PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG BAHAYA MEROKOK MELALUI MEDIA BOOKLET DAN POSTER TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMP N 2 TASIKMADU

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG BAHAYA MEROKOK MELALUI MEDIA BOOKLET DAN POSTER TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMP N 2 TASIKMADU

DAFTAR PUSTAKA. Ahmadi, A Psikologi Sosial. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

Hubungan Penyuluhan Bahaya Merokok dengan Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Bahaya Merokok di SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta

STUDI EKSPERIMEN PENGGUNAAN MEDIA LEAFLET DAN VIDEO BAHAYA MEROKOK PADA REMAJA

PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Starta I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terjadi dalam lingkungan kesehatan dunia, termasuk di Indonesia. Tobacco

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : RINI INDARTI PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIPLOMA IV SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI DI SMA NEGERI 1 TANGEN KAB.

BAB I PENDAHULUAN. merokok baik laki-laki, perempuan, anak kecil, anak muda, orang tua, status

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Rokok sudah dikenal manusia sejak tahun sebelum Masehi. Sejak

PERBEDAAN PENGETAHUAN HIV/AIDS PADA REMAJA SEKOLAH DENGAN METODE PEMUTARAN FILM DAN METODE LEAFLET DI SMK BINA DIRGANTARA KARANGANYAR

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latarbelakang. merokok merupakan faktor risiko dari berbagai macam penyakit, antara lain

I. PENDAHULUAN. diantaranya penyakit pada sistem kardiovaskular, penyakit pada sistem

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI USIA DINI TERHADAP KESIAPAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS V SD MUHAMMADIYAH KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2012

PERSEPSI ANAK SEKOLAH DASAR MENGENAI BAHAYA ROKOK (STUDI PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI PERKOTAAN DAN PEDESAAN DI KOTA DEMAK)

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang di akibatkan karena merokok berakhir dengan kematian. World

RABIATHUL IRFANIAH NIM I

(Submited : 16 April 2017, Accepted : 28 April 2017) Dewi Nurhanifah

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN MEROKOK PADA ANAK USIA SEKOLAH DI RW 07 KELURAHAN SAWAH BESAR, SEMARANG.

PENGARUH BERMAIN PERAN TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI PADA ANAK DI TK KHUSNUL KHOTIMAH SEMARANG

Bab 1 PENDAHULUAN. Rokok adalah salah satu permasalahan kesehatan terbesar yang dialami

ABSTRAK PERBANDINGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SMA SWASTA DAN SMA NEGERI DI PONTIANAK TAHUN 2014

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MELALUI PERAN MEDIA VISUAL

PENGARUH BUKU SAKU TERHADAP TINGKAT KECUKUPAN GIZI PADA REMAJA (Studi Di SMA Teuku Umar Semarang Tahun 2016)

PERBANDINGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SMA SWASTA DAN SMA NEGERI DI PONTIANAK TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. sehingga hal ini masih menjadi permasalahan dalam kesehatan (Haustein &

Universitas Sam Ratulangi Manado Jurnal e-gigi (eg), Volume 5 Nomor 1, Januari-Juni 2017

BAB I PENDAHULUAN. dimana-mana, baik instansi pemerintah, tempat umum, seperti ; pasar, rumah

Aji Fadilah 1) Hj Ai Sri Kosnayani dan Siti Novianti 2)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatan. Kandungan rokok adalah zat-zat kimiawi beracun seperti mikrobiologikal

Sri Wulandari : Pengetahuan Siswa Remaja Tentang Bahaya Merokok di SMP Negeri 2 Rambah Hilir Kabupaten Rokan Hulu 2017

Nurul Fatimah, Isy Royhanaty, Sawitry Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, STIKES Karya Husada Semarang

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Ahli Madya Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan. Oleh:

ARTIKEL PENELITIAN. yang berakibat buruk bagi kesehatan dan jumlah perokok di Indonesia cenderung meningkat (Notoatmodjo, 2010).

PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TENTANG POSYANDU LANSIA TERHADAP KEAKTIFAN LANSIA DI POSYANDU LANSIA

BAB I PENDAHULUAN. Merokok dapat mengganggu kesehatan bagi tubuh, karena banyak. sudah tercantum dalam bungkus rokok. Merokok juga yang menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya atau sintesis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Asap rokok mengandung 4000 bahan kimia dan berhubungan dengan

Interactive Discussion Using Audiovisual to Improve Teens Knowledge and Attitude Against Smoking Behavior

: MUHAMMAD YUSUF BACHTIAR J

BAB 1 : PENDAHULUAN. kehidupan anak sekolah mulai dari SMA, SMP dan bahkan sebagian anak SD sudah

PENGARUH PELATIHAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWI KELAS X TENTANG PERTOLOGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG GASTRITIS TERHADAP PENGETAHUAN DAN PERILAKU PENCEGAHAN GASTRITIS PADA REMAJA DI SMA NEGERI 7 MANADO

BAB I PENDAHULUAN. muncul pula tingkat kecanduan yang berbeda-beda dan bentuk implementasi

Perbandingan pengaruh promosi kesehatan menggunakan media audio dengan media audio-visual terhadap perilaku kesehatan gigi dan mulut siswa SD

BAB I PENDAHULUAN. Bahaya merokok terhadap remaja yang utama adalah terhadap fisiknya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja atau young people adalah anak yang berusia tahun (World

Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 7 / No. 2 / Agustus 2012

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok menjadi sesuatu yang sangat umum dan sulit untuk

PENGARUH PEMBERIAN PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG HIV/AIDS PADA REMAJA SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011

Aji Galih Nur Pratomo, Sahuri Teguh, S.Kep, Ns *)

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 1, Februari 2012

Diyah Paramita Nugraha 1, Mujahidatul Musfiroh 2, M. Nur Dewi 2 INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

EVALUASI EDUKASI. Oleh: K

SKRIPSI PENGARUH KAMPANYE AKU BANGGA AKU TAHU TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWA TENTANG HIV/AIDS DI SMA DHARMA PRAJA DENPASAR

BAB 1 PENDAHULUAN. 600 ribu kematian dikarenakaan terpapar asap yang ditimbulkan. Hampir 80%

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN TENTANG BAHAYA ROKOK PADA REMAJA DI SMP NEGERI 3 KENDAL

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PHBS DI MTS MIFTAHUL ULUM KECAMATAN KEMLAGI KABUPATEN MOJOKERTO. Dwi Helynarti Syurandari*)

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Kata kunci : penyuluhan kesehatan, perilaku personal hygiene, menstruasi

BAB 1 : PENDAHULUAN. tahun itu terus meningkat, baik itu pada laki-laki maupun perempuan. Menurut The

BAB I PENDAHULUAN. melemahkan kekebalan tubuh manusia. Sedangkan Acquired Immune Deficiency

PENGARUH PEMBERIAN KIE TERHADAP PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN DI PUSKESMAS MERGANGSAN YOGYAKARTA TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH PENGETAHUAN, SIKAP DENGAN PERILAKU TERHADAP UPAYA PENCEGAHAN BAHAYA MEROKOK BAGI KESEHATAN REMAJA DI SMA MUHAMMADIYAH 1 PONTIANAK ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. berakibat buruk bagi kesehatan dan jumlah perokok di Indonesia. cenderung meningkat (Notoatmodjo, 2010).

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN PADA REMAJA PUTRI DI SMA 1 PUNDONG BANTUL YOGYAKARTA

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN METODE VISUAL AIDS TERHADAP SIKAP TENTANG JAJANAN SEHAT PADA SISWA KELAS V DI SDN NOGOTIRTO SLEMAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meskipun terdapat larangan untuk merokok di tempat umum, namun perokok

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG DISMENORE MELALUI MEDIA BOOKLET TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN, PERILAKU, DAN DAYA TERIMA SISWI DI SMK SURAKARTA

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MELALUI SMALL GROUP DISCUSSION

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. feses secara terus menerus lebih dari tiga kali dalam satu hari dan memiliki

GAMBARAN PERILAKU MEROKOK SISWA LAKI- LAKI SMA DHARMA PANCASILA MEDAN TAHUN

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN SISWA SMP TENTANG NAPZA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dalam kehidupan manusia.remaja mulai memusatkan diri pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

NASKAH PUBLIKASI TRI NURIKA Disusun Oleh:

ABSTRAK. Kata kunci: Menggosok gigi, perilaku, pendidikan kesehatan.

GAMBARAN PENGETAHUAN BAHAYA MEROKOK TERHADAP KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA MASYARAKAT DI DUSUN NGEBEL, KASIHAN BANTUL

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN IBU HAMIL TRIMESTER I TENTANG TABLET FE (STUDI DI PUSKESMAS BANGETAYU SEMARANG TAHUN 2013)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kehidupannya. Sehat sendiri perlu didasari oleh suatu perilaku, yaitu perilaku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan analisis data dari Centers of Disease Control and

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN MOTIVASI UNTUK BERHENTI MEROKOK PADA SISWA KELAS VII DAN VIII SMP PGRI KASIHAN BANTUL

ANALISIS TINGKAT EFEKTIVITAS METODE EDUKASI KEPADA MASYARAKAT KABUPATEN SUKOHARJO TENTANG SWAMEDIKASI DEMAM PADA ANAK NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menyebabkan kematian baik bagi perokok dan orang yang ada

BAB I PENDAHULUAN. payudara. Untuk upaya mencegah risiko kanker payudara pemerintah. wanita di usia muda dapat terserang kanker payudara.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Yogyakarta. Kelurahan Tamantirto memiliki luas wilayah 672 Ha yang salah

DINATIA BINTARIA S NIM.

PENGARUH PENYULUHAN MANFAAT POSYANDU TERHADAP SIKAP IBU BALITA TENTANG POSYANDU DI DUSUN NGANGKRIK SLEMAN TAHUN 2015 NASKAH PUBLIKASI

Maria Ulfa dan Ika Agustina STIKes Patria Husada Blitar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan politik (Depkes, 2006). Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila

TINGKAT PARTISIPASI MAHASISWA DALAM IMPLEMENTASI KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) DI UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG

Unnes Journal of Public Health

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG SEX EDUCATION

BAB 1 PENDAHULUAN. Tembakau pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh bangsa Belanda

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP LANSIA DALAM PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN DI WILAYAH KARTASURA

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG IMUNISASI DI PUSKESMAS PEMBANTU BATUPLAT

UNIVERSITAS UDAYANA LUH GD. DWI KARTIKA PUTRI

EFEKTIVITAS MEDIA CERITA BERGAMBAR DAN ULAR TANGGA DALAM PENDIDIKAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT SISWA SDN 2 PATRANG KABUPATEN JEMBER

Transkripsi:

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG BAHAYA MEROKOK MELALUI MEDIA BOOKLET DAN POSTER TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMP N 2 TASIKMADU Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Oleh: SILVIA PUTRI DHARMASTUTI J410131013 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

i

ii

iii

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG BAHAYA MEROKOK MELALUI MEDIA BOOKLET DAN POSTER TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMP N 2 TASIKMADU Abstrak Fenomena merokok tidak hanya terjadi pada orang dewasa namun telah merambah ke remaja bahkan siswa sekolah. Tidak hanya siswa SMA atau SMU, tetapi sudah merambah ke siswa SMP. Salah satu upaya dalam menghentikan kebiasan merokok di kalangan remaja adalah pendidikan kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang bahaya merokok melalui media booklet dan poster terhadap pengetahuan dan sikap siswa. Jenis penelitian ini adalah penelitian Quasi experimental dengan pre and post test. Populasi penelitian ini sebanyak 946 siswa, jumlah sampel yang diteliti 164 responden pada masing-masing kelompok perlakuan. Teknik analisis data dilakukan dengan uji statistik Wilcoxon dan Mann Whitney. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang bahaya merokok melalui media booklet (p = 0,000) dan media poster (p = 0,017). Terdapat perbedaan sikap sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang bahaya merokok melalui media booklet (p = 0,000) dan tidak ada perbedaan sikap sebelum dan sesudah diberikan media poster (p = 0,946). Hasil uji perbandingan pendidikan kesehatan dengan media booklet dan poster menunjukkan ada perbedaan pengaruh pendidikan kesehatan tentang bahaya merokok dengan media booklet dan poster terhadap pengetahuan (p = 0,000) dan sikap (p = 0,000). Kata kunci : Pendidikan Kesehatan, Media Booklet, Poster, Pengetahuan, Sikap Abstract The phenomenon of smoking is not only in adults but has penetrated into teenagers and even high school students. Not only senior high school students, but has expanded to junior high school students. One of efforts to stop smoking among adolescents is health education. The purpose of this study is to determine the effect of health education about the dangers of smoking through the booklets and posters media on knowledge and attitudes of students. Type of research is Quasi-experimental research with pre and post test. Population of this study are 946 students, the sample size is 164 respondents in each treatment group. Data analysis technique performed with Wilcoxon statistical test, test of validity, reliability, and normality. The results show there are differences of knowledge before and after health education about the dangers of smoking through the booklet media (p = 0,000) and poster media (p = 0,017). There are differences of attitude before and after health education about the dangers of smoking through the booklet media (p = 0,000) and there was no difference of attitudes before and after the poster media (p = 0,946). The results of the comparison test of health education with booklets and posters media showed difference in the effect of health education on the dangers of smoking to the media booklets and posters to knowledge (p = 0.000) and attitude (p = 0.000). Keywords: Health Education, Booklet Media, Poster, Knowledge, Attitude. 1

1. PENDAHULUAN WHO memperkirakan separuh kematian di Asia dikarenakan tingginya peningkatan penggunaan tembakau. Angka kematian akibat rokok di negara berkembang meningkat hampir 4 kali lipat. Pada tahun 2000 jumlah kematian akibat rokok sebesar 2,1 juta dan pada tahun 2030 diperkirakan menjadi 6,4 juta jiwa. Di negara maju kematian akibat rokok justru mengalami penurunan, yaitu dari 2,8 juta pada tahun 2000 menjadi 1,6 juta jiwa pada tahun 2030 (Aliansi Pengendalian Tembakau Indonesia, 2013). Data Riskesdas (2013) menunjukkan perilaku merokok penduduk 15 tahun keatas masih belum terjadi penurunan dari 2007 ke 2013, cenderung meningkat dari 34,2% tahun 2007 menjadi 36,3% tahun 2013, begitu pula dengan perokok umur 10-14 tahun ditemukan meningkat 1,4% dari 6154 anak. Meskipun sebagian besar masyarakat mengetahui bahaya merokok, namun kebiasaan merokok tetap banyak dilakukan di masyarakat. Bahkan fenomena merokok ini tidak hanya terjadi pada orang dewasa namun telah merambah ke remaja bahkan siswa sekolah. Tidak hanya siswa SMA atau SMU, tetapi sudah merambah ke siswa SMP. Data dari Global Youth Tobacco Survey atau GYTS (2014) di Indonesia memperlihatkan 20% remaja usia 13-15 tahun (SMP) adalah perokok aktif. Dari jumlah tersebut, 36% adalah pelajar laki-laki, sedangkan 4% adalah pelajar perempuan. Kenyataan adanya siswa SMP yang telah merokok tentu membuat keprihatinan, hal ini disebabkan karena rokok mempunyai sifat membuat orang kecanduan. Usia SMP merupakan usia yang masih belia, siswa SMP merupakan anak-anak bangsa yang diharapkan kelak menjadi generasi penerus. Jika sejak dini remaja sudah diracuni oleh rokok, maka hal ini akan berpengaruh tidak hanya pada keadaan fisik tetapi juga mental (Dinkes Karanganyar, 2014). Berdasarkan survei pendahuluan dari 50 siswa, 30 % siswa di SMP N 2 Tasikmadu menyatakan pernah merokok. Meskipun alasan sebagian orang pertama kali merokok hanya untuk coba-coba atau ikut-ikutan teman, namun selanjutnya dapat menjadi kebiasaan yang sulit dihentikan. Hal ini disebabkan karena nikotin yang ada dalam rokok akan menyebabkan efek kecanduan. 2

Dalam upaya menghentikan kebiasan merokok di kalangan remaja beberapa upaya telah dilakukan salah satunya yakni pendidikan kesehatan (Bachtiar, 2015). Pendidikan kesehatan diharapkan dapat menghentikan kebiasaan siswa merokok dan menghindari rokok bagi yang belum pernah mengonsumsinya. Pendidikan kesehatan dapat dilakukan dengan metode dan media yang berbeda-beda (Notoadmojo, 2012). Media digunakan untuk mempermudah penyampaian pesan kepada target pendidikan. Salah satu media yang sering digunakan yakni media booklet dan poster. Pada media booklet dan poster ini dapat menampilkan gambar-gambar yang menarik, lebih lengkap, lebih praktis untuk dibawa, dan mudah dipelajari dimana saja dibandingkan leaflet dan media ini juga tidak memerlukan arus listrik yang kadang menjadi kendala pendidikan kesehatan dengan media slide (Notoadmojo, 2012). Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang bahaya merokok melalui media booklet dan poster terhadap pengetahuan dan sikap siswa.. Tujuan khususnya adalah 1) Untuk mengetahui perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang bahaya merokok melalui media booklet. 2) Untuk mengetahui perbedaan sikap sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang bahaya merokok melalui media booklet. 3) Untuk mengetahui perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang bahaya merokok dengan menggunakan media poster. 4) Untuk mengetahui perbedaan sikap sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang bahaya merokok dengan menggunakan media poster. 5) mengetahui perbedaan pengetahuan dan sikap sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang bahaya merokok dengan menggunakan media booklet dan poster. 2. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian Quasi experimental dengan desain pre test and post test with control. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VII dan kelas VIII SMP N 2 Tasikmadu yang berjumlah 439 siswa. Populasi kelas VII dan kelas VIII SMP N 1 Tasikmadu berjumlah 507 siswa. 3

Peneliti memilih siswa pada kelas VII dan VIII dengan alasan bahwa berdasarkan arahan dari pihak sekolah, siswa pada kelas tersebut memiliki waktu untuk diberikan pendidikan kesehatan dan tidak terbebani dalam mempersiapkan ujian nasional, sehingga total populasi pada penelitian ini sebanyak 946 siswa. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling, yaitu memilih sampel dengan sistem acak dari seluruh siswa kelas VII dan VIII SMP N 2 Tasikmadu sebagai kelompok eksperimen. Jumlah siswa kelas VII dan VIII SMP N 2 Tasikmadu yaitu sebanyak 439 siswa, dari seluruh siswa tersebut diacak menggunakan undian yang sudah diketahui namanya kemudian didapatkan 164 siswa SMP N 2 Tasikmadu yang digunakan sebagai kelompok eksperimen. Demikian pula dengan kelompok kontrol sebanyak 164 siswa SMP N 1 Tasikmadu. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner yang berisi pernyataan-pernyataan terkait pengetahuan dan sikap siswa tentang bahaya merokok diisi sendiri oleh siswa pada saat sebelum dan sesudah perlakuan. Analisis data menggunakan uji Wilcoxon. Sementara uji dengan dua kelompok yang berbeda dilakukan dengan menggunakan uji Mann Whitney. 3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 3.1 Perbedaan Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Bahaya Merokok Terhadap Pengetahuan Siswa Pendidikan kesehatan adalah adalah suatu penerapan konsep pendidikan di bidang kesehatan. Menurut Alhamda dan Sriani (2015), konsep pendidikan kesehatan adalah konsep pendidikan yang diterapkan pada bidang kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan pengalaman yang berpengaruh secara menguntungkan terhadap kebiasaan, sikap dan pengetahuan yang ada hubungannya dengan kesehatan perseorangan. Pengaruh yang dapat diterima siswa adalah adanya pengetahuan yang baik tentang bahaya merokok. Tingkat pengetahuan kelompok perlakuan eksperimen pada saat pre-test menunjukkan sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan kurang sebanyak 80 siswa (48,8%). Kurangnya pengetahuan siswa terhadap bahaya 4

merokok pada kelompok eksperimen berdasarkan pengamatan di lapangan, dapat disebabkan karena latar belakang siswa yang kebanyakan berasal dari daerah. Siswa yang berasal dari daerah dimana di daerah tidak banyak informasiinformasi tentang bahaya merokok. Seperti hasil penelitian yang disampaikan Oktavia (2011) bahwa umumnya jumlah perokok setiap hari di daerah pedesaan lebih tinggi (27,1%) dibandingkan dengan perkotaan (22,6%). Setelah diberikan pendidikan kesehatan dengan media booklet (post test) terjadi peningkatan pengetahuan dalam kategori baik sebanyak 156 siswa (95,1%). Hal ini menunjukkan bahwa media booklet mempunyai pengaruh terhadap tingkat pengetahuan responden. Temuan penelitian ini sejalan dengan Penelitian Zulaekah (2012) yang menunjukkan ada perbedaan bermakna pengetahuan gizi anak sebelum dan sesudah intervensi pendidikan gizi dengan media booklet. Terdapat 5 item soal yang mendapat skor terendah (salah menjawab) saat post test meskipun telah dilakukan diberikan penjelasan mengenai materi yang disampaikan. Item soal tersebut adalah pengetahuan tentang rokok mengandung bahan pengawet mayat atau formalin, dalam rokok ada bahan untuk racun tikus dan pembersih, kandungan yang menyebabkan ketagihan adalah tar, rokok membuat tekanan darah meningkat, dan merokok menjadi faktor terjadinya penyakit gula/diabetus mellitus. Materi tersebut terdapat dalam media booklet. Bentuk booklet ini seperti buku tulis dengan ukuran setengah dari ukuran A4 (kwarto). Setiap halaman booklet diberi gambar dan berwarna agar terlihat menarik. Kemungkinan responden masih salah dalam menjawab karena jawaban item soal tersebut belum diketahui dan dipahami oleh responden. Mengingat ada banyak materi di booklet sementara waktu untuk membaca kurang. Ada perbedaan pengaruh pengetahuan tentang bahaya merokok antara pre test dan post test dengan media booklet. Peningkatan nilai rata-rata pengetahuan antara sebelum dan sesudah diberikan perlakuan dengan media booklet yakni 11,32 menjadi 20,42. Hasil uji Wilcoxon kelompok media booklet didapatkan nilai p value 0,000, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan nilai rata-rata pengetahuan siswa tentang bahaya merokok antara sebelum dan sesudah diberi pendidikan kesehatan dengan media booklet. Terdapat peningkatan nilai rata-rata 5

pengetahuan antara sebelum dan sesudah diberikan perlakuan dengan media booklet sebesar 9,10. Tingkat pengetahuan kelompok kontrol pada saat pre-test menunjukkan sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan baik sebanyak 159 siswa (97%). Setelah diberikan pendidikan kesehatan dengan media poster terjadi sedikit penurunan pengetahuan dalam kategori pengetahuan baik sebanyak 154 siswa (93,9%). Kondisi pengetahuan siswa terhadap bahaya merokok pada kelompok kontrol tersebut cukup berbeda dengan pengetahuan siswa pada kelompok eksperimen. Berdasarkan pengamatan di lapangan pada saat pre-test, tingkat pengetahuan pada kelompok kontrol lebih baik dibandingkan kelompok eksperimen. Namun pada saat diberikan perlakuan, kelompok eksperimen, karena pada kelompok eksperimen mendapat perlakuan dengan media booklet, sementara pada kelompok kontrol hanya dengan media poster. Media booklet merupakan media yang lebih lengkap dibandingkan media poster. Hal ini terbukti adanya peningkatan pengetahuan yang lebih baik dibandingkan kelompok kontrol, dan hal tersebut didukung kepedulian siswa kelompok eksperimen terhadap pengetahuan bahaya merokok lebih tinggi. Siswa kelompok eksperimen dalam pengamatan menggunakan waktu luangnya untuk belajar selain mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru. Tugas pekerjaan rumah yang diberikan siswa kelompok eksperimen, tiap hari selalu ada dan siswa lebih tertarik ketika diberikan pendidikan kesehatan menggunakan booklet. Hasil uji Wilcoxon kelompok media poster didapatkan nilai p value 0,017, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan skor pengetahuan siswa tentang bahaya merokok antara sebelum dan sesudah diberi pendidikan kesehatan dengan media poster. Namun, Nilai rata-rata pengetahuan antara sebelum dan sesudah diberikan perlakuan dengan media poster mengalami penurunan yakni 20,10 menjadi 19,91. Terdapat penurunan rata-rata skor pengetahuan antara sebelum dan sesudah diberikan perlakuan dengan media poster sebesar -0,19. Penurunan tingkat pengetahuan pada kelompok kontrol ini dikarenakan media poster memiliki kelemahan. Poster yang ditempel di sekolah tidak dapat 6

dibawa kemana-mana atau dibawa pulang oleh siswa. Selain itu, poster membutuhkan pemahaman siswa dalam memahami isi dari poster sebab poster lebih menonjolkan gambar daripada tulisan. Menurut Daryanto (2011) media poster memiliki kelemahan antara lain: sangat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan orang yang melihatnya, karena tidak adanya penjelasan yang terinci, maka dapat menimbulkan interpretasi yang bermacam-macam dan mungkin merugikan, suatu poster akan banyak mengandung arti/makna bagi kalangan tertentu, tetapi dapat juga tidak menarik bagi kalangan yang lainnya, dan bila poster terpasang atau terpancang terlalu lama di suatu tempat, maka akan berkurang nilainya, bahkan akan membosankan orang yang melihatnya. Media poster memiliki beberapa kelemahan, namun media poster juga memiliki beberapa kelebihan. Effendy (1998) menyatakan media poster memiliki kelebihan, yaitu dapat diproduksi dalam jumlah yang besar, dapat disebarluaskan ke pelosok-pelosok wilayah yang terpencil, dengan gambar yang menarik dapat menarik orang untuk melihat dan membacanya, dapat ditempelkan di tempat umum di mana orang sering berkumpul. Penelitian Mohamad, dkk. (2012) menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan dengan melibatkan partisipasi siswa dalam pembuatan poster bahaya rokok dapat meningkatkan pengetahuan remaja tentang bahaya rokok bagi kesehatan. Dari hasil penelitian ini juga diketahui media poster partisipatori (berpartisipasi) lebih efektif dalam meningkatkan pengetahuan siswa tentang bahaya merokok dibandingkan dengan sikap siswa. Pengetahuan akan memberikan nilai yang lebih untuk sikap siswa terhadap bahaya rokok bagi kesehatan. Pemasangan poster tentang bahaya merokok oleh peneliti dilakukan dengan menempelnya di dinding ruang kesenian. Pemasangan poster di ruang kesenian lebih efektif sebab banyak siswa yang sering berkunjung ke ruang kesenian untuk sekedar berkumpul bersama teman atau bermain alat musik. Desain poster anti rokok dengan tema kartun sangat cocok untuk kalangan kaum muda. Inspirasi poster anti rokok dengan desain seperti ini dapat di pasang di mading-mading sekolah untuk menghimbau siswa-siswi agar menjauhi rokok 7

yang dapat merusak diri sendiri dan juga dapat merusak dunia ini karena asapnya yang menyebabkan polusi. 3.2 Perbedaan Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Bahaya Merokok Terhadap Sikap Siswa Persentase sikap kelompok eksperimen pada saat pre-test menunjukkan sebagian besar responden memiliki sikap cukup sebanyak 83 siswa (50,6%). Setelah diberikan pendidikan kesehatan dengan media booklet (post test) terjadi peningkatan sikap dalam kategori cukup sebanyak 89 siswa (54,3%). Terdapat 4 item soal sikap yang mendapat skor terendah saat post test. Item soal tersebut adalah Saya tidak akan merokok meskipun ditawari cumacuma; Saya akan diam saja apabila melihat teman yang merokok; Saya akan ikut merokok bila teman saya juga merokok; dan Saya tahu bahaya merokok, oleh karena itu saya tidak akan merokok. Pada item tersebut, ada keraguan dalam memberikan jawaban dikarenakan rasa takut pada pihak sekolah apabila memberikan jawaban yang sebenarnya. Untuk meningkatkan sikap siswa terhadap bahaya merokok, pihak sekolah melaksanakan program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dalam menanggulangi kebiasaan merokok di kalangan sekolah. Program UKS ini disebut program TRIAS yaitu pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan sekolah sehat memberikan penyuluhan dengan materi bahaya rokok dan pencegahannya terhadap siswa yang dilakukan pada waktu kegiatan ekstrakurikuler UKS setelah jam pelajaran selesai. Penyuluhan juga dilakukan oleh petugas UKS kepada anggota OSIS yang kemudian anggota OSIS bertanggung jawab menyampaikannya kepada temanteman sebayanya dalam kegiatan OSIS atau pramuka. Ada perbedaan sikap tentang bahaya merokok antara pre test dan post test pada kelompok eksperimen (media booklet). Peningkatan nilai rata-rata sikap antara sebelum dan sesudah diberikan perlakuan dengan media booklet yakni 40,43 menjadi 52,99. Terdapat peningkatan nilai rata-rata sikap antara sebelum dan sesudah diberikan perlakuan dengan media booklet sebesar 12,57. Hasil uji Wilcoxon kelompok media booklet didapatkan nilai p value 0,000, sehingga dapat 8

disimpulkan bahwa ada perbedaan sikap siswa tentang bahaya merokok antara sebelum dan sesudah diberi pendidikan kesehatan dengan media booklet. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Ikhsan, dkk. (2013) bahwa ada pengaruh yang signifikan antara pendidikan kesehatan bahaya merokok terhadap perilaku mengurangi konsumsi rokok. Persentase sikap kelompok kontrol pada saat pre-test menunjukkan sebagian besar responden memiliki sikap kurang sebanyak 60 siswa (36,6%). Setelah diberikan pendidikan kesehatan dengan media poster terjadi penurunan sikap dalam kategori kurang sebanyak 65 siswa (39,6%). Hal ini disebabkan sikap siswa kelompok perlakuan media poster yang kurang, merefleksikan adanya sikap coba-coba terhadap merokok. Apalagi siswa kelas VII-VIII merupakan masamasa untuk mencari pengalaman-pengalaman baru yang sedikit agak menentang, meski bukan menantang. Penentangan sikap tersebut bukan semata-mata nakal melainkan untuk mencari pengalaman sekedar merasakan sensasinya merokok. Rendahnya sikap siswa kelompok perlakuan media poster ini juga dimungkinkan karena adanya dorongan untuk mencoba sesuatu yang baru dan mengabaikan pesan pengetahuan bahaya merokok. Pada saat peneliti melakukan penelitian, terlihat ada beberapa guru yang merokok. Hal ini menjadi contoh yang tidak baik bagi siswa-siswa mereka. Guru selayaknya dapat menjadi panutan bagi siswa. Bagi guru yang memiliki kebiasaan merokok, hendaknya untuk tidak merokok di depan siswa karena akan memberikan dampak buruk bagi diri guru dan siswanya. Bagi guru lain yang tidak merokok, hendaknya dapat mempertahankan sikapnya untuk tidak merokok dan juga dapat saling mengingatkan guru lain untuk tidak merokok di sekolah karena dapat menjadi contoh yang tidak baik bagi siswa. Tidak ada perbedaan pengaruh sikap tentang bahaya merokok antara pre test dan post test pada kelompok kontrol (poster). Nilai rata-rata sikap antara sebelum dan sesudah diberikan perlakuan dengan media poster mengalami penurunan yakni 45,55 menjadi 45,25. Terdapat penurunan nilai rata-rata sikap antara sebelum dan sesudah diberikan perlakuan dengan media poster sebesar - 0,30. Hasil uji Wilcoxon kelompok media poster didapatkan nilai p value 0,946, 9

sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan sikap siswa tentang bahaya merokok antara sebelum dan sesudah diberi pendidikan kesehatan dengan media poster. Hasil penelitian tersebut bertolak dengan hasil penelitian Mohamad, dkk. (2012), bahwa pendidikan kesehatan dengan poster lebih baik digunakan untuk meningkatkan pengetahuan siswa tentang bahaya rokok daripada sikap, namun perlu dipertimbangkan perlunya interaksi dan saling berbagi sesama anggota agar sikap lebih terbentuk. 3.3 Uji Beda Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Bahaya Merokok Terhadap Pengetahuan dan Sikap Siswa Rata-rata nilai pengetahuan tentang bahaya merokok pada kelompok eksperimen media booklet (124,48) lebih rendah dari kelompok kontrol media poster (204,52). Sehingga hal ini dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan dengan menggunakan media booklet lebih efektif untuk meningkatkan pengetahuan siswa tentang bahaya merokok. Hasil uji Mann Whitney didapatkan nilai p value 0,000, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan pengaruh pendidikan kesehatan tentang bahaya merokok dengan media booklet dan media poster terhadap pengetahuan siswa tentang bahaya merokok. Adanya pengaruh pendidikan kesehatan melalui media booklet terhadap pengetahuan siswa ini disebabkan media booklet memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan media cetak lainnya. Menurut Suiraoka dan Supariasa (2012) media booklet memiliki beberapa keunggulan, antara lain informasi yang disampaikan dalam booklet dapat lebih terperinci dan jelas sehingga lebih banyak hal yang bisa diulas tentang informasi yang disampaikan, booklet dapat disimpan lama, sasaran dapat menyesuaikan diri dan belajar mandiri, isi dapat dicetak kembali, booklet merupakan media cetak sehingga biaya yang dikeluarkan lebih murah dibandingkan dengan menggunakan media audio visual, dan mudah dibawa dan dapat dibaca kembali jika pembaca lupa tentang informasi yang terdapat di dalam booklet. Sejalan dengan kelebihan media booklet di atas, Mujiono (2009) menyampaikan booklet umumnya digunakan dengan tujuan untuk meningkatkan 10

pengetahuan tentang isu-isu kesehatan, karena booklet memberikan informasi dengan spesifik, dan banyak digunakan sebagai media alternatif untuk dipelajari pada setiap saat bila seseorang menghendakinya. Untuk mencapai tujuan yang diinginkan tersebut perlu dilakukan suatu proses pendidikan kesehatan dengan menggunakan media karena keberhasilan proses pendidikan kesehatan yang dilakukan tergantung pada beberapa faktor, di antaranya: kurikulum, sumber bahan ajar, termasuk sarana dan prasarana. Ranking rata-rata nilai sikap tentang bahaya merokok pada kelompok eksperimen media booklet (141,63) lebih rendah dari kelompok kontrol media poster (187,37). Sehingga hal ini dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan dengan menggunakan media booklet lebih efektif untuk meningkatkan sikap siswa tentang bahaya merokok. Hasil uji Mann-Whitney didapatkan nilai p value 0,000, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan pengaruh pendidikan kesehatan tentang bahaya merokok dengan media booklet dan media poster terhadap sikap siswa tentang bahaya merokok. Herijulianti, dkk. (2002) menyampaikan pendidikan kesehatan bertujuan untuk mengubah sikap seseorang terhadap kesehatan pribadinya sebagai hasil pengalaman belajar, yang kemudian dilaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari. Diakui pula bahwa pendidikan kesehatan itu penting untuk menunjang program kesehatan. Selanjutnya perilaku sehat akan berpengaruh terhadap peningkatan indikator kesehatan masyarakat sebagai keluaran (output) dari pendidikan kesehatan. Kelemahan pada penelitian ini adalah pelaksanaan pemasangan media poster yang digunakan dalam pendidikan kesehatan tentang bahaya merokok ini memiliki ukuran Folio (F4), siswa ketika melihat poster yang dipasang di ruang kesenian pada sekolah yang diteliti merasa ukuran poster terlalu kecil sehingga kurang menarik untuk dilihat. Beberapa keterbatasan pada penelitian ini adalah kuesioner pengetahuan yang digunakan merupakan kuesioner tertutup sehingga responden hanya bisa menjawab benar atau salah sehingga belum bisa untuk menggali pengetahuan responden secara mendalam. Saat proses penelitian, kelas yang bukan menjadi objek penelitian mengganggu jalannya proses pengisian kuesioner. Peneliti juga 11

meminta pertolongan kepada teman dan guru SMP untuk membagikan kuesioner dan mendampingi siswa jika ada pertanyaan yang tidak dimengerti siswa. Keterbatasan lain dalam penyusunan booklet adalah kendala dalam menentukan materi bahaya merokok bagi siswa. Booklet yang diberikan kepada siswa di sekolah harus memiliki tujuan yang jelas dalam memberikan pemahaman, pengetahuan dan perubahan sikap sehingga siswa dengan mudah mencerna materi yang tertera dalam booklet. Sementara proses penyusunan booklet di lingkungan pendidikan sekolah tidak terdapat aturan baku sebagaimana penyusunan materi pelajaran yang diatur dalam kurikulum, silabus, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Proses pembuatan media booklet tersebut juga tidak diawali dengan need assessment serta pre testing media. 4. PENUTUP Terdapat perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang bahaya merokok melalui media booklet (p = 0,000). Terdapat perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang bahaya merokok dengan menggunakan media poster (p = 0,017). Terdapat perbedaan sikap sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang bahaya merokok melalui media booklet (p = 0,000). Tidak ada perbedaan sikap sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang bahaya merokok dengan menggunakan media poster (p = 0,946). Ada perbedaan pengaruh pