BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Pada bab terdahulu telah di deskripsikan dan di analisa data-data mengenai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Proses kehidupan manusia dimulai dari usia anak menuju usia remaja, dewasa

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB V PENUTUP KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN BAGI CALON PURNABAKTI KOTA SALATIGA TAHUN

BAB II KAJIAN TEORETIS. 2.1 Pengertian Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling

BAB I PENDAHULUAN. yang telah merubah peradaban manusia, menjadikan manusia menjadi. berguna bagi diri sendiri maupun orang lain. Ilmu pengetahuan dan

2015 ANALISIS PROGRAM DIKLAT PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL (PERENCANAAN PARTISIPATIF) DI BALAI DIKLAT KEHUTANAN KADIPATEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rizki Panji Ramadana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. banyak faktor. Faktor-faktor yang dimaksud misalnya guru siswa, kurikulum,

KERANGKA PIDATO. Tine A. Wulandari, M.I.Kom.

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bertujuan mengembangkan dan meningkatkan kompetensi kognitif,

PERBEDAAN KEMAMPUAN MENGINGAT DITINJAU DARI GAYA BELAJAR

2015 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATA PELAJARAN DASAR DAN PENGUKURAN LISTRIK UNTUK SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. kantor tersebut dituntut menciptakan suasana yang baik, teratur, sehingga orang yang melihat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ya Hedi Saputra, 2013

BAB I PENDAHULUAN. macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Putri Permatasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan aset yang paling penting bagi organisasi

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pendidikan mempunyai tujuan untuk membentuk manusia yang maju.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Agus Muharam, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan yang bermutu akan menghasilkan individu yang cerdas, sehat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sangat cepat. Dengan adanya teknologi-teknologi yang canggih dapat

BAB I PENDAHULUAN. memberikan dampak besar terhadap pemasaran perusahaan. berbagai produk dan jasa yang semakin hari semakin homogen.

BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kemampuan yang dimiliki anak. Dalam hal ini, guru sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. ujicoba, analisis, proses dan hasil dapat ditarik kesimpulan, implikasi, dan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran berakar pada pihak pendidik. Anshari (1979:15) mengemukakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. mereka, mengingat kinerja karyawan yang tinggi dan disiplin kerjalah yang

2016 PERAN BIMBINGAN KARIR, MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA DAN PENGALAMAN PRAKERIN TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TESIS. Oleh Oleh : Edy Pramono NIM : P

2015 PEMBELAJARAN TARI TRANG-TRANG KOLENTRANG PADA KEGIATAN EKSTRAKULIKULER DI SD GRIBA 5 ANTAPANI BANDUNG

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era

BAB I PENDAHULUAN. persaingan bisnis. Persaingan bisnis yang semakin ketat dan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Kemampuan Guru dalam Menyusun Tes Hasil Belajar melalui Workshop di SD Negeri Lamteubee

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rizka Fauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pertama dan utama adalah pendidikan. Pendidikan merupakan pondasi yang

BAB V PENUTUP. Bab ini merupakan kesimpulan dari hasil dan pembahasan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Anak Usia Dini adalah usaha sadar dan terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. demi detik sejak manusia lahir sampai mati. Manusia sejak lahir belajar untuk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 pasal 20 (a) Tentang Guru dan Dosen adalah

BAB I PENDAHULUAN. Nasional sebagai mana yang tercantum dalam UU No. 20 tahun 2003,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Proses kehidupan manusia dimulai dari usia anak menuju usia remaja,

BAB IV PENUTUP. sesuai dengan tujuannya program tersebut dibuat. Program news feature adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperbaiki lingkungan kerja di tempat kerja. Lingkungan kerja yang buruk

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS DAYANU IKHSANUDDIN BAU BAU

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian tentang program bimbingan pribadi sosial dalam

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dan pendidikan tidak dapat dipisahkan, sebab pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang dimiliki oleh pejabat-pejabat publik dalam tugasnya

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Masalah pendidikan perlu

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional (Sisdiknas) yang disahkan pada tanggal 8 Juli 2003

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian dari perjalanan seorang manusia.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembelajaran matematika yang lebih bermakna dengan hasil prestasi

BAB I PENDAHULUAN. evaluasi. Kesemua unsur-unsur pembelajaran tersebut sangat mempengaruhi

PROPOSAL PELATIHAN BERKARYA DI MASA PURNAKARYA (MANAJEMEN PERSIAPAN MENJELANG PURNABHAKTI)

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. model kecakapan hidup terintegrasi dengan nilai-nilai budaya lokal dalam

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki masa pensiun merupakan salah satu peristiwa di kehidupan

2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan deskripsi dan pembahasan hasil penelitian yang telah diuraikan

BAB I PENDAHULUAN. digunakan dalam proses pembelajaran (Hayati, 2016). sebagai pesan, sumber belajar sebagai sumber pesan, media pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan sumber daya manusia bagi perusahaan merupakan pilihan

2015 MENINGKATKAN MINAT BACA MASYARAKAT MELALUI PROGRAM PERPUSERU DALAM PENGELOLAAN TAMAN BACAAN MASYARAKAT BERBASIS INFORMATION TECHNOLOGY

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor utama yang menentukan berhasil

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahkluk belajar (learning human). Sejak lahir manusia. mengenal lingkungannya, memahami dirinya sendiri, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai pengaruh yang dinamis dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Itan Tanjilurohmah,2013

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. besar dirumuskan kesimpulan penelitian sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan adalah suatu proses belajar mengajar yang dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pasal 6 ayat (1) menyatakan bahwa pendidikan di SMK adalah untuk

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. dan padat. Selain itu, dalam bab ini juga diutarakan rekomendasi penelitian

Transkripsi:

152 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Pada bab terdahulu telah di deskripsikan dan di analisa data-data mengenai pelaksanaan model pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun bagi karyawan PT. Pupuk Kaltim yang diselenggarakan oleh Muvi Consulting. Maka pada bab ini peneliti membuat kesimpulan, implikasi, rekomendasi dan keterbatasan penelitian. A. Kesimpulan Hasil analisis kualitatif penelitian ini menunjukan bahwa model pelatihan masa persiapan pensiun PT. Pupuk Kaltim yang telah dilaksanakan oleh Muvi Consulting telah mendekati kebenaran teori, karena telah melalui tahapan-tahapan yang sistematis berdasarkan kebutuhan sistem pelatihan tersebut. 1. Model Pelatihan Kewirausahaan Pensiun. Model Kewirausahaan masa persiapan pensiun PT. Pupuk Kaltim yang diselenggarakan oleh Muvi Consulting, menggunakan model 3 langkah, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi. Pada tahap perencanaan tahapan yang dilakukan adalah (1) identifikasi kebutuhan pelatihan, (2) penentuan tujuan program, (3) penentuan kurikulum, (4) penentuan materi dan silabus materi, (5) penentuan metode pelatihan, (6) penentuan media pembelajaran, (7) recruitment peserta, (8) penentuan pemateri. Pada tahap pelaksanaan pelatihan yang dilakukan adalah. (1)

153 penentuan tempat dan waktu pelatihan, (2) penentuan fasilitas pelatihan, (3) penyampaian materi, (4) pengendalian pelatihan. Pada tahap evaluasi, meliputi (1) evaluasi pelaksanaan, (2) evaluasi pemateri, (3) evaluasi peserta. Model pelatihan ini sejalan dengan pendapat Simamora (2001:296) membagi model pelatihan kedalam tiga tahapan: yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi. Model ini juga sejalan dengan pendapat William B.Werther dan Keith Davis (Zawawi 2000 : 24) beliau mengemukakan bahwa langkah-langkah pelatihan terdiri dari : pertama, menilai kebutuhan pelatihan, kedua, menentukan tujuan pelatihan, ketiga menentukan isi program dan prinsip-prinsip belajar, Keempat, melaksanakan program pelatihan dan kelima, evaluasi. 2. Proses Penyelenggaraan Pelatihan Kewirausahaan Masa Persiapan Pensiun Inti dari kegiatan sebuah pelatihan adalah proses penyelenggaranya, karena meskipun desain pelatihanya bagus, tetapi jika proses penyelenggaraanya tidak baik maka bisa membuat pelatihan tidak menghasilkan output dan outcome yang diharapkan. Proses penyelenggaraan pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun PT. Pupuk Kaltim ini berjalan dengan baik sesuai sekenario pelatihan yang telah disiapkan, ini ditandai dengan berberapa testimoni dari peserta pelatihan yang menganggap pelatihan ini sangat bermafaat bagi mereka. Proses penyelengaraan pelatihan ini tentunya sangatlah rinci proses-prosesnya namun tetap bisa digambarkan dalam kesimpulan sebagai berikuti:

154 a. Perencanaan pelatihan Proses perencanaan pelatihan khususnya mengenai identifikasi masalah, yang dilakukan oleh Muvi Consulting adalah dengan cara menduga kebutuhan-kebutuhan dari peserta pelatihan, dan ditambah dengan wawancara bagian marketing dengan klien atau perusahaan yang akan mengirimkan peserta pelatihan dari sinilah didapatkan permintaan-permintaan atau kebutuhan perusahaan terhadap program yang akan dijalankan. Perencanaan pelatihan pensiun yang diselenggarakan oleh Muvi Consulting selalu berlandaskan pada hasil analisis identifikasi kebutuhan peserta pelatihan yang akan mendekati masa pensiun. Rancangan program pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun menggunakan langkah-langkah perencanaaan melalui tiga tahapan, yaitu tahap pertama persiapan menyusun program pelatihan meliputi identifkasi pengkajian kebutuhan pelatihan, perumusan tujuan pelatihan, dan rekruitment peserta pelatihan. Tahap kedua adalah menentukan tujuan pelatihan, metode, materi pelatihan dan media pembelajaran, tahap ketiga menentukan jadwal kegiatan, fasilitas pelatihan serta sumber dana yang digunakan untuk membiayai seluruh proses kegiatan pelatihan ini. Perencanaan pada penyelenggaraan program pelatihan kewirausahan masa persiapan pensiun dilakukan dengan maksud untuk memperoleh suatu kejelasan tentang gambaran pelaksanaan pogram pelatihan secara keseluruhan. Perencanaan akan mengarahkan strategi pelaksanaan kepada tujuan pelatihan, output dan outcome pelatihan.

155 b. Penyelenggaraan pelatihan Tujuan utama pelaksanaan pelatihan adalah untuk meningkatkan pengetahuan, pelaksanaan pelatihan kewiruasahaan masa persiapan pensiun ini menggunakan sebuah pendekatan pelatihan yang mengkolaborasikan suasana pelatihan dengan kehidupan sehari-hari yaitu sebuah proses pembelajaran yang berasal dari pengalaman atau belajar sambil bekerja yang biasa disebut learning by doing. Pendekatan terapi juga diberikan supaya peserta dapat merasakan langsung manfaat dari pelatihan, khususnya materimateri yang bersifat psikologis. Materi kewirausahaan peserta diberikan contoh-contoh yang usaha yang mudah untuk dijalankan dan pandu oleh pemateri dari kalangan pengusaha bukan dari pekerja, sehingga materi yang disampaikan bersifat praktis dan mudah diaplikasikan. Hasil observasi yang peneliti lakukkan dapat dikemukakan bahwa pelaksanaan pelatihan kewirausahaan MPP ini telah dilaksanakan sesuai ketetapan yang dirumuskan sebelumnya dalam perencanaan pelatihan. Keadaan ini dapat dilihat dari kelancaran pada penyelenggaraan program pelatihan dan testimoni dari peserta pelatihan yang menyatakan bahwa pelatihan ini sangat baik dan bermanfaaat bagi mereka. c. Evaluasi pelatihan Berkenaan dengan evaluasi pelatihan aspek yang dievaluasi pelatihan ini adalah mengenai evaluasi program kegiatan, tempat, fasilitas, fasilitor, materi dan pemateri, sedangkan evaluasi yang dilakukan terhadap peserta tidak dilakukan dengan khusus Muvi Consulting hanya mengandalkan dari kesan pesan peserta terhadap pelatihan, itupun disatukan dengan evaluasi instruktur.

156 Program pelatihan kewirauahaan masa persiapan pensiun secara keseluruhan telah dilaksanakan dengan benar sesuai prosedur pelatihan meskipun ada kekurangan dalam proses evaluasi pelatihanya. 3. Proses Pembelajaran Pelatihan Kewirausahaan Masa persiapan pensiun Proses pembelajaran pelatihan dalam pelatihan ini mengunakan pendekatan pembelajaran orang dewasa dengan pendekatan pada pembelajaran kontekstual dan pembelajaran partisipatif. Pola pembelajaran yang dilakukan dalam pelatihan ini, tidak hanya memperhatikan dari segi motodologinya. Mereka juga sangat memperhatikan suasana kelas, penataan kelas, aspek visual dan media pembelajaran. Penyelenggara sangat memahami akan konsep pembelajaran yang bisa diterima oleh otak yaitu visual, kinestik dan audiotory. Proses pembelajaran ini kombinasikan dengan metode pembelajaran partisipatif dimana peserta aktif terlibat dalam setiap aktivitas, sedangkan materimateri pelajaran di sampaikan dengan gaya pembelajaran kontekstual, sehingga proses ini sangat membatu peserta untuk memahami pelajaran dengan lebih cepat. Strategi pembelajaran yang dilakukan adalah, customer fokus yaitu penyelenggara sangat memperhatikan kepuasan pelangganya, kedua grab your audience yaitu pelatihan ini dirancang sedemikian rupa sehingga peserta langsung larut dalam materi pelatihan. Pembelajaran dilengkapi dengan suara-suara musik pengiring materi pelatihan.

157 Strategi berikutnya adalah transplantation learning konsep pembelajaran ini dipakai intuk mensiasati waktu pembelajaran yang pendek tetapi mereka harus bisa usaha yaitu dengan model kemitraan dan pematerinya juga adalah harus pengusaha bukan pekerja. Strategi pembelajaran lainya adalah learning therapeutic, dimana peserta diberikan terapi-terapi langsung tidak hanya teori mengenai pengendalian emosi tapi langsung diterapi dengan pendekatan hypnotherapy dan Emotional Freedom Technic. 4. Hasil pembelajaran pada perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Tujuan utama pelatihan adalah melakukan sebuah perubahan pengetahuan, sikap dan ketermpilan, dari tadinya tidak tahu menjadi tahu, dari tadinya tidak mampu menjadi mampu. Peserta pelatihan diberikan berbagai materi dan juga pencerahan mengenai kewirausahaan, di dalam proses pembelajarannya dilengkapi dengan pendekatan koseling satu persatu peserta melakukan konseling bisnisnya, ini dilakukan untuk memberikan pengetahuan baru dan pemantapan dalam wirausaha. Hasil observasi dan wawancara dengan peserta pelatihan di dapatkan bahwa mereka sangat antusias mengikuti semua materi yang disampaikan, dan merekapun mendaptakan pencerahan yang positif. Hasil wawancara dapat diungkap bahwa mereka ada yang baru kali ini belajar tentang wirausaha, karena sebelumnya mereka hanya mendapatkan seminar atau pelatihan yang hanya berhubungan dengan pekerjaanya saja. Peserta ini merasa mendapatkan pembelajaran yang berharga untuk persiapan pensiunya demikian apa yang disampaikan oleh Bapak AH (peserta pelatihan).

158 Perubahan sikap peserta setelah mendapatkan pembelajaran adalah sangat positif dimana peserta dalam belajar ini diberikan paradigma-paradigma mengenai hakikat kehidupan, hakikat rizki dan juga hakikat pensiun, sehingga secara kontekstual mereka lebih bisa menyadari akan pensiunnya. Materi motivasi-motivasi wirausaha juga diberikan dengan sangat lugas dan praktis, sehingga peserta mendapatkan pencerahan dengan lengkap lagi mengenai wirausaha dan secara mental mereka mendapatkan motivasogram pelatihan yang singkat tapi bisa menunjukan mereka pada jalan bisnis yang benar seuai dengan minat dan bakatanya. Program ini disebut assemement talent mapping (penelusuran minta dan bakat usaha) program ini sangat membantu peserta pelatihan untuk menemukan jalan yang tepat kalau suatu saat akan memulai usaha, dan menemukan usaha mana yang tepat sesuai dengan potensi dirinya. 5. Kesiapan peserta pelatihan untuk menjalani pensiun Tujuan inti dari pelatihan ini adalah untuk memberikan pembekalan sebelum memasuki masa pensiun, sehingga di dalam model pelatihan ini. Penyelenggara memberikan materi-materi pelatihan yang bersifat membantu peserta untuk mendapatkan pembekalan-pembekalan secara psikologis, mental dan juga spiritual. Hasil wawancara dengan peserta pelatihan didapatkan berbagai macam kesan, mengenai pelatihan ini, secara umum mereka berpendapat dengan pelatihan ini jauh lebih siap lagi untuk pensiun, dibandingkan sebelum mereka mengikuti pelatihan. Secara spiritual juga mereka lebih siap lagi karena mendapatkan pencerahan mengenai hakikat rizki dan juga pembiasaan-pembiasaan ibadah yang di pandu oleh pelaksana pelatihan. Respon peserta terhadap pelatihan ini mereka menyampaikan

159 bahwa mereka jau lebih siap dan ikhlas lagi, ada yang menyampaikan siap tidak siap tetap saja pensiun akan terjadi, ikhlas tidak ikhlas tetap saja pensiun pasti terjadi, jadi peserta memilih untuk lebih ikhlas lagi menjalani pensiun ini. Data mengenai kewirausahaan dapat di ungkapkan bahwa mereka merasa mendapatkan pencerahan mengenai tahapan-tahapan memulai bisnis. Peserta pelatihan mendapatkan panduan bagaimana memilih usaha dengan tepat sesuai dengan karakter, atau bakatnya. Program ini sangat membantu peserta pelatihan untuk menemukan bisnis yang sesuai dengan hobi dan bakatnya. Mereka jauh lebih siap lagi untuk pensiun dan usaha selepas pensiun, apabila dibandingkan dengan sebelum mengikuti pelatihan ini. B. Implikasi penelitian 1. Implikasi teoritis Temuan peneliti terhadap model pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun PT. Pupuk Kaltim yang diselenggarakan oleh Muvi Consulting dapat memberikan mafaat bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis seperti misalnya dampak pelatihan terhadap kesiapan untuk pensiun atau juga yang ingin meneliti lebih jauh bagaimana pengaruh pelatihan terhadap parktek wirausaha pasca pelatihan. 2. Implikasi praktis Muvi Consulting telah berhasil menyelenggarakan pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun, hal ini dapat di lihat dari bervariasinya materi-materi yang disampaikan yang telah dicantumkan dalam pelatihan., dengan disesuaikan pada kebutuhan peserta pelatihan. Begitu pula dengan pelatihan-pelatihan lainya yang telah

160 beberapa kali diselenggarakan oleh Muvi Consulting dengan peserta pelatihan yang berbeda. Penyususnan program pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun telah dilaksanakan dengan prinsip-prinsip pelatihan yang efektif dan professional dimulai dari perencanaan. SDM penyelenggara pelatihan yang terlibat langsung pada pelatihan tersebut adalah individu yang memang memiliki kompetensi dibidangnya. Berdasarkan uraian diatas maka temuan penelitan ini diharapkan memberikan implikasi terhadap kepentingan praktis, yaitu dijadikan pendoman bagi pelatihan yang ingin mencoba menyelenggarakan model pelatihan sejenis. C. Rekomendasi Kesimpulan dan implikasi hasil penelitian ini menjadi dasar untuk hadirnya beberapa rekomendasi yang penulis tujukan kepada pihak-pihak terkait rekomendasi ditujukan kepada: 1. Penyelengara pelatihan. Proses pelatihan hendaknya memperhatikan langkah-langkah pembelajaran, ada delapan langkah yang harus diperhatikan dalam pembelajaran khususnya dalam pelatihan, (1) identifikasi kebutuhan pembelajaran, (2) tujuan pembelajaran (3) kurikulum pembelajaran, (4) materi pembelajaran, (5) metode pembelajaran, (6) media pembelajaran, (7) sarana dan prasarana, (8) evaluasi pembelajaran. Berikut ini adalah beberapa catatan yang menjadi rekomendasi penulis untuk penyelenggara pelatihan.

161 Pembagian waktu yang ada hendaknya penyelenggara membuat jadwal dan sekenario pelatihan yang bisa dipahami oleh semua pihak, dan didalam skenario pelatihan apabila ada perubahan-perubahan tidak merusak acara secara keseluruhan. Porsi kegiatan dalam pelatihan ini sarat akan materi sehingga waktu untuk praktek sangat kurang, pada saat kunjungan usaha dan praktek lebih terkesan rekreasi asal memenuhi target, sehingga penulis merekomendasikan untuk pengaturan materi dan praktek lebih seimbang lagi. Konten pelatihan akan lebih baik jika materi difokuskan pada satu bidang khusus misalnya, pelatihan kewirausahaan warung, pelatihan budaya ikan, atau peternakan sapi, karena pelatihan dengan waktu yang 5 hari harus memasukan berbagai macam materi meliputi aspek psikologi, bisnis, keuangan, kesehatan dan lain-lain. Pihak penyelenggara bisa membagi dengan dua waktu misalkan tahap basic pelatihan kewirausahaan dalam tahap motivasi dan mental kesiapan untuk pensiun. Pada tahap dua diberikan pelatihan khusus bidang usaha yang akan di lakukan peserta pelatiha. Tahap ketiga adalah dilakukan coaching atau pendampingan usaha, sehingga peserta pelatihan akan terbimbing dengan baik dari awal sampai mereka mandiri dan berkembang. Evaluasi pelatihan Muvi Consulting telah melakukan evaluasinya dengan cara membaca dari kesan dan pesan dari pelatihan, dan yang di evaluasi lebih lengkap lagi adalah evalusi untuk pemateri dan instruktur, selain itu juga evaluasi yang lengkap dilakukan untuk mengevaluasi pelaksanaan. Komponen pelatihan terdiri penyelenggara, pemateri dan peserta pelatihan, semua itu adalah merupakan bagian dari komponen proses pelatihan, sehingga semua

162 komponen itu harus dievaluasi, guna melihat sejauh mana efisiensi waktu dan efektifitas pelatihan terhadap perubahan perilaku positif yang sesuai dengan tujuan pelatihan. Evaluasi pelatihan kewirausahaan jauh baik baik lagi, apabila selain mengevaluasi dari perubahan sikap dan perilaku, juga mengevaluasi sejauh mana peserta memiliki kemampuan dalam memulai usaha dan mengembangkan usahanya, apabila dalam pelatihan kewirausahaan itu mereka membuat produk, maka produk yang dihasilkan seharusnya dievaluasi juga, apakah punya nilai jual atau tidak, apakah produk yang dihasilkan oleh peserta pelatihan laku di pasaran atau tidak. Evaluasi seperti ini dapat memberikan masukan kepada Muvi Consulting sebagai penyelenggara untuk melakukan evaluasi menyeluruh dengan baik, dari data evaluasi ini juga bisa dipakai untuk mengambil keputusan perbaikan penyelenggaran pelatihan berikutnya. 2. Pelatih (pemateri Kepada pelatih hendaknya materi yang disampaikan adalah disertai contohcontoh yang konkrit atau dalam kehdiupan sehari-hari, untuk simulasi-simulasi pelatihan hendaknya benar-benar disesuaikan dengan tujuan pelatihan dan selalu memperhatikan waktu. Supaya porsi waktu inti materi yang disampaikan tidak terlalu banyak diambil oleh simulasi-simulasi pelatihan. Pembelajaran kepada orang dewasa sangat ditentukan oleh suasana keakraban pelatih dengan peserta, sehingga jauh sebelum memberikan materi hendaknya pelatih membangun keakraban terlebih dahulu dengan peserta pelatihan

163 Pembelajaran dengan iringi musik di dalam materi pelatihan sangat baik untuk memberikan suasana yang nyaman. Musik mampu memberikan warna pelatihan jadi lebih menarik, namun hendaknya pemateri perlu memperhatikan peserta yang tidak suka dengan suara musik, apalagi jika musik yang dijadikan pengiring pada materi pelatihan tidak sesuai dengan materi, musik ini bisa mengganggu konsentrasi belajar peserta pelatihan. 3. Peserta pelatihan. Pelatihan kewirausahaan ini hanya dilakukan dalam waktu efektif 5 hari, dari jumlah waktu yang dipakai untuk memberikan sebuah pembelajaran kewirausahaan dari sisi waktu sangat terbatas. Pergunakan waktu dengan sebaik-baiknya, sebainya peserta memilih untuk konsetrasi belajara, untuk itu pekerjaan-pekerjaan yang kantor yang di delegasikan dulu kepada staff-nya, atau berikan kepada pimpinannya agar mereka diberikan penggati yang akan mengerkajakan aktivitas kantornya. Metode pelatihan yang di selenggarakan sangat baik yaitu dengan membuat kemitraan dengan para pengusaha jadi apabila ingin melajutkan pembelajaran yang lebih rinci dan lebih teknis lagi jauh lebih baik jika warga belajar mengikuti program lanjutan yang di selenggarakan oleh Muvi Consulting. Program lanjutan sangat penting karena di materi-materi yang disiapkan merupakan materi yang tepat untuk para pengusaha pemula. Program ini selenggaran untuk melengkapi pelatihan sebelumnya, dan berfungsi untuk membimbing bagaimana tahapan-tahapan memulai usaha.

164 4. Peneliti selajutnya Penelitian ini diperoleh berdasarkan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus yang menekankan pada model pelatihan kewirausahaan masa persiapan pensiun, khususnya pada proses penyelenggaraan pelatihan, peneliti menyadari bahwa penelitian ini memiliki keterbatasan antara lain subjek penelitian terbatas pada model dan proses penyelenggaraan pelatihan. Penelitian terbatas pada kasus di satu lembaga pelatihan. Lokasi penelitian hanya pada satu lembaga pelatihan. Sasaran penelitian hanya pada satu angkatan pelatihan dan peserta pelatihan dalam satu anggkatan ini sangat beragam ada staff ada juga level pimpinanya. Peneliti selanjutnya seyogyanya melakukan penelitian secara lebih luas baik dari pengembangan pendekatan penelitian, maupun dari kajian yang lebih mendalam terhadap fokus permasalahan penelitian yang sama, terutama dalam pengembangan model pelatihan kewirausahan yang betul-betul bisa di jalankan oleh peserta setelah selesai pelatihan, oleh karena itu kepada peneliti selanjutnya disaranakan menggunakan subjek dan wilayah penelitian yang lebih luas. Peneliti selanjutnya diharapakan dapat mengembangkan penelitian tentang dampak program pelatihan kewirausahaan masa pensiun terhadap keberhasilan peserta pelaihan dalam memulai usaha, mengembangkan usaha dan keberlangsungan usahanya.

165