I.1 Latar Belakang Kebutuhan primer terbagi menjadi tiga bagian, diantaranya adalah kebutuhan sandang, pangan dan papan. Kebutuhan tersebut tidak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 3 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUNINGAN, KECAMATAN CIBEUREUM, CIBINGBIN, DAN CIGUGUR

BAB 3 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUNINGAN, KECAMATAN CIBEUREUM, CIBINGBIN, DAN CIGUGUR

BUPATI KUNINGAN. KEPUTUSAN BUPATI KUNINGAN NOMOR : 487/KPTS.149-diskominfo/2015

PEMERINTAH KABUPATEN KUNINGAN BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH Jalan Siliwangi No. 26 Telp. (0232) Kasturi Kuningan Kode Pos 45521

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN KUNINGAN

PEMERINTAH KABUPATEN KUNINGAN SEKRETARIAT DAERAH Jl. Siliwangi No. 88 Telp. (0232) K U N I N G A N Kode Pos 45512

PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG

KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Sumber : Badan Pusat Statistik


PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG

Tabel I.1 Luas Panen dan Jumlah Produksi Singkong Provinsi Jawa Barat Tahun

kuningankab.bps.go.id

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai bobot badan antara 1,5-2.8 kg/ekor dan bisa segera

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat, harga yang

DIPA BADAN URUSAN ADMINISTRASI TAHUN ANGGARAN 2014

I. PENDAHULUAN. industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam

BAB 3 KEBIJAKAN DAN KONDISI PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN KUNINGAN

PENDAHULUAN. ( Populasi Ternak (000) Ekor Diakses Tanggal 3 Oktober 2011.

KABUPATEN KUNINGAN DALAM ANGKA. Kuningan Regency in Figure

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KUNINGAN. : Kabupaten Majalengka Provinsi Jawa Barat

PENGUMUMAN RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2014

BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar dan pokok yang dibutuhkan oleh

PEMERINTAH KABUPATEN KUNINGAN REKAPITULASI PERUBAHAN BELANJA MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pendapatan nasional di era globalisasi seperti saat ini

BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Andri Endianto, 2015

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar se-asia

2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 08 /PMK.07/2011 TENTANG

DATA PERKEMBANGAN REALISASI INVESTASI PMA DAN PMDN SE JAWA BARAT PERIODE LAPORAN JANUARI - MARET TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kandungan Zat Gizi Komoditas Kedelai. Serat (g) Kedelai Protein (g) Sumber: Prosea 1996 ( Purwono: 2009)

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dan pengurangan kemiskinan yang absolut (Todaro, 2000).

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik material maupun spiritual. Untuk

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BELANJA (TRANSAKSI KAS) BELANJA WILAYAH MELALUI KPPN UNTUK BULAN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2014 (dalam rupiah)

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

KATA PENGANTAR. keterampilan para petani dan petugas melalui sekolah lapangan serta pelatihan pemandu (PL I, PL II, PL III).

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang kehidupan, termasuk bidang pendidikan. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan di daerah setempat. Penyediaan lapangan kerja berhubungan erat dengan

Sumber: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia (2012)

ANALISIS POLITIK TERHADAP USULAN PEMEKARAN DESA SIDARAJA KECAMATAN CIAWIGEBANG KABUPATEN KUNINGAN. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lokal karena memiliki kandungan karbohidrat yang relatif tinggi. Zuraida dan

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BELANJA (TRANSAKSI KAS) BELANJA WILAYAH MELALUI KPPN UNTUK BULAN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (dalam rupiah)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2010 Kementerian Keuangan. Dana Bagi Hasil. Pertambangan. Panas Bumi.

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus

MODAL DASAR PD.BPR/PD.PK HASIL KONSOLIDISASI ATAU MERGER

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

Perkembangan Ekonomi Makro

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KUNINGAN TAHUN 2015 RKPD 2015 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara Lintang

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KUNINGAN TAHUN

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... ABSTRACT... DAFTAR TABEL... DAFTAR ILUSTRASI... DAFTAR LAMPIRAN...

EVALUASI KETERSEDIAAN DAN DISTRIBUSI PANGAN RONI KASTAMAN DISAMPAIKAN PADA ACARA DISEMINASI LITBANG BAPEDA KOTA BANDUNG 29 NOPEMBER 2016

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. pembangunan Nasional. Ketersediaan pangan yang cukup, aman, merata, harga

PENDAHULUAN. terjangkau, memiliki kualitas gizi yang yang baik, mudah diolah menjadi berbagai

I. PENDAHULUAN. Komoditas ayam broiler merupakan primadona dalam sektor peternakan di

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah dan desentralisasi yang efektif berlaku sejak tahun 2001

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Buletin Analisis Hujan dan Indeks Kekeringan Bulan April 2012 dan Prakiraan Hujan Bulan Juni, Juli dan Agustus 2012 KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah melakukan reformasi pengelolaan keuangan dengan. mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08

I. PENDAHULUAN. potensi sumber daya alam yang besar untuk dikembangkan terutama dalam

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

BAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp:// [Diakses Tanggal 9 Juli 2011]

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tinjauan Komoditas Sejarah Ayam Petelur. Ayam liar atau ayam hutan adalah ayam yang pertama kali dipelihara oleh

Analisis usaha industri tempe kedelai skala rumah tangga di kota Surakarta

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Perkembangan masyarakat yang semakin bertambah tidak hanya dari segi

I. PENDAHULUAN. salah satu cara memperbaiki keadaan gizi masyarakat (Stanton, 1991).

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa melaksanakan produksi, perdagangan dan distribusi produk

BAB I PENDAHULUAN. Sejak kebijakan pemerintah Indonesia tentang Otonomi Daerah

BERITA RESMI STATISTIK

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan ayam hutan hijau

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

: Surat Panggilan Peserta Diklat Prajabatan CPNS Golongan I, II dan III Nomor : 893.8/ 1455 /BKD Tanggal : 11 Pebruari 2015

I PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kebutuhan primer terbagi menjadi tiga bagian, diantaranya adalah kebutuhan sandang, pangan dan papan. Kebutuhan tersebut tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia karena berperan sangat vital bagi keberlangsungan kehidupan terutama kebutuhan akan pangan, apabila kebutuhan ini tidak dipenuhi maka manusia tidak akan dapat bertahan hidup. Salah satu bahan pangan yang ditelah dikenal masyarakat adalah daging ayam. Daging ayam adalah sumber protein yang dibutuhkan oleh tubuh sebagai zat pembangun dalam tubuh. Berikut adalah kandungan gizi yang ada dalam 100 gram daging ayam (sumber : http://www.kolombloggratis.org); a. Daging ayam sebanyak 100 gram mengandung air 75% b. Kandungan protein sebanyak 22% c. Kandungan senyawa kalsium sebanyak 13 miligram d. Kandungan zat fosfor sebanyak 190 mg e. Kandungan zat besi sebanyak 190 mg f. Mengandung vitamin A, C dan E Dilihat dari kandungan gizi yang terkandung dalam daging ayam tak heran daging ayam merupakan salah satu bahan pangan yang dikenal oleh masyarakat dari berbagai kalangan. Daging ayam pun mudah ditemukan diberbagai tempat sehingga konsumsi daging ayam di Indonesia tiap tahunnya terus meningkat. Untuk produksi ayam ras pedaging di Kab. Kuningan dalam tiga tahun terakhir mengalami kenaikan, ini menunjukan bahwa tiap tahun kebutuhan akan konsumsi ayam ras pedaging (broiler) terus meningkat. Berikut ini ditunjukan angka produksi ayam ras pedaging tahun 2010 2012 pada Tabel I. 1.

Tabel I. 1 Produksi Ayam Ras Pedaging Beberapa Kabupaten dan Kota di Jawa Barat, 2010-2012 NO. KAB/KOTA TOTAL PRODUKSI AYAM RAS PEDAGING(kg) TAHUN KE- 2010 2011 2012 1 KAB. BOGOR 75,988,436.04 82,750,605.04 85,205,183.32 2 KAB. SUKABUMI 29,700,614.00 41,852,415.00 45,736,108.00 3 KAB. CIANJUR 26,816,144.85 28,881,457.64 29,256,476.30 4 KAB. BANDUNG 19,705,138.20 21,236,178.15 11,772,253.02 5 KAB. GARUT 2,558,382.09 2,595,471.05 2,631,808.41 KAB. 6 TASIKMALAYA 25,156,705.20 27,146,539.20 29,598,660.30 7 KAB. CIAMIS 66,754,772.77 97,634,317.00 97,639,199.00 8 KAB. KUNINGAN 10,529,811.27 10,681,506.00 10,759,750.32 9 KAB. CIREBON 3,833,398.34 4,025,043.92 5,512,533.97 10 KAB. MAJALENGKA 6,414,577.60 12,102,280.00 12,610,448.00 11 KAB. SUMEDANG 8,257,444.93 12,107,696.63 9,124,163.00 12 KAB. INDRAMAYU 10,342,993.32 9,412,580.00 15,645,380.00 13 KAB. SUBANG 31,747,102.86 33,310,543.86 34,052,515.86 14 KAB. PURWAKARTA 9,224,215.18 10,075,608.77 10,075,609.00 15 KAB. KARAWANG 29,478,417.47 53,277,092.29 51,132,740.21 16 KAB. BEKASI 10,323,740.59 10,581,836.03 10,831,764.97 KAB. BANDUNG 17 BARAT 16,487,880.16 19,349,969.69 20,669,393.45 18 KOTA BOGOR 794,970.00 1,052,733.00 868,444.50 19 KOTA SUKABUMI 2,694,437.59 2,094,895.31 2,425,101.76 20 KOTA BANDUNG 466,926.83 476,264.12 489,373.90 21 KOTA CIREBON 57,613.64 81,265.21 332,528.72 22 KOTA BEKASI 4,285,755.54 3,350,731.10 4,699,544.65 (Sumber: Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, 2014)

Tabel I. 1 menunjukan angka produksi daging ayam ras di Indonesia. Produksi daging ayam tiap tahunnya pun mengalami kenaikan, daging ayam ras (broiler) khususnya. Hal ini menunjukan tingkat konsumsi daging ayam pada masyarakat masih tinggi dan terus diminati. Ayam ras (broiler) yang merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam. Ayam ras ini baru popular di Indonesia sejak tahun 1980. Hingga kini ayam ras telah dikenal masyarakat Indonesia dengan berbagai kelebihannya. Hanya 5-6 minggu sudah bisa dipanen. Dengan waktu pemeliharaan yang relatif singkat dan menguntungkan, maka banyak peternak baru serta peternak musiman yang bermunculan diberbagai wilayah Indonesia (Rasyaf, 1999). Agar tubuh menjadi sehat, maka diperlukan asupan gizi yang mencukupi perharinya, hal ini agar manusia dapat menjalankan aktivitasnya dengan baik dan tanpa halangan. Bahan pangan berperan penting dalam menjaga metabolisme tubuh. Kebutuhan akan karbohidrat, protein, vitamin dan sebagainya akan dapat tercukupi dengan konsumsi pangan yang cukup dalam seharinya. Protein berperan penting dalam hal penyusunan jaringan tubuh dan regenerasi jaringan tubuh, protein juga merupakan sumber energy yang baik. Jenis protein terdapat dua, yaitu protein hewani dan nabati. Sumber protein hewani adalag daging-dagingan termasuk ikan, untuk sumber protein nabati dapat ditemukan dalam kacangkacangan dan lain lain. Ayam potong (broiler) merupakan salah satu sumber protein hewani yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Secara umum kebutuhan protein untuk orang dewasa adalah 1 gram/kg berat badan, jadi apabila berat badan seseorang adalah 60 kg, maka kebutuhan protein 60 gram perhari. Minat masyarakat akan konsumsi daging ayam ras masih tinggi sehingga memberikan peluang kepada para pengusaha untuk berinvestasi pada bidang daging ayam ras, dapat berupa peternakan ayam maupun tempat pemotongan ayam yang biasa disebut RPA.

Nominal 4.500.000.000 4.000.000.000 3.500.000.000 3.000.000.000 2.500.000.000 2.000.000.000 1.500.000.000 Pendapatan RPA Sinar Broiler 1.000.000.000 500.000.000 0 2010 2011 2012 2013 Tahun Gambar I. 1 Grafik Pendapatan RPA Sinar Broiler Tahun 2010-2012 Dari Gambar I. 1 dapat dilihat pendapatan RPA Sinar Broiler dari tahun ke tahun mengalami kenaikan, hal ini dikarenakan pertumbuhan masyarakat dan peningkatan akan kebutuhan konsumsi daging ayam potong yang semakin positif. Berdasarkan pendapatan yang terus meningkat, maka RPA Sinar Broiler berniat untuk melakukan ekspansi pasar. Di Kabupaten Kuningan, jumlah rumah potong ayam masih dapat terhitung oleh jari, karena jumlahnya belum terlalu banyak, sehingga bisnis rumah potong ayam adalah hal yang menjanjikan mengingat pendapatan yang terus meningkat. Berikut adalah data rumah potong ayam yang ada di Kabupaten Kuningan.

Tabel I. 2 Data Rumah Potong Ayam di Kabupaten Kuningan No. Kecamatan Jumlah RPA 1 Ciawigebang 2 2 Cibingbin 2 3 Cidahu 1 4 Cigandamekar - 5 Cigugur 1 6 Cilimus 2 7 Cimahi - 8 Cipicung - 9 Ciwaru 1 10 Darma 2 11 Sindangagung - 12 Hantara - 13 Jalaksana 1 14 Japara - 15 Kadugede - 16 Kalimanggis 1 17 Kramatmulya - 18 Kuningan 4 19 Lebakwangi - 20 Luragung - 21 Maleber - 22 Mandirancan - 23 Nusaherang - 24 Pancalang - 25 Pasawahan 1 26 Selajambe - 27 Garawangi 2 TOTAL 20 (Sumber: Pengembangan Database dan GIS, 2014) Dari Tabel I. 2 didapat jumlah RPA yang ada di Kabupaten Kuningan mencapai 20 RPA, dengan total produksi yang beragam di beberapa kecamatan. Secara tipe, RPA dapat dibagi menjadi dua tipe yaitu RPA Tradisional dan RPA Moderen. Ciri khas RPA Tradisional adalah industri ini masih dapat dimasukan dalam skala industri rumahan. Dalam jumlah produksi umumnya tidak terlalu besar mengingat RPA Tradisional biasanya merupakan usaha sederhana yang dijalankan oleh

