGAN TEMA PERKANTORAN TAMAN DI JAKARTA

PENGARUH KEBERADAAN PERUMAHAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA LAHAN DI KECAMATAN CILEDUG TUGAS AKHIR. Oleh : Lisa Masitoh L2D

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. serta implikasi yang berkaitan dengan kajian yang telah dilakukan.

MODEL DINAMIS BANGKITAN DAN TARIKAN PERGERAKAN BERDASARKAN PERKEMBANGAN GUNA LAHAN (STUDI KASUS KOTA SEMARANG) TUGAS AKHIR

KAJIAN KECENDERUNGAN RUANG PUBLIK SIMPANG LIMA KOTA SEMARANG BERKEMBANG SEBAGAI KAWASAN REKREASI BELANJA TUGAS AKHIR

KAJIAN PENERAPAN SISTEM DINAMIS DALAM INTERAKSI TRANSPORTASI DAN GUNA LAHAN KOMERSIAL DI WILAYAH PUSAT KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. persoalan kecenderungan meningkatnya permintaan dan kurangnya penyediaan di

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tantangan Sektor Properti

Makalah Kunci. Peningkatan Kesetaraan Pembangunan Antara Kawasan Perdesaan dan Perkotaan Melalui Pembangunan Kota-Kota Sekunder.

STUDI TINGKAT PEMANFAATAN FASILITAS KOTA DI KOTA BARU BUMI SERPONG DAMAI TUGAS AKHIR

IDENTIFIKASI PENGADAAN RUMAH SWADAYA OLEH MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PEMBANGUNAN PERUMAHAN PONDOK RADEN PATAH TERHADAP PERUBAHAN KONDISI DESA SRIWULAN KECAMATAN SAYUNG DEMAK TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan kegiatan produktif manusia, baik sebagai wadah maupun

KANTOR SEWA DAN APARTEMEN DI JAKARTA SELATAN Penekanan Desain Arsitektur Post-Modern

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang yang merupakan Ibukota Jawa Tengah adalah salah satu

BAB 2 LATAR BELAKANG dan PERUMUSAN PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

HOTEL BINTANG EMPAT DENGAN FASILITAS PERBELANJAAN DAN HIBURAN DIKAWASAN PANTAI MARINA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada saat ini keterbatasan lahan menjadi salah satu permasalahan di Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. pemicu munculnya permasalahan lingkungan baik biotik, sosial, kultural,

KAJIAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DI KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. arah perubahan struktural desa-kota diharapkan dapat berlangsung secara seimbang

KAJIAN KARAKTERISTIK BERLOKASI PEDAGANG KAKI LIMA DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. urbanisasi ini tidak terlepas dari adanya faktor pendorong dan penarik untuk mengadu nasib

PENGARUH PERUBAHAN ARUS LALU LINTAS SATU ARAH TERHADAP KINERJA JARINGAN JALAN DI KAWASAN PUSAT KOTA SAMARINDA

KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA PUBLIK DENGAN AKTIVITAS REKREASI MASYARAKAT PENGHUNI PERUMNAS BANYUMANIK TUGAS AKHIR. Oleh : FAJAR MULATO L2D

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kota Tangerang Selatan merupakan salah satu kota di Provinsi Banten yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. besar, dimana kondisi pusat kota yang demikian padat menyebabkan terjadinya

PENGARUH PEMBANGUNAN KAMPUNG PERKOTAAN TERHADAP KONDISI FISIK LINGKUNGAN PERMUKIMAN DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT

PEMILIHAN LOKASI RUMAH TINGGAL PADA PERUMAHAN MENENGAH DI SURABAYA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Profil PT. Pesona Gerbang Karawang (Grand Taruma) Sumber : PT. Pesona Gerbang Karawang (Grand Taruma)

BAB I PENDAHULUAN. terkait dengan pertumbuhan kota lainnya adalah unsur penduduk.

SEA SIDE MALL PADA KAWASAN WATERFRONT KOTA BENGKALIS-RIAU (Studi Kasus pada Pantai Andam Dewi Bengkalis) Penekanan Desain Arsitektur Morphosis

BAB 1 PENDAHULUAN APARTEMEN DI SEMARANG 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERUMAHAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MODEL BANGKITAN PERJALANAN YANG DITIMBULKAN PERUMAHAN PURI DINAR MAS DI KELURAHAN METESEH KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Latar Belakang Perancangan. Pusat perbelanjaan modern berkembang sangat pesat akhir-akhir ini.

APLIKASI PENATAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG KOTA SESUAI KEBIJAKAN PEMERINTAH. Budiman Arif 1

KAJIAN KARAKTERISTIK BERLOKASI AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PECINAN SEMARANG TUGAS AKHIR

Gambar 5.30 Peta Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai Gambar 5.31 Peta rencana Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai...

KECENDERUNGAN PASAR JOHAR SEBAGAI OBYEK WISATA BELANJA DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

Perilaku Pergerakan Masyarakat Perkotaan Dalam Proses Urbanisasi Wilayah di Kabupaten Tegal TUGAS AKHIR. Oleh: TITI RATA L2D

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan Perumahan bagi Penduduk Jakarta

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

EVALUASI PELETAKAN TERMINAL BANYUMANIK DAN TERMINAL PENGGARON DALAM MENDUKUNG SISTEM AKTIVITAS SEKITAR TUGAS AKHIR

KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DI KECAMATAN UMBULHARJO, KOTA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. perlunya perumahan dan pemukiman telah diarahkan pula oleh Undang-undang Republik

RENTAL OFFICE DI DEPOK

BAB I PENDAHULUAN. lemahnya perencanaan dan kontrol membuat permasalahan transportasi menjadi

I. PENDAHULUAN. mempengaruhi tumbuh dan kembangnya pembangunan suatu kota, disamping faktor-faktor lain. Jumlah penduduk yang cenderung hidup di

KONDOMINIUM BAB I PENDAHULUAN

ALTERNATIF BENTUK PENATAAN WILAYAH DI KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR

ARAHAN PENYEDIAAN RUANG PEJALAN KAKI DI KAWASAN ALUN-ALUN LOR KOTA SURAKARTA TUGAS AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah maka akan bertambah pula taraf hidup masyarakat di daerah tersebut. Hal

PRIORITAS PENANGANAN PERMASALAHAN TRANSPORTASI PADA JALAN ARTERI PRIMER DI KOTA PEKALONGAN TUGAS AKHIR. Oleh : TRI AJI PEFRIDIYONO L2D

BAB I PENDAHULUAN. Feri Susanty Spesial, Tahun 2007, 6). Populasi dan permintaan penduduk terhadap hunian yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan Isu Perkembangan Properti di DIY

MODEL RUTE ANGKUTAN UMUM PENUMPANG DENGAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) (Studi Kasus: Kota Semarang) TUGAS AKHIR

BAB I PENGANTAR. kebutuhan akan perumahan sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia. Undangundang

KINERJA PENGENDALIAN PEMANFAATAN LAHAN RAWA DI KOTA PALEMBANG TUGAS AKHIR. Oleh: ENDANG FEBRIANA L2D

PERAN DEVELOPER DALAM PENYEDIAAN RUMAH SEDERHANA DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: IKE ISNAWATI L2D

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Latar Belakang Proyek. Angka pertambahan penduduk yang tinggi dan perkembangan pesat di

IDENTIFIKASI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN JALAN DAN SALURAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN KUMUH DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN. Dibandingkan kawasan lain di Jabotabek seperti Bekasi, Tangerang, Depok,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN PELABUHAN TANGLOK GUNA MENDUKUNG PENGEMBANGAN SEKTOR EKONOMI DI KABUPATEN SAMPANG TUGAS AKHIR (TKP 481)

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara lain seperti kawasan Eropa, Kanada, Australia, Hongkong, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sistem transportasi merupakan prasarana dan sarana yang

Transkripsi:

STUDI MANAJEMEN ESTAT PADA KAWASAN SUPERBLOK MEGA KUNINGAN, JAKARTA (Studi Kasus: Menara Anugrah dan Bellagio Residences) TUGAS AKHIR Oleh: DIAN RETNO ASTUTI L2D 004 306 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2008

ABSTRAK Kota Jakarta merupakan salah satu kota besar yang memiliki perkembangan sangat dinamis. Berkaitan dengan karakteristik lahan yang terbatas, dinamika perkembangan aktivitas di kawasan perkotaan menimbulkan persaingan antar penggunaan lahan. Dewasa ini sedang marak dikembangkan kawasankawasan terpadu dengan berbasis konsep pembangunan secara vertikal, namun dalam pengembangannya, suatu kawasan superblok seringkali tidak disertai dengan sistem pengelolaan yang tepat, dalam hal ini yaitu yang disebut dengan manajemen estat kawasan superblok. Tidak jelasnya penerapan manajemen estat dalam pengembangan sebuah properti akan mengakibatkan ketidakteraturan dalam pengelolaan antar fungsi bangunan yang terdapat dalam sebuah superblok, sehingga muncul permasalahan permasalahan yang beresiko bagi penghuni dan menurunnya nilai dari properti. Kawasan Mega Kuningan merupakan kawasan superblok berkembang di kawasan Jakarta Selatan dan menerapkan manajemen estat dalam pengelolaan kawasannya, selain itu Mega Kuningan memiliki letak yang strategis dalam kaitannya dengan pusat pengembangan kawasan, dimana hampir 70% pembangunan properti berada pada kawasan Jakarta Selatan. Studi ini bertujuan untuk menemukenali karakteristik manajemen estat pada kawasan superblok Mega Kuningan,Jakarta. Wilayah studi pada penelitian ini terdiri atas Superblok Mega Kuningan sebagai wilayah studi makro serta wilayah studi mikro yang meliputi Menara Anugrah dan Bellagio Residences. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu mixed method, yang terdiri atas deskriptif kualitatif dan metode kuantitatif dengan teknik analisis skoring likert. Metode deskriptif kualitatif digunakan pada analisis karakteristik superblok Mega Kuningan, analisis manajemen estat kawasan, analisis implementasi manajemen estat pada masing masing fungsi bangunan dan analisis manajemen estat Kawasan Mega Kuningan, Jakarta. Metode skoring likert digunakan pada subanalisis penilaian penghuni terhadap pelaksanaan manajemen estat pada analisis implementasi manajemen estat pada fungsi bangunan yang ada pada Kawasan Mega Kuningan. Output yang dihasilkan dari analisis kararkteristik superblok Mega Kuningan adalah penerapan konsep bangunan vertikal pada bangunan yang terdapat pada Kawasan Mega Kuningan, dimana dalam pembangunannya sangat memperhatikan aspek aspek fisik dan non fisik terkait dengan kenyamanan penghuni kawasan Mega Kuningan, berdasarkan analisis manajemen estat kawasan, output yang diperoleh yaitu manajemen estat kawasan bersifat koordinatif dan hanya melakukan pengelolaan di luar gedung saja, sedangkan berdasarkan analisis implementasi diketahui bahwa lingkup kerja pada Menara Anugrah dan Bellagio berada pada tingkat indeks baik, yaitu 2,6 untuk Menara Anugrah dan 2,4 untuk Bellagio Residences, adapun yang menjadi responden dalam wawancara adalah pengelola kawasan dan divisi manajemen, sedangkan untuk kuesioner, responden adalah penghuni Menara Anugrah dan Bellagio Residences. Kesimpulan yang diambildalam penelitian ini yaitu bahwa karakteristik Manajemen estat pada kawasan Superblok Mega Kuningan dibedakan sesuai dengan lingkup wilayahnya, yang terbagi atas manajemen estat kawasan dan manajemen gedung untuk masing masing fungsi bangunan yang ada di Kawasan Mega Kuningan, dimana manajemen estat kawasan bersifat koordinatif dan mengelola aspekaspek di luar gedung, sedangkan untuk manajemen gedung pada tiap fungsi bangunan memiliki konsep manajemen yang berbeda sesuai dengan kondisi dan peruntukkan bangunan properti. Keyword : Manajemen Estat, Kawasan Superblok, Mega Kuningan

1 BAB I PENDAHULUAN 1.12 Latar Belakang Perkembangan suatu kota pada prinsipnya tidak akan pernah terlepas dari perkembangan fisik dan peningkatan kualitas sosial ekonomi maupun peranan pemerintah kota di dalamnya (Verdiyansyah, 2006:157). Masalah utama yang kerap muncul dalam sebuah kota yang sedang berkembang adalah terjadinya pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi. Darrundono, pemerhati masalah perkotaan dalam Politik Kota dan Hak Warga Kota (2006:165) menyatakan bahwa penyebab utama pertumbuhan penduduk pada suatu kota adalah terjadinya urbanisasi. Menerima urbanisasi berarti menerima pendatang dengan latar belakang yang berbeda beda, disebutkan bahwa kota kota menawarkan alternatif dan kesempatan, dengan kata lain, urbanisasi merupakan fenomena global yang membawa resiko bagi suatu kota yang sedang berkembang, dikarenakan kawasan perkotaan merupakan suatu lokasi yang dipandang paling efisien dan efektif untuk kegiatan produktivitas, hal ini sehubungan dengan ketersediaan sarana prasarana, terbukanya kesempatan kerja dan ketersediaan modal. Fenomena urbanisasi ini selanjutnya membawa tuntutan terhadap kawasan perkotaan agar dapat berfungsi secara lebih efisien, namun jumlah penduduk dan kebutuhan masyarakat urban yang semakin meningkat menyebabkan permasalahan keterbatasan dalam penyediaan lahan sebagai wadah ruang aktivitas masyarakat. Belum lagi peranan kota yang semakin meningkat yang diikuti dengan peningkatan ekonomi kota pada akhirnya mengakibatkan terjadinya ketidakseimbangan perkembangan antar kawasan dan tidak meratanya pusat pusat pelayanan untuk masyarakat. Kota yang berkembang dapat tercermin di dalam struktur keruangan dan pola sebaran guna lahan di kawasan perkotaan. Secara tidak langsung, daerah daerah perkotaan di Indonesia telah berkembang sebagai bagian dari sistem kota kota global sebagai akibat perkembangan jaringan transportasi dan komunikasi yang sangat maju. Secara fisik, proses globalisasi tersebut memacu peningkatan kegiatan pembangunan kota dalam bentuk pembangunan baru berskala besar, misalnya pembangunan gedung multi fungsi, superblok, pembangunan real estate dan munculnya kota kota baru di wilayah suburban. Guna lahan campuran (mixed use) dijumpai di mana mana, tidak hanya di pusat pusat komersial dengan nilai lahan tinggi, tetapi juga di kawasan pinggiran yang relatif masih belum intensif tingkat perkembangannya. Selain itu, masalah keterbatasan lahan di kawasan perkotaan, mengharuskan pembangunan dilakukan secara vertikal, hal ini bertujuan 1

2 untuk memaksimalkan pemanfaatan lahan yang ada. Terkait dengan adanya berbagai permasalahan yang muncul pada kawasan perkotaan yang sedang berkembang, selanjutnya pemerintah dituntut untuk dapat merencanakan suatu kawasan multifungsi yang terpadu dan efisien. Kota Jakarta merupakan salah satu kota besar dari beberapa kota besar di seluruh dunia yang mempunyai perkembangan sangat dinamis. Permasalahan utama yang dihadapi kota Jakarta dimulai ketika sekitar tahun 1970 an, dimana kota Jakarta berkembang menjadi sebuah kota besar. Kota Jakarta berawal sebagai sebuah kota pelabuhan dan berubah menjadi pusat segala aktivitas industri, bisnis dan pemerintahan. Dalam 10 tahun terakhir, tata guna lahan di Jakarta dan sekitarnya mengalami transformasi sangat pesat (Susantono dalam Verdiyansyah, 2006:181). Perkembangan kota Jakarta pada akhirnya tidak dapat dibatasi oleh batas administrasi, bahkan sudah menyambung dengan wilayah kota di sekitarnya seperti Bogor, Tangerang dan Bekasi yang membentuk wilayah perkotaan (urbanized area). Seiring dengan perkembangan dunia ekonomi, sosial dan politik pada saat ini, maka makin terasa bahwa Kota Jakarta sudah tidak mampu lagi menampung kegiatan sosial, ekonomi, budaya dan politik dalam satu wadah (Dewanto dalam Verdiyansyah, 2006:162). Ditambah lagi, dengan jumlah arus urbanisasi yang mencapai angka rata rata 200 250 orang tiap tahunnya mengakibatkan Kota Jakarta semakin penuh (http://www.propertynbank.com), untuk itulah perlu dikembangkan suatu pemikiran baru untuk mencari solusi dari permasalan yang muncul Berkaitan dengan karakteristik lahan yang terbatas, dinamika perkembangan kegiatan di kawasan perkotaan menimbulkan persaingan antar penggunaan lahan yang mengarah pada terjadinya perubahan penggunaan lahan dengan intensitas yang semakin tinggi. Pesatnya pembangunan di Kota Jakarta kemudian mengakibatkan bertambahnya kebutuhan masyarakat urban, termasuk kebutuhan akan sumberdaya lahan. Pertumbuhan kawasan yang cepat kemudian juga membawa pengaruh terhadap perubahan gaya hidup (life style) masyarakat urban, dalam kaitan dengan munculnya berbagai kendala dari perkembangan kota, properti bagi sebuah kota menjadi sumber kekuatan karena diharapkan bisa menjadi solusi bagi persoalan perkotaan. Selain itu, pembangunan properti di Jakarta juga dipengaruhi oleh semakin meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan kondisi politik Kota Jakarta. Berdasarkan teori ekonomi, nilai suatu properti banyak ditentukan oleh permintaan dan penawaran, adanya substansi terhadap properti yang bersangkutan, keseimbangan, dan adanya eksternalitas baik yang bersifat positif maupun negatif (Resmi, 2003:15). Konsep superblok merupakan langkah awal untuk menata pembangunan properti di Jakarta dalam ruang yang terkecil, sehingga bisa menciptakan keserasian dengan konsep Rencana Induk Ibu kota, dengan memperbanyak pengembangan kawasan superblok maka pola pengembangan properti di Jakarta bisa lebih terkendali dan tertata untuk tujuan tertib tata ruang. Ditinjau dari sisi

3 konsep, sebenarnya konsep superblok atau mixed use development merupakan suatu alternatif terhadap beban lalu lintas dan kemacetan yang semakin buruk di Jakarta. Suatu kompleks superblok di dalamnya terhimpun beberapa fungsi properti dalam satu kawasan. Misalnya fungsi permukiman atau tempat tinggal yang kemungkinan berbaur dengan pusat perbelanjaan atau bahkan perkantoran, karena semua aktivitas dapat dijangkau dalam jarak dan waktu yang tidak terlalu jauh sehingga beban kemacetan tidak perlu dikhawatirkan, namun pada kenyataannya beban kemacetan masih juga terjadi di sebagian besar titik titik di CBD (Central Business District) Jakarta. Solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah perlu adanya suatu pendekatan dalam pengembangan proyek superblok. Berdasarkan pemikiran tersebut kemudian dapat disimpulkan bahwa yang menjadi pertimbangan utama dalam mengembangkan suatu kawasan superblok yaitu adanya suatu sistem pengelolaan yang jelas yang kemudian dapat menjadi penyeimbang antara kebijakan pemerintah dan keinginan pihak swasta (pengembang) dalam pembangunan dan pengembangan kawasan superblok. Kawasan Mega Kuningan adalah salah satu konsep kawasan superblok yang dikembangkan di Kota Jakarta. Superblok Mega Kuningan terletak pada kawasan segitiga emas Kuningan yang menjadi pusat bisnis di wilayah Jakarta Selatan, dimana 70% pembangunan properti berada pada wilayah Jakarta Selasan. Pemilihan Kawasan Mega Kuningan sebagai wilayah studi yaitu didasarkan pada lokasi kawasan Mega Kuningan yang sangat strategis dalam kaitannya dengan fungsi kawasan sebagai pusat kegiatan utama, selain itu Kawasan Mega Kuningan merupakan kawasan properti berkonsep superblok yang paling berkembang dibandingkan dengan superblok lainnya yang ada di wilayah Jakarta Selatan (http://www.sinarharapan.co.id/berita). Konsep yang diangkat oleh superblok Mega Kuningan yaitu menggabungkan antara fungsi komersial, perkantoran, diplomatik dan hunian dalam satu kawasan. Keberadaan superblok Mega Kuningan diharapkan dapat menjadi solusi dari berbagai permasalahan yang timbul di Kota Jakarta, khususnya permasalahan kemacetan dan permintaan akan ruang aktivitas pada wilayah Jakarta Selatan. Pengembang tidak hanya terfokus pada pembangunan fisik, namun juga memperhatikan permasalahan pengelolaan kawasan dalam mengembangkan kawasan Mega Kuningan. Kualitas properti ditentukan oleh bagaimana pengembangan kawasan properti tersebut dan bagaimana pengelolaan kawasannya. elayanan terhadap pembeli produk properti tak berhenti hanya sampai serah terima produk dari pengembang ke pembeli. Hal yang patut dipertimbangkan para pemilik atau pengelola superblok di sini adalah melakukan sinergi konstruktif dan manajemen pengelolaan yang baik. Sinergi bisa dilakukan dengan cara saling mengisi kebutuhan superblok, saling memberi akses jalan sehingga lalu lintas lebih lancar. Urusan pengelolaan lingkungan di suatu kawasan estat merupakan hal yang sangat penting. Tanpa adanya penanganan yang sungguh sungguh dan