BAB 6 PENUTUP Kesimpulan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. Bab ini menyajikan sejumlah kesimpulan yang meliputi kesimpulan

BAB I SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU

BAB II INTERAKSIONALISME SIMBOLIK-GEORGE HERBERT MEAD. interaksi. Sebagaimana interaksi social itu sendiri dipandang sebagai tindakan

Strukturalisme (Ferdinand de Saussure) (26 November February 1913)

Gagasan dalam Pengembangan Ilmu-ilmu Sosial

Resume Buku SEMIOTIK DAN DINAMIKA SOSIAL BUDAYA Bab 8 Mendekonstruksi Mitos-mitos Masa Kini Karya: Prof. Dr. Benny H. Hoed

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II. Paradigma Sosiologi dan Posisi Teori Konflik

BAB II INTERAKSIONISME SIMBOLIK HERBERT MEAD. dahulu dikemukakan oleh George Herbert Mead, tetapi kemudian dimodifikasi oleh

Ringkasan Paper Nama : Agung Firmansyah ( X), Muhammad Ilman Akbar ( ) Kelompok : 316

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Kuliah ke-2: Paradigma Teori Sosiologi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fenomena menarik dalam perkembangan teknologi adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

Teori Komunikasi Menurut Fisher. Perspektif Mekanistis Perspekif Psikologis Perspektif Interaksional Perspektif Pragmatis

13Ilmu. semiotika. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom. Analisis semiotik, pisau analis semiotik, metode semiotika, semiotika dan komunikasi

Rekber Kaskus dan Trust Dalam Komunikasi Ruang Virtual

PENDEKATAN LAPANG Strategi Penelitian

INTERAKSI DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR WILAYAH PESISIR (STUDI FENEMENOLOGI DI SDN KERTASADA SUMENEP)

MASALAH SOSIAL BUDAYA DITINJAU DALAM BERBAGAI NUR ENDAH JANUARTI, MA

Impotensi Kronis Ilmu Sosial di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu

BAB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI PROGRAM PASCASARJANA

BAB III METODE PENELITIAN. The Great queen Seondeok dan kemudian melihat relasi antara teks tersebut

A. Simpulan Peran public relations dalam organisasi semakin signifikan dalam kurun beberapa tahun terakhir. Divisi public relations yang mulanya hanya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Slameto (2003:1) dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah,

BAB II KERANGKA TEORI

SEMIOTIKA ALQURAN YANG MEMBEBASKAN

BAB I PENDAHULUAN. sendiri baik, dan juga sebaliknya, kurang baik. sebagai individu yang sedang berkembang mencapai taraf perkembangan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma dalam penelitian perjalanan spiritual keimanan tokoh utama

Pengetahun, wawasan, dan pengalaman menjadikan manusia bijak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Keberadaan industri ekstraksi secara langsung maupun tidak. langsung akan mempengaruhi kondisi ekonomi, sosial-budaya dan

Posisi Semiotika dan Tradisi-tradisi Besar Filsafat Pemikiran

DASAR-DASAR MIKRO BAGI SOSIOLOGI MAKRO

BAB II KAJIAN TEORI. maupun mempaparkan dua konsep diantaranya definisi yang berkaitan erat

SOSIOLOGI DALAM KEPARIWISATAAN

Pengajuan judul serta persiapan dan penyusunan proposal penelitian

Interaksionisme Simbolik dalam Penelitian Kualitatif

BAB VI PENUTUP. ditemukannya teknologi pencitraan tiga dimensi. Video game memiliki efek

BAB II INTERAKSIONISME SIMBOLIK. teori interaksi simbolik, istilah interaksi simbolik diciptakan oleh Herbert

Diajukan Oleh: RIKKI ASMARANDANI A

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sosial masyarakat karena tanpa bahasa masyarakat akan sulit untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hal, dengan perspektif orang akan memandang sesuatu hal berdasarkan cara-cara

BAB V. PENUTUP. memiliki kondisi yang berbeda-beda pada masing-masing keluarga. Hanya hak anak

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Fokus Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Peneltian...

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya merupakan proses pembebasan peserta didik

BAB II TEORI INTERAKSI SIMBOLIK GEORGE HERBERT MEAD. Blumer sekitar tahun Dalam lingkup sosiologi, idea ini sebenarnya

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang begitu pesat

BAB I PENDAHULUAN. Multimodal merupakan salah satu cabang kajian Linguistik Sistemik

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Sudut pandang teori materialisme historis dalam filsafat sejarah

PARADIGMA POSITIVISTIK DALAM PENELITIAN SOSIAL

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya.

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB II KAJIAN TEORETIK. a. Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematis

SI402 Arsitektur Enterprise Pertemuan #3 Suryo Widiantoro, ST, MMSI, M.Com(IS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memungkinkan terjadinya integritas sosial, merupakan hubungan-hubungan yang

REALITAS SOSIAL TINGKAT MESO

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Asep Saeful Ulum, 2013

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian deskriptif, dimana

BAB III ANALISIS III.1 Interaksi Sosial sebagai Dasar Knowledge Management

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SOSIOLOGI KOMUNIKASI

I. PENDAHULUAN. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada

PENDEKATAN & KARAKTERISTIK PENELITIAN KUALITATIF

BAB VI PENUTUP. Meskipun perpustakaan oleh masyarakat secara umum disadari sebagai

BAB III METODE PENELITIAN

GAMBARAN UMUM. Bergesernya paradigma penyelenggaraan pemerintahan dari government ke

BAB I PENDAHULUAN. kesinambungan pelanggan dengan potensi profitable dengan membangun sebuah

Imaji Vol. 4 - No. 2/ Februari 2009 RESENSI BUKU

BAB IV ANALISIS DATA. proses perkenalan melalui interaksi antar SFCK, interaksi antara anggota

FILSAFAT ILMU DAN CABANG FILSAFAT. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 02Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

4/9/2014. Kuliah ke-6 Amika Wardana, Ph.D Teori Sosiologi Kontemporer

MENGENAL WEB BLOG. A. Pengertian Web Blog

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar adalah suatu kegiatan yang selalu ada dalam kehidupan manusia. Belajar

2015 KONTRIBUSI PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL TERHADAP KEPEDULIAN SOSIAL DI KALANGAN SISWA SMA.

BAB II SOLIDARITAS SOSIAL DALAM PERSPEKTIF EMILE DURKHEIM. dengan pihak-pihak terkait. Peneliti memilih teori Solidaritas Emile Durkhei, teori ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II PERUBAHAN SOSIAL TALCOT PARSONS. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti

SOSIOLOGI KOMUNIKASI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB V PENUTUP. LOD DIY sebagai invited space menggunakan formasi kuasa yang ada dalam

PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKS (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)

Manajer strategik (lanjutan) Jenis strategi-meet-8

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Ringkasan Artikel Social Paradigm and Organizational Analysis Chapter 1-3

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat agar terjalin suatu kehidupan yang nyaman. komunitas selalu terlibat dalam pemakaian bahasa, baik dia bertindak

METODE PENELITIAN. penelitian kualitatif. Seperti pendapat yang dikemukakan Bog dandan Taylor

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya fitrah yang suci. Sebagaimana pendapat Chotib (2000: 9.2) bahwa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. handphone dianggap sebagai benda mewah atau tersier. Terlebih lagi

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi telah menjadi elemen penting dalam arus globalisasi yang

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Transkripsi:

BAB 6 PENUTUP 6.1. Kesimpulan Masyarakat blogger sebagai sistem komunikatif, mengandalkan bahasa tulisan sebagai produk sistem psikis yang kemudian saling berinteraksi satu sama lain yang mengacu pada aktivitas komunikasi, Bagaimana tiap bahasa tulisan itu dirangkai merupakan elemen-elemen sistem komunikatif, memberikan makna yang berbeda tergantung bagaimana relasi antar elemen. Konsep Luhmann tentang definisi masyarakat menemukan idealitas pada ruang-ruang maya. Pada masyarakat virtual, dalam hal ini blog, maka berkeliarannya bahasa tulis tanpa kehadiran fisik individu dapat lebih mendekati imaji adanya sistem-sistem yang berbeda dalam seorang individu blogger. Pada masyarakat blogger, para blogger tidak hanya berhadapan dengan kemungkinan ketidakmustahilan komunikasi akibat bahkan ketidaktahuan akan struktur social didalam jejaring masyarakat blogger tersebut, namun mereka juga berhadapan dengan possibilitas atas interpretasi yang keliru bahwa apakah seorang blogger yang dikunjunginya dalam ruang virtual itu benar-benar nyata ataukah virtual. Struktur sosial yang dikembangkan oleh sistem sosial masyarakat blogger untuk menyelesaikan problem kontingensi ganda dalam komunikasi, menunjukkan beberapa pola. Pertama, penulisan secuplik identitas pada halaman depan blog, atau di sebuah link khusus yang bercerita tentang pemilik blog. Kedua, kemustahilan komunikasi disolusikan dengan komunikasi. Ketiga, bagaimana content yang dituliskan oleh seorang blogger dalam blognya. Sementara itu, dalam kaitan dengan komunitas, struktur sosial yang dikembangkan melalui beberapa cara; Pertama, proses penguatan terlebih dahulu melalui pertemuan dunia nyata. Kedua, cukup melalui penguatan pada medium lain saja semisal instant messenger dan email, dan ketiga, perbedaan peran dan status yang diupayakan blogger. Akhirnya, terdapat semacam paradoks struktur

sosial dalam masyarakat virtual pada umumnya, dan masyarakat blog pada khususnya: secara kultural egaliter, namun secara struktural terstratifikasi. Masyarakat blogger dipandang sebagai sistem autopoietic, yang bekerja secara simultan dengan sistem psikis individu blogger. Untuk memaknai masyarakat blogger, maka seorang blogger akan mereduksi kompleksitas dengan melakukan selektivitas atas elemen komunikasi yang dihadirkan blogger-blogger yang berbeda, misalnya: bahasa, tata kalimat, struktur tulisan, merupakan beberapa contoh struktur yang memaksa blogger untuk menseleksi. Dalam kaitan dengan norma dan komunitas yang terbentuk, komunitas dipandang sebagai sistem organisasi. Sistem organisasi mereduksi kompleksitas lingkungan dengan mengorganisasikan para blogger. Adapun tiga dimensi dasar dari kompleksitas ligkungan yang direduksi dengan mekanisme ini meliputi (1) dimensi temporal, (2) dimensi material, (3) dimensi simbolik. Dimensi temporal direduksi dengan memunculkan seperangkat aturan masuk dan keluarnya dalam suatu sistem, dengan mengatur aktivitas di masa kini dan masa depan. Dimensi material, dalam hal ini dimensi space (ruang), direduksi dengan cara membentuk divisi kerja dengan otoritas yang mengkoordinasi. Dimensi simbolik direduksi dengan memunculkan nilai dan norma apa yang diaplikasikan, atau media apa yang digunakan, untuk menuntun tindakan. Dengan cara inilah para blogger membentuk komunitas dan mereduksi kompleksitas. Secara umum, penulis menyimpulkan bahwa masyarakat virtual berbasis blog merupakan sebuah masayarakat swadaya. Masyarakat swadaya yaitu masyarakat yang melakukan self-reference (referensi diri), self-description, self-observation, dan selforaganized. Proses iterasi dalam sistem komunikatif masyarakat blogger, bersamaan dengan bekerjanya sistem psikis para blogger, memungkinkan terjadinya akumulasi makna-makna yang terbentuk. Pada suatu titik tertentu, akumulasi makna-makna ini akan membuahkan trust pada sistem komunikatif sekaligus seiring dengan confidence yang juga muncul pada sistem psikis. Peningkatan motivasi, pengembangan kepribadian, dan semua karekteristik pengembangan kualitas diri blogger, merupakan sebuah hasil dari self-control dimana sistem psikis bekerja

Blogger secara individu bekerja lebih pada sistem psikis-nya, sedangkan masyarakat blogger adalah bekerja sebagai sistem sosial. Keduanya adalah sistem autopoietic dan sekaligus berevolusi bersama. Sistem sosial melakukan differensiasi dengan kemunculan subsistem-subsistem baru yang membuat pembeda dengan apa yang bukan subsistemnya. Adanya generasi masyarakat blogger yang mencirikan sifat dan karakteristik yang berbeda, menunjukkan adanya variasi dalam sistem yang kemudian sistem melakukan selektivitas untuk membuat subsistemnya. Evolusi sistem sosial merupakan serangkaian proses variasi, seleksi dan stabilisasi. Masyarakat blogger melakukan segmentary differentiation, stratification differentiation, dan fungctional differentiation. Masyarakat blogger menerapkan differensiasi pada sistemnya untuk mempercepat evolusi sistem sosial. Evolusi ini yang akan memperlihatkan bagaimana komunitas-komunitas blogger dan sebagian blogger berjatuhan tidak aktif. Dengan memperhatikan fenomena masyarakat blogger di Indonesia hingga saat ini, merupakan masyarakat yang didominasi oleh kalangan muda, berpendidikan tinggi, dan berdomisili di kota-kota besar. Dapat dikatakan bahwa masyarakat blogger mencirikan fenomena kelas menengah pada masyarakat nyata. Dalam kaitan dengan dinamika dan cara bekerjanya struktur dan pada masyarakat virtual, dihubungkan dengan cara pandang jejaring sosial, didapati beberapa prinsip-prinsip umum. Pertama, probabilitas keterhubungan menjadi semakin besar dengan panjang alur yang makin pendek apabila terjadi spesifikasi cluster tertentu. Kedua, terdapat kecenderungan ekslusif bahwa kekuatan keterhubungan sangatlah besar menyangkut pada kawasan-kawasan yang memiliki latar belakang yang relatif mirip, meskipun secara jarak di dunia nyata amatlah jauh. Ketiga, probabilitas keterhubungan dan besarnya panjang alur cenderung ditentukan juga oleh kekuatan personal dari seseorang dalam cluster tertentu. Keempat, pembangunan dan penghancuran jejaring sosial pada masyarakat blogger adalah mudah. Kelima, terdapat kecenderungan bahwa semakin banyak interaksi yang melibatkan semakin banyak orang, ruang

(wilayah), kepentingan/ketertarikan, dan waktu, maka semakin besar peluang keterhubungan dengan orang lain dan panjang alur dengan sembarang orang lain menjadi semakin kecil. Beberapa kesimpulan tambahan yang dapat ditarik ialah; Pertama, sistem komunikatif masyarakat blogger tidak dapat dilepaskan dari sistem-sistem yang bekerja di dunia nyata. Kedua, masyarakat blogger pada sistem masyarakat virtual menjadi belum tentu menjadi siapa-siapa, namun pada masyarakat nyata merupakan cirri kelas menengah perkotaan. Ketiga, dari karakteristik dan cara bekerjanya sistem psikis dan sistem sosial pada masyarakat blogger sebagai bagian dari masyarakat virtual, keberadaan kelas menengah dapat berpotensi membentuk sebuah jejaring sosial yang kuat dan solid, yang dapat berefek hingga ke dunia nyata. Keempat, pertemuan-pertemuan akbar di dunia nyata merupakan sebuah wahana menjadikan pola graph pada jejaring sosialnya makin pendek dan saling terhubung mendekati keseluruhan, dan dapat dijadikan sinyal untuk aspekaspek sosial politik tertentu, Dalam kaitan bahwa blog akan menjadi tren masa depan, terdapat ancaman-ancaman dari kompleksitas lingkungan untuk menjadikan masyarakat blog menjadi seperti menghilang. Blog akan terus menjadi tren yang membiasa dalam masyarakat nyata di masa depan. Hanya, barangkali masyarakat blog melakukan self-reference kembali untuk memperluas batas-batasnya sehingga kemudian justru malah mencair, sehingga hakikat content-lah yang kemudian mendjadi penting. 6.2. Implikasi Teoretik Beberapa implikasi teoretik yang memungkinkan adalah sebagai berikut: Pertama, Penjelasan akan perilaku individual dan cara kerja sistem yang bersinggungan (yaitu antara sistem psikis dan sistem sosial) yang saling autopoietic, membentuk suatu loop sistem kerja dimana masyarakat (dalam pengertian Luhmann), melalui seleksi antar elemen-elemen yang bekerja pada komunikasi, pada akhirnya dapat menstimulasi pembentukan pikiran dan diri dari sistem psikis individu (meski keputusan seleksi ada pada sistem internalnya

sendiri). Kemudian, sistem psikis individu melalui kesadaran, memproduksi representasi konseptualnya untuk dapat menstimulasi tetap adanya masyarakat. Penjelasan itu secara singkat menjadi: masyarakat membentuk pikiran dan diri, dan prosuk sistem psikis menghasilkan masyarakat via komunikasi. Dua hal ini nampak merupakan sebentuk kemiripan dengan konsep interaksionisme simbolik yang dikembangkan George Herbert Mead. Untuk mencoba melihat lebih jauh bagaimana keterhubungan antara kedua teori ini, diperlukan studi lebih lanjut yang intensif. Kedua, struktur sosial yang dikembangkan masyarakat blogger secara umumnya merupakan bentuk-bentuk bahasa, yang merupakan representasi konseptual dari sistem psikis individu blogger, dan berfungsi sebagai kunci komunikasi. Dengan kata lain, ekspektasi sesame blogger cenderung. Ekspektasi sesama blogger cenderung lebih mencoba mengurai makna atas bahasa tulis pada blog masing-masing sebagai representasi identitasnya. Barangkali ide-ide Luhmann ini menjadi bersinggungan setidaknya dengan ide-ide dasar strukturalisme ala Ferdinand de Saussure beserta turunannya (poststrukturalisme, semiotika). Pergeseran dari struktur sosial ke struktur linguistik inilah yang secara dramatis mengubah sifat dasar ilmu sosial (Lash, 1991 dalam Ritzer:2003). Menurut Saussure, dalam struktur bahasa, ada yang disebut Langue dan Parole. Langue adalah sistem bahasa formal, sedangkan Parole ialah percakapan yang sebenarnya, cara pembicara menggunakan bahasa untuk mengatakan dirinya sendiri (Ritzer:2003). Lebih lanjut Ritzer mengatakan, Langue dapat dilihat sebagai sistem tanda dari sebuah struktur, dan arti atau makna setiap tanda, diciptakan oleh hubungan antara tanda-tanda di dalam sistem. Perspektif komunikasi Luhmann mengacu pada bahwa komunikasi dipandang sebagai sintesis dan proses dari tiga seleksi yang berbeda dan independen: informasi (information), ungkapan (utterance), dan pemahaman (understanding). Informasi adalah hal yang kita utarakan (a matter of what we utter), ungkapan adalah bagaimana kita mengungkapkan (how we utter it), dan dalam pemahaman, pemisahan informasi yang diungkapkan dari cara kita mengungkapkannya.

Dari kedua perspektif, baik Saussure dan Luhmann, memiliki kemiripan: Pertama, keduanya tidak melihat masyarakat sebagai individu-individu, Kedua, sama-sama memusatkan pada hubungan, bukan objek. Ketiga, informasi dapat dilihat sebagai sebuah bentuk langue, ungkapan dapat dilihat sebagai bentuk parole, dan seleksi antar elemen komunikasi antara informasi dan ungkapanuntuk memperoleh makna (versi Luhmann) dapat dilihat sebanding dengan makna yang diciptakan oleh hubungan antara tanda-tanda dalam sistem. Ritzer mencontohkan dengan kata panas yang bukan merupakan sifat hakiki alam, namun berasal dari hubungan dengan lawannya, yaitu kata dingin. Jika mengacu pada konsep sistem Luhmann, adanya panas karena ada yang bukan panas. Dalam hal ini Luhmann nampak lebih maju dengan mengkaitkan panas dan dingin dengan sistem yang membuat panas dan dingin : Ada sistem yang bekerja sebagai ruh operasi sistem di balik dinamika sistem tanda yang ada. Sebaliknya, jika memang langue adalah sistem tata bahasa formal yang ditentukan oleh hukum yang tetap, maka membawa implikasi pada perspektif Luhmann: seleksi antar elemen tidak tak terbatas! Hal ini berefek pada kehidupan individu hingga sosial adalah ditentukan takdirnya oleh diri sendiri sekaligus menentukan batasan kebebasan takdirnya sendiri. Untuk mengetahuinya lebih dalam, disarankan untuk dilakukan pengkajian lanjutan secara serius. Selain dugaan implikasi diatas, penulis melihat bahwa ide-ide Luhmann sangat berpotensi melintasi batas-batas disiplin ilmu pengetahuan. Ide Luhmann barangkali bisa disintesiskan dengan pendekatan jejaring sosial (social network). Pendekatan evolusi sistem sosial Luhmann barangkali bisa dikomparasi dengan prinsip-prinsip memetika tentang evolusi budaya melaui meme. Bahkan ide-ide Luhmann barangkali dapat dijadikan landasan teoretis untuk membangun seperangkat komputasi tertentu dalam bidang-bidang matematika dan ilmu komputer. Kemudian, dengan mencoba membaca Luhmann dalam perspektif sistem dan kontrol dalam sistem sosial, akan dapat mengantarkan kita pada pendekatan baru sibernetika dalam ranah ilmu-ilmu sosial. Konsep-konsep sistem sosial seperti yang dikemukakan para ahli cenderung mendasarkan fokus asumsi ontologis dalam melihat masyarakat yang terdiri dari individu-individu. Dengan hadirnya teori autopoietic dan sibernetika

second-order, maka pertanyaan ontologis sistem sosial menjadi pertanyaan epistemologis. Sebagai contoh, pertanyaan ontologis utama tentang batas-batas sistem: dimanakah garis digambarkan? berubah menjadi pertanyaan epistemologis tentang bagaimana garis batas tersebut digambarkan. Pergeseran paradigma espitemologis dari sistem inilah menandai bidang baru sociocybernetics. (Connell, 2003:37) Sociocybernetics adalah sibernetika baru dengan lebih banyak pendekatan sosiologis daripada pendekatan sibernetika di masa awal yang menekankan pada kontrol. Bagian baru dari sibernetika sekarang ialah adanya perbedaan antara sibernetika first-order dan second-order, dimana letak perbedaannya ada pada bagaimana seseorang memahami observasi. Sibernetika first order menempatkan pengamat di luar domain observasi. Hal tersebut cenderung ke arah cara pandang positivistik. Sedangkan sibernetika second order menempatkan pengamat ikut di dalam domain observasi. Sistem akan mengobservasi observasi, yaitu mengidentifikasi differensiasi yang ada. Dalam hal ini, second-order observer tidaklah mengobservasi fakta, namun lebih pada bagaimana sistem beroperasi untuk mengakses fakta-fakta lingkungan dalam hubungan dengan struktur sistemnya. Berfikir sistem adalah cara berfikir dalam pengertian hubungan. Terjadi pergeseran cara pandang dari bagian menjadi holistik. Keseluruhan tidaklah sekadar dibentuk oleh bagian-bagian. Cara pandang yang semula berorientasi ke objek, maka kemudian jadi bergeser menuju hubungan antar elemen dalam sistem. Hubungan tidak dapat diukur atau ditimbang, namun dapat dipolakan atau dipetakan. Oleh sebab itu, dalam sebuah fenomena sosial yang mengandung kompleksitas, pendekatan kuantitatif dengan menggunakan bangunan yang cenderung linear dan non-kompleks, menjadi alat yang miskin untuk lebih memahami fenomena sosial. Pendekatan kompleksitas yang non-linear melalui pendekatan matematika kualitatif berujung pada metode komputasi untuk memunculkan pola visual: sebuah pola yang tidak berakhir pada formulasi matematika, namun hanya dapat dilacak secara visual atas hasil olahan komputasi menggunakan komputer.