Jurnal AGRIFOR Volume XV Nomor 1, Maret 2016 ISSN :

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup

INTENSITAS SERANGAN HAMA DAN PENYAKIT Shorea leprosula Miq TINGKAT SEMAI DI TAMAN NASIONAL KUTAI RESORT SANGKIMA KABUPATEN KUTAI TIMUR

SKRIPSI. INTENSITAS SERANGAN HAMA ULAT KANTONG PADA KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) PADA USIA BERBEDA DI KEBUN YAYASAN DARUL JAMIL

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAFIULUAN. Tanaman kelapa sawit {Elaeis guineensis Jacq') merapakan tanaman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.15 No.4 Tahun ).

Jurnal AGRIFOR Volume XV Nomor 2, Oktober 2016 ISSN P ISSN O

BAB I PENDAHULUAN. sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Disamping itu ada pula para ahli yang berpendapat bahwa kelapa sawit terbentuk pada saat

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.

I.PENDAHULUAN Selain sektor pajak, salah satu tulang punggung penerimaan negara

TINGKAT SERANGAN ULAT KANTONG

I. PENDAHULUAN. untuk mendatangkan hasil dalam bidang pertanian. tanaman yang diusahakan yaitu tanaman pangan, hortikultura dan tanaman

PENDAHULUAN. pertanian. Kenyataan yang terjadi bahwa sebagian besar penggunaan lahan di. menyangkut kesejahteraan bangsa (Dillon, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mendorong pembangunan ekonomi nasional, salah satu alat dan

PENDAHULUAN. Latar Belakang

INTENSITAS SERANGAN HAMA ULAT API (Setothosea asigna) PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis. JACQ) DI KECAMATAN TEBO TENGAH KABUPATEN TEBO

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas perkebunan unggulan

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kelestarian sumber daya alam (Mubyarto, 1994).

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Subsektor perkebunan merupakan salah satu sektor pertanian yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai Agustus 2014 di. Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah Bahan-bahan yang

BAB V GAMBARAN UMUM PRODUK PERTANIAN

I. LATAR BELAKANG MASALAH. Tanaman kelapa sawit mulai dibudayakan secara komersial pada tahun 1911.

BAB I PENDAHULUAN. sawit nasional karena kelapa sawit merupakan salah satu komoditas unggulan di Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERKEMBANGAN SERANGAN PENYAKIT CACAR DAUN CENGKEH (Phyllosticta sp.) PADA TANAMAN CENGKEH TRIWULAN II TAHUN 2013 WILAYAH KERJA BBPPTP SURABAYA

PENGARUH PUPUK ORGANIK GRANUL DAN PUPUK UREA TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KARET (Hevea brasiliensis Muell.Arg.) OKULASI

BAB I PENDAHULUAN. perkebunan rakyat, cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Dari seluruh

DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi

NB: KERANGKA EKSEKUTIF PROPOSAL PKL DISUSUN MAKSIMAL 5 HALAMAN 1 SPASI (kecuali cover dan lembar pengesahan)

PENDAHULUAN. Latar Belakang. dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor karet Indonesia selama

TINGKAT INFILTRASI PADA BEBERAPA TIPE PENGGUNAAN LAHAN DI DAS SEI WAMPU BAGIAN HILIR SKRIPSI YUSNIWATI SARAGIH ILMU TANAH

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis jacq) merupakan tanaman yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Bagi perekonomian Indonesia, sektor pertanian merupakan sektor yang

PROPOSAL KAJIAN PENENTUAN DOSIS PUPUK OPTIMAL UNTUK PEMBIBITAN KELAPA SAWIT DI SUMATERA UTARA. HELMI DKK

BAB I. PENDAHULUAN. kerja seluas-luasnya sekaligus pemerataan pembangunan. Data kontribusi sub

PENGAWALAN INTEGRASI JAGUNG DI LAHAN PERKEBUNAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan, 2012 Gambar 1 Perkembangan dan produksi kelapa sawit di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

5 GAMBARAN UMUM AGRIBISNIS KELAPA SAWIT

PROPOSAL KAJIAN PENENTUAN DOSIS PUPUK OPTIMAL UNTUK PEMBIBITAN KELAPA SAWIT DI SUMATERA UTARA. Helmi Dkk

RESPONS PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PRE NURSERY AKIBAT PEMBERIAN PUPUK MELALUI DAUN

I. P E N D A H U L U A N. empat bibit kelapa sawit dibawa dari Afrika dan ditanam di Kebun Raya Bogor

BAB I PENDAHULUAN. tandan buah segar (TBS) sampai dihasilkan crude palm oil (CPO). dari beberapa family Arecacea (dahulu disebut Palmae).

BAB I PENDAHULUAN. atsiri yang dikenal dengan nama Patchouli oil. Minyak ini banyak dimanfaatkan

Mengukur Serangan Penyakit Terbawah Benih (Hawar Daun) Pada Pertanaman Padi

BAB I PENDAHULUAN. dalam realita ekonomi dan sosial masyarakat di banyak wilayah di Indonesia.

I. PENDAHULUAN. areal perkebunan kelapa sawit pada tahun 1999 mengalami kenaikan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Kemudahan ini melahirkan sisi negatif pada perkembangan komoditas pangan

BAB I PENDAHULUAN Indonesia menguasai ekspor pasar minyak sawit mentah dunia sebesar

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KOMODITI CRUDE PALM OIL (CPO) PROVINSI RIAU. Eriyati Rosyetti. Abstraksi

ANALISIS PEMASARAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA (STUDI KASUS PADA PETANI SWADAYA KECAMATAN KOTA BANGUN)

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

IDENTIFIKASI HAMA DAN PENYAKIT Shorea Leprosula Miq DI TAMAN NASIONAL KUTAI RESORT SANGKIMA KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sumber protein, lemak, vitamin, mineral, dan serat yang paling baik

Diagnosa Penyakit Akibat Jamur pada Tanaman Padi (Oryza sativa) di Sawah Penduduk Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat

Kontribusi Pendapatan Buruh Wanita Tani Kelapa Sawit Terhadap Pendapatan Keluarga di Desa Kurup Kecamatan Lubuk Batang Kabupaten Ogan Komering Ulu

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KOMODITI CRUDE PALM OIL (CPO) PROVINSI RIAU. Eriyati Rosyeti. Abstraksi

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Persebaran Lahan Produksi Kelapa Sawit di Indonesia Sumber : Badan Koordinasi dan Penanaman Modal

INDUSTRI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT INDONESIA In House Training Profil Bisnis Industri Kelapa Sawit Indonesia Medan, Mei 2011

DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

LAPORAN DASAR PROTEKSI TANAMAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Gambar 1.1. Perkembangan Konsumsi Minyak Nabati Dunia

PELUANG INVESTASI BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA. Makalah. Disusun Oleh : Imam Anggara

PT. BINA PRATAMA SAKATO JAYA UNIT KELAPA SAWIT SOLOK SELATAN II SEI. JUJUHAN ESTATE SUMATERA BARAT

PENDAHULUAN. Kopi (Coffea sp.) sebagai salah satu komoditi non migas. Kopi memiliki

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA DI PT EASTERN SUMATERA INDONESIA, KEBUN BUKIT MARADJA ESTATE (Kabupaten Simalungun)

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMAS1 GEOGRAFIS UNTUK PENGELOLAAN PERKEBUNAN KELAPA SAWlT

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. harga CPO (Crude Palm Oil). Usaha perkebunan kelapa sawit dan unit

BAB I PENDAHULUAN. pada 2020 dan berdasarkan data forecasting World Bank diperlukan lahan seluas

KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL

1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis) adalah tanaman pohon tropis yang

Boks 1. DAMPAK PENGEMBANGAN KELAPA SAWIT DI JAMBI: PENDEKATAN INPUT-OUTPUT

ANALISA PERTUMBUHAN TEGAKAN MUDA MERANTI (Shorea sp.) DENGAN TEKNIK SILVIKULTUR INTENSIF (SILIN) DI PT. TRIWIRAASTA BHARATA KABUPATEN KUTAI BARAT

DAFTAR ISI. Halaman LEMBAR PENGESAHAN... i KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN...

Seminar Nasional BKS PTN Barat Manurung et al.: Implementasi Pemupukan Kelapa Sawit 643 Bandar Lampung, Agustus 2014

I. PENDAHULUAN. penting di antara rempah-rempah lainnya (king of spices), baik ditinjau dari segi

PENGARUH PUPUK NPK DGW COMPACTION DAN PUPUK KANDANG SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI MERAH BESAR (Capsicum annuum L.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA DIURNAL PADA TANAMAN PENUTUP TANAH

TINJAUAN PUSTAKA. ekonomis pada tahun 1910 (di Pulau Raja), Asahan dan sungai Liput (dekat perbatasan Aceh).

Transkripsi:

Jurnal AGRIFOR Volume XV Nomor 1, Maret 2016 ISSN : 1412 6885 INVENTARISASI PENYAKIT BERCAK DAUN (Curvularia sp.) DI PEMBIBITAN KELAPA SAWIT PT KETAPANG HIJAU LESTARI 2 KAMPUNG ABIT KECAMATAN MOOK MANAAR BULATN KABUPATEN KUTAI BARAT Elizabeth Lalang 1, Helda Syahfari 2, dan Noor Jannah 3 1 Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda, Indonesia. 2 Fakultas Pertanian, Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda 75124, Indonesia. E-Mail: elizabethlalang@yahoo.co.id ABSTRAK Inventarisasi Penyakit Bercak Daun (Curvularia sp.) Di Pembibitan Kelapa Sawit PT Ketapang Hijau Lestari 2 Kampung Abit Kecamatan Mook Manaar Bulatn Kabupaten Kutai Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui frekuensi dan intensitas serangan penyakit bercak daun (Curvularia sp.) di pembibitan Kelapa Sawit PT Ketapang Hijau Lestari 2 Kampung Abit Kecamatan Mook Manaar Bulatn Kabupaten Kutai Barat. Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi mengenai intensitas serangan penyakit bercak daun (Culvularia sp.) pada pembibitan PT Ketapang Hijau Lestari - 2. Penelitian ini dilaksanakan + 3 bulan mulai dari bulan Februari sampai dengan bulan April 2014. Penelitian ini menggunakan bibit kelapa sawit sebanyak 500 bibit yang terbagi di 2 (dua) tempat yaitu pre-nursery dan main-nursery PT Ketapang Hijau Lestari - 2. Dengan metode purposive sampling. Hasil penelitian yang telah dilakukan, pembibitan PT Ketapang Hijau Lestari-2 tergolong dalam pembibitan yang sehat karena jumlah tanaman yang terserang penyakit bercak daun (Culvularia sp.) relatif sedikit. Berdasarkan hasil penelitian frekuensi dan intensitas serangan di main-nursery lebih besar dari pada yang di pre-nursery. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai frekuensi serangan penyakit bercak daun (Culvularia sp.) di pembibitan pre-nursery adalah 5,2 % maka kerusakan yang diakibatkan oleh jamur ini relatif kecil, sedangkan intensitas serangan adalah 2,5%. Kemudian hasil perhitungan frekuensi serangan penyakit pada main-nursery adalah 8% dan intensitas serangan adalah 3,7%, serangan penyakit ini termasuk kedalam kategori rusak ringan dikarenakan semai yang diteliti dalam kondisi sehat, dan jumlah yang terserang sangat sedikit. Kata kunci : Inventarisasi, bercak daun, intensitas. ABSTRACT Invontory of leaf Spot Disease (Curvularia sp.) at the Oil Palm Nursery of PT Ketapang Hijau Lestari- 2 in Abit Village, Mook Manaar Bulatn Sub District of West Kutai Distric. Objective of the research was to study the frequency and intensity of leaf spot disease attack (Curvularia sp.) at the oil palm nursery of PT Ketapang Hijau Lestari-2. It was expected that this research could give information regarding the disease attack intensity level at the oil palm nursery. The research lasted for about three months, from February 2014 to April 2014. It used 500 oil palm seedlings that comprised at 2 places, namely at pre nursery and main nursery, with using purposive sampling method. Results of the research indicated that the oil palm nursery at PT Ketapang Hijau Lestari-2 could be categorised as healthy nursery, due to number of seedlings attack level of leaf spot disease was little. It also founded the attack level is bigger at main nursery than at pre nursery. Based on the calculation, frecuency of leaf spot disease at pre nursery was 5,2%, thus level of attack caused by the fungus was relatively small, whereas its intensity was 2,5%. meanwhile, the frequency of laf spot disease at main nursery was 8,0% and intensity was 3,7%, thus the attack level of this disease was 23

Inventarisasi Penyakit Elizabeth Lalang et al. categorised as light damage, due to the seedlings condition is still healthy and number of seedling attacked by this disease was very small. Key words : Invontory, Spot Disease, intensity. 1. PENDAHULUAN Di Indonesia tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jack) dewasa ini merupakan tanaman primadona, yang memiliki prospek cukup cerah bagi pembangunan perkebunan nasional. Selain mampu menciptakan kesempatan kerja yang mengarah kepada kesejahteraan masyarakat, juga merupakan sumber perolehan devisa non migas bagi negara. Tanaman penghasil minyak nabati ini pernah mendapat predikat ekspor, karena minyak kelapa sawit (crude palm oil, CPO) dapat digunakan untuk berbagai bahan industri penting. Dalam upaya peningkatan perkembangan dewasa ini daerah penghasil tanaman kelapa sawit tidak lagi terpusat pada Sumatera Utara dan Aceh, tetapi pengusahaan areal perkebunan tanaman kelapa sawit sudah meliputi beberapa provinsi antara lain, Sumatra Utara, Sumatra Selatan, Jambi, Bangkulu, Riau, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Irian Jaya, Sulawesi Selatan,Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, dan Jawa Barat. (Risza, 1994). Menurut Dinas Perkebunan Kelapa Sawit Kalimantan Timur, pada tahun 2012 luas areal tanaman kelapa sawit mencapai 961.802 ha yang terdiri dari 226.765 ha sebagai tanaman plasma/rakyat, 17.237 ha milik BUMN sebagai inti dan 717.825 ha milik perkebunan besar swasta. Oleh karena itu pemerintah daerah Kalimantan Timur pernah mencanangkan program satu juta hektar tanam kelapa sawit. Hal ini dilakukan karena tanaman kelapa sawit masih dapat dikembangkan dengan alasan masih tersedianya areal yang luas serta sifat dan kimia tanah juga masih memenuhi standar untuk dibudidayakannya tanaman kelapa sawit. Dalam pola pengembangan tanaman kelapa sawit ada yang dinamakan pola PIR, PBS dan PTP. Sejak tahun 1984 berdasrkan SK Menteri Pertanian No 853/1984 pengembangan perkebunan besar kelapa sawit dilakukan dengan pola PIR. Pada tahun 1986 sesuai INPRES No 1 tahun 1986 telah ditetapkan dengan pola PIR dengan program transmigrasi. (Rizal, 2001). Menurut Tjahjadi (2005), pertumbuhan dan perkembangan tanaman dari sejak benih, pembibitan, penanaman, hingga gudang penyimpanan selalu tidak luput dari gangguan hama, patogen, gulma atau karena faktor lingkungan. Akibat dari gangguan itu seorang peneliti dari India mengatakan bahwa kerugian tanaman akibat gulma 33%, patogen 26%, hama 7%, tikus 6% dan kerusakan penyimpanan sekitar 7%. Untuk mengamati lebih lanjut mengenai hama dan penyakit yang menyerang tanaman kelapa sawit, khususnya pada semai bibit maka dilakukannya penelitian di areal perkebunan PT Ketapang Hijau Lestari - 2terutama di pembibitan Pre- Nursery dan Main- Nursery. Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui frekuensi serangan dan intensitas serangan penyakit bercak daun di pembibitan pre- nursery dan main- nursery. 2. METODA PENELITIAN 2.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di areal pembibitan tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jack) yang berada di areal pembibitan milik PT Ketapang Hijau 24

Jurnal AGRIFOR Volume XV Nomor 1, Maret 2016 ISSN : 1412 6885 Lestari-2, Sei. Krayau Estate, Kec, Mook Manaar Bulatn, Kab. Kutai Barat. Pembibitan pada umur 3 bulan (prenursery) dan umur 6 bulan (mainnursery). Pada bulan Februari-April 2014. 2.2. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Bibit tanaman kelapa sawit umur 3 bulan berjumlah 250 bibit dan 6 bulan berjumlah 250 bibit. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1) Kalkulator untuk menghitung data dari lapangan. 2) Kamera untuk dokumentasi. 3) Alat tulis untuk mencatat hasil pengamatan. 4) Tali rapia untuk pembatas jalur penelitian/plot. 5) Tally sheet. 6) Pisau / Cutter untuk memotong sampel daun Objek penelitian adalah pembibitan tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jack), baik pembibitan pre-nursery umur tiga bulan maupun main- nursery umur enam bulan pada areal pembibitan PT Ketapang Hijau Lestari - 2. Jumlah masing-masing bibit yang dijadikan sampel pada pembibitan Pre-nursery adalah 250 bibit dan Main- nursery 250 bibit. 2.3. Prosedur Penelitian Tahapan kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Studi Pustaka Studi kepustakaan dimaksudkan untuk mendapatkan informasi sebagai bahan masukan yang dapat menunjang dalam pelaksanaan dalam penelitian dan penulisan skripsi. 2) Orientasi Lapangan Kegiatan yang dilakukan pada orientasi lapangan ini meliputi peninjauan situasi dan kondisi lapangan untuk mempermudah dalam pelaksanaan penelitian. 3) Pembuatan Plot Penelitian Pembuatan plot penelitian untuk pengambalian data pada areal penelitian di pre nursery dan main nursery dengan menggunakan sistem hamparan dengan cara pengambilan data jumlah sampel masing-masing satu hamparan 250 bibit tanaman. 4) Pengamatan Serangan Penyakit Pengamatan dilakukan terhadap setiap bibit yang digunakan sebagai sample dengan mengamati gejala dan tanda serangan. Semua hasil pengamatan dicatat pada tally sheet yang tersedia untuk mempermudah dalam pengolahan data. 25

Inventarisasi Penyakit Elizabeth Lalang et al. Tabel 1. Cara Menentukan Nilai (Skor) Gejala Serangan Penyakit Pada Setiap Tanaman. Gejala Pada Tanaman Sehat (Tidak ada gejala serangan) 0 Terserang ringan (Jumlah daun terserang dan serangan pada masing-masing 1 daun sedikit dan semai tamapak sehat. Terserang sedang (Jumlah daun yang terserang dan jumlah serangan pada 2 masing-masing daun agak banyak). Terserang berat (Jumlah daun yang terserang dan jumlah serangan pada 3 masing-masing daun banyak). Mati (Seluruh daun layu dan tidak ada tanda-tanda kehidupan). 4 Skor 2.4. Analisis Data Frekuensi Serangan Patogen Untuk mengetahui frekuensi (F) serangan patogen pada suatu tegakan digunakan rumus menurut James (1974) sebagai berikut : Intensitas Serangan (IS) Intensitas serangan patogen dihitung dengan menggunakan rumus de Guzman (1985); Singh dan Mishra (1992) yang dimodifikasi oleh Mardji (1994) sebagai berikut : X = Jumlah tanaman yang diamati X1sampai X4 = Jumlah tanaman yang terserang ringan sampai yang mati Y1sampai Y4 = Skor 1 sampai 4 Setelah nilai IS diperoleh, selanjutnya ditentukan tingkat kerusakan pada masing-masing tanaman untuk mengetahui seberapa berat serangan patogen di areal penelitian tersebut. Kriteria penentuan kondisi tanaman yang terserang berdasarkan intensitas serangan ditampilkan pada Tabel 2 di bawah ini. Tabel 2. Kriteria Penentuan Kondisi Tanaman Akibat Serangan Patogen Berdasarkan Intensitas Serangan. Intensitas serangan (%) 0,0 1,0 1,1 25,0 25,1 50,0 50,1 75,0 75,1 100 Kondisi tanaman Sehat Rusak ringan Rusak sedang Rusak berat Rusak sangat berat 3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Identifikasi Penyakit Bercak Daun (Culvularia sp.) Penyakit ini menyerang daun pupus yang belum membuka atau daun dua muda yang sudah membuka. Gejala awal adalah bercak bulat kecil berwarna kuning tembus cahaya yang dapat dilihat dikedua permukaan daun, bercak membesar, 26

Jurnal AGRIFOR Volume XV Nomor 1, Maret 2016 ISSN : 1412 6885 bentuknya bulat, warnanya lambat laun berubah menjadi coklat muda dan pusat bercak mengendap (melekuk). Setelah itu, warna bercak berubah menjadi coklat tua dan dikelilingi oleh holo jingga kekuningan. Berdasarkan hasil identifikasi di lapangan maka penyakit bercak daun disebabkan oleh jamur patogenik dari genera Culvularia sp. dapat lebih dikenal sebagai hawar daun culvularia. Penyebaran dapat melalui tanah, terbawa hembusan angin, percikan air hujan, dan kemungkinan infeksi dari serangga. (Sunarko, 2014). Tanaman yang Terserang Penyakit Bercak Daun (Culvularia sp.) di main- nursery pada areal pembibitan PT Ketapang Hijau Lestari-2, tabel hasil penelitian dan perhitungan frekuensi dan intensitas serangan pada tanaman yang terserang penyakit bercak daun. Berdasarkan data hasil penelitian dapat dihitung frekuensi serangan patogen (FS) dan Intensitas Serangan (IS) Culvularia sp. Hasil perhitungan frekuensi dan intensitas serangan di prenursery. jumlah tanaman yangsakit jumlah tanaman yangsehat 13 250 5,2 % X1Y1 X2Y2 X3Y3 X4Y4 XY4 4x1 6x2 3x3 0x4 250 x 4 Berdasarkan data hasil penelitian maka dapat dihitung frekuensi serangan patogen (FS) dan intensitas serangan (IS) Culvularia sp. Hasil perhitungan frekuensi dan intensitas serangan di pembibitan main- nursery. jumlah tanaman yangsakit jumlah tanaman yangsehat 20 250 8 % X1Y1 X2Y2 X3Y3 X4Y4 XY4 8x1 7x2 5x3 0x4 250 x 4 IS 3,7 % 4. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Frekuensi serangan (F) penyakit bercak daun di pre-nursery kelapa sawit PT Ketapang Hijau Lestari- 2 adalah 5,2% dan di main-nursery adalah 8%. Intensitas serangan (IS) penyakit bercak daun di pre-nursery adalah 2,5% tergolong keriteria rusak ringan dan di main-nursery adalah 3,7% tergolong kriteria rusak ringan. IS 2,5 % 27

Inventarisasi Penyakit Elizabeth Lalang et al. DAFTAR PUSTAKA [1] Risza, S. 1994. Perkebunan Kelapa Sawit. Peningkatan Produktifitas. Kanisius. Yogyakarta. [2] Rizal, S. 2004. Kelapa Sawit. Upaya Peningkatan Produktivitas. Penerbit Kanisius (Anggota IKAPI), Yogyakarta. [3] Sunarko. 2014. Budi Daya kelapa sawit diberbagai jenis lahan. Agro Media. Jakarta. [4] Tjahajadi, N. 2005. Hama dan Penyakit Tanaman. Penerbit Kanisius (Anggota IKAPI), Yogyakarta. 28