SAMPLING AUDIT UNTUK PENGUJIAN TERINCI ATAS SALDO

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 10. Variable Sampling untuk Pengujian Substantif

Audit Siklus Pendapatan

AUDIT II Modul ke: AUDIT SAMPLING UNTUK TEST OF CONTROL & SUBSTANTIF TEST OF TRANSACTION. Afly Yessie, SE, Msi. Fakultas EKONOMI DAN BISNIS

Ekonomi dan Bisnis Akuntnasi S1

MATERIALITAS DAN RISIKO AUDIT

Pengujian Substantif Piutang Usaha

BAB II LANDASAN TEORI

Standar Audit SA 530. Sampling Audit

audit dapat memberikan bukti audit yang cukup untuk mencapai keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material.

RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT

KATA PENGANTAR. penulis mengharapkan adanya masukan dan kritik serta saran yang membangun

Pengauditan 1 Bab VI

Pengujian Substantif Persediaan

SAMPLING AUDIT. SA Seksi 350. Sumber: PSA No. 26

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan sistem informasi dewasa ini menuntut perusahaan-perusahaan

PROSES KONFI RMASI. SA Seksi 330. Sumber: PSA No. 07 PENDAHULUAN DAN KETERTERAPAN

RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT

Pengauditan 1. Bab 11 Sampling Audit dalam Pengujian Substantif. Dosen: Dhyah Setyorini, M.Si.

SA Seksi 326 BUKTI AUDIT. Sumber: PSA No. 07 PENDAHULUAN. 01 Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi:

SAMPLING AUDIT. Sumber: PSA No. 26 PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: a. Keandalan pelaporan keuangan

Bab 10 Sampling Audit dalam Pengujian Pengendalian

BUKTI AUDIT Sumber: PSA No. 07 PENDAHULUAN. 01 Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi:

AUDIT I Modul ke: Audit risk and materiality. Afly Yessie, SE, Msi, Ak, CA. 11Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi AKUNTANSI

PERTIMBANGAN AUDITOR ATAS FUNGSI AUDIT INTERN DALAM AUDIT LAPORAN KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN BAB II

Ch.7 Materialitas & Risiko Audit SUCAHYO HERININGSIH, SE., MSI., AK., CA.

GAMBARAN UMUM PROSES AUDIT

a. Pemisahan tugas yang terbatas; atau b. Dominasi oleh manajemen senior atau pemilik terhadap semua aspek pokok bisnis.

AUDIT & ATESTASI SA 530 SAMPLING AUDIT

SA Seksi 508 LAPORAN AUDITOR ATAS LAPORAN KEUANGAN AUDITAN. Sumber: PSA No. 29. Lihat SA Seksi 9508 untuk interprestasi Seksi ini PENDAHULUAN

`EFEKTIVITAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN PADA PENGUJIAN PENGENDALIAN: KAJIAN KONSEPTUAL AUDIT LAPORAN KEUANGAN Oleh: Amalia Ilmiani

PREVIEW AUDIT LAPORAN KEUANGAN (GENERAL AUDIT)

PEMAHAMAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN

PERIKATAN AUDIT TAHUN PERTAMA SALDO AWAL

STANDAR AUDITING. SA Seksi 200 : Standar Umum. SA Seksi 300 : Standar Pekerjaan Lapangan. SA Seksi 400 : Standar Pelaporan Pertama, Kedua, & Ketiga

TANGGUNG JAWAB AUDITOR. by Ely Suhayati SE MSi AK Ari Bramasto SE MSi Ak

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditetapkan (Arens dan Lobbecke: 2000). Kemudian prosedur audit adalah

AUDITING 1 (Pemeriksaan Akuntansi 1)

Pengantar ( Pertemuan ke-1)

AUDITING 1 (Pemeriksaan Akuntansi 1) Materialitas, dan Risiko. REFERENSI: Arens/Elder/Beasley, Auditing, Prentice Hall Business Publishing (BOOK)

Sampling (kamus) : Kelompok orang/barang yg dipilih untuk mewakili kelompok yang lebih besar Barang contoh yg ditawarkan untuk dicoba.

Prosedur Audit. Auditor juga menjalankan prosedur audit lain dalam pengumpulan bukti, meliputi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN PEMERIKSAAN

ANALISIS PENILAIAN KEWAJARAN SALDO PIUTANG (STUDI KASUS PADA KOPERASI KARYAWAN XYZ) ABSTRAK

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

Chapter 7 MATERIALITY AND RISK

ANALISIS PENILAIAN KEWAJARAN SALDO PIUTANG (STUDI KASUS PADA KOPERASI KARYAWAN XYZ) ABSTRAK

AUDIT SIKLUS PENJUALAN P E N J U A L A N P I U T A N G PPN P E R S E D I A A N H P P R E T U R P E N J U A L A N

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

SA Seksi 324 PELAPORAN ATAS PENGOLAHAN TRANSAKSI OLEH ORGANISASI JASA. Sumber: PSA No. 61 PENDAHULUAN

STANDAR PEKERJAAN LAPANGAN

SUMMARY Pengauditan 2 Sampling and Materiality

Audit Terhadap Siklus Pendapatan : Pengujian Pengendalian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. karena adanya pembelian dagangan secara kredit. kepercayaan. Utang usaha sering kali berbeda jumlah saldo utang usaha

Pertanyaan. Pertanyaan ini berhubungan dengan prosedur audit. (Sumber : Weningtyas, 2006 ) Tidak. selalu. Pernah. kadang

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan adalah suatu alat yang digunakan untuk

KONSEP MATERIALITAS PENTING DALAM AUDIT

EVALUASI SISTEM PENGENDALIAN INTERN PENJUALAN KONSINYASI

Risiko bahwa auditor tanpa disadari tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya

Pengujian subtantif terhadap investasi

BAB IV HASIL KEGIATAN MAGANG Gambaran Umum KAP Bayudi Watu Semarang Kantor Akuntan Publik Bayudi Watu dan Rekan merupakan sebuah perusahaan yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV PEMBAHASAN. dilakukan penulis untuk mengetahui jenis usaha yang dijalankan oleh perusahaan,

PERTIMBANGAN ATAS PENGENDALIAN INTERN DALAM AUDIT LAPORAN KEUANGAN

Audit 2 - Sururi Halaman 1

MAKALAH MATA KULIAH AUDITING CONTOH KASUS BUKTI AUDIT

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK. Kata kunci : Penilaian atas Piutang Dagang dan Luas pemeriksaan pada akun Piutang Dagang. Universitas Kristen Maranatha

Akuntansi Publik Drs. Ketut Muliartha RM & Rekan ABSTRAK

BUKTI AUDIT. Akuntansi Pemeriksan I. Tutut Dewi Astuti, SE, M.Si, Ak, CA

BAB II AUDIT PERSEDIAAN BERDASAR STANDAR PEKERJAAN LAPANGAN MENURUT SPAP

Penetapan Materialitas Penetapan Risiko. tedi last 09/16

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. penulisan secara umum yang akan ditulis.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

5. Memastikan bahwa tidak ada kewajiban perusahaan yang belum dicatat per tanggal neraca

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan semakin berkembangnya berbagai bidang usaha. Ketatnya persaingan

Konsep Materialitas Dalam Audit Atas Laporan keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN AUDI TOR ATAS LAPORAN KEUANGAN AUDI TAN

SA Seksi 551 PELAPORAN ATAS INFORMASI YANG MENYERTAI LAPORAN KEUANGAN POKOK DALAM DOKUMEN YANG DISERAHKAN OLEH AUDITOR. Sumber: PSA No.

Pengujian Substantif Piutang Usaha. Imam Nazarudin Latif, SE., Akt Akuntansi Untag 45 Samarinda

Akuntansi Pemeriksaan 2. Tutut Dewi Astuti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mulyadi (2001:5) sistem adalah suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut

RENCANA PEMBELAJARAN

AUDIT SIKLUS PENGGAJIAN DAN PERSONALIA

PERTIMBANGAN AUDITOR ATAS KEMAMPUAN ENTITAS DALAM MEMPERTAHANKAN KELANGSUNGAN HIDUPNYA

SA Seksi 801 AUDIT KEPATUHAN YANG DITERAPKAN ATAS ENTITAS PEMERINTAHAN DAN PENERIMA LAIN BANTUAN KEUANGAN PEMERINTAH. Sumber: PSA No.

PERENCANAAN DAN SUPERVISI

BAB VIII AUDIT SIKLUS INVESTASI INSTRUMEN KEUANGAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III TEORI DAN PRAKTIK

TUJUAN AUDIT, BUKTI AUDIT, & KERTAS KERJA. Tujuan audit Bukti Audit Prosedur Audit Kertas Kerja

AUDIT TERHADAP SIKLUS PENGELUARAN: PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP AKTIVA TETAP

SAMPLING AUDIT UNTUK PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS TRANSAKSI

FANY OCTAFIA OFFERING L

KUESIONER PENELITIAN

Transkripsi:

1 MODUL VI / TATAP MUKA KE-6 SAMPLING AUDIT UNTUK PENGUJIAN TERINCI ATAS SALDO TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS : Mahasiswa dapat menjelaskan : 1. Variable sampling untuk pengujian terinci atas saldo uji hipotesis DAFTAR MATERI PEMBAHASAN 1. Definisi Variable Sampling 2. Variable Sampling untuk uji hipotesis

1 Variable Sampling untuk Pengujian Terinci atas Saldo Definisi Variable Sampling Variable sampling adalah teknik statistik yang digunakan oleh auditor untuk menguji kewajaran suatu jumlah atau saldo dan untuk mengestimasi jumlah rupiah suatu saldo akun atau kuantitas yang lain. Dalam pengujian substantif, auditor dapat menghadapi dua keputusan: (1) melakukan estimasi suatu jumlah (misalnya saldo suatu akun), atau (2) menguji kewajaran suatu jumlah. Jika variable sampling digunakan untak memperkirakan saldo suatu akun, hasil perhitungannya akan berupa nilai rupiah (rata-rata sampel dikalikan dengan besarnya populasi) ditambah atau dikurangi dengan suatu interval jumlah rupiah pada tingkat kepercayaan yang diinginkan. Variable sampling untuk memperkirakan saldo suatu akun digunakan oleh auditor dalam kondisi: a. Jika klien tidak menyajikan suatu jumlah yang dapat dianggap benar (misalnya klien menerapkan secara keliru prinsip akuntansi yang lazim, atau klien banyak melakukan kekeliruan dalam pencatatan akuntansinya). b. Jika suatu saldo akun ditentukan dengan statistical sampling. Dalam keadaan seperti tersebut di atas, umumnya auditor menggunakan variable sampling untuk memperkirakan saldo akun dan mengusulkan adjustment untuk menyesuaikan saldo akun tersebut dengan hasil taksiran statistik. Jika saldo akun tidak terdapat di dalam buku klien, hasil taksiran statistik tersebut langsung diusulkan oleh auditor untuk dicatat di dalam buku klien. Auditor dapat pula menggunakan variable sampling untuk menilai kewajaran saldo suatu unsur yang dicantumkan di dalam laporan keuangan. Jika dalam auditnya, auditor mau menerima saldo suatu unsur yang tercantum di dalam laporan keuangan sebagai suatu jumlah yang benar, dan auditor tersebut hanya akan mengusulkan adjustment terhadap jumlah tersebut jika terdapat kekeliruan yang material dalam jumlah tersebut, maka auditor menggunakan uji hipotesis (test of hypothesis). Variable sampling untuk Uji Hipotesis Baik dengan cara nonstatistik maupun dengan cara statistik, pengambilan sampel dalam pengujian substantif dilaksanakan oleh auditor melalui 7 tahap berikut ini: a. Penentuan tujuan pengambilan sampel. b. Penentuan populasi.

2 c. Penentuan sampling unit. d. Penentuan besarnya sampel. e. Penentuan metode pemilihan sampel. f. Pemeriksaan sampel. g. Evaluasi hasil sampel. Penentuan Tujuan Pengambilan Sampel Tujuan pengambilan sampel dalam pengujian substantif adalah: (a) untuk menentukan jumlah saldo akun yang dianggap benar oleh auditor dengan menggunakan teknik penaksiran atau estimasi berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap sampel, (b) untuk menentukan apakah auditor dapat menerima bahwa perbedaan antara jumlah yang ditaksir tersebut dengan jumlah yang bersangkutan di dalam buku secara material benar atau menolaknya sebagai sesuatu yang secara material keliru. Sebagai contoh, menurut buku kliennya, jumlah persediaan yang dicatat di dalam buku besar adalah Rp500.000.000. Misalnya sebagai hasil pemeriksaan terhadap sampel, auditor memperkirakan saldo persediaan tersebut adalah Rp490.000.000. Dengan mempertimbangkan berbagai hal, auditor harus mengambil keputusan apakah perbedaan sebesar Rp10.000.000 tersebut material atau tidak. Hipotesis nol dan hipotesis alternatif. Uji hipotesis bertujuan untuk membedakan dua kemungkinan yang saling meniadakan-hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (H1). Dalam pengujian substantif, auditor harus memilih satu di antara dua alternatif berikut ini: a. Hipotesis nol, bahwa nilai yang tercatat di dalam buku secara material benar. b. Hipotesis alternatif, bahwa nilai yang tercatat di dalam buku secara material tidak benar. Dengan demikian untuk dapat memilih Ho atau H1, auditor harus menentukan seberapa besar perbedaan antara nilai yang tercantum didalam buku (book value) dengan nilai yang diperiksa oleh auditor dianggap material. Simbol untuk menyatakan pilihan satu di antara dua alternatif tersebut adalah sebagai berikut: BV = book value, yaitu nilai yang tercantum di dalam buku klien. AV = audited value, yaitu nilai hasil audit, yang ditaksir dari pemeriksaan terhadap sampel.

3 A = acceptable precision, yaitu besarnya penyimpangan dari saldo populasi yang masih dapat diterima oleh auditor. Dalam simbol, hipotesis nol dan hipotesis alternatif dapat dinyatakan sebagai berikut: Ho: AV-BV <A H1: AV-BV > A Contoh 1 Misalnya seorang auditor melakukan pengujian substantif terhadap persediaan. Dia ingin menguji kewajaran saldo persediaan yang tercantum di dalam neraca sebesar Rp30.000.000. Menurut pertimbangannya, jika beda antara saldo persediaan yang tercantum di dalam buku klien dengan saldo yang dihitung dari sampel yang akan diambil sebesar Rp2.000.000, perbedaan tersebut dianggap material. Atas dasar data tersebut hipotesis statistik dapat kemudian dirumuskan sebagai berikut: Ho: AV- Rp30.000.000 < Rp2.000.000 atau Rp28.000.000 < AV < Rp32.000.000 H1: AV - Rp30.000.000 >_ Rp2.000.000 Kemudian auditor dapat melakukan pengujian dengan cara mengambil sampel dari populasi yang berupa saldo berbagai persediaan yang tercantum di dalam kartu persediaan. Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap sampel saldo persediaan yang tercantum di dalam catatan klien tersebut, auditor kemudian memperkirakan saldo persediaan populasi, AV. Jika AV - Rp30.000.000 < Rp2.000.000, auditor mengambil kesimpulan bahwa saldo persediaan menurut catatan sebesar Rp30.000.000 adalah secara material benar. Jika AV - Rp30.000.000 > Rp2.000.000, auditor berkesimpulan bahwa saldo persediaan menurut catatan klien sebesar Rp 30.000.000 tersebut secara material tidak benar, atau saldo persediaan tersebut tidak wajar. Penentuan Populasi Setelah tujuan pengambilan sampel dalam pengujian substantif ditentukan, auditor kemudian menentukan populasi yang akan diuji dan sampling unit yang akan diperiksa. Dalam menentukan populasi, auditor harus mempertimbangkan tiga kondisi berikut ini: a. Jika tujuan pengujian substantif diarahkan untuk mendeteksi kelengkapan unsur yang dicatat, maka populasi yang akan diperiksa oleh auditor bukan unsur yang dicatat di dalam buku klien. Misalnya dalam pemeriksaan terhadap utang, karena tujuan pengujian substantif terhadap utang adalah menemukan adanya unrecorded

4 liabilities, untuk pelaksanaan prosedur konfirmasi, populasi yang dipilih oleh auditor bukanlah catatan utang klien, namun daftar nama pemasok yang telah melakukan bisnis dengan klien dalam tahun yang diaudit. Untuk menguji pembayaran utang yang tercantum di dalam neraca, populasi yang dipilih oleh auditor adalah catatan pengeluaran kas setelah tanggal neraca. b. Saldo debit dan saldo kredit dapat digolongkan secara terpisah untuk tujuan pengambilan sampel. Saldo kredit piutang usaha umumnya harus dikelompokkan sebagai utang lancar; begitu juga saldo debit utang usaha, umumnya dikelompokkan sebagai aktiva lancar. c. Wujud fisik suatu populasi kemungkinan tidak mencakup semua unsur dalam populasi tersebut. Jika keadaannya demikian, maka suatu sampel unsur-unsur dari populasi secara fisik tidak mewakili populasi tersebut. Dalam pengujian kewajaran penggolongan tambahan aktiva tetap, kemungkinan auditor disodori seonggok arsip faktur yang mendukung jenis transaksi tambahan aktiva tetap tersebut. Auditor harus memperoleh keyakinan bahwa seonggok arsip faktur tersebut sungguh-sungguh merupakan populasi yang lengkap rnengenai tambahan aktiva tetap dalam tahun yang diaudit. Dalam keadaan tertentu, adakalanya auditor harus memeriksa 100% unsur yang membentuk saldo suatu akun. Jika suatu populasi terdiri dari nilai-nilai rupiah yang besar yang sedikit jumlahnya, auditor perlu melakukan pemeriksaan terhadap seluruh anggota populasi. Misalnya dalam audit terhadap piutang usaha, auditor menjumpai saldo piutang yang besar kepada beberapa debitur, maka auditor perlu mengirimkan konfirmasi kepada semua debitur klien tersebut. Jika auditor menjumpai beberapa saldo unsur persediaan yang nilai rupiahnya besar, maka auditor perlu membandingkan hasil penghitungan yang dilakukan oleh klien dengan hasil hitung uji (test count) yang dilakukan oleh auditor atas dasar sampel 100%. Dalam keadaan demikian, teknik pengambilan sampel yang dibahas di dalam modul ini tidak berlaku. Penentuan Sampling Unit Sampling unit adalah unsur-unsur secara individual yang terdapat dalam populasi, yang dapat berupa: (a) suatu saldo akun, (b) suatu transaksi yang membentuk suatu saldo akun, (c) suatu dokumen yang menjadi bukti terjadinya transaksi. Dalam menentukan sampling unit, auditor harus mempertimbangkan tujuan pengambilan sampel dan kemungkinan auditor memperoleh hasil yang bermanfaat. Auditor kemungkinan mempertimbangkan

5 untuk memperoleh konfirmasi untuk setiap faktur daripada untuk setiap saldo akun piutang dari setiap debitur, jika ia memperkirakan akan terjadi banyak perbedaan antara jawaban konfirmasi dengan catatan piutang klien yaug perbedaannya sulit untuk dicari penyelesaiannya. Penentuan Besarnya Sampel Besarnya kekeliruan sampel, baik dalam metode nonstatistical sampling maupun statistical sarnpling, ditentukan oleh auditor dengan mempertimbangkan 4 faktor berikut ini: (a) besarnya deviasi standar dalam populasi, (b) tingkat risiko yang ditanggung oleh auditor, (c) besar kekeliruan yang dapat diterima olah auditor (acceptable precision), (d) kekeliruan rupiah yang diperkirakan akan dijumpai dalam populasi. Jika auditor menggunakan statistical sampling, besarnya sampel ditentukan dengan menggunakan rumus berikut ini: UR. SD. N n' = [ A ] 2 dan A dihitung dengan menggunakan rumus: A = M UR UR + Z beta Untuk menghitung n', auditor harus menghitung faktor-faktor berikut ini: SD = deviasi standar populasi UR = Z alfa yang dihitung pada reliability level tertentu berdasarkan Tabel Z A = ketepatan yang dapat diterima oleh auditor (acceptable precision) yang besarnya dipengaruhi oleh materialitas yang dialokasikan, UR dan Z beta. M = Materialitas yang dialokasikan kepada objek yang sedang diperiksa oleh auditor. a. Besarnya deviasi standar populasi (SD). Jika unsur-unsur dalam populasi sangat bervariasi, hal ini akan ditunjukkan oleh besarnya deviasi standar populasi. Semakin besar deviasi standar suatu populasi, semakin besar unsur populasi yang harus diambil sebagai anggota sampel agar sampel tersebut cukup mewakili karakteristik populasi. Umumnya besarnya sampel akan lebih kecil atau lebih efisien jika suatu populasi yang memiliki deviasi standar yang tinggi dikelompokkan ke dalam beberapa strata, sehingga suatu sampel atau pengujian 100% dapat diambil dari setiap strata tersebut. Deviasi standar suatu populasi dapat diperkirakan berdasarkan

6 pertimbangan auditor, atau dengan cara mengambil sampel dari populasi. Dari sampel permulaan ini, auditor akan dapat memperoleh gambaran variasi antara jumlah dalam buku klien dengan jumlah menurut audit. b. Tingkat risiko yang ditanggung oleh auditor (UR dan Z beta). Menerima atau menolak suatu jumlah yang dihasilkan oleh suatu sampel memiliki dua macam risiko: kekeliruan alfa atau risiko keliru menolak (the risk of incorrect rejection) dan risiko beta atau risiko keliru menerima (the risk of incorrect acceptance). Pengujian hipotesis yang dilakukan oleh auditor dalam Contoh 1 di atas belum memperhitungkan pengendalian terhadap kemungkinan keliru. Auditor menghadapi 4 kemungkinan hasil dari pengujian yang dilaksanakan: (1) Auditor dapat menerima nilai yang tercantum dalam catatan klien yang pada kenyataannya benar. Ini merupakan keputusan yang benar. (2) Auditor dapat menoiak nilai yang tercantum dalam catatan klien yang secara material dianggap keliru, yang pada kenyataannya benar. Ini suatu kekeliruan yang disebut kekeliruan alfa atau dalam buku statistik seringkali disebut dengan kekeliruan tipe I. (3) Auditor dapat menerima nilai yang tercantum dalam catatan klien yang secara material di anggap benar, yang pada kenyataannya keliru. Ini suatu kekeliruan yang disebut kekeliruan beta atau dalam buku statistik seringkali disebut dengan kekeliruan tipe II. (4) Auditor dapat menolak nilai yang tercantum dalam catatan klien yang secara material dianggap keliru, yang pada kenyataannya memang keliru. Ini merupakan keputusan yang benar. Kesalahan alfa (alpha error) atau risiko alfa (alpha risk) ditentukan dengan menetapkan tingkat kepercayaan (reliability level). Jika pengambilan sampel yang dilakukan auditor didasarkan pada reliability level 95%, risiko alfa adalah sebesar 1-95% = 5%. Kesalahan alfa berakibat dilakukan pengujian tambahan untuk memeriksa objek yang diaudit oleh auditor. Kesalahan alfa ditentukan oleh auditor berdasarkan pertimbangan biaya, pemeriksaan tambahan atau adjustment terhadap saldo yang keliru sebagai akibat kekeliruan dalam menolak suatu saldo akun. Sebagai contoh, auditor harus memeriksa catatan pengiriman barang yang diselenggarakan oleh klien, jika dari hasil prosedur audit konfirmasi piutang usaha, auditor berkesimpulan bahwa saldo

7 piutang usaha keliru disajikan oleh klien. Dalam hal ini, prosedur audit terhadap catatan pengiriman barang tidak memerlukan biaya pemeriksaan yang lebih besar dari biaya konfirmasi, oleh karena itu kekeliruan alfa (risiko keliru menolak/the risk of incorrect rejection) ditetapkan oleh auditor pada tingkat yang tinggi. Namun jika prosedur audit yang ditempuh oleh auditor memerlukan biaya yang besar, dalam hal auditor keliru menolak saldo akun yang secara material benar, auditor harus menetapkan kekeliruan alfa (risiko keliru menolak) pada tingkat yang rendah sehingga besarnya sampel menjadi tinggi. Kesalahan beta (beta error) atau risiko beta (beta risk) yang merupakan tingkat risiko keliru menerima (the risk of incorrect acceptance) secara kuantitatif dihitung dengan rumus berikut ini: Kesalahan beta = R (IC x AR) Catatan: R = Risiko akhir yang ditanggung oleh auditor (ultimate or audit risk) IC = Risiko bahwa struktur pengendalian intern tidak akan dapat mendeteksi kekeliruan yang material (kekeliruan yang lebih besar dari jumlah yang dapat diterima oleh auditor) AR = Risiko bahwa review analitik (analytical review) dan pengujian substantif yang bersangkutan tidak akan dapat mendeteksi kekeliruan material yang tidak terdeteksi oleh struktur pengendalian intern Contoh 2 Misalnya berdasarkan pertimbangannya, auditor menentukan risiko akhir yang akan ditanggung (R) adalah sebesar 5% bahwa suatu saldo akun atau suatu golongan transaksi berisi kekeliruan moneter yang akan menyebabkan penyajian laporan keuangan yang secara material keliru. Auditor meletakkan kepercayaan yang moderat terhadap struktur pengendalian intern dalam mendeteksi kekeliruan material, sehingga IC ditetapkan sebesar 0,30. Auditor juga meletakkan kepercayaan yang moderat terhadap review analitik dan pengujian substantif rinci dalam mendeteksi kekeliruan material, sehingga AR ditetapkan sebesar 0,30. Berdasarkan berbagai risiko tersebut, besarnya kekeliruan beta (risiko penerimaan yang keliru atas pengujian substantif rinci) dihitung sebagai berikut:

8 Risiko beta = R : (IC x AR) 0,50: (0,30 x 0,30) Risiko beta = 0,55 atau 55% c. Materialitas yang dialokasikan kepada objek yang diperiksa (M). Auditor harus memperkirakan berapa besar kekeliruan dalam populasi yang diperiksa dianggap material. Untuk memperkirakan jumlah kekeliruan dalam populasi, auditor dapat menempuh beberapa cara berikut ini: (1) Kesalahan rupiah populasi didasarkan pada informasi dari pemeriksaan tahun yang lalu. (2) Auditor dapat mempertimbangkan tipe akun yang diperiksa. Misalnya, proses penagihan piutang kurang efektif bila dibandingkan dengan penghitungan saldo persediaan dengan metode mutasi persediaan. Atas dasar informasi ini auditor memperkirakan kekeliruan rupiah dalam piutang lebih tinggi bila dibandingkan dengan kekeliruan rupiah dalam catatan persediaan. (3) Auditor dapat menggunakan pengujian yang serupa untuk memperkirakan kekeliruan rupiah. Dalam pemeriksaan dukumen yang mendukung tambahan akun aktiva tetap tertentu, auditor dapat memperkirakan kekeliruan rupiah dalam golongan transaksi ini, yang sama besarnya dengan kekeliruan rupiah yang dijumpai olehnya pada waktu melakukan pemeriksaan atas dokumen pendukung tambahan akun aktiva tetap yang lain. d. Ketepatan yang dapat diterima oleh auditor (A). Besarnya ketepatan yang dapat diterima oleh auditor (acceptable precision) dipengaruhi oieh besarnya kekeliruan yang mempengaruhi secara material pembaca laporan keuangan, besarnya risiko beta, dan besarnya risiko alfa. Rumus perhitungan ketepatan yang dapat diterima adalah sebagai berikut ini: A = M UR UR + Z beta Catatan: A = Ketepatan yang dapat diterima (acceptable precision) M = Materiatlitas yang dialokasikan kepada objek yang diperiksa UR = Reliability Factor Z beta = Koefesien kekeliruan beta

9 Tabel Z dapat digunakan untuk menentukan koefisien kekeliruan beta. Z beta adalah nilai kurva normal yang meliputi daerah 0,50 - beta. Jika auditor akan mencari Z beta untuk kekeliruan beta 0,01, caranya adalah dengan mengurangkan 0,01 dari 0,50 yang menghasilkan 0,4900. Dari tabel Z, 0,4900 adalah untuk koefisien kekeliruan beta 2,33. Penentuan Metode Pemilihan Sampel Seperti halnya dalam pengujian kepatuhan, sampel dalam pengujian substantif harus dipilih o1eh auditor dengan cara tertentu sehingga mewakili anggota populasi. Metode pemiiihan sampel adalah: (a) jadgement sampling, (b) systematic sampling, dan (c) random sampling. Metode pengambilan sampel yang terakhir ini menjamin semua anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai anggota sampel. Pemeriksaan Sampel Prosedur pemeriksaan yang digunakan untuk memeriksa anggota sampel adalah sama, tidak dipengaruhi oleh teknik pengambilan sampel yang digunakan oleh auditor (nonstatistical atau statistical sampling). Dalam pemeriksaan sampel ini, auditor menghitung rata-rata dan deviasi standar sampel dengan rumus sebagai berikut: X = n i=1 Xi SD = n i=1 n-1 Xi - nxi Evaluasi Hasil Sampel Evaluasi atas hasil pemeriksaan terhadap sampel ditentukan oleh teknik pengambilan sampel yang digunakan oleh auditor. Jika auditor menggunakan nonstatistical sampling, evaluasi hasil pemeriksaan sampel dilakukan tidak secara kuantitatif, namun berdasarkan pertimbangan auditor. Jika auditor menggunakan statistical sampling, evaluasi terhadap hasil pemeriksaan sampel dilakukan oleh auditor secara

10 kuantitatif. Dalam mengevaluasi hasil sampel, auditor melakukan langkah-langkah berikut ini: a. Menghitung Standard Error dengan rumus: SE = SD N b. Menghitung achieved precision A' dengan rumus: A' = UR. SE. N 1 - n N c. Jika A' tidak sama dengan A maka auditor kemudian menghitung A" dengan rumus: A" = A'. M [ 1 - A' A ] d. Mengambil keputusan mengenai kewajaran saldo akun persediaan dengan membuat kriteria keputusan sebagai berikut: Menerima Ho jika AV - BV < A" Menolak Ho jika AV- BV > A" Catatan: AV = X.N BV = book value, yaitu nilai yang tercantum dalam buku klien. Daftar Pustaka : 1. Mulyadi dan Puradiredja, Auditing, edisi ke-5, Salemba Empat, Jakarta, 1998.

11 Lampiran 1 : Tabel Z SD 00 01 02 03 04 05 06 07 08 09 0.0 0.0000 0.0040 0.0080 0.0120 0.0159 0.0199 0.0239 0.0279 0.0319 0.0359 0.1 0.0398 0.0438 0.0478 0.0517 0.0557 0.0596 0.0636 0.0675 0.0714 0.0753 0.2 0.0793 0.0832 0.0871 0.0910 0.0948 0.0987 0.1026 0.1064 0.1103 0.1141 0.3 0.1179 0.1217 0.1255 0.1293 0.1331 0.1368 0.1406 0.1443 0.1480 0.1517 0.4 0.1554 0.1591 0.1628 0.1664 0.1700 0.1736 0.1772 0.1808 0.1844 0.1879 0.5 0.1915 0.1950 0.1985 0.2019 0.2054 0.2088 0.2123 0.2157 0.2190 0.2224 0.6 0.2257 0.2291 0.2324 0.2357 0.2389 0.2422 0.2454 0.2486 0.2518 0.2549 0.7 0.2580 0.2612 0.2642 0.2673 0.2704 0.2734 0.2764 0.2794 0.2823 0.2852 0.8 0.2881 0.2910 0.2939 0.2967 0.2995 0.3023 0.3051 0.3078 0.3106 0.3133 0.9 0.3159 0.3186 0.3312 0.3238 0.3364 0.3389 0.3315 0.3340 0.3365 0.3389 1.0 0.3413 0.3438 0.3461 0.3485 0.3508 0.3531 0.3554 0.3577 0.3599 0.3621 1.1 0.3643 0.3665 0.3686 0.3708 0.3729 0.3749 0.3770 0.3790 0.3810 0.3830 1.2 0.3849 0.3869 0.3888 0.3907 0.3925 0.3944 0.3962 0.3980 0.3997 0.4015 1.3 0.4032 0.4049 0.4066 0.4083 0.4099 0.4115 0.4161 0.4147 0.4162 0.4177 1.4 0.4192 0.4207 0.4222 0.4236 0.4251 0.4265 0.4279 0.4292 0.4306 0.4319 1.5 0.4332 0.4345 0.4357 0.4370 0.4382 0.4394 0.4406 0.4418 0.4430 0.4441 1.6 0.4452 0.4463 0.4474 0.4485 0.4495 0.4505 0.4515 0.4525 0.4535 0.4545 1.7 0.4554 0.4564 0.4573 0.4582 0.4591 0.4599 0.4608 0.4616 0.4625 0.4633 1.8 0.4641 0.4649 0.4656 0.4664 0.4671 0.4678 0.4686 0.4693 0.4699 0.4706 1.9 0.4713 0.4719 0.4726 0.4732 0.4738 0.4744 0.4750 0.4758 0.4762 0.4767 2.0 0.4773 0.4778 0.4783 0.4788 0.4793 0.4798 0.4803 0.4808 0.4812 0.4817 2.1 0.4821 0.4826 0.4830 0.4834 0.4838 0.4842 0.4846 0.4850 0.4854 0.4857 2.2 0.4861 0.4865 0.4868 0.4871 0.4875 0.4878 0.4881 0.4884 0.4887 0.4890 2.3 0.4893 0.4896 0.4898 0.4901 0.4904 0.4906 0.4909 0.4911 0.4913 0.4916 2.4 0.4918 0.4920 0.1922 0.4925 0.4927 0.4929 0.4931 0.4932 0.4934 0.4936 2.5 0.4938 0.4940 0.4941 0.4943 0.4945 0.4946 0.4948 0.4949 0.4951 0.4952 2.6 0.4953 0.4955 0.4956 0.4957 0.4959 0.4960 0.4961 0.4962 0.4963 0.4964 2.7 0.4965 0.4966 0.4967 0.4968 0.4969 0.4970 0.4971 0.4972 0.4973 0.4974 2.8 0.4974 0.4975 0.4976 0.4977 0.4977 0.4978 0.4979 0.4980 0.4980 0.4981 2.9 0.4981 0.4982 0.4983 0.4984 0.4984 0.4984 0.4985 0.4985 0.4986 0.4986 3.0 0.4986 0.4987 0.4987 0.4988 0.4988 0.4988 0.4988 0.4989 0.4989 0.4990