BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga berencana telah menjadi salah satu sejarah keberhasilan pada abad ke-20. Saat ini hampir 60% pasangan usia reproduktif di seluruh dunia menggunakan kontrasepsi. Hingga saat ini populasi dunia sudah mencapai angka 6 miliyar dan lebih dari 120 juta wanita di Negara berkembang tidak memiliki cara mencegah kehamilan.(glasier, Anna. Gebbie, Ailsa.2005.h;v) Salah satu upaya yang dilakukan dalam mensukseskan program keluarga berencana yaitu dengan memberikan pelayanan yang bermutu dan sesuai kebutuhan. Hal ini menuntun tenaga kesehatan untuk dapat memberikan pelayanan dengan standar yang telah ditetapkan. Disini juga membutuhkan peran bidan dalam mensukseskan program keluarga berencana salah satunya bidan memberikan informasi (konseling) terhadap klien tentang alat kontrasepsi sehingga klien lebih mengenal dan memahami alat kontrasepsi dan bidan dapat memberikan pelayanan sesuai dengan standar pelayanan bidan. (Handayani.2010.h;iii) Peserta Keluarga Berencana (KB) baru adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang baru pertama kali menggunakan salah satu cara atau alat dan atau PUS yang menggunakan kembali salah satu cara atau alat kontrasepsi setelah mereka berakhir masa kehamilannya. Peserta KB baru tersebut menggunakan kontrasepsi sebagai berikut, pertama metode 1
kontrasepsi jangka panjang yaitu pada tahun 2011 pengguna IUD (6,9%), MOP (0,4%), MOW (2,0%) dan Implant (12,2%). Sedangkan tahun 2010 pengguna IUD (5,99%), MOP/MOW (2,23%) dan Implant (8,97%). Kedua metode kontrasepsi jangka pendek yaitu pada tahun 2011 pengguna Suntik (54,2%), PIL (18,4%) dan Kondom (5,8%), sedangkan tahun 2010 yaitu Suntik (58,13%), PIL (19,46%) dan Kondom (5,24%). Peserta KB aktif adalah akseptor yang pada saat ini memakai kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau mengakhiri kesuburan. Cakupan peserta KB aktif Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 sebesar 76,8%, mengalami penurunan dibandingkan dengan pencapaian tahun 2010 (78,57%). Angka ini sudah mencapai target (70%). Cakupan tertinggi di Kota Magelang (89,5%) dan terendah di Kabupaten Tegal (44,2%). (Dinkes.2011.h;63-65). Dalam rangka meningkatkan cakupan peserta KB tahun 2011-2012 pemerintah membuka program jampersal yang merupakan paket pelayanan termasuk di dalamnya pelayanan KB pasca persalinan, sehingga setiap pasien menerima manfaat Jampersal yaitu setelah melahirkan harus mengikuti program KB pasca persalinan. Dalam program jampersal KB antara lain KB implant dan IUD. Dengan demikian, program Jampersal ini akan sejalan dengan program KB.(Anonim.2012) KB Implant atau susuk KB yang merupakan salah satu jenis kontrasepsi yang pemakainnya yaitu dengan cara memasukkan tabung kecil di bawah kulit pada bagian tangan yang dapat dilakukan oleh petugas kesehatan. Tabung kecil berisi horman tersebut akan terlepas
sedikit-sedikit, sehingga mencegah kehamilan. Kontrasepsi ini memiliki keuntungan, yaitu akseptor tidak harus minum pil ataupun suntik KB berkala. Proses pemasangan susuk KB ini cukup 1 kali untuk jangka waktu pemakaian sekitar 2-5 tahun. Bilamana berencana untuk hamil, maka cukup dengan melepaskan implant ini kembali. Namun efek samping yang ditimbulkan dari pemakaian susuk KB ini antara lain adalah siklus menstruasi menjadi tidak teratur. (Atikah, Anisa,dan Siti.2010.h;51) Pengguna KB Implant di RSUD D.R. Goeteng Taroenadibrata pada tahun 2012 mencapai 357 pengguna KB Implant sedangkan pada tahun 2011 mencapai 329 pengguna KB implant dibandingkan dengan pengguna KB IUD pada tahun 2012 mencapai 543. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pengguna KB Implant lebih sedikit dibandingkan dengan pengguna KB IUD, sehingga pemerintah berusaha meningkatkan jumlah pengguna KB jangka panjang. Dari uraian diatas maka penulis tertarik menulis karya tulis ilmiah dengan judul Asuhan kebidanan dengan Akseptor Baru Kontrasepsi KB Implant di RSUD D.R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga tahun 2013. Diharapkan nantinya setelah dilakukan asuhan kebidanan pada NY. K UMUR 21 TAHUN P 2 A 0 bisa meningkatkan kontrasepsi KB implant di masyarakat terutama di daerah Purbalingga. Karena implant sebagai alat kontrasepsi jangka panjang peminatnya cukup sedikit daripada pengguna KB IUD. KB Implant dalam pemasangannya harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang terlatih untuk mengurangi resiko pada saat pemasangan maupun pasca pemasangan.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk mengkaji tentang Bagaimana Asuhan Kebidanan pada Ny. K Umur 21 Tahun P 2 A 0 dengan Akseptor Baru KB Implant Jadena di RSUD D.R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga?. C. Tujuan Penulisan 1. Umum Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada akseptor baru implant secara komprehensif dengan menerapkan manajemen kebidanan 7 langkah varney. 2. Khusus a. Penulis mampu melakukan pengkajian data untuk mendapatkan data yang lengkap dan relevan. b. Penulis mampu menginterpretasi diagnose kebidanan dan masalah pada akseptor baru KB Implant Jadena. c. Penulis mampu mengidentifikasi diagnose dan masalah potensial pada akseptor baru KB Implant Jadena. d. Penulis mampu mengidentifikasi perlunya tindakan segera terhadap diagnose potensial dan masalah yang muncul pada akseptor baru KB Implant Jadena. e. Penulis mampu menentukan rencana tindakan secara menyeluruh pada akseptor baru KB Implant Jadena. f. Penulis mampu melaksanakan dari rencana yang telah disusun pada akseptor baru KB Implant Jadena dengan efektif, dan aman.
g. Penulis mampu melakukan evaluasi dari asuhan kebidanan yang telah diberikan pada akseptor baru KB Implant Jadena. D. Ruang Lingkup 1. Sasaran Sasaran pada kasus ini adalah Ny. K umur 21 tahun P 2 A 0 dengan akseptor baru KB Implant Jadena. 2. Tempat Asuhan kebidanan dilaksanakan di RSUD D.R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. 3. Waktu a. Proposal tanggal 15 maret 2013. b. Pengambilan kasus tanggal 9 April 2013. c. Penyusunan KTI mulai bulan maret sampai bulan juni. E. Manfaat 1. Teoritis a. Bagi penulis Meningkatkan kemampuan, pengetahuan, ketrampilan dan kualitas pelayanan dalam memberikan asuhan kebidanan pada akseptor baru KB Implant Jadena. b. Bagi instansi pendidikan kesehatan Dapat digunakan sebagai referensi untuk melakukan asuhan kebidanan pada akseptor baru KB Implant Jadena.
2. Praktis a. Bagi tenaga kesehatan Dapat meningkatkan mutu pelayanan kebidanan pada akseptor baru KB Implant Jadena. b. Bagi akseptor KB Dapat meningkatkan ilmu pengetahuan pasien tentang kontrasepsi implant jadena. c. Bagi masyarakat Dapat menjadikan bahan pertimbanagan bagi masyarakat untuk menentukan kontrasepsi yang akan dipilihnya dan masyarakat dapat memperoleh pelayanan kebidanan yang baik sesuai dengan asuhan kebidanan. F. Metode Pengumpulan Data Dalam pengambilan kasus penulis akan menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan 7 langkah varney, yang meliputi pengkajian, intepretasi data, diagnosa potensial, tindakan segera, perencanaan yang menyeluruh, pelaksanaan dan evaluasi. Tehnik pengumpulan data dilakukan dengan cara data primer dan data sekunder. 1. Data Primer a. Wawancara Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data, dimana pengkaji mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan dari anamnesa atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut (face to face). (Notoatmojdo.2010.h;139)
b. Pemeriksaan Fisik Penulis mengumpulkan data dengan pemeriksaan fisik. 1) Inspeksi inspeksi adalah suatu proses observasi, pengalaman diperlukan untuk mengenali variasi normal diantara klien. 2) Palpasi Palpasi menggunakan kedua tangan untuk menyentuh bagian tubuh untuk membuat suatu pengukuran sensitif tanda khusus fisik. 3) Perkusi Perkusi merupakan tehnik pemeriksaan fisik dengan melibatkan pengetukan tubuh dengan ujung-ujung guna mengevaluasi ukuran, batasan, dan konsistensi organ-organ tubuh yang bertujuan menemukan adanya cairan didalam rongga tubuh. 4) Auskultasi Auskultasi adalah tehnik pemeriksaan fisik dengan mendengarkan bunyi yang dihasilkan tubuh. (Muttaqin.2010.h;12-19) c. Pelaksanaan Penulis melakukan pengamatan secara langsung dan pemasangan kontrasepsi KB Implant Jadena. d. Pengamatan (observasi) Pengamatan adalah suatu prosedur yang berencana, yang antara lain meliputi melihat, mendengar, dan mencatat sejumlah dan taraf
aktifitas tertentu atau situasi yang ada hubungannya dengan masalah yang dikaji. (Notoadmodjo.2010. h;131) 2. Data Sekunder a. Dokumentasi Penulis menggunakan rekam medis yang ada kaitannya dengan pasien, contohnya status pasien. b. Studi Pustaka Penulis mencari sumber informasi melalui beberapa sumber dan referensi atau literatur yang berhubungan dengan kasus yang diambil yaitu tentang KB Implant. Memperoleh informasi yang terdahulu dengan menggunakan data primer dan data sekunder dengan menyelusuri literatur yang ada. c. Media Elektronik Membuka Website, jurnal, dan e-book yang terkait dengan kasus yang teliti. G. Sistematika Penulisan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini berdasarkan sistematika sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Terdiri dari pendahuluan yang menguraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, metode, manfaat, pengumpulan data, sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA a. Medis Berisi tentang definisi cara pemakaian, jenis-jenisnya, indikasi dan kontra indikasi, efek samping, pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan. b. Tinjaun Asuhan Kebidanan Dengan melakukan pendekatan menggunakan 7 langkah varney meliputi pengkajian data, interpretasi data, diagnosa potensial, identifikasi kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan, mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan. c. Aspek Hukum Yang meliputi landasan hukum, undang-undang yang mengatur, kepmenkes, standar pelayanan kebidanan, kompetensi bidan serta kewenangan bidan dalam memberikan asuhan pada kasus yang dikaji. BAB III TINJAUAN KASUS Menggunakan data 7 langkah varney meliputi pengkajian data, interpretasi data, diagnosa potensial, identifikasi kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, catatan perkembangan dengan metode SOAP. BAB IV PEMBAHASAN Terdiri dari pembahasan kasus yang meliputi pembahasan masalah, kesenjangan teori, serta bagaimana kenyataan di laporan pada asuhan kebidanan yang telah diberikan pada akseptor baru kontrasepsi KB implant.
BAB V PENUTUP Simpulan : Merupakan sintesa dari hasil bahasan yang dapat menjawab permasalahan dan tujuan penyusunan studi kasus. Saran : Merupakan tulisan setelah kesimpulan dibuat data ini ditunjukkan kepada pembuat kebijakan, penggunaan asuhan kebidanan yang bersangkutan dan kepada penulis lain yang berminat melakukan studi kasus selanjutnya. Saran hendaknya bersifat operasional atau dapat dilaksanakan. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN