PROSES BELAJAR SENI KARAWITAN SISWA-SISWI SEKOLAH DASAR NEGERI KASIHAN BANTUL: SEBUAH STUDI KASUS

dokumen-dokumen yang mirip
GARAP REBAB GENDING PLARA-LARA KALAJENGAKEN LADRANG LANGEN SUKA LARAS SLENDRO PATET SANGA

GENDING PLARA-LARA KALAJENGAKEN LADRANG LANGEN SUKA LARAS SLENDRO PATHET SANGA

PADA KARAWITAN GAYA YOGYAKARTA: SUATU KAJIAN MUSIKAL

KRUMPYUNG LARAS WISMA DI KECAMATAN KOKAP KABUPATEN KULON PROGO: KELANGSUNGAN DAN PERUBAHANNYA. Skripsi

PENERAPAN TLUTUR DALAM PAKELIRAN WAYANG KULIT GAYA YOGYAKARTA VERSI KI TIMBUL HADIPRAYITNA, KI SUTEDJO, KI SUGATI, DAN KI MARGIONO.

BAB IV PENUTUP. Sejak diciptakan pada tahun 2008, keberadaan. Saraswati dalam Sidang Senat Terbuka ISI Yogyakarta. Hal ini memberikan

BAB IV PENUTUP. Dalam penelitian ini dapat disimpulkan, bahwa latar belakang proses

BAB IV PENUTUP. Yogyakarta khususnya gending-gending soran, agar terus dikaji dan digali, baik oleh

BAB IV PENUTUP. disimpulkan bahwa gending-gending bentuk lancaran karya Ki Tjokrowasito

BAB IV KESIMPULAN. didapat beberapa kesimpulan mengenai pancer. Tabuhan pancer yang selama ini

BAB IV PENUTUP. Komposisi karawitan yang berjudul lakuku merupakan sebuah karya yang. dalam mewujudkan karya komposisi karawitan dengan judul Lakuku.

UCAPAN TERIMA KASIH...

BAB IV PENUTUP. pelestarian dan keberlangsungan seni karawitan. Pada gending tengahan dan

ANALISIS GARAP GENDING DOLANAN EMPLÈK-EMPLÈK KETEPU LARAS SLENDRO PATET MANYURA ARANSEMEN TRUSTHO. Skripsi

MARS ISI YOGYAKARTA KARYA SUHARDJONO: SUATU TINJAUAN GARAP MUSIKAL

RAGAM GARAP GENDING-GENDING LANCARAN KARYA KI TJOKROWASITO. Skripsi

GARAP KENDHANGAN GENDING PATALON LAMBANGSARI LARAS SLENDRO PATET MANYURA VERSI KARAWITAN NGRIPTO LARAS. Skripsi

BAB IV PENUTUP. sesuai untuk penggalian gending-gending tradisi Gaya Yogyakarta. Bagi

PANGKUR JENGGLENG AYOM-AYEM DI TVRI YOGYAKARTA: SUATU TINJAUAN PENYAJIAN KARAWITAN. Skripsi

JURNAL KARAWITAN TARI SARASWATI ISI YOGYAKARTA KARYA SUNYATA

BAB IV KESIMPULAN. memiliki cengkok sindhenan yang unik terdapat pada cengkok sindhenan

ARTIKEL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PENINGKATAN KETERAMPILANMEMAINKAN MUSIK KARAWITAN BAGI ANAK-ANAK PADA SANGGAR NOGO KAYUNGYUN

KARAWITAN IRINGAN NINI THOWONG DI DESA PANJANGREJO PUNDONG BANTUL. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. depan yang lebih baik untuk memperbaiki budaya saat ini. Seperti yang dikatakan

PEMBELAJARAN INSTRUMEN MAYOR TROMBONE UNTUK SISWA PEMULA DI SMKN 2 KASIHAN BANTUL (SMM) YOGYAKARTA. TUGAS AKHIR Program Studi S1 Seni Musik

BAB IV PENUTUP. patalon. Unsur yang menjadi ciri khas dari penyajian gending patalon adalah

PADA GAMELAN KYAI KANCILBELIK KERATON SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia terdiri dari banyak suku yang tersebar dari Sabang sampai

BAB V KESIMPULAN. Campursari karya Manthous dapat hidup menjadi musik. industri karena adanya kreativitas dari Manthous sebagai pencipta

IRINGAN KESENIAN THÈTHÈLAN DENGAN CERITA SEDUMUK BATHUK SENYARI BUMI DI TAMAN BUDAYA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA: KAJIAN GARAP KARAWITAN.

PRESTASI KARAWITAN LANSIA NGUDI LARAS DI GANTIWARNO KLATEN

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta MRAYUNG. Skripsi

BAB III PENUTUP. diciptakannya. Pencapaian sebuah kesuksesan dalam proses berkarya

ANSAMBEL MUSIK ART FOR CHILDREN DI TAMAN BUDAYA YOGYAKARTA SEBAGAI MEDIA INTERAKSI SOSIAL ANAK. TUGAS AKHIR Program Studi S-1 Seni Musik

TABUHAN PANCER PADA KARAWITAN GAYA YOGYAKARTA: SEBUAH KAJIAN MUSIKAL

JURNAL KRUMPYUNG LARAS WISMA DI KECAMATAN KOKAP KABUPATEN KULON PROGO: KELANGSUNGAN DAN PERUBAHANNYA

BAB IV KESIMPULAN. tahun 2012 lomba karawitan se-kabupaten klaten.

PERKEMBANGAN TRADISI UPACARA BERSIH DESA TANJUNG SARI DI DESA DLIMAS KABUPATEN KLATEN TAHUN

PENGARUH RESONATOR TERHADAP BUNYI NADA 3 SLENTHEM BERDASARKAN SOUND ENVELOPE. Agung Ardiansyah

DASAR-DASAR PENGETAHUAN BELAJAR KARAWITAN UNTUK ANAK SD

GARAP GENDING NGLENTHUNG, GLOMPONG, LAYUNG SETA DAN AYAK-AYAK BAGELEN

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Bali secara umum memiliki peran di dalam keberlangsungan

BAB IV PENUTUP. Banyumas. Jemblung berawal dari dua kesenian rakyat yaitu Muyèn dan Menthièt.

LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA (MANDIRI)

dari pengalaman tertentu dalam karya seninya melainkan formasi pengalaman emosional yang bukan dari pikiranya semata. 2.

Petunjuk Teknis Pelaksanaan AKSARA 2017

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan data yang ditemukan dapat disimpulkan bahwa slentho

BAB IV PENUTUP. Kesenian Incling Krumpyung Laras Wisma di Kecamatan Kokap

KOMPOSISI IRINGAN TARI SUMUNARING ABHAYAGIRI (SENDRATARI BOKO)

14 Alat Musik Tradisional Jawa Tengah, Gambar dan Penjelasannya

PEMBELAJARAN BASS ELEKTRIK DI KOMUNITAS JAZZ BOJONEGORO. Tugas Akhir S1 Seni Musik. Oleh: Listra Yonatan Pasaribu NIM

BAB I PENDAHULUAN. Diantaranya seni tari, batik, ornamen, cerita rakyat, musik dan lagu daerah, motif

Deskripsi Karawitan Tari Iringan Tari Blantek, Golek Ayun-Ayun, dan Padang Ulan Pada Oratorium Kala Kali Produksi ISI Dps

CENGKOK SINDHENAN GENDING KUTUT MANGGUNG LARAS SLENDRO PATET MANYURA VERSI NYI TJONDROLOEKITO

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Ciamis merupakan salah satu daerah di Jawa Barat yang memiliki

PERAN PAGUYUBAN KARAWITAN KIRANA BUDAYA KWARASAN NOGOTIRTO GAMPING SLEMAN DALAM PELESTARIAN SENI KARAWITAN. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. secara terus-menerus. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya manusia memiliki

SEBAGAI JURI LOMBA MENYANYI DI TK ABA BOGORAN, PEPE, TRIRENGGO, BANTUL

GENDING PLARA-LARA KALAJENGAKEN

SUWUK GROPAK DALAM KARAWITAN PAKELIRAN WAYANG KULIT GAYA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas dan bermanfaat untuk kemajuan bangsa. Di Indonesia,

MODEL PEMBELAJARAN MUSIK KREATIF UNTUK SISWA-SISWI KELAS 5 SD 1 TRIRENGGO BANTUL YOGYAKARTA

BAHAN USBN AKORD. = 2 1 ½ m = 1 ½ 2 dim = 1 ½ - 1 ½ M 7 = 2 1 ½ - 2 m 7 = 1 ½ 2-1 ½ 7 = 2 1 ½ - 1 ½ Sus 4 = = 2 ½ - 1 Sus 2 = = 1 2 ½

BAB IV PENUTUP. sebelumnya, tentang gending Gaya Yogyakarta yang diangkat sebagai materi

Analisis Tekstual Gending Kethuk 2 Kerep Minggah 4 Laras Slendro Pathet Sanga, Bagian II Kiriman I Nyoman Kariasa, Dosen PS Seni MKarawitan

PENERAPAN TEKNIK PERMAINAN KENDANG SUNDA PADA CELLO KERONCONG DALAM LAGU BUBUY BULAN

BAB IV PENUTUP. Adapun rangkaian struktur komposisi yang disajikan yaitu Lagon Wetah laras

BAB IV PENUTUP. tentang penyimpangan terhadap pola musikal karawitan konvensional.

BAB I PENDAHULUAN. lokal di sekolah dasar untuk memperkenalkan dan melestarikan kebudayaankebudayaan

PEMBELAJARAN TROMBONE KELAS X DI SMKN II KASIHAN BANTUL (SMM) YOGYAKARTA TAHUN AJARAN (2014/2015)

OPTIMALISASI PERTUNJUKAN SENDRATARI RAMAYANA SEBAGAI DAYA TARIK WISATA TAMAN BALEKAMBANG SURAKARTA

BENTUK DAN FUNGSI VOKAL DALAM PERTUNJUKAN JEMBLUNG

FUNGSI KESENIAN LEDHEK DALAM UPACARA BERSIH DESA DI DUSUN KARANG TENGAH, DESA NGALANG, GEDANGSARI, GUNUNGKIDUL SKRIPSI

GARAP BONANG BARUNG GENDING BEDHAYA LARAS PELOG PATHET BARANG KENDHANGAN MAWUR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

GENDHING KARAWITAN: KAJIAN FUNGSI DAN GARAP KARAWITAN GAYA SURAKARTA

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS SASTRA JURUSAN SENI DAN DESAIN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI TARI JANUARI 2012

Gamelan, Orkestra a la Jawa

PENDEKATAN PENJARIAN PADA CELLO TIGA BAGATELA KARYA ROYKE BOBBY KOAPAHA. Tugas Akhir S1 Seni Musik. Oleh : Nandya Roid Umarul Naves NIM.