keluarga dan pekerja pun biasanya merangkap dalam berbagai pekerjaan contohnya seperti pemotongan ayam langsung oleh pemilik hingga proses penjualan dilakukan oleh pemilik, peralatan yang digunakan pun masih manual. Beda halnya dengan RPA Moderen dimana jumlah produksi besar dan setiap pekerja memiliki jobdesk masing-masing, peralatan yang digunakan pun telah menggunakan mesin-mesin otomatis dimana dapat menghasilkan output yang besar dan tentunya keuntungan besar yang akan didapat. KONSUMEN RUMAH TANGGA PETERNAKAN AYAM RAS RUMAH POTONG AYAM PEDAGANG AYAM Gambar I. 2 Alur Penjualan Ayam Potong Gambar I. 2 menunjukan alur dari hulu ke hilir dari proses produksi hingga penjualan dari ayam potong. Awal prosesnya adalah ayam diternakan di peternakan hingga ayam siap untuk didistribusikan sebagai ayam potong. Rumah potong ayam membeli ayam hidup sebagai livingstock inventory yang selanjutnya akan masuk dalam proses produksi ayam potong. Di rumah potong ayam inilah proses pemotongan ayam dilakukan. Setelah proses pemotongan di rumah potong ayam, lalu daging ayam didistribusikan ke konsumen rumah tangga dan pedagang ayam sebagai konsumen utama rumah potong ayam. Pedagang ayam turut pula dalam pemenuhan kebutuhan dari konsumen rumah tangga. RPA Sinar Broiler berada di Kecamatan Garawangi dimana di Kecamatan ini memiliki dua RPA yaitu salah satunya adalah RPA Sinar Broiler. RPA Sinar Broiler ingin melakukan ekspansi pasar ke Kecamatan yang belum memiliki RPA dimana lokasi terdekat adalah pasar-pasar di Kecamatan yang berada di sekitar Kecamatan Garawangi tentunya berbeda.

Tabel I. 3 Pasar Eksisting dan Usulan Pasar Existing Kecamatan Kuningan Kecamatan Ciawigebang Kecamatan Cibingbin Kecamatan Maleber Kecamatan Garawangi Kecamatan Cilimus Kecamatan Luragung Pasar Usulan Kecamatan Kramatmulya Kecamatan Kadugede Kecamatan Jalaksana Kecamatan Ciniru Kecamatan Cipicung Gambar I. 3 Peta Kabupaten Kuningan (Sumber : http://www.kuningankab.go.id) Tabel I. 3 menggambarkan kondisi pasar existing yang telah menjadi lokasi penjualan ayam RPA Sinar Broiler. RPA Sinar Broiler ingin melakukan ekspansi

pasar dimana menambah target-target pasar di lima kecamatan yang ada di Kabupaten Kuningan. Lokasi pasar existing dan pasar tujuan ekspansi terlihat pada Gambar I. 3 Keterangan : : Lokasi RPA Sinar Broiler di Desa Mancagar Kecamatan Garawangi : Pasar Tujuan Ekspansi : Pasar Existing Pemilihan pasar tujuan ekspansi didasari pada lokasi pasar yang berada di sekitar pasar existing hal ini karena untuk efisiensi pendistribusian daging ayam potong. Lokasi tersebut dipilih sebagai batu loncatan untuk penguasaan pangsa pasar di Kabupaten Kuningan melalui lokasi pasar yang strategis tersebut. Lokasi lokasi tersebut memiliki pasar induk yatu pasar-pasar besar dimana kegiatan transaksi tiap harinya berjalan dan menjadi tujuan belanja dari masyarakat sekitar bahkan dari luar kecamatan. Alasan dilakukannya ekspansi pasar adalah karena kejenuhan produksi yang telah terjadi di RPA Sinar Broiler dimana saat ini telah memproduksi dengan total produksi harian mencapai 1 ton dan belum adanya peningkatan dari hari ke hari, karena itulah dilakukanlah ekspansi pasar untuk meningkatkan jumlah produksi harian tentunya dengan permintaan yang meningkat pula. Dalam aspek teknis pun saat ini RPA Sinar Broiler untuk kemampuan produksi mesin harian dapat mencapai 2.88 ton tetapi dalam produksi harian hanya berjumlah 1 ton, hal ini dirasakan tidak efisien dalam penggunaanya, oleh karena itu RPA Sinar Broiler berencana untuk melakukan ekspansi pasar untuk meningkatkan permintaan sehingga berpengaruh terhadap penggunaan kemampuan produksi mesin yang tentunya akan meningkat. Jumlah penduduk kabupaten Kuningan berpengaruh dalam besarnya permintaan akan daging ayam. Berikut disajikan jumlah penduduk kabupaten Kuningan pada tahun 2013.

Tabel I. 4 Jumlah Penduduk Kabupaten Kuningan per Kecamatan Tahun 2013 No Kecamatan Jumlah Penduduk 1 Kadugede 26.659 2 Ciniru 19.753 3 Subang 17.815 4 Ciwaru 31.571 5 Cibingbin 38.260 6 Luragung 47.411 7 Lebakwangi 42.721 8 Sindangagung 38.339 9 Kuningan 102.518 10 Ciawigebang 89.089 11 Cidahu 41.104 12 Jalaksana 46.387 13 Cilimus 50.523 14 Mandirancan 25.087 15 Selajambe 13.480 16 Kramatmulya 42.818 17 Darma 52.370 18 Cigugur 44.573 19 Pasawahan 23.366 20 Nusaherang 19.873 21 Cipicung 29.887 22 Pancalang 26.429 23 Japara 20.028 24 Cimahi 32.805 25 Cilebak 12.045 26 Hantara 14.117 27 Kalimanggis 26.155 28 Cibeureum 20.586 29 Karangkancana 21.729 30 Maleber 44.009 31 Garawangi 35.208 32 Cigandamekar 32.508 Total 1.129.233 (Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil)

Berdasarkan data GPPU (Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas) dari tahun ke tahun diprediksi konsumsi daging ayam di Indonesia senantiasa meningkat. Pada tahun 1970-an, daging ayam berkontribusi hanya 20 persen dalam memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat Indonesia. Dan pada tahun 2012, daging ayam berkontribusi sebesar 66,8 persen, dengan 84,4 persen berasal dari daging ayam broiler. Berdasarkan data GPPU pada tahun 2012, diprediksi konsumsi karkas per kapita akan meningkat menjadi 8,6 kg/kapita pada tahun 2013 ini, 9,97 kg/kap pada tahun 2014; 11,45 kg/kap pada tahun 2015; 12,97 kg/kap pada tahun 2016, dan 14,49 kg/kap pada tahun 2017. 14 Konsumsi kg/kap 12 10 8 6 Konsumsi kg/kap 4 2 0 2013 2014 2015 2016 Gambar I. 4 Konsumsi Daging Ayam Ras Perkapita di Indonesia (Sumber : Data Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas) Berdasarkan Gambar I. 4 tersebut menunjukan peningkatan konsumsi daging ayam perkapita penduduk Indonesia. Hal ini menunjukan tiap tahunnya permintaan akan daging ayam ras meningkat, maka dapat dikatakan usaha broiler ini sangat menjanjikan, disamping daging ayam memiliki kandungan gizi yang baik juga merupakan sumber protein hewani termurah yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat dari berbagai kalangan dibanding sumber protein hewani lainnya.

Rp40.000,00 Rp35.000,00 Rp30.000,00 Rp25.000,00 Rp20.000,00 Rp15.000,00 Rp10.000,00 Rp5.000,00 Rp- Harga Ayam Bulan Ke-/kg Harga Ayam Bulan Ke-/kg Gambar I. 5 Harga Daging Ayam/kg Mei 2014 - September 2014 (Sumber : Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 2014) Melihat harga daging ayam yang naik, maka pemilik RPA harus merencanakan kelayakan dari pengembangan bisnis rumah potong ayam dari segi aspek teknis, aspek finansial dan aspek pasar. Untuk rata-rata harga daging ayam ras pada bulan September 2014 adalah Rp. 34.143 / Kg (Sumber : Dinas Peternakan Prov. Jawa Barat). Hal ini berguna sebagai informasi dan pertimbangan bagi pemilik untuk mengembangkan usahanya dan melakukan investasi pada masa depan. I.2 Perumusan Masalah Pada penelitian pengembangan Rumah Pemotongan Ayam (RPA) Sinar Broiler di Kota Kuningan, didapat beberapa permasalahan pokok yang akan ditinjau pada penelitian ini, diantaranya: 1. Bagaimana kelayakan bisnis Pengembangan Rumah Pemotongan Ayam (RPA) Sinar Broiler di Kabupaten Kuningan dilihat dari aspek pasar? 2. Bagaimana kelayakan bisnis Pengembangan Rumah Pemotongan Ayam (RPA) Sinar Broiler di Kabupaten Kuningan dilihat dari aspek teknis? 3. Bagaimana kelayakan bisnis Pengembangan Rumah Pemotongan Ayam (RPA) Sinar Broiler di Kabupaten Kuningan dilihat dari aspek finansial?

4. Bagaimana tingkat sensitivitas dan tingkat risiko yang ada dari Pengembangan Rumah Pemotongan Ayam (RPA) Sinar Broiler di Kabupaten Kuningan terhadap perubahan variabel-variabel tertentu? I.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang ada, maka pada penelitian ini dirumuskan tujuan-tujuan sebagai berikut: 1. Menganalisis kelayakan bisnis Pengembangan Rumah Pemotongan Ayam (RPA) Sinar Broiler di Kabupaten Kuningan dilihat dari aspek pasar. 2. Menganalisis kelayakan bisnis Pengembangan Rumah Pemotongan Ayam (RPA) Sinar Broiler di Kabupaten Kuningan dilihat dari aspek teknis. 3. Menganalisis kelayakan bisnis Pengembangan Rumah Pemotongan Ayam (RPA) Sinar Broiler di Kabupaten Kuningan dilihat dari aspek finansial. 4. Menganalisis tingkat sensitivitas dan tingkat risiko yang ada dari Pengembangan Rumah Pemotongan Ayam (RPA) Sinar Broiler di Kabupaten Kuningan terhadap perubahan variabel-variabel tertentu. I.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini diantaranya adalah: 1. Sebagai pertimbangan kelayakan bisnis pengembangan dan investasi pada Pengembangan Rumah Pemotongan Ayam (RPA) Sinar Broiler di Kabupaten Kuningan. 2. Mengetahui besarnya investasi yang dibutuhkan dan kelayakan finansial dari rencana investasi. 3. Untuk mengetahui tingkat dan waktu pengembalian investasi dan keuntungan yang diperoleh dari investasi tersebut.

I.5 Batasan Penelitian Untuk mencapai sasaran yang diharapkan dan tidak menyimpang dari permasalahan, maka dirumuskan batasan penelitian pada penelitian ini, diantaranya: 1. Suku bunga, inflasi, pajak, dan kondisi ekonomi lainnya diasumsikan normal dan stabil selama periode analisis. 2. Objek penelitian terdapat pada wilayah Kabupaten Kuningan. 3. Penelitian ini menggunakan tiga aspek kelayakan yaitu, aspek pasar, aspek teknis dan aspek finansial. 4. Jumlah supply bahan baku selalu dapat terpenuhi oleh supplier. I.6 Sistematika Penulisan Penelitian ini diuraikan dengan sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I Pendahuluan Berisi uraian dari latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. BAB II Tinjauan Pustaka Berisi dasar-dasar teori yang akan digunakan dalam penelitian analisis kelayakan yang akan dibahas. Tujuan dari bab ini adalah membentuk kerangka berpikir dan landasan teori yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian serta berisi literatur yang relevan dengan permasalahan yang diteliti. BAB III Metodologi Penelitian Berisi penjelasan langkah-langkah penyelesaian masalah yang digunakan dalam penelitian analisis kelayakan sesuai dengan tujuan permasalahan dan juga sebagai kerangka

utama untuk menjaga penelitian agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan. BAB IV Pengumpulan dan Pengolahan Data Berisi penjelasan mengenai proses pengumpulan dan pengolahan data yang dibutuhkan dalam penelitian. BAB V Analisis Data Berisi penjelasan analisis yang dilakukan terhadap datadata yang telah dikumpulkan dan diolah. BAB VI Kesimpulan dan Saran Berisi penjelasan kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian serta saran yang diberikan berdasarkan hasil penelitian.