MEKANISME PENGANGGARAN BELANJA HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL

dokumen-dokumen yang mirip
MEKANISME PENGANGGARAN BELANJA HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 23 TAHUN 2016

BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 47 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA SALINAN

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI FLORES TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN BUPATI FLORES TIMUR NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG MEKANISME PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL

WALIKOTA SURABAYA SALINAN

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

PERMENDAGRI NOMOR 32 TAHUN 2011 PERMENDAGRI NOMOR 39 TAHUN 2012 PERMENDAGRI NOMOR 14 TAHUN 2016

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA SOLOK NOMOR : 23 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI SUMBA TIMUR NOMOR 216 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA DAN MEKANISME PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL DI KABUPATEN SUMBA TIMUR

PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 10 TAHUN 2014

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

GUBERNUR RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 50 TAHUN 2011

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 25 TAHUN 2016 TENTANG


WALIKOTA PADANG PANJANG

BUPATI PACITAN PROVINSI JAWA TIMUR

SALINAN. 3. Undang-Undang...

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 21 TAHUN 2016

BUPATI BARITO UTARAA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 8.C TAHUN 2014 TENTANG

PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR SUMATERA BARAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 39 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGANGGARAN, PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN, PERTANGGUNGJAWABAN DAN PELAPORAN

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 02 B TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PASER PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL PEMERINTAH KABUPATEN PASER

GUBERNUR KALIANTAN SELATAN PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 060 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI LABUHANBATU UTARA PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI LABUHANBATU UTARA NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 92 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI,

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 64 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN BELANJA HIBAH DAN BELANJA BANTUAN SOSIAL BUPATI MALANG,

BUPATI POLEWALI MANDAR

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2014

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KOTABARU NOMOR TAHUN 2017 TENTANG

PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BENGKULU SELATAN

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA METRO,

SERTA MONITORIMANTAN BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG

- 1 - BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 49 TAHUN 2011

PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG

- 1 - BUPATI TABALONG BUPATI TABALONG PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TABALONG NOMOR TAHUN 2016

BUPATI SAMPANG PERATURAN BUPATI SAMPANG NOMOR 34A TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 108 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI LIMA PULUH KOTA

BUPATI CIANJUR PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIANJUR NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI BELITUNG TIMUR

TINJAUAN HUKUM PENGELOLAAN DANA BANTUAN SOSIAL YANG BERSUMBER DARI APBD

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 7 TAHUN /2009 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA SALINAN

WALIKOTA DUMAI PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA,

PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 62 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR KALIANTAN SELATAN PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 021 TAHUN 2017 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 27 TAHUN 2016 WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK TENTANG

BUPATI BANDUNG BARAT

PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR : 32 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 080 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR 16 TAHUN 2016

BUPATI TRENGGALEK PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 42

PERATURAN WALIKOTA SERANG NOMOR

PROVINSI JAWA BARAT WALIKOTA CIMAHI,

N O M O R 12 T A H U N

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8B TAHUN 2012 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

Transkripsi:

MEKANISME PENGANGGARAN BELANJA HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL 1. KETENTUAN UMUM a. Definisi (1) Hibah `adalah pemberian uang/barang atau jasa kepada pemerintah pusat, Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah, Badan, Lembaga dan Organisasi Kemasyarakatan yang berbadan hukum Indonesia, yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukkannya, bersifat tidak wajib dan tidak mengikat, serta tidak secara terus menerus yang bertujuan untuk menunjang penyelenggaraan urusan pemerintah daerah (2) Bantuan sosial adalah pemberian bantuan berupa uang/barang dari pemerintah daerah kepada individu, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat yang sifatnya tidak secara terus menerus dan selektif yang bertujuan untuk melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial. b. Ketentuan Penganggaran belanja hibah (1) Pemberian hibah dilakukan sesuai kemampuan keuangan daerah. (2) Pemberian hibah dilakukan setelah memprioritaskan pemenuhan belanja urusan wajib. (3) Pemberian hibah ditujukan untuk menunjang pencapaian sasaran program dan kegiatan pemerintah daerah sesuai urgensi dan kepentingan daerah dalam mendukung terselenggaranya fungsi pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan, rasionalitas, dan manfaat untuk masyarakat. (4) Asas Keadilan adalah keseimbangan distribusi pemberian hibah. (5) Asas Kepatutan adalah tindakan atau suatu sikap yang dilakukan secara wajar dan proporsional. (6) Asas Rasionalitas adalah bahwa pemberian hibah harus dapat dinalar dan diterima oleh akal pikiran. (7) Asas manfaat untuk masyarakat adalah bahwa pemberian hibah diutamakan untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat. 2. PERSYARATAN ADMINISTRASI USULAN BELANJA HIBAH (1) Pemerintah Pusat, Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah, badan dan lembaga, serta organisasi kemasyarakatan yang berbadan hukum Indonesia dilengkapi proposal. (2) Hibah kepada masyarakat (kelompok orang) diberikan dengan persyaratan paling sedikit: a. memiliki kepengurusan yang jelas; dan b. memiliki surat keterangan domisili dari lurah; c. memiliki sekretariat/kantor yang berkedudukan dalam wilayah Kota Bekasi; d. tidak terjadi konflik internal; e. memiliki dan/atau menguasai tanah yang sah apabila kegiatan yang diajukan merupakan pekerjaan konstruksi; f. memiliki rekening bank atas nama badan/lembaga. (3) Hibah kepada organisasi kemasyarakatan diberikan dengan persyaratan paling sedikit: a. telah terdaftar pada kementerian yang membidangi urusan hukum dan hak asasi manusia paling singkat 3 (tiga) tahun, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan; b. berkedudukan dalam wilayah Kota Bekasi; c. memiliki sekretariat tetap; 1

d. tidak terjadi konflik internal; e. memiliki dan/atau menguasai tanah yang sah apabila kegiatan yang diajukan merupakan pekerjaan konstruksi; (4) Proposal untuk permohonan hibah berupa uang paling sedikit memuat : dan permasalahan-permasalahan yang melatar belakangi dilaksanakannya kegiatan dan diajukannya usulan hibah oleh calon penerima hibah; b. maksud dan tujuan, berisi uraian tentang maksud dan tujuan dilaksanakannya kegiatan yang akan dibiayai oleh dana hibah; c. susunan kepengurusan (badan/lembaga/organisasi kemasyarakatan), berisi uraian tentang susunan pengurus dari badan/lembaga/organisasi kemasyarakatan yang mengajukan usulan hibah; d. domisili sekretariat (badan/lembaga/organisasi kemasyarakatan), berisi uraian tentang keberadaan/alamat sekretariat dari badan/lembaga/organisasi kemasyarakatan yang mengajukan usulan hibah dan nomor telepon yang dapat dihubungi sewaktu-waktu apabila dibutuhkan; e. bentuk kegiatan, berisi uraian tentang kegiatan yang akan dilaksanakan oleh calon penerima hibah; f. jadwal pelaksanaan kegiatan, berisi uraian tentang waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh calon penerima hibah; g. Rincian Kebutuhan Anggaran/Rencana Anggaran Biaya, berisi uraian tentang perhitungan mengenai kebutuhan biaya pelaksanaan kegiatan termasuk rincian kebutuhan bahan dan peralatan serta kebutuhan lainnya; h. tanda tangan dan nama lengkap calon penerima hibah (pimpinan/ketua) serta stempel/cap organisasi/lembaga dan diketahui oleh RT/RW, Lurah dan Camat setempat dengan membubuhi tandatangan serta cap RT/RW,Lurah dan Camat, kecuali untuk badan/lembaga/organisasi yang dibentuk berdasarkan perundang-undangan.tanda tangan dan nama lengkap calon penerima hibah (pimpinan/ketua) serta stempel/cap organisasi/lembaga dan diketahui oleh RT/RW, Lurah dan Camat setempat dengan membubuhi tandatangan serta cap RT/RW,Lurah dan Camat, kecuali untuk badan/lembaga/organisasi yang dibentuk berdasarkan perundang-undangan. (5) Proposal untuk permohonan hibah berupa barang paling sedikit memuat : dan permasalahan-permasalahan yang melatar belakangi diajukannya usulan hibah oleh calon penerima hibah; permohonan hibah oleh calon penerima hibah kepada Pemerintah Kota Bekasi; c. susunan kepengurusan (badan/lembaga/organisasi kemasyarakatan), berisi uraian tentang susunan pengurus dari badan/lembaga/organisasi kemasyarakatan yang mengajukan usulan hibah; d. domisili sekretariat (badan/lembaga/organisasi kemasyarakatan), berisi uraian tentang keberadaan/alamat sekretariat dari badan/lembaga/organisasi kemasyarakatan yang mengajukan usulan hibah dan nomor telepon yang dapat dihubungi sewaktu-waktu apabila dibutuhkan; e. jenis dan jumlah barang yang dimohon, berisi uraian tentang jenis dan jumlah barang yang dimohon oleh calon penerima hibah kepada Pemerintah Kota Bekasi; f. tanda tangan dan nama lengkap calon penerima hibah (pimpinan/ketua) serta stempel/cap badan/lembaga/organisasi kemasyarakatan dan diketahui oleh RT/RW, Lurah dan Camat setempat dengan membubuhi tandatangan serta cap RT/RW,Lurah dan Camat, kecuali untuk badan/lembaga/organisasi yang dibentuk berdasarkan perundangundangan. 2