INDIKATOR ESENSIAL Menjelaskan karakteristik peserta. didik yang berkaitan dengan aspek fisik,

MODEL PEMBELAJARAN PADUAN SUARA ANAK SEKOLAH MINGGU PHILEO DI GEREJA KRISTEN JAWA DAYU YOGYAKARTA HALAMAN JUDUL. Tugas Akhir S-1 Seni Musik.

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VIII A SMP N 4 KALASAN

BAB I PENDAHULUAN. cerdas, sehat, disiplin, dan betanggung jawab, berketrampilan serta. menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi misi dan visi

BAB I PENDAHULUAN. proses pembaharuan atau inovasi yang ditandai dengan masuknya gagasan-gagasan baru dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Namun, disisi lain nilai kesetiakawanan sosial semakin berkurang, sehubungan

KORELASI ANTARA PERHATIAN ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR ISMUBA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH NGAWEN KABUPATEN GUNUNGKIDUL

TARI SELOKA KUSUMAYUDA

BAB IV KESIMPULAN. menyajikan salah satu tafsir garap rebab Gending Peksi Bayak laras slendro

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN

ARANSEMEN ORKES KERONCONG TENGGARA PADA LAGU KR. KEMAYORAN SEBAGAI KAJIAN MUSIKOLOGI

HALAMAN PERSEMBAHAN. Skripsi ini saya persembahkan untuk,

PEMBELAJARAN EKSTRAKURIKULER KARAWITAN DI SMPN 1 SRENGAT BLITAR

BAB IV PENUTUP. penyebaran kuesioner, maka dapat disimpulkan bahwa penyiaran karawitan pada

GARAP GENDING LONTHANG, JATIKUSUMA, RENYEP DAN LUNG GADHUNG

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN II DI SMA NEGERI 2 GRABAG TAHUN AJARAN 2012/2013

Kendangan Matut. Latar Belakang

PENINGKATKAN KREATIVITAS BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW PADA SISWA KELAS V SDN DUKUHMULYO 02

PERAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KEPRAMUKAAN DALAM MENANAMKAN KARAKTER DISIPLIN DAN CINTA TANAH AIR PADA SISWA KELAS V DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. umumnya memperlihatkan Metalofon, Gambang, Gendeng dan Gong yang

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PEMBINAAN KARAKTER RELIGIUS PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 2 SUMBERGEMPOL TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI

Transkripsi:

PROSES BELAJAR SENI KARAWITAN SISWA-SISWI SEKOLAH DASAR NEGERI KASIHAN BANTUL: SEBUAH STUDI KASUS Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai kelulusan Sarjana S-1 pada Program Studi Seni Karawitan Kompetensi Pengkajian Oleh: Yunita Suratiningsih 1110458012 JURUSAN KARAWITAN FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA 2016

PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tugas akhir ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka (sumber acuan). Yogyakarta, 24 Februari 2016. Yunita Suratiningsih

MOTTO Hidup adalah pilihan. Belajarlah untuk memilih dan bertanggung jawab terhadap pilihanmu. Jangan mempersulit yang mudah tapi, jangan meremehkan yang sulit.

PERSEMBAHAN Tugas akhir ini dipersembahkan kepada: Pelaku, penikmat, serta pengamat seni karawitan. Kedua orang tua saya yang saya cintai.

KATA PENGANTAR Puji dan syukur patut penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sesuai dengan harapan. Dalam proses penyelesaian skripsi ini dijumpai berbagai macam halangan, hambatan, dan rintangan, akan tetapi berkat bantuan semua pihak hambatan tersebut dapat diatasi. Skripsi dengan judul Proses Belajar Seni Karawitan Siswa-siswi Sekolah Dasar Negeri Kasihan Bantul: Sebuah Studi Kasus merupakan proses akhir dalam menempuh studi jenjang sarjana S-1 sekaligus merupakan salah satu syarat bagi mahasiswa Jurusan Karawitan Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Yogyakarta untuk mencapai kelulusan. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak tugas akhir ini tidak akan terwujud dengan baik. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat: 1. Bapak Drs. Subuh, M.Hum., selaku Ketua Jurusan Karawitan yang telah memberikan saran serta dorongan moral yang sangat berguna, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 2. Bapak Drs. Kriswanto, M.Hum., selaku pembimbing I yang telah memberikan banyak pengarahan, bimbingan, dan bantuan pemikiran sehingga proses penulisan skripsi dapat berlangsung dengan lancar. vi

3. Ibu Dra. Agustina Ratri Probosini, M.Sn., selaku pembimbing II yang telah memberikan banyak pengarahan, bimbingan, dorongan, dan petunjuk sehingga penulisan ini dapat terselesaikan. 4. Bapak Suhardjono, S.Sn., M.Sn., sebagai dosen wali yang tidak pernah berhenti memberikan motivasi selama menempuh studi. 5. Drs. Siswadi, M.Sn., selaku penguji ahli yang telah memberi banyak masukan pada uji kelayakan. 6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Karawitan Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Yogyakarta yang telah sabar membimbing dan memberikan ilmunya selama proses perkuliahan di Jurusan Karawitan. 7. Ayah, ibu, kakak dan adik yang telah mendukung dan memberikan doa restu untuk menyelesaikan skripsi ini. 8. Para narasumber diantaranya Siti Jamzanah dari Dinas Pendidikan Dasar Kabupaten Bantul, Sukarjiyono, S.Ag., guru ekstrakulikuler seni karawitan di SD Negeri Kasihan, dan Suparjana, S.Pd., kepala sekolah SD Negeri Kasihan yang telah memberi informasi yang diperlukan dalam menunjang penulisan ini. 9. Bapak Asep Saepudin, S.Sn., M.A., Ibu Nefi Hanjani, S.Sos., dan bapak Mantri yang telah mendukung secara administratif dalam penulisan ini. 10. Staf UPT Perpustakaan Institut Seni Indonesia Yogyakarta, perpustakaan Jurusan Karawitan Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Yogyakarta dan perpustakaan Institut Seni Indonesia vii

pascasarjana yang selalu memberikan pelayanan baik dalam setiap peminjaman buku. 11. Teman-teman angkatan 2011 (Dwi Astuti, Luqman Seno Aji, Intan Puspitasari, Nika Yunianingsih, Anang Primantoro, Sudarsono, Bima Septianto, Lukman Tri Susanto, Endang Safitri, Suranto) Jurusan Karawitan Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Yogyakarta yang selalu memberikan semangat. 12. Seluruh mahasiswa Jurusan Karawitan yang selalu memberikan dukungan dan semangat dalam proses penulisan skripsi. 13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan berupa apapun sehingga penulisan skripsi ini dapat terwujud. Terlepas dari kekurangannya penulis berharap semoga tulisan ini dapat berguna bagi pembaca, khususnya Jurusan Seni Karawitan Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa karya ini masih belum memenuhi harapan pembaca, maka penulis mengharapkan kritik serta saran yang membangun demi perbaikan dan tambahan wawasan untuk penulisan yang lebih baik di waktu selanjutnya. Yogyakarta, 24 Febuari 2016. Penulis, Yunita Suratiningsih viii

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... ix DAFTAR SINGKATAN DAN SIMBOL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii INTISARI... xiii BAB I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 5 C. Tujuan Penelitian... 5 D. Tinjauan Pustaka... 5 E. Kerangka Pemikiran... 7 F. Metode Penelitian... 9 1. Pengumpulan Data... 10 a. Observasi... 10 b. Wawancara... 10 c. Studi Pustaka... 12 2. Analisis Data... 13 3. Sistematika Penulisan... 13 BAB II. SEKOLAH DASAR NEGERI KASIHAN, BANTUL... 15 A. Profil Sekolah Dasar Negeri Kasihan, Bantul... 15 B. Muatan Lokal... 18 BAB III. PROSES BELAJAR MENGAJAR SENI KARAWITAN PADA SEKOLAH DASAR NEGERI KASIHAN, BANTUL... 21 A. Sarana dan Prasarana... 21 B. Proses Belajar Mengajar... 26 D. Materi Belajar... 34 E. Hasil Belajar... 59 BAB IV. PENUTUP... 62 A. Kesimpulan... 62 B. Saran... 63 SUMBER ACUAN... 65 DAFTAR ISTILAH... 68 LAMPIRAN... 70 ix

DAFTAR SINGKATAN DAN SIMBOL A. Daftar Singkatan Bk : buka Gd : gending Lcr : lancaran Lik : ngelik Ump : umpak Bal : balungan Ttl : titi laras Cak : cakepan B. Daftar Simbol =. : tabuhan kethuk n. : tabuhan kenong p. : tabuhan kempul g. : tabuhan gong gn. : tabuhan kenong dan gong G. : tabuhan gong suwukan [ ] : tanda ulang x

DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Ricikan bonang... 24 2. Suasana belajar di SD Negeri Kasihan, Bantul... 29 3. Piala milik SD Negeri Kasihan, Bantul dalam lomba karawitan... 61 4. Piala milik SD Negeri Kasihan, Bantul dalam lomba Macapat... 61 xi

DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Foto... 71 Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian a) Fakultas Seni Pertunjukan ISI Yogyakarta... 85 b) BAPEDA Kabupaten Bantul... 86 Lampiran 3. Notasi Komposisi Iringan Kethoprak dengan Lakon Jumenengan 87 xii

INTISARI Dalam karya tulis ini dibahas mengenai proses belajar siswa-siswi Sekolah Dasar Negeri Kasihan Bantul yang hampir setiap kali lomba dapat meraih gelar juara. Adapun tujuan penelitian ini adalah ingin mendeskripsikan lebih jauh dan menganalisis bagaimanakah proses belajar siswa-siswi dalam belajar seni karawitan sehingga berprestasi, sedang metode yang digunakan adalah deskriptif analisis dengan menggunakan pendekatan musikal, psikologi, dan teori karawitan. Terlebih lagi karawitan mencerminkan sikap kerjasama antarmanusia yang ditunjukkan dalam permainannya, sehingga dalam proses belajar seni karawitan tercapai dua tujuan sekaligus yaitu skil individu yang membuat siswa-siswi meraih prestasi dan pelajaran kerjasama antarricikan yang dapat diaplikasikan dengan sesama manusia dalam kehidupan sehari-hari. Kata kunci: Proses belajar, Seni Karawitan, Sekolah Dasar Negeri Kasihan xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni karawitan merupakan kesenian tradisional yang di dalamnya terkandung banyak pelajaran dan tuntunan sehingga dapat dijadikan salah satu media dalam upaya pembentukan budi pekerti yang baik. Pandangan tersebut sejalan dengan pernyataan Kriswanto dalam penelitiannya yang berjudul Uyon- Uyon Hadiluhung Kraton Yogyakarta: Sebuah Media Pembentukan Karakter, bahwa dalam seni karawitan setidaknya terdapat 5 elemen penting yang dapat dipakai sebagai alat/media pembentuk karakter. Lima elemen tersebut adalah kebersamaan, sensitivitas, menghargai perbedaan/toleransi, sifat gotong royong, dan pembagian peran dan disiplin. 1 Dengan demikian, seni karawitan sebaiknya diajarkan kepada anak-anak agar dapat menerima ajaran dan tuntunan dalam seni karawitan sedini mungkin. Menurut Meuman, anak-anak seusia sekolah dasar masih memiliki rasa malu, polos, dan penurut sehingga mudah dipengaruhi (sugestibel). 2 Merujuk pendapat yang disampaikan Meuman tersebut, dalam konteks penyelenggaraan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Kasihan, Bantul (selanjutnya ditulis SD Negeri Kasihan) diharapkan mempunyai pengaruh yang positif, yaitu melalui pengajaran seni karawitan. Oleh karenanya dengan belajar seni karawitan secara 1 Kriswanto, Uyon-Uyon Hadiluhung Kraton Yogyakarta: Sebuah Media Pembentukan Karakter, Laporan Penelitian dibiayai DIPA ISI Yogyakarta (Yogyakarta: Lembaga Penelitian ISI Yogyakarta, 2012), 45. 2 Zulkifli l, Psikologi Perkembangan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000), 3. 1

2 rutin, siswa-siswi di SD Negeri Kasihan akan dapat diajak membiasakan diri untuk mengenal kebersamaan, melatih olah rasa (sensitivitas), menghargai perbedaan/toleransi, memupuk sifat kegotongroyongan, dan pembagian peran dan sikap disiplin 3. Dengan demikian, kebiasaan tersebut akan membawa dampak positif dalam hal perilaku pada kehidupan sehari-hari dengan didasari mental yang terbentuk, sehingga lambat laun perasaan malu akan terkikis sedikit demi sedikit serta menjadi percaya diri ketika berpentas di depan umum. Prosentase dampak tersebut tentu tidak sama karena sangat tergantung kondisi masing-masing siswa. Memberikan pembelajaran seni karawitan pada anak tentu saja berbeda dengan orang dewasa. Sesuai dengan pemahaman awal, anak-anak lebih sesuai diberikan materi yang mudah dipahami, misalnya tembang dolanan dalam bentuk gendhing lancaran, ladrang, ketawang, dan playon yang sederhana. Meskipun bentuknya sederhana, namun melalui cakepan yang terdapat dalam kesederhanaan gending tersebut, secara tidak langsung dapat memberikan nasihat dan dapat berpengaruh terhadap pendidikan karakter anak. Karakter yang dimaksudkan adalah sesuatu yang berkaitan dengan kekuatan moral dan berkonotasi positif. Dengan demikian siswa-siswi mulai terbiasa melakuan kegiatan yang poitif dalam kehidupan sehari-hari lewat pesan yang terkandung dalam gending dan tembang yang dipelajari. Salah satu tembang yang dijarkan adalah tembang dolanan. Tembang dolanan merupakan sarana bersenang-senang dalam mengisi waktu luang dan sebagai sarana komunikasi yang mengandung pesan mendidik. Riyadi merinci 3 Op. Cit.,1-2.

3 sifat lagu dolanan anak dalam 2 hal, yaitu bersifat didaktis dan sosial. Didaktis artinya lagu dolanan itu mengandung unsur pendidikan, baik yang disampaikan secara langsung dalam lirik lagu atau disampaikan secara tersirat, dengan berbagai perumpamaan atau analogi. Sosial artinya bahwa lagu dolanan memiliki potensi untuk menjalin hubungan sosial anak dan menumbuhkan sifat-sifat sosial. 4 Keadaan individu anak yang aktif membuat anak sering merasa bosan karena terlalu banyak duduk di dalam kelas. Kejenuhan tersebut mempengaruhi proses belajar anak, sebagaimana yang terjadi di SD Negeri Kasihan. Oleh sebab itu SD Negeri Kasihan memberikan pelajaran ekstrakulikuler seni karawitan untuk mengatasi kejenuhan anak. Seni karawitan yang sedianya digunakan sebagai media rekreasi dan kreativitas anak-anak kini berubah menjadi ekstrakulikuler. Pembelajaran seni karawitan diisi dengan mengajarkan cara menabuh gamelan, menyajikan gending, dan hal-hal lain yang terkait dengan seni karawitan yang semuanya dilakukan di sekolah. Ekstrakulikuler seni karawitan dijadwalkan tiga kali dalam satu minggu yakni, hari Rabu untuk kelas VI, hari Kamis untuk kelas IV, dan hari Jumat untuk kelas V. Meskipun sudah terjadwal, namun pengampu atau pengajar seni karawitan akan melaksanakan bimbingan dan pelatihan secara terprogram melalui waktu ekstrakulikuler secara intensif menjelang dan menghadapi lomba. Siswasiswi dalam kategori pemula akan diberikan latihan memainkan gamelan dengan menggunakan mainan yang disebut thithi, kemudian apabila sudah menguasai 4 Riyadi dalam Yuyun Kartini, Tembang Dolanan Anak-anak Berbahasa Jawa Sumber Pembentukan Watak dan Budi Pekerti, http://setyawara.webnode.com/news/tembang-dolanan/ diunduh pada tanggal 21 Mei 2014.

4 teknik dasar, baru dikenalkan praktik dengan menggunakan gamelan standar pada umumnya yang ada di sekolah. SD Negeri Kasihan merupakan sekolah yang memiliki prestasi khususnya dalam bidang seni karawitan. Sejak tahun 1998 SD Negeri Kasihan telah dipilih oleh stasiun TV lokal yaitu TVRI Yogyakarta untuk menghibur masyarakat dengan menampilkan pementasan dalang cilik yang diiringi oleh siswa-siswi SD Negeri Kasihan. Bukan hanya sekedar hiburan, melainkan SD Negeri Kasihan juga tidak pernah absen mengikuti lomba seni karawitan anak pada tingkat sekolah dasar. Dalam berbagai perlombaan yang diikuti SD Negeri Kasihan pernah beberapa kali memenangkan perlombaan tersebut, baik juara I, II, maupun III. Berbagai penghargaan pernah diraih dalam bidang seni karawitan, misalnya pada tahun 2002, SD Negeri Kasihan mendapat juara III pada Pekan Kesenian Pelajar tingkat TK dan SD se-kabupaten Bantul dan mendapatkan juara I pada Lomba Seni karawitan Anak se-kabupaten Bantul pada tahun 2003 untuk pertama kalinya. Sebagai sarana pembelajaran seni karawitan, di SD Negeri Kasihan terdapat seperangkat gamelan yang terbuat dari besi ber-laras slendro dan pelog. Gamelan tersebut bukan milik SD Negeri Kasihan, melainkan milik Sabirun, seorang warga Dusun Jetis, Kelurahan Tamantirto, Kecamatan Kasihan. Dilihat dari bentuk fisiknya, gamelan dirancang untuk orang dewasa sehingga dalam hal ini anak-anak sedikit mengalami kesulitan dalam memainkannya. Begitu pula dengan larasan gamelan, siswa-siswi merasa kesulitan dalam menjangkau nada wilayah tinggi pada tembang tertentu. Dengan demikian ada beberapa tembang

5 dolanan anak digarap dengan nada dan céngkok sederhana. Materi yang diajarkan di SD Negeri Kasihan masih terbatas pada gending dengan bentuk lancaran, ladrang, ketawang, dan playon sederhana. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut, maka terdapat permasalahan pokok, yaitu bagaimana proses belajar seni karawitan siswa-siswi SD Negeri Kasihan sehingga berprestasi? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan proses belajar seni karawitan siswa-siswi SD Negeri Kasihan sehingga berprestasi. D. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dilakukan untuk menelaah hasil penelitian relevan terdahulu yang dapat dijadikan referensi pokok maupun pendukung yang diharapkan dapat menunjang penelitian ini. Adapun penelitian relevan terdahulu yang dimaksud adalah sebagai berikut. Djoko Maduwiyata, menulis Model Pembelajaran Seni Karawitan Gendhing-Lagu Anak-anak Bagi Anak-anak Tingkat Sekolah Dasar: Upaya Menggali Nilai-nilai Pendidikan Budaya Jawa sebagai penelitian kategori Hibah Bersaing Perguruan Tinggi tahun anggaran 2005-2006 di Institut Seni Indonesia

6 Yogyakarta, April 2005. Pada penelitian ini kecuali tidak dibahas tentang sistem belajar seni karawitan, juga waktu dan objeknya berbeda. Verita Shalavita Koapaha, menulis tentang Gamelan Untuk Anak Usia Taman Kanak-kanak versi Suhirdjan ditinjau dari Aspek Organologi karya tulis Tugas Akhir sebagai syarat kelulusan Program Studi Sarjana Strata 1 di Jurusan Seni Karawitan Institut Seni Indonesia Yogyakarta pada tahun 2012. Persamaan dalam penulisan ini adalah pada tema yaitu seni karawitan untuk anak. Namun demikian ada perbedaan kajian yaitu pada aspek organologi dengan aspek pembelajaran yang dapat berdampak pada prestasi. Fortunata Tyasrinestu menulis tentang Bahasa Lagu Anak Berbahasa Indonesia karya tulis disertasi sebagai syarat kelulusan Program Studi Sarjana Strata 3 pada Ilmu-ilmu Humaniora (Linguistik) Universitas Gadjah Mada pada tahun 2013. Persamaan dalam penulisan ini adalah pada tema anak namun Tyas membahas tentang lagu anak berbahasa Indonesia, sedang kajian dalam penelitian ini tentang proses belajar seni karawitan dengan media tembang dolanan anak berbahasa Jawa. Sabar menulis tentang Kajian Garap Seni Karawitan Untuk Anak-anak, (Karya Musik Gembyengan Sanggar SKI Batu) sebagai karya seni dosen untuk meningkatkan kualitas karya dosen pada Jurusan Seni Karawitan Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta (STKW) Surabaya tahun 2011. Karya tulis ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan seni karawitan yang dimainkan oleh anak serta bagaimana peningkatan volume berkesenian pada musik tradisi seni karawitan. Objek penelitian yang dilakukan oleh Sabar adalah Sanggar Seni

7 Karawitan Indonesia di kota Batu, Malang, sedangkan objek penelitian ini di SD Negeri Kasihan, Bantul, Yogyakarta. Karya tulis Sabar memiliki topik yang sama dan tujuan yang mirip, namun demikian karena objek dan waktunya berbeda, tentu akan ditemukan hasil yang berbeda pula. Diah Uswatun Nurhayati menulis disertasi dengan judul Gagasangagasan Multikulturalisme Ki Hajar Dewantara dalam Pendidikan Musik Tamansiswa Yogyakarta. Karya tulis ini mengemukakan bagaimana peran Ki Hajar Dewantara dalam mengembangkan pendidikan musik di Indonesia dan menggunakan paradigma pendidikan musik untuk mendewasakan dan membentuk karakter anak. Perbedaan karya tulis Diah dan yang penulis lakukan adalah batasan yang digunakan oleh penulis yang hanya membahas tentang proses belajar siswa-siswi SD Negeri Kasihan. E. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran ini merupakan elemen penting dalam sebuah penelitian, yaitu berupa teori untuk melandasi proses penelitian. Adapun teori yang dipakai untuk memecahkan masalah dalam penelitian ini adalah Psikologi Perkembangan (Siti Rahayu, 1994). Dalam buku ini dijelaskan di antaranya adalah perkembangan psikologi seseorang dari usia anak-anak hingga masa tua, lengkap dengan sifat dan karakternya. Teori ini dipergunakan untuk menentukan usia anak sekolah dasar yaitu klas IV sampai dengan VI (8-12 tahun), yang merupakan usia efektif dalam belajar ilmu pengetahuan, termasuk seni karawitan. Dalam belajar seni karawitan, aplikasinya tidak dapat terlepas dari materi dan garap. Untuk itu kiranya teori seni karawitan karangan Martopangrawit

8 (Pengetahuan Karawitan I, 1976) yang menyatakan bahwa dalam seni karawitan terdapat 2 elemen penting, yaitu lagu dan irama, 5 dapat dijadikan landasan utama dalam memberikan materi pelajaran seni karawitan. Irama dan lagu dalam sebuah penyajian seni karawitan tidak dapat terlepas dari garap (aransmen). Dalam hal garap, diutarakan oleh Rahayu Supanggah dalam bukunya yang berjudul Bothekan Karawitan II: GARAP, demikian pernyataannya. Garap adalah sebuah sistem. Garap melibatkan beberapa unsur atau pihak yang masing-masing saling terkait dan membantu. Dalam seni karawitan Jawa, beberapa unsur tersebut dapat disebut sebagai berikut. 1.Materi garap atau ajang garap, 2. Penggarap, 3. Sarana garap, 4 Perabot atau piranti garap, 5. Penentu garap, dan 6. Pertimbangan garap 6 Pernyataan dalam kutipan tersebut dapat diuraikan sebagaimana yang terjadi dalam proses belajar seni karawitan di SD Negeri Kasihan, 1. Materi garap atau ajang garap dimaksudkan bahwa pengajar harus paham betul dengan materi garap gending, gending, karakter gending, pengelompokan gending, rasa gending, dan pasangan gending yang akan diajarkan kepada siswa-siswinya, 2. Penggarap yang dimaksudkan di sini adalah pengajar seni karawitan di SD Negeri Kasihan yakni Sukarjiyono, 3. Sarana garap yang merupakan bentuk fisik dari gamelan dan pengelompokannya, 4. Perabot garap berupa teknik, pola, irama dan laya, laras, pathet, konvensi, dan dinamik yang tepat untuk diajarkan kepada siswasiswi, 5. Penentu garap dan 6. Pertimbangan garap sekiranya tidak dipergunakan dalam proses belajar seni karawitan di SD Negeri Kasihan. 5 Martopangrawit, Pengetahuan Karawitan I (Surakarta: ASKI Surakarta, 1976), 1. 2002), 4. 6 Rahayu Supanggah, Bothekan Karawitan II: Garap (Surakarta: ISI Press Surakarta,

9 Teori tersebut sebenarnya lebih tepat diterapkan pada sebuah penyajian seni karawitan (penggarapan gending) dalam tataran lanjut yang banyak melibatkan ricikan ngajeng terutama kendang, rebab, gender, gambang, suling, dan bonang. Sementara materi yang diajarkan pada siswa-siswi SD Negeri Kasihan, Bantul masih terbatas pada tingkat pemula yang belum melibatkan ricikan ngajeng. Namun demikian, setidaknya teori tersebut dapat dipakai sebagai petunjuk dan inspirasi dalam memberikan materi yang implementasinya sudah tentu disesuaikan dengan tingkat kemampuan anak. Ketiga teori dasar tersebut kiranya dapat membantu dalam melandasi pemikiran dalam memecahkan masalah, dalam hal ini adalah anak usia sekolah dasar dalam konteks belajar seni karawitan. Perkembangan anak usia sekolah dasar dalam menyerap pelajaran dapat dibantu dengan adanya seni karawitan. Selain dengan tujuan pelestarian budaya, materi seni karawitan juga dapat difungsikan sebagai media pengenalan lingkungan pada siswa-siswi dan dapat pula digunakan sebagai sumber inspirasi dalam mendasari kehidupan melalui lirik lagu atau syairnya. F. Metode Penelitian Metode yang digunakan adalah deskriptif analisis, yaitu mendeskripsikan dan menganalisis proses belajar seni karawitan yang dilakukan oleh siswa-siswi sebagai mata pelajaran ekstrakulikuler serta hasil yang diperoleh. Analisis yang dilakukan bertujuan untuk membantu menyelesaikan masalah sehingga mendapatkan jawaban yang sesuai dengan fakta yang ada.

10 Subbahasan atau tema yang dijadikan objek dalam penelitian ini adalah materi gending dalam ekstrakulikuler seni karawitan yang menjadikan siswa-siswi dapat meraih prestasi. Untuk mengupas permasalahan dalam penelitian ini dilakukan langkah bertahap, yaitu tahap pengumpulan data, analisis data, dan penulisan laporan. 1. Tahap pengumpulan data Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data tentang struktur gending, jenis-jenis atau materi yang diajarkan, dan makna gending serta pengaruh pembelajaran seni karawitan. Adapun cara pengumpulan data ini ditempuh melalui beberapa tahap yakni, observasi, wawancara, dan studi pustaka. a. Observasi Observasi awal (pra penelitian) dilakukan di SD Negeri Kasihan, yaitu mengamati objek penelitian secara langsung di SD Negeri Kasihan. Melalui pengamatan ini diketahui materi gending yang diajarkan, bagaimana siswa-siswi bermain gamelan, dan proses belajar yang dilakukan. b. Wawancara Tahap ini ditempuh dengan melakukan wawancara terhadap narasumber yang penentuannya didasarkan pada kemampuan personal, pengalaman, dan pengetahuan yang dipandang cukup dalam mendukung objek penelitian. Adapun narasumber yang dimaksud adalah sebagai berikut.

11 1. Suparjana, Kepala SD Negeri Kasihan. Dalam wawancara ini diperoleh data tentang visi, misi, dan tujuan penyelenggaraan pelajaran seni karawitan. 2. Sukarjiyono, guru ekstrakulikuler seni karawitan. Dalam wawancara ini telah diperoleh data tentang cara dan model dalam mengajar praktik seni karawitan. Hasil wawancara yang merupakan data dan informasi yang berhubungan dengan tujuan dari pembelajaran seni karawitan dan materi yang diajarkan. 3. Trustho, seniman dan komposer karawitan yang pernah menggarap materi lomba karawitan anak tingkat sekolah dasar. Hasil wawancara dengan Trustho diperoleh data pembanding atas cara belajar dan garap seni karawitan bagi anak usia sekolah dasar. 4. Wawancara berikutnya dilakukan kepada siswa-siswi SD Negeri Kasihan (Amelisa Zahra Audiva Kirani, Nadia Maharani Kencana Putri, Tia Ramadhani, Tria Desti Seviana, Annisa Oktaviani, Lulu Alil Munawaroh, Febrian Bagas Umantoro, dan Alfin Bagus Anggara). Dalam wawancara ini diperoleh materi gending terkait dan manfaat yang dirasakan dan kesulitan apa saja yang dialami dalam latihan. 5. Siti Jamzanah, Kasubag Umum Dinas Pendidikan Dasar Kabupaten Bantul. Dalam wawancara ini diperoleh informasi tentang data sekolah-sekolah dasar yang sudah mendapat fasilitas gamelan dari

12 Dinas Pendidikan Dasar Kabupaten Bantul sebagai sarana belajar seni karawitan. 6. Sutarta, seniman yang juga guru seni karawitan di Sekolah Menengah Karawitan Indonesia Yogyakarta (SMK Negeri I Kasihan). Dalam wawancara ini diperoleh data mengenai ricikan gamelan yang perlu dan telah dilaras sebagai sarana belajar siswa-siswi SD Negeri Kasihan. c. Studi pustaka Studi pustaka merupakan langkah yang dilakukan dalam suatu penelitian yaitu dengan cara mengumpulkan data tertulis yang ada hubungannya dengan objek yang diteliti. Pada langkah ini penulis mencari referensi tertulis atau buku yang sesuai dengan kebutuhan penelitian. Buku tersebut di antaranya adalah Bothekan Karawitan II: Garap yang ditulis oleh Rahayu Supanggah (2009), Psikologi Perkembangan oleh Zulkifli L (2002), Implementasi Pendidikan Karakter Institut Seni Indonesia Yogyakarta yang ditulis oleh Syafruddin (1988). Psikologi Perkembangan Pengantar dalam Berbagai Bagiannya oleh Siti Rahayu Haditomo (1994). Psikologi Pendidikan oleh Ngalim Purwanto (1992). Didaktis, Asas-asas Mengajar oleh S. Nasution (1986). Pengelolaan Kelas oleh E.C. Wragg (1996), Teori Motivasi dan Aplikasinya oleh Sondang P. Siagian (2004) dan Media Komunikasi Pendidikan oleh Sudarwan Danim (1995). Buku yang menjadi referensi tertulis didapatkan dengan mengunjungi perpustakaan Jurusan Karawitan, UPT Perpustakaan Institut Seni Indonesia Yogyakarta, Perpustakaan Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta, dan koleksi pribadi.

13 2. Tahap analisis data Pada tahap analisis data dilakukan pengamatan dan dilanjutkan dengan menguraikan permasalahan yang ada, yaitu memilah data sebagai jawaban pertanyaan penelitian. Setelah itu dilanjutkan dengan tahap analisis terhadap masing-masing data, kemudian dipilah sesuai dengan kebutuhan pembahasan. Teknik yang digunakan yaitu metode kualitatif karena data yang digunakan berupa informasi dan materi yang didapatkan dengan mengamati, mendengarkan, bertanya, dan mencatat hal yang berkaitan dengan proses belajar seni karawitan di SD Negeri Kasihan. 3. Sistematika Penulisan Data yang telah terkumpul dan dianalisis, kemudian dikelompokkan sesuai kebutuhan pembahasan yang dirangkum dalam 4 bab, selengkapnya adalah sebagai berikut. BAB I. Bab ini berisi Pendahuluan meliputi Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Tinjauan Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Metode Penelitian. BAB II. Bab ini berisi tentang SD Negeri Kasihan meliputi Profil SD Negeri Kasihan dan Mata Pelajaran Muatan Lokal. BAB III. Bab ini berisi Proses Belajar Mengajar Seni Karawitan pada Sekolah Dasar Negeri Kasihan, Bantul meliputi Sarana dan Prasarana, Proses Belajar Mengajar, Materi, dan Hasil belajar.

14 BAB IV. Bab ini adalah Penutup yang berisi Kesimpulan dan Saran. Selanjutnya, disajikan pula Sumber Acuan, Daftar Istilah dan Lampiran.