IbM Bagi KELOMPOK BUDIDAYA AIR TAWAR

dokumen-dokumen yang mirip
INFO ISSN : Edisi XVII, Nomor 3, Oktober 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENERAPAN BUDIDAYA LELE SISTIM BIOFLOK UNTUK DAERAH LAHAN SEMPIT DAN KEKURANGAN AIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Majalah INFO ISSN : Edisi XVII, Nomor 1, Pebruari 2015

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 70% wilayah perairan dengan daya dukung lingkungan yang

BUDIDAYA PEPAYA BERBASIS RAMAH LINGKUNGAN DENGAN TEKNOLOGI KOMPOS AKTIF. (Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi) 2

PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT DALAM KONSEP MINAPOLITAN

Ganjar Adhy Wirawan 1 & Hany Handajani 2

Pada awal berdirinya pokdakan, usaha yang dilakukan oleh sebagian PERAN PENYULUH KLATEN PERKUAT MODAL USAHA POKDAKAN

BAB I PENDAHULUAN. banyak diminati masyarakat untuk dikonsumsi. Usaha budidaya ikan lele dibedakan

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris dan maritim memiliki potensi besar dalam

I. PENDAHULUAN. Udang putih (Litopenaeus vannamei) merupakan salah satu komoditas

Sutrisno Hadi Purnomo*, Zaini Rohmad**

BUDIDAYA CACING RAMBUT (Tubifex sp.) DENGAN FERMENTASI LIMBAH ORGANIK SEBAGAI PAKAN ALAMI LARVA IKAN GURAMI

PERBANDINGAN KARBON DAN NITROGEN PADA SISTEM BIOFLOK TERHADAP PERTUMBUHAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus)

I. PENDAHULUAN. Lele (Clarias) merupakan salah satu dari berbagai jenis ikan yang sudah banyak

PENDEDERAN IKAN PATIN DI KOLAM OUTDOOR UNTUK MENGHASILKAN BENIH SIAP TEBAR DI WADUK MALAHAYU, BREBES, JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Akuakultur merupakan sektor yang berkembang dengan pesat. Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka memenuhi kebutuhan gizi manusia. Perikanan budidaya dinilai

Pengembangan Teknologi Akuakultur Biofilter-Akuaponik (Integrating Fish and Plant Culture) Sebagai Upaya Mewujudkan Rumah Tangga Tahan Pangan

PENGEMBANGAN PERIKANAN DI DESA PUNGPUNGAN DAN MOJOSARI, KECAMATAN KALITIDU KABUPATEN BOJONEGORO

Tabel Capaian Kinerja Sasaran Urusan Kelautan Dan Perikanan. Tahun 2012 INDIKATOR SASARAN. Realisasi Tahun 2011

LAPORAN KEMAJUAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

Jurnal SAINSTECH Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : Vol. 1 Nomor 6 Desember 2016

Seminar Nasional Strategi dan Prospek Pembangunan Akuakultur dalam rangka menyongsong Asean Economic Community 2015 Banjarbaru, 10 Desember 2013

BUDIDAYA LELE DENGAN SISTEM BIOFLOK. drh. Adil Harahap dokadil.wordpress.com

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Jawa. Budidaya lele berkembang pesat karena permintaan pasar yang tinggi,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PROSIDING ISSN: E-ISSN:

KAJIAN LAPANG BUDIDAYA KERAMBA JARING APUNG IKAN NILA MANDIRI DI WADUK CIRATA DAN JATILUHUR

GAMBAR KAWASAN TAMBAK 74,2

PENGEMBANGAN ALSINTAN PENDUKUNG PENINGKATAN PRODUKSI DAN KUALITAS HASIL KENTANG

VI. DAYA DUKUNG WILAYAH UNTUK PERKEBUNAN KARET

I. PENDAHULUAN. patin (Pangasius hypophthalmus). Peningkatan produksi patin dapat dilakukan

Majalah INFO ISSN : Edisi XVI, Nomor 1, Pebruari 2014 BIOGAS WUJUD PENERAPAN IPTEKS BAGI MASYARAKAT DI TUNGGULSARI TAYU PATI

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KUNJUNGAN KOORDINATOR WILAYAH REGIONAL SUMATERA KE KELOMPOK CALON PENERIMA ALOKASI DENFARM DARI DITJEN PERIKANAN BUDIDAYA

KONDISI TERKINI BUDIDAYA IKAN BANDENG DI KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

RUMUSAN RAPAT KOORDINASI TERPADU PERIKANAN BUDIDAYA 2017 Banten, 7-10 Mei 2017

Bab IV Deskripsi Tambak Silvofishery di Desa Dabung

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA

PEMANFAATAN BIOFLOK DARI LIMBAH BUDIDAYA LELE DUMBO (Clarias gariepinus) SEBAGAI PAKAN NILA (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

SIDa.F.27. DISEMINASI DAN DIFUSI TEKNOLOGI PRODUKSI UDANG GALAH UNGGUL (Macrobrachium rosenbergii) DI KABUPATEN SLEMAN, YOGYAKARTA

I. PENDAHULUAN. Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan air tawar yang banyak digemari

RANA RAHADIAN HIDAYAT, S.St.Pi PENYULUH PERIKANAN BANTU BERHASIL MENINGKATKAN PENGETAHUAN KELOMPOK SADOMAS TERHADAP CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK

JURNAL INFO ISSN : TEKNOLOGI TEPAT GUNA UNTUK MENCUKUPI KONTINUITAS KEBUTUHAN PAKAN DI KTT MURIA SARI

PENGARUH KETINGGIAN AIR YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUPBENIH IKAN LELE SANGKURIANG

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian masih sangat penting bagi perekonomian nasional. Hal

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

: Kantor Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Kota Pontianak. 2. Nama Instansi/SKPD

SEMANGAT DONNA OCTAVIANA, PENYULUH PERIKANAN OKI TUMBUHKEMBANGKAN POKDAKAN

Sebagai acuan / pedoman pelaku percontohan budidaya lele dengan menggunakan pakan (pellet) jenis tenggelam.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar pulau

MINAPOLITAN DAN DESA LIMBANGAN, KETIKA KONSEP sdpembangunan DAN POTENSI KAWASAN DISATUKANcd ( oleh : Adi Wibowo)

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan

LAPORAN AKHIR IPTEKS BAGI MASYARAKAT (I b M)

TABEL 5.1 TABEL RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF KABUPATEN SUMENEP DINAS PERIKANAN

I. PENDAHULUAN. budidaya karena memiliki nilai ekonomis tinggi ( high economic value) serta

I. PENDAHULUAN. dumbo (Clarias gariepinus) ke Indonesia pada tahun Keunggulan lele

HASIL DAN PEMBAHASAN Padat Tebar (ekor/liter)

Kebijakan Perikanan Budidaya. Riza Rahman Hakim, S.Pi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Semakin tinggi tingkat pendidikan petani akan semakin mudah bagi petani tersebut menyerap suatu inovasi atau teknologi, yang mana para anggotanya terd

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMANFAATAN LIMBAH RUMAH MAKAN UNTUK PAKAN IKAN LELE DI UPR MITRA CAMBAI PRABUMULIH

PEMBERDAYAAN KELOMPOK PETERNAK LELE DESA TAMBAKMAS MELALUI BUDIDAYA CACING SUTERA (Tubifex sp) DENGAN SISTEM NAMPAN BERTINGKAT

PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA IKAN PADA KELOMPOK IKAN DI DESA JATISARI KECAMATAN JATISRONO KABUPATEN WONOGIRI

BAB 5 ARAHAN PENGEMBANGAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL

AQUACULTURE POND BOTTOM SOIL QUALITY MANAGEMENT

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Peternakan sapi potong merupakan salah satu sektor penyedia bahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Ikan lele sangkuriang (C. gariepinus) merupakan salah satu komoditas perikanan

MODUL: PEMANENAN DAN PENGEMASAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Balai Benih Ikan Inovatif ( BBII ) merupakan unit pelaksanaan teknis daerah

Efektivitas Suplemen Herbal Terhadap Pertumbuhan dan Kululushidupan Benih Ikan Lele (Clarias sp.)

FKIP, Universitas PGRI Madiun ; Abstrak

PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dibudidayakan secara komersial oleh masyarakat Indonesia. Budidaya ikan lele

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA

Tabel IV.C.1.1 Rincian Program dan Realisasi Anggaran Urusan Perikanan Tahun 2013

Meningkatkan Wirausaha Budidaya Ikan. Lele Sangkuriang. (Lingkungan Bisnis)

Pembesaran Benih Ikan Sidat dengan Jenis Pakan yang Berbeda

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 32 TAHUN 2015 TENTANG SENTRA PRODUKSI PERIKANAN UNGGULAN DI KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2002 TENTANG

Majalah INFO ISSN : Edisi XVI, Nomor 2, Juni 2014

ABSTRAK. Kata kunci : Ipteks bagi Masyarakat, Pakan Lokal, Probiotik, Manajemen Usaha

Pengaruh Ketinggian Air yang Berbeda terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Lele Sangkuriang di Balai Benih Ikan Kota Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN. pantai mencapai km dengan luas wilayah laut sebesar 7,7 juta km 2

Sumber : Bidang Perikanan Dinas Pertanian Kabupaten Klaten, 2012

PENGEMBANGAN DODOL WORTEL DESA GONDOSULI KECAMATAN TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR

Transkripsi:

IbM Bagi KELOMPOK BUDIDAYA AIR TAWAR A. H. C. Haditomo, R. W. Ariyati, R. A. Nugroho, D. Chilmawati Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro e-mail korespondensi : condrohaditomo@undip.ac.id ABSTRAK Pada awal survei perencanaan untuk kegiatan Ipteks bagi Masyarakat (IbM) Bagi Kelompok Budidaya Ikan Air Tawar mitra yang akan digunakan adalah Pokdakan Mina Jaya dan Mina Bersinar. Namun ketika kegiatan IbM akan mulai dilaksanakan Pokdakan Mina Jaya sudah tidak berjalan sehingga tim memutuskan untuk mengganti mitra kegiatan yang masih berada dalam satu kecamatan Tulung yakni Pokdakan Ngudi Karyo. Pokdakan Ngudi Karyo merupakan kelompok pembenih ikan air tawar yang masih berjalan dan sangat membutuhkan informasi dan teknologi dari kegiatan IbM yang akan dilaksanakan. Pokdakan Ngudi Karyo dan Mina Bersinar sebagai Mitra dalam kegiatan Ipteks bagi Masyarakat (IbM) berlokasi di Desa Gedong Jetis dan Tulung Kabupaten Klaten dengan beranggotakan 18 dan 10 orang. Kedua mitra kegiatan bergerak pada bidang pembenihan ikan lele. Beberapa faktor yang menyebabkan mitra hanya bergerak dibidang pembenihan adalah kematian benih yang cukup tinggi di wilayah tersebut, kualitas air yang kurang baik dikarenakan terbatasnya sumber air untuk dapat digunakan sebagai media budidaya dll. Namun demikian mitra sudah mampu dan terbiasa dalam kegiatan pembenihan. Sehingga proses transfer teknologi dari kegiatan ini dapat menjadi solusi pemecah masalah yang terjadi di wilayah kegiatan ini dengan zero water exchange (meminimalisir pergantian air) melalui pemanfaatan bakteri menguntungkan pada media dan pakan yang digunakan. Kedua mitra telah memahami teknik budidaya dengan sistem bioflok yang disampaikan Hal ini terlihat dari peningkatan produksi pendederan benih lele secara kuantitas dan kualitas. Kuantitas produksi dibuktikan dengan tingkat kelulushidupan (SR) mencapai lebih dari 95 %. Secara ekonomi kegiatan ini sangat bermanfaat karena mampu meningkatkan pendapatan hingga minimal 4,5 juta/mitra/bulan. Kata kunci: Pendederan lele, budidaya sistem bioflok PENDAHULUAN Keberadaan Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Ngudi Karyo dan Mina Bersinar sebagai mitra dalam kegiatan Ipteks bagi Masyarakat mengalami perubahan daripada saat tim mengadakan kunjungan pra poposal. Edisi Oktober 2015 167

Pada awal survei perencanaan untuk kegiatan Ipteks bagi Masyarakat (IbM) Bagi Kelompok Budidaya Ikan Air Tawar mitra yang akan digunakan adalah Pokdakan Mina Jaya dan Mina Bersinar. Namun ketika kegiatan IbM akan mulai dilaksanakan Pokdakan Mina Jaya sudah tidak berjalan sehingga tim memutuskan untuk mengganti mitra kegiatan yang masih berada dalam satu kecamatan Tulung yakni Pokdakan Ngudi Karyo. Pokdakan Ngudi Karyo dan Mina Bersinar merupakan kelompok pembenih ikan air tawar yang masih berjalan dan sangat membutuhkan informasi dan teknologi dari kegiatan IbM yang akan dilaksanakan. Mitra merupakan dua kelompok pembudidaya ikan air tawar yang berlokasi di desa Gedong Jetis dan desa Tulung di kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten. Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Ngudi Karyo beranggotakan 18 orang, sedangkan Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Mina Bersinar beranggotakan 10 orang. Kedua kelompok mitra ini terbentuk di pertengahan tahun 2010, sebagai dampak adanya pengembangan Kawasan Agrominapolitan di Kabupaten Klaten. Saat ini di kabupaten Klaten tengah dikembangkan kawasan minapolitan sebagai kawasan terpadu peningkatan produksi perikanan berbasis wilayah yang mengintegrasikan manajemen usaha modern sehingga potensi dapat dikelola dan dikembangkan secara lebih optimal. Kawasan minapolitan dibentuk agar mampu menjadi agen peningkatan pertumbuhan perekonomian wilayah dalam sektor perikanan serta mampu mencukupi kebutuhan ikan dalam skala regional dan nasional. Selain itu, diharapkan kawasan minapolitan mampu menjadi motor penggerak roda perekonomian di wilayah sekitarnya serta mampu mencukupi segala macam kebutuhan para petani ikan baik itu benih, obat-obatan serta pakan ikan. Secara lebih spesifik, mitra IbM berada di Kecamatan Tulung di kabupaten Klaten. Kecamatan ini memiliki potensi dalam kegiatan budidaya ikan karena berada di sekitar kawasan kampung lele yang Edisi Oktober 2015 168

membutuhkan banyak benih untuk kegiatan budidaya ikan air tawar. Kecamatan Tulung bersama dengan kecamatan Polanharjo, secara total memiliki andil penyediaan benih sebesar 6,865 juta ekor/tahun atau 22,88% dari produksi benih ikan di Kabupaten Klaten. Usaha pembesaran ikan air tawar dilakukan di banyak Kecamatan di Kabupaten Klaten. Seperti halnya usaha pembenihan, maka usaha pembesaran ikan lele di Kabupaten Klaten juga berlangsung di lahan kolam maupun non kolam. Kecamatan Tulung juga menjadi sentra pembesaran ikan di kolam selain kecamatan Polanharjo dan Karanganom. Faktor sumber air yang melimpah serta banyak bermunculannya restoran apung dan kolam pemancingan di ketiga Kecamatan tersebut telah memicu usaha pembesaran ikan di sana. TARGET DAN LUARAN Jenis luaran (outcome) yang akan dihasilkan oleh program I b M ini berupa Model dan Konsep Metode Perbaikan Produktivitas (Teknis dan Manajemen) Usaha Pendederan Ikan Tawar berikut Produk/Barang penyertanya, dengan rincian sebagai berikut: a. Terjadi transfer pengetahuan dan pemahaman teknis budidaya oleh mitra mengenai model dan konsep metode aplikasi teknologi biofloc system bagi kolam pendederan benih ikan air tawar, yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas produksi. b. Meningkatnya sintasan (kelulushidupan) benih, parameter kualitas lingkungan (air), efisiensi pakan, efisiensi lahan dan sumberdaya (baca: kuantitas) air, serta bimbingan teknis dan manajemen usaha pembenihan ikan yang baik dan benar. c. Meningkatnya kapasitas produksi kolam pembenihan (pendederan) ikan air tawar di kecamatan Tulung kabupaten Klaten. d. Tercapainya peningkatan manajemen usaha serta kapasitas perekonomian pelaku pembenihan ikan air tawar di kecamatan Tulung kabupaten Klaten. e. Bahan dan perangkat teknologi biofloc system bagi kolam pembenihan (pendederan) ikan air tawar. Edisi Oktober 2015 169

Luaran (outcome) yang ingin dicapai melalui program IbM ini merupakan luaran yang berasal rangkaian kegiatan atau tahapan pelaksanaan kegiatan yang didasarkan atas pengumpulan data, analisa permasalahan dan tindakan implementasi program dengan melibatkan peran serta mitra (kelompok pembenih). Prinsip efisiensi sumberdaya air dan lahan budidaya tercapai melalui mekanisme Zero Water Exchange (meminimalisir pergantian air) dan rencana penggunaan kolam terpal dalam pendederan benih. Aplikasi sistem secara terpadu tersebut merupakan pelaksanaan teknologi tepat guna dalam manajemen pembenihan ikan secara baik dan benar, guna meningkatkan kemampuan (skill) teknis produksi dan manajemen usaha dari Mitra. METODE PELAKSANAAN Identifikasi Permasalahan Mitra Melalui pengumpulan informasi, pengelompokan masalah beserta pengumpulan referensi dan diskusi terfokus terhadap beberapa pihak yang berkompeten di bidang pembudidayaan ikan di kecamatan Tulung Kabupaten Klaten, dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan pada optimasi produksi benih ikan berdasarkan urutan prioritas, sebagai berikut: 1. Penurunan produktivitas, yaitu penurunan kuantitas dan kualitas benih, karena: a. Tingginya kematian benih Kualitas air yang buruk jika tidak segera tertangani akan menyebabkan akumulasi unsur N toksik dalam air menjadi tinggi. Diperlukan teknologi tepat guna untuk mereduksi N toksik sekaligus meminimalisasi masuknya parasit dan penyakit ke dalam media air pendederan benih. b. Penurunan kualitas lingkungan Kualitas media pembenihan yang baik menjadi syarat utama keberhasilan produksi benih ikan. Hal ini tidak jarang akan menyebabkan kematian masal. c. Pertumbuhan kurang optimal Pertumbuhan benih sangat terkait dengan energy-budgeting dari pakan yang diberikan. Hal ini menyebabkan pertumbuhan akan mendapatkan porsi yang kecil sehingga benih akan Edisi Oktober 2015 170

lambat tumbuh dan berkembang secara normal. d. Keterbatasan lahan budidaya, khususnya pembenihan Keterbatasan tersebut disebabkan terjadinya kompetisi terhadap area luasan budidaya serta penggunaan sumberdaya air serta penurunan kualitas lingkungan akibat aktivitas rumah tangga, industri maupun pertanian, menyebabkan penurunan daya dukung lingkungan budidaya perikanan air tawar, khususnya pembenihan. 2. Kurang optimalnya manajemen usaha Mitra karena masih bersifat tradisional. Hampir seluruh pembenih ikan menggunakan sistem budidaya serta manajemen tradisional. Hal ini akan menyebabkan belum optimalnya pemanfaatan air kolam untuk memproduksi benih yang memiliki nilai ekonomi tinggi. 3. Kurang optimalnya kapasitas perekonomian petanipembenih ikan. Permasalahan teknis produksi benih menghambat kapasitas perekonomian petani pembenih ikan. Kualitas lingkungan yang buruk akan menyebabkan kematian tinggi atau menyebabkan pertumbuhan benih lambat sehingga panen kurang berhasil meningkatkan pendapatan pembenih. Hal ini akan disusul oleh sulitnya meningkatkan kapasitas produksi bahkan sekedar mempertahankan siklus produksi yang ada terkait minimnya modal kerja. SOLUSI YANG DITAWARKAN Potensi pemenuhan peluang pasar benih, terhalang permasalahan kurang optimalnya teknis produksi dan manajemen usaha pembenih yang berakibat penurunan kualitas dan kuantitas benih yang dihasilkan, sehingga pendapatan serta kapasitas perekonomian pembenih ikan juga menurun. Diperlukan aplikasi IPTEK budidaya khususnya pembenihan ikan secara tepat dan modern dalam mengatasi masalah peningkatan sintasan (kelulushidupan) benih, penurunan kualitas lingkungan (air), efisiensi pakan, efisiensi lahan dan Edisi Oktober 2015 171

sumberdaya (baca: kuantitas) air, serta bimbingan teknis dan manajemen usaha pembenihan ikan yang baik dan benar. Berdasarkan kebutuhan pemecahan sejumlah permasalahan Mitra tersebut di atas, akhirnya dirumuskan rencana solusi dengan penggunaan teknologi Sistem Bioflok yaitu aplikasi sistem pengelolaan media air budidaya secara langsung di dalam petak budidaya dengan mempertahankan kecukupan oksigen, mikroorganisme, dan rasio C/N dalam tingkat tertentu. Sistem ini menggabungkan antara Zero Water Exchange (meminimalisir pergantian air) dan pemanfaatan bakteri menguntungkan yang akan membantu meminimalisir pertumbuhan bakteri merugikan di media pemeliharaan. Diharapkan dengan pengaplikasian metode ini dapat mengurangi tingkat kematian benih. Aplikasi sistem bioflok merupakan sistem yang telah dikembangkan pada industri udang pembesaran udang (vannamei) di Indonesia. Penggunaan teknik ini di Indonesia pada budidaya Vannamei mampu menurunkan FCR sebesar 20%, dan menghasilkan 50 ton udang/ha dengan panen bertahap. Keberhasilan teknik bioflok juga telah terbukti pada keberhasilan budidaya di Israel (dengan komoditas Tilapia), Belize, Amerika Tengah (udang vanname), dan Australia (udang windu). Teknik pengolahan limbah dengan bioflok diadopsi pada kegiatan budidaya perikanan untuk mereduksi bahan-bahan organik dan senyawa beracun hasil dari sisa-sisa pakan yang tak termakan, kotoran ikan padat terakumulasi di dasar kolam oleh flok mikroba. Perkembangan pesat bakteri flok akan memungkinkan terjadinya gumpalan-gumpalan yang dapat dimanfaatkan kembali oleh biota sebagai pakan tambahan. Diharapkan hasil akhir dari aplikasi teknik bioflok adalah peningkatan kualitas air, peningkatan efisiensi pemanfaatan pakan dan pertumbuhan serta peningkatan sintasan (kelulushidupan) benih ikan. Prinsip efisiensi sumberdaya air dan lahan budidaya tercapai melalui mekanisme Zero Water Exchange (meminimalisir pergantian air) dan rencana penggunaan kolam terpal Edisi Oktober 2015 172

dalam pendederan benih. Aplikasi sistem secara terpadu tersebut merupakan pelaksanaan teknologi tepat guna dalam manajemen pembenihan ikan secara baik dan benar, guna meningkatkan kemampuan (skill) teknis produksi dan manajemen usaha dari Mitra. HASIL YANG DICAPAI Kegiatan IbM ini dilaksanakan pada 2 (dua) mitra Pokdakan (Kelompok Pembudidaya Ikan) yang telah dilakukan dalam beberapa tahapan kegiatan yang berupa Perbaikan Non Fisik (metode/teknik budidaya) dan kegiatan fisik. Kegiatan non fisik yang sudah dilakukan berupa penyelesaian proses kelengkapan administrasi dan perijinan kegiatan dengan instansi dan mitra terkait dengan melakukan sosialisasi kegiatan IbM dan pemaparan/penyuluhan teknologi biofloc system secara bertahap disertai diskusi terfokus untuk menentukan lokasi instalasi teknologi biofloc system. Dalam proses kerjasama dan pemilihan mitra sempat mengalami kendala. Kendala yang terjadi berupa perubahan salah satu mitra, hal ini terjadi karena salah satu mitra yang dipilih pada saat perencaan kegiatan ini pada saat kegiatan akan dilaksanakan sudah tidak lagi melakukan kegiatan budidaya ikan. Oleh karenanya tim pengabdian memutuskan untuk mengganti mitra tersebut dengan mencari kelompok pembudidaya ikan lainnya yang masih aktif dan membutuhkan sentuhan IPTEKS yang sudah direncanakan. Respon yang didapatkan tim pengabdian mulai dari survey hingga kegiatan terakhir yang kami lakukan selalu disambut dengan hangat dan antusias oleh kedua Mitra Kelompok ini. Bahkan pada saat dilakukan penyuluhan Bapak Camat Tulung juga turut serta menghadiri dan mendukung sepenuhnya kegiatan Pengabdian dari UNDIP dan sempat tercetus bahwa Beliau juga akan bergabung untuk melakukan kegiatan Budidaya ikan sebagaimana yang sudah disampaikan dalam sosialisasi/ penyuluhan yang tengah berlangsung saat itu. Sosialisasi kegiatan IbM dan Penyuluhan Kegiatan sosialisasi yang dilakukan pada kedua kelompok Edisi Oktober 2015 173

mitra mendapat respon yang sangat positif karena mitra memang sangat membutuhkan informasi dan transfer teknologi dalam bidang budidaya perikanan. Respon yang sangat positif ini ditindaklanjuti dengan adanya kegiatan penyuluhan yang diadakan oleh tim pengabdian IbM. Penyuluhan yang dilakukan turut pula mendatangkan ahli Pakan Alami dan Mikrobiologi dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan yakni Dr. Suminto, M.Sc selain dari anggota tim pengabdian IbM yang juga memberikan materi dalam penyuluhan tersebut. Penyuluhan dihadiri pula oleh Bapak Camat Tulung, yang juga turut bertanya mengenai teknis kegiatan budidaya dan tidak lupa memberikan wejangan kepada warganya yang menghadiri kegiatan penyuluhan tersebut. Transfer informasi IPTEKS berlangsung salah satunya melalui penyuluhan dan diskusi yang telah dilakukan. Berbagai macam pertanyaan mulai dari penyakit yang sering terjadi, cara pemberian pakan, teknik budidaya dan hal-hal teknis dan non teknis lainnya diajukan oleh peserta yang mengikuti kegiatan dan ditanggapi sesuai dengan keilmuan dan kepakaran yang dimiliki oleh para pemateri. Benih Unggul Rangkaian kegiatan non fisik lainnya yang telah dilakukan berupa pembelian pengadaan benih yang sehat serta diskusi mengenai penerapan manajemen pemberian pakan yang tepat guna sesuai dengan perkembangan benih. Pengadaan benih ini dilakukan dengan sebelumnya tim meminta pendapat dari penyuluh dari Dinas Perikanan setempat untuk mendapatkan benih dengan kualitas yang baik. Setelah itu dilihat sampel dari benih lele yang akan dibeli dan dilakukan pemesanan. Beberapa ciri dari benih yang baik adalah benih terlihat aktif, respon terhadap pakan cepat, morfologi yang tidak cacat, serta memiliki kisaran ukuran yang seragam. Pemberian benih lele dan segala kebutuhan dan perlengkapan lain secara simbolis dari Tim Pengadian kepada Mitra dilakukan pada saat dilaksanakan penyuluhan. Namun secara riil bantuan diberikan langsung ke lokasi denplot kegiatan IbM. Kegiatan pendampingan Edisi Oktober 2015 174

