ANALISIS HUKUM & POLITIK RESUFFLE KABINET ZIKIR PASCA PILKADA ACEH 2017

dokumen-dokumen yang mirip
ISSUE STRATEGIS Manajemen ASN. Rapat Koordinasi Nasional Badan Kepegawaian Negara 2016

Dr. Muhammad Taufiq Deputi Bidang Kajian Kebijakan, LAN RI

Guarding meritocracy, creating world-class civil service PENGISIAN JABATAN PIMPINAN TINGGI

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. senantiasa dibutuhkan dan oleh karena itu menjadi salah satu modal pokok

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG

PKSANHAN II PUSAT KAJIAN SISTEM DAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA KEKOSONGAN PEMERINTAHAN SEBAGAI IMPLIKASI PEMILUKADA SERENTAK

ANCAMAN RUU PEMDA KEPADA DEMOKRATISASI LOKAL DAN DESENTRALISASI

Prof. Dr. Marthen Arie, SH.MH. Program Doktor Ilmu Hukum Universitas Sam Ratulangi

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR TENTANG TATA CARA TUNTUTAN GANTI KERUGIAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KAJIAN HUKUM KOMISIONER KKR MENJADI DEKAN PTS

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MATRIK PERATURAN PEMERINTAH NO.53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL

(Steers, 1985) FAKTOR-FAKTOR MANAJEMEN KEPEGAWAIAN

NO. 26 TAHUN 2016 ) 2/1/2017. Deputi Bidang SDM Aparatur Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, 2017

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 Wewenang, Pelanggaran dan Tindak Pidana Korupsi Lingkup Kementerian Kehutanan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggar

WACANA PEJABAT GUBERNUR DARI POLRI

PENGUATAN KELEMBAGAAN PEMERINTAH DAERAH DALAM RANGKA PERCEPATAN REFORMASI BIROKRASI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA

PKSANHAN II PUSAT KAJIAN SISTEM DAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI SIMEULUE NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.63/Menhut-II/2014 TENTANG

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR : 800/3669/BKD TENTANG

2 2. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 22,

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN LAPORAN HARTA KEKAYAAN

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 017 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 40 TAHUN 2017 TENTANG

PEMBERHENTIAN TIDAK HORMAT PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

Ragenda prioritas pembangunan

RINGKASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 74 TAHUN 2016

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG

Penerapan Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Sektor Publik dan Pusat Kesehatan Masyarakat. Dwi Handono Sulistyo PKMK FKKMK UGM

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96 TAHUN 2000 TENTANG WEWENANG PENGANGKATAN, PEMINDAHAN DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN TENTANG BUPATI SITUBONDO, pemberantasan korupsi, salah satu upaya yang. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96 TAHUN 2000 TENTANG WEWENANG PENGANGKATAN, PEMINDAHAN DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA TUNTUTAN GANTI KERUGIAN DAERAH

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PELAPORAN HARTA KEKAYAAN APARATUR SIPIL NEGARA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL

RENCANA STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI TAHUN BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN. NOMOR 064 TAHUN 2016-Si.1-BKD/2013

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENGUSULAN DAN PENGANGKATAN

-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 99 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT ACEH

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PERTIMBANGAN KEPEGAWAIAN

PANITIA SELEKSI TERBUKA JABATAN PIMPINAN TINGGI PRATAMA SEKRETARIS DAERAH PADA PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96 TAHUN 2000 TENTANG WEWENANG PENGANGKATAN, PEMINDAHAN, DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

URGENSI DIKELUARKANNYA PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PPPK.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENIMBANG KEMBALI REVISI UU ASN

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

PEMERINTAH KABUPATEN SANGGAU

BAB I PENDAHULUAN. penting untuk dilakukan karena pengelolaan pegawai di instusi pemerintahan akan

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lemb

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL

RENCANA STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI TAHUN BAB I PENDAHULUAN

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG WEWENANG PENGANGKATAN, PEMINDAHAN, DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERBANDINGAN MATERI POKOK UU NO. 8 TAHUN 1974 JO UU NO. 43 TAHUN 1999 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DAN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA (RUU ASN)

M A N A J E M E N A S N

Sumber:

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 102 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN ACEH

T BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG WEWENANG PENGANGKATAN, PEMINDAHAN, DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

2016, No Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara di Kementerian Dalam Negeri; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Pen

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH TAHUN 2009

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG WEWENANG PENGANGKATAN, PEMINDAHAN, DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENJUALAN KENDARAAN PERORANGAN DINAS TANPA MELALUI LELANG. sinarmedia-news.com

I. LATAR BELAKANG PENYUSUNAN PEDOMAN

BUPATI PATI PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PERTIMBANGAN KEPEGAWAIAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDO... NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 152, Tambahan

PERATURAN BUPATI KARAWANG

PEMERINTAH KABUPATEN SANGGAU

Oleh : S u p a n d i, SE (Kabid Pengembangan BKD Kab. Kolaka) A. Pendahuluan

ARAH STRATEGI DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN SDM APARATUR DI INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2004 TENTANG PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN TANGGUNG JAWAB KEUANGAN NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2004 TENTANG PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN TANGGUNG JAWAB KEUANGAN NEGARA

PAPARAN BUPATI KAPUAS TENTANG GOOD GOVERNANCE DI PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PERTIMBANGAN KEPEGAWAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III DESKRIPSI PENGGELAPAN JABATAN PNS PEMKAB BANYUWANGI

BAHAN RAPAT KERJA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI RI, MENTERI DALAM NEGERI RI, DAN MENTERI HUKUM DAN HAM RI DENGAN

PROPINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOM OR TAHUN 2015 TENTANG

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

J A R I N G A N S U R V E Y I N I S I A T I F 1 ANALISIS HUKUM & POLITIK RESUFFLE KABINET ZIKIR PASCA PILKADA ACEH 2017

J A R I N G A N S U R V E Y I N I S I A T I F 2 ANALISIS HUKUM & POLITIK RESUFFLE KABINET ZIKIR PASCA PILKADA ACEH 2017 Oleh : Tim Riset JSI Meski Gubernur Aceh Zaini Abdulah telah membantah dalam di media bahwa isu perombakan kabinet di jajajaran pemerintah Aceh adalah kabar angin belaka (Serambi Indonesia, 8/03/2017), namun kabar akan adanya mutasi/pergantian pejabat di tubuh pemerintahan Aceh terlanjur merebak di kalangan publik dan birokrasi di Pemrintahan Aceh. Sejumlah pandangan menilai bahwa resuffle kabinet di pemerintahan zikir sarat dengan muatan politis. Pasalnya pergantian mutasi pejabat secara besar besaran baru saja dilakukan oleh Plt Gubernur Aceh, Soedarmo pada Kamis 26 Januari 2017. Soedarmo ketika itu memutasi sejumlah pejabat Eselon II, Eselon III dan Eselon IV di lingkup Pemerintahan Aceh. Terlepas kebenaran isu tersebut, kajian ini akan membahas secara komprehensif aspek hukum dan politis andai saja mutasi tersebut benar dilakukan di ditengah detik detik transisi pemerintahan baru. Aspek Hukum Ditinjau secara hukum, mutasi/penggantian pejabat di lingkungan pemerintah daerah dalam situasi Pilkada telah diatur dalam serangkaian peraturan perundang undangan. Diantaranya pada Pasal 162 ayat (3) UU 10 Tahun 2016 (UU Pilkada) disebutkan bahwa Gubernur, Bupati, atau Walikota dilarang melakukan penggantian pejabat di lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi atau Kabupaten/Kota, dalam jangka waktu 6 (enam) bulan terhitung sejak tanggal pelantikan. Undang-undang yang kedua, adalah UU No. 05/2014 tentang ASN, khususnya pasal 116 Ayat (1) Pejabat Pembina Kepegawaian (PPK) dilarang mengganti Pejabat Pimpinan Tinggi selama dua tahun terhitung sejak pelantikan Pejabat Pimpinan Tinggi, kecuali pejabat tersebut melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan dan tidak lagi memenuhi syarat jabatan yang ditentukan.

J A R I N G A N S U R V E Y I N I S I A T I F 3 Selain itu terdapat sejumlah regulasi yang mengatur larangan mutasi pejabat sebelum dua bulan sejak tanggal pelantikan. Diantaranya Surat Edaran nodaran dari Kemenpan&RB Nomor 02 Tahun 2016 tentang Penggantian Pejabat Pasca Pilkada serta Surat dari Kemendagri Nomor T.820/2294/OTDA tentang Larangan Kepala Daerah melakukan penggantian Pejabat Pemda. Inti daripada surat edaran tersebut adalah dalam rangka menjamin penyelenggaraan Pemda dan Pelayanan Masyarakat dilingkungan Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kab/Kota, bahwa di dalam ketentuan pasal 162 ayat 3 pada UU No.10 Tahun 2015 tentang Perubahan kedua Atas UU No.1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UU No. 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota menjadi UU, ditegaskan bahwa Gubernur, Bupati atau Walikota dilarang melakukan penggantian Pejabat di Lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kab/Kota dalam jangka waktu 6 (enam) bulan tehitung sejak tanggal pelantikan. Bagaimana apabila dilakukan tetap dilakukan mutasi sebelum enam bulan sejak tanggal pelantikan? Konsekuensi hukum bagi Pejabat Pembina Kepegawaian yang melakukan mutasi dengan tidak mengindahkan UU Pilkada, UU ASN, serta Surat Edaran Kemenpan RB dan Kemendgari adalah, Seluruh mutasi yang dilakukan sebelum enam bulan secara hukum dapat dianggap tidak sah dan seluruh pengeluaran tunjangan (bagi pejabat yang menggantikan) selama proses itu dianggap kerugian negara. Eksesnya apabila kelak BPK melakukan audit dan pemeriksaan maka pengeluaran yang dikeluarkan negara untuk membayar pejabat yang diangkat secara tidak sah dan melanggar ketentuan hukum yang berlaku dapat dikategorikan sebagai korupsi. Definisi kerugian negara yang terdapat dalam beberapa undang-undang, antara lain adalah sebagai berikut: Pasal 1 angka 15 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan ( UU BPK ): Kerugian Negara/Daerah adalah kekurangan uang, surat berharga, dan barang, yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai.

J A R I N G A N S U R V E Y I N I S I A T I F 4 Pasal 1 Angka 22 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara ( UU Perbendaharaan Negara ): Kerugian Negara/Daerah adalah kekurangan uang, surat berharga, dan barang, yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai. Penjelasan Pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi ( UU 31/1999 ): Yang dimaksud dengan secara nyata telah ada kerugian keuangan negara adalah kerugian yang sudah dapat dihitung jumlahnya berdasarkan hasil temuan instansi yang berwenang atau akuntan publik yang ditunjuk. Dalam Penjelasan Pasal 59 ayat (1) UU Perbendaharaan Negara dikatakan bahwa kerugian negara dapat terjadi karena pelanggaran hukum atau kelalaian pejabat negara atau pegawai negeri bukan bendahara dalam rangka pelaksanaan kewenangan administratif atau oleh bendahara dalam rangka pelaksanaan kewenangan kebendaharaan. Penyelesaian kerugian negara perlu segera dilakukan untuk mengembalikan kekayaan negara yang hilang atau berkurang serta meningkatkan disiplin dan tanggung jawab para pegawai negeri/pejabat negara pada umumnya, dan para pengelola keuangan pada khususnya. Dengan demikian secara hukum melakukan mutasi pejabat sebelum 6 bulan dilantik sebagaimana yang diatur oleh peraturan perundang undangan adalah perbuatan melawan hukum (onrecht matige dadd) dan merupakan penyalahgunaan wewenang. Penyalahgunaan wewenang berupa pengangkatan pejabat yang tidak sesuai ketentuan peraturan dapat mengakibatkan timbulnya kerugian negara dikarenakan negara melakukan pembayaran secara tidak sah (tidak sesuai aturan) kepada pejabat yang diangkat. Akan tetapi, Mutasi tetap boleh dilaksanakan sepanjang untuk pengisian jabatan yang lowong, dengan tidak melakukan pemberhentian pejabat (non job), menurunkan jabatan (demosi), dan mengalihkan pejabat struktural menjadi pejabat fungsional. Serta melaksanakan putusan pengadilan kepada PNS yang tersangkut masalah

J A R I N G A N S U R V E Y I N I S I A T I F 5 tindak korupsi, atau tindak pidana kejahatan yang ada hubungannya dengan jabatan serta pidana lainnya. apabila tidak dikarenakan alasan pengisian jabatan lowong ataupun melaksanakan putusan pengadilan maka mutasi pejabat tersebut adalah melanggar ketentuan yang berlaku. Aspek Politis Dari sudut pandang penguasa, birokrasi sangat dibutuhkan karena merupakan sarana penguasa untuk mengimplementasikan kehendak (interest) nya dalam kehidupan rakyat. Melalui birokrasilah penguasa memerintah rakyat secara efektif serta melakukan day to day pelaksaaan kekuasaan mereka. Kekuasaan bagi seseorang tidak akan berarti bila aparatur birokrasi tidak mau melakukan tugas administratif maupun manajemen. Oleh karena itu Birokrasi pemerintah tidak bisa dilepaskan dari proses dan kegiatan politik. Pada setiap gugusan masyarakat yang membentuk suatu tata pemerintahan tidak bisa dilepaskan dari aspek politik ini. Politiksebagaimana diketahui terdiri dari orang orang yang berperilaku dan bertindak politkk yang diorganisasikan secara politik oleh kelompok kelompok kepentingan dan berusaha mencoba mempengaruhi pemerintah untuk mengambil dan melaksanakan suatu kebijakan dan tindakan yang bisa mengangkat kepentingannya dan mengenyampingkan kepentingan kelompok lainnya (Thoha,2003:27).

J A R I N G A N S U R V E Y I N I S I A T I F 6 Berkaitan dengan kasus mutasi pejabat di tubuh pemerintahan Aceh. Sedapat mungkin jangan sampai publik menilai mutasi tersebut berkaitan erat dengan kepentingan personal zaini dan kelompok. Oleh karena itu pemerintah Aceh harus menelaah serta mengkaji kebutuhan sumberdaya dengan melakukan analisis dan pemetaan jabatan. Sebab disatu sisi apabila ditinjau dari segi urgensitas atau kebutuhan sumberdaya terhadap jabatan baru hampir dapat dipastikan tidak ada. Itu disebabkan sebelumnya Plt. Gubernur Aceh Soedarmo telah melakukan pergantian kabinet mulai dari pejabat Eselon II, Eselon III dan Eselon IV di lingkup Pemerintahan Aceh. Dengan demikian tidak ada alasan kuat dari segi urgensitas terkait mutasi tersebut. Dari segi aspek manajemen birokrasi, merombak kabinet dengan jeda waktu yang sangat singkat dapat merusak kinerja birokrasi khususnya dalam melakukan fungsi fungsi pelayanan publik. Berkaitan dengan mutasi dalam jabatan sesuai dengan Pasal 71 ayat (2) UU 10 tahun 2016, Gubernur atau Wakil Gubernur, Bupati atau Wakil Bupati, danwalikota atau Wakil Walikota dilarang melakukan penggantian pejabat 6 (enam) bulan sebelum tanggal penetapan pasangan calon sampai dengan akhir masa jabatan kecuali mendapat persetujuan tertulis dari Menteri. Melihat dari aspek hukum, politis serta manajemen birokrasi, maka dipastikan akan sulit mendapat persetujuan mendagri terkait rotasi jabatan di pemerintahan Aceh. Kecuali disebabkan hal yang diatur oleh UU, seperti mengisi posisi lowong atau diganti karena tindak pidana atau berhalangan tetap.

J A R I N G A N S U R V E Y I N I S I A T I F 7 Kesimpulan 1. secara hukum melakukan mutasi pejabat sebelum 6 bulan dilantik sebagaimana yang diatur oleh peraturan perundang undangan adalah perbuatan melawan hukum serta penyalahgunaan wewenang. Seluruh mutasi yang dilakukan sebelum enam bulan secara hukum dapat dianggap tidak sah dan seluruh pengeluaran tunjangan (bagi pejabat yang menggantikan) selama proses itu dianggap kerugian negara. pengeluaran yang dikeluarkan negara untuk membayar pejabat yang diangkat secara tidak sah dan melanggar ketentuan hukum yang berlaku dapat dikategorikan sebagai korupsi 2. Mutasi tetap boleh dilaksanakan sepanjang untuk pengisian jabatan yang lowong, dengan tidak melakukan pemberhentian pejabat (non job), menurunkan jabatan (demosi), dan mengalihkan pejabat struktural menjadi pejabat fungsional. Serta melaksanakan putusan pengadilan kepada PNS yang tersangkut masalah tindak korupsi, atau tindak pidana kejahatan yang ada hubungannya dengan jabatan serta pidana lainnya 3. pemerintah Aceh harus menelaah serta mengkaji kebutuhan sumberdaya dengan melakukan analisis dan pemetaan jabatan. Agar publik tidak mengaitkan isu mutasi tersebut dengan kepentingan personal Gubernur Aceh. 4. Kemungkinan besar mendagri akan menolak rotasi jabatan yang dilakukan tidak sebagaimana peraturan perundangan yang berlaku. Apabila tetap dilaksanakan. Dipastikan Mendagri akan mengeluarkan Surat yang pada intinya memerintahkan untuk membatalkan keputusan pergantian pejabat di pemerintahan Aceh selama tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

J A R I N G A N S U R V E Y I N I S I A T I F 8 Penutup isu mutasi yang di hembuskan saat ini, sangat mengganggu kondusivitas birokrasi. Terlebih saat ini anggaran baru akan di jalankan sebagai bentuk pelayanan kepada masyarakat. Disisa masa pemerintahan Zaini Abdullah hanya efektif 2,6 bulan lagi diharapkan Pemerintahan Aceh dibawah komando Zaini Abdullah fokus menuntaskan sisa tugasnya dengan menyiapkan segera proses pelelangan dan pengadaan barang. Dengan demikian publik berharap bahwa isu mutasi tersebut benar hanya sekedar kabar angin dan tidak benar dilakukan oleh Pemerintah Aceh saat ini. Karena selain berdampak terganggunya kinerja pemerintahan Aceh juga membawa dampak hukum hukum serius.