3. PERSYARATAN ADMINISTRASI USULAN BELANJA BANTUAN SOSIAL (1) Permohonan tertulis kepada walikota, dilaksanakan dengan ketentuan : a. bagi lembaga non pemerintah, dibubuhi cap dan ditandatangani oleh ketua dan sekretaris atau sebutan lain; dan b. bagi individu, keluarga dan/atau masyarakat ditandatangani oleh pemohon dan diketahui Ketua RT/RW setempat dengan membubuhi tandatangan serta cap RT/RW. (2) Permohonan tertulis bagi lembaga non pemerintah untuk bantuan sosial berupa uang paling sedikit memuat : dan permasalahan-permasalahan yang melatarbelakangi dilaksanakannya kegiatan dan diajukannya usulan bantuan sosial oleh calon penerima bantuan sosial ; usulan bantuan sosial oleh calon penerima bantuan sosial; c. susunan kepengurusan (kelompok masyarakat/lembaga non pemerintahan), berisi uraian tentang susunan pengurus dari kelompok masyarakat/lembaga non pemerintahan yang mengajukan usulan bantuan sosial; d. domisili kelompok masyarakat/lembaga non pemerintahan, berisi uraian tentang keberadaan/alamat dari kelompok masyarakat/lembaga non pemerintahan yang mengajukan usulan bantuan sosial dan nomor telepon yang dapat dihubungi sewaktu-waktu apabila dibutuhkan; e. data umum organisasi/lembaga; f. bentuk kegiatan/rencana penggunaan dana, berisi uraian tentang kegiatan yang akan dilaksanakan oleh calon penerima bantuan sosial atau rencana penggunaan dana oleh calon penerima bantuan sosial; g. Rincian Kebutuhan Anggaran/Rencana Anggaran Biaya, berisi uraian tentang perhitungan mengenai biaya yang dibutuhkan termasuk rincian kebutuhan bahan dan peralatan serta kebutuhan lainnya; h. tanda tangan dan nama lengkap calon penerima bantuan sosial (pimpinan/ketua) serta stempel/cap organisasi/lembaga (bagi kelompok masyarakat) atau tanda tangan/cap jari bagi yang tidak mampu tanda tangan/cap jari bagi yang tidak mampu tanda tangan dan nama lengkap calon penerima bantuan sosial (bagi anggota masyarakat) dan diketahui oleh RT/RW, Lurah dan Camat setempat dengan membubuhi tandatangan serta cap RT/RW, Lurah dan Camat. (3) Permohonan tertulis bagi lembaga non pemerintah untuk bantuan sosial berupa barang paling sedikit memuat : a. latar belakang, berisi uraian tentang gambaran umum mengenai faktafakta dan permasalahan-permasalahan yang melatarbelakangi dilaksanakannya kegiatan dan diajukannya usulan bantuan sosial oleh calon penerima bantuan sosial ; usulan bantuan sosial oleh calon penerima bantuan sosial; c. susunan kepengurusan (kelompok masyarakat/lembaga non pemerintahan), berisi uraian tentang susunan pengurus dari kelompok masyarakat/lembaga non pemerintahan yang mengajukan usulan bantuan sosial; d. domisili kelompok masyarakat/lembaga non pemerintahan, berisi uraian tentang keberadaan/alamat dari kelompok masyarakat/lembaga non 3

pemerintahan yang mengajukan usulan bantuan sosial dan nomor telepon yang dapat dihubungi sewaktu-waktu apabila dibutuhkan; e. data umum organisasi/lembaga; f. jenis dan barang yang dimohon, berisi uraian tentang jenis dan barang yang dimohon oleh calon penerima bantuan sosial; g. tanda tangan dan nama lengkap calon penerima bantuan sosial (pimpinan/ketua) serta stempel/cap organisasi/lembaga (bagi kelompok masyarakat) atau tanda tangan/cap jari bagi yang tidak mampu tanda tangan/cap jari bagi yang tidak mampu tanda tangan dan nama lengkap calon penerima bantuan sosial (bagi anggota masyarakat) dan diketahui oleh RT/RW, Lurah dan Camat setempat dengan membubuhi tandatangan serta cap RT/RW, Lurah dan Camat. (4) Permohonan tertulis bagi individu, keluarga dan/atau masyarakat, paling sedikit memuat informasi tentang : a. maksud dan tujuan penggunaan; b. jumlah Bantuan Sosial yang dimohonkan; c. identitas lengkap Penerima Belanja Bantuan Sosial, terdiri atas : 1. nama lengkap; 2. tempat/tanggal lahir; 3. alamat lengkap; 4. nomor KTP; 5. pekerjaan/aktivitas; 6. status perkawinan; dan 7. nomor rekening bank. d. salinan/fotocopy nomor rekening atas nama Penerima Belanja Bantuan Sosial; dan e. salinan /fotocopy KTP yang masih berlaku. 4. PERSYARATAN SUBTANSI USULAN BELANJA HIBAH Secara subtansi proposal usulan belanja hibah harus berbentuk kegiatan (bukan operasional) yang dapat menunjang capaian program dari SKPD yang ada dilingkungan Pemerintah Kota Bekasi. Sebagai gambaran, terlampir daftar program dari SKPD yang ada dilingkungan Pemerintah Kota Bekasi. 5. PERSYARATAN SUBTANSI USULAN BELANJA BANTUAN SOSIAL Secara subtansi proposal usulan bantuan sosial ditujukan untuk: a. rehabilitasi sosial; ditujukan untuk memulihkan dan mengembangkan kemampuan seseorang yang mengalami disfungsi sosial agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar b. perlindungan sosial; ditujukan untuk mencegah dan menangani resiko dari guncangan dan kerentanan sosial seseorang, keluarga, kelompok masyarakat agar kelangsungan hidupnya dapat dipenuhi sesuai dengan kebutuhan dasar minimal. 4

c. pemberdayaan sosial; ditujukan untuk menjadikan seseorang atau kelompok masyarakat yang mengalami masalah sosial mempunyai daya, sehingga mampu memenuhi kebutuhan dasarnya. d. jaminan sosial; merupakan skema yang melembaga untuk menjamin penerima bantuan agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. e. penanggulangan kemiskinan; dan merupakan kebijakan, program dan kegiatan yang dilakukan terhadap orang, keluarga, kelompok masyarakat yang tidak mempunyai atau mempunyai sumber mata pencaharian dan tidak dapat memenuhi kebutuhan yang layak bagi kemanusiaan. f. penanggulangan bencana merupakan serangkaian upaya yang ditujukan untuk rehabilitasi 6. TAHAPAN PENGANGGARAN BELANJA HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL Sesuai dengan tahapan penyusunan APBD (Murni) berdasarkan Permendagri Nomor 31 Tahun 2016 (1) Penyampaian proposal usulan dari pemohon yang ditujukan kepada Walikota (Minggu I April); (2) Disposisi dan distribusi proposal (Minggu II April); (3) Verifikasi dan Rekomendasi oleh SKPD teknis (Minggu II April s.d. Minggu II Mei); (4) Pertimbangan TAPD (Minggu IV Mei); (5) Pencantuman alokasi belanja hibah dan bantuan sosial dalam KUA-PPAS (Minggu IV Mei) ; (6) Penyampaian KUA-PPAS (Minggu I Juni); (7) Pembahasan dan penetapan KUA-PPAS (Minggu I Juni s.d Minggu IV Juli) ; (8) Pencantuman nama penerima hibah dan bantuan sosial dalam RAPBD (Minggu I Oktober); (9) Pembahasan dan penetapan APBD (Oktober s.d akhir Desember); (10) Penetapan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) (Januari tahun berikutnya); (11) Penetapan daftar nominatif penerima hibah dan bantuan sosial melalui Keputusan Walikota (Januari tahun berikutnya); (12) Proses pencairan Selanjutnya mengenai alur perencanaan dan penganggaran belanja hibah dan bantuan sosial dapat dilihat dalam bagan alur sebagaimana terlampir. 5