budidaya ikan selain dilakukan pendampingan oleh tim pengabdian Undip namun juga didampingi oleh tim penyuluh perikanan Dinas Perikanan Kabupaten Klaten. Aplikasi IPTEKS pada Kegiatan Budidaya Ikan Informasi mengenai pengaplikasian bakteri guna mekanisme pembentukkan sistem bioflok pun sudah dilakukan disertai dengan prakteknya. Pada prakteknya proses pengaplikasian bakteri probiotik dan kulturnya dilakukan secara langsung dilokasi Denplot kegiatan budidaya pendederan ikan lele. Tim pengabdian memberikan cara pengaplikasian teknologi yang sudah diberikan secara teori detail pada setiap langkahnya dengan melakukan langsung dengan disaksikan oleh anggota kegiatan dan pembudidaya lainnya. Kegiatan kultur dapat dilakukan dengan dua cara yakni bakteri probiotik dilakukan dalam suatu wadah tertutup yang selalu diaerasi dan diproses selama satu minggu. Ataupun langsung diaplikasikan pada wadah budidaya yang telah disiapkan dan diaerasi dan kemudian menunggu proses selanjutnya. Setelah selesai masuk kedalam fase selanjutnya yakni proses pembentukan flok pada media budidaya. Setelah media budidaya telah siap, maka ikan yang sudah dipesan dapat dimasukkan kedalam wadah budidaya yang telah disiapkan. Proses selanjutnya sebagaimana kegiatan budidaya ikan adalah proses pemeliharaan ikan hingga jangka waktu tertentu sesuai dengan target panen yang ingin dicapai. Setiap periode tertentu akan dilakukan grading ikan guna penyesuaian dan meratakan ukuran ikan pada suatu ukuran tertentu sehingga memudahkan dalam proses penjualan dan pengotimalan harga jual. Proses pengawalan program kegiatan dan melakukan Cara Budidaya Ikan yang Baik dilakukan oleh tim pengabdian IbM Undip bekerjasama dengan tim penyuluh perikanan Dinas Kabupaten Klaten. Pemeriksaan kualitas air dan kontrol bioflok dilakukan secara rutin. Apabila ada kejadian khusus dan tim tidak ada di lokasi maka konsultasi dan pemberian saran dilakukan Edisi Oktober 2015 175

melalui komunikasi telepon genggam sehingga dapat dilakukan antisipasi dan penanganan yang cepat dan tepat. Alhasil dari kegiatan praktek yang sudah dilakukan sebagian besar kolam dapat terbentuk bioflok dan kolam siap digunakan sehingga kegiatan budidaya dapat dilaksanakan. Pendederan Ikan Lele dengan Budidaya Sistem Bioflok Budidaya yang dilakukan dikolam Denplot mitra dilakukan pada kolam dengan ukuran 6m 2. Padat tebar yang digunakan adalah 8000+ ekor/kolam. Dalam realisasi pembelian produk benih lele, biasanya ketika membeli pasti akan selalu ditambahkan jumlahnya oleh sang penjual. Ukuran lele yang ditebar pada kolam denplot pertama kali adalah ukuran 2cm. Dengan teknik bioflok yang sudah diberikan dan diaplikasikan dalam kegiatan pendederan ini maka persiapan wadah yang dibutuhkan untuk memulai kegiatan budidaya adalah 1-2 minggu. Manajemen pemberian pakan yang diterapkan pada kegiatan ini adalah dengan memberikan pakan dua kali pada pagi dan sore hari. Untuk efisiensi dan penerapan hasil penelitian yang sudah dilakukan, maka pada kolam denplot dilakukan proses pemuasaan satu hari dalam satu minggu. Proses grading dilakukan dua minggu setelah tebar pertama kali. Tujuan kegiatan grading adalah untuk evaluasi pemberian pakan yang diberikan, pemerataan ukuran ikan untuk proses budidaya selanjutnya. Keuntungan yang didapatkan dengan grading yang dilakukan adalah efisiensi pakan yang diberikan, mengurangi tingkat kanibalisme sehingga kelulushidupan kultivan tinggi, dan harga yang tepat sehingga keuntungan dapat meningkat. Kegiatan grading dua mingguan yang sudah dilakukan mendapatkan hasil dari 8000+ benih yang ditebar didapatkan hasil rerata grading tersaji pada tabel 1. Edisi Oktober 2015 176

Tabel 1. Rerata Hasil Grading Kolam Mitra Ukuran U2 U3 U4 U5 U6 U7 U8 Total Harga Rp40 Rp60 Rp80 Rp100 Rp120 Rp140 Rp160 Grading 139 3964 3300 600 23 6 1 8033 Hasil Rp5,560 Rp237,840 Rp264,000 Rp60,000 Rp2,760 Rp840 Rp160 Rp571,160 Ket: Harga ikan diambil dikolam Melihat hasil yang disajikan dengan diratakan ukurannya terlebih pada Tabel 1. maka dapat dahulu (Gambar 5). Benih yang disampaikan bahwa ini merupakan masih kecil dipelihara kembali suatu potensi yang terlihat jelas dari suatu usaha pendederan lele. Hal ini didapatkan pada hasil grading yang dilakukan pada dua minggu pertama. Dari hasil ini sebenarnya sudah bisa dijual, karena permintaan pasar yang membutuhkan lele pada ukuran 4-5 cm. Namun agar hasil penjualan dikolam pendederan. Kelulushidupan (SR) yang dicapai dalam kegiatan pendederan ini mencapai lebih dari 95 %. Hasil ini jauh lebih baik karena biasanya mitra tidak pernah mendapatkan SR lebih dari 80 % dan waktu yang didapatkan untuk mencapai ukuran lebih baik biasanya penjualan tersebut biasanya baru tercapai pada dilakukan pada minggu ketiga waktu 3-4 minggu dan yang lebih hingga minggu keempat. utama adalah sistem budidaya yang Grading atau panen dilakukan dilakukan tidak memerlukan pada pagi atau sore hari, hal ini penggantian air sebagaimana dilakukan agar lele tidak mengalami stres. Caranya ikan digiring dengan menggunakan jaring ke satu sisi kolam dan selanjutnya benih tersebut kemudian ditangkap secara hati-hati biasanya mereka lakukan. Hasil yang telah dicapai tersebut diharapkan terus terjaga dengan melaksanakan aturan dalam CBIB secara disiplin dan konsisten. menggunakan serok yang halus Estimasi Pendapatan untuk diseleksi berdasarkan ukuran Setiap mitra saat ini telah dengan menggunakan peralatan yang memiliki 9 kolam yang dapat sudah disiapkan. Benih yang sudah berukuran 4 7 cm siap dijual dengan harga menyesuaikan ukuran diaplikasikan untuk budidaya sistem bioflok. Dengan melihat hasil rerata grading yang sudah didapatkan maka Edisi Oktober 2015 177

seandainya hasil gradingan tersebut langsung dijual maka estimasi hasil penjualan yang didapatkan per dua minggu adalah Rp. 500.000/kolam/ 2minggu atau Rp.4.500.000/mitra/ 2minggu (lihat Tabel 1). Namun hasil ini dapat meningkat lebih banyak lagi apabila masa pemeliharaan diperpanjang hingga beberapa minggu kedepan. Harga yang diberikan (Tabel 1) juga masih tergolong rendah apabila dibandingkan dengan harga di Kecamatan lainnya, karena harga tersebut dipakai dengan asumsi pembeli masih berasal dari wilayah tersebut dan ikan diambil dikolam. Sistem budidaya yang diaplikasikan ini telah menjawab dan memecahkan segala permasalahan yang selama ini menimpa kedua kelompok mitra. Selain itu peningkatan hasil yang didapatkan jelas lebih tinggi mencapai lebih dari 200% dibandingkan sebelum paket teknologi ini diberikan. Mengingat tingkat kelangsungan hidup (SR) kultivan yang mencapai lebih dari 95% dengan waktu budidaya yang lebih singkat. KESIMPULAN DAN SARAN Dengan budidaya ikan air tawar sistem bioflok pada pendederan lele tidak membutuhkan adanya pergantian air dan terbukti mampu meningkatkan kelulushidupan (SR) ikan hingga lebih dari 95%. Dengan sistem ini pula didapatkan pertumbuhan dan efisiensi pakan yang lebih baik selama satu fase masa proses penggradingan ikan selama dua minggu. Estimasi pendapatan mitra selama dua minggu pemeliharaan adalah Rp.4,5 juta/mitra/2minggu. Hal ini meningkat lebih dari 200 % dibandingkan sebelum paket teknologi ini diterapkan, ditambah dengan waktu budidaya yang lebih cepat 1-2minggu. Hasil yang telah dicapai tersebut diharapkan terus terjaga dengan melaksanakan aturan dalam CBIB secara disiplin dan konsisten. Edisi Oktober 2015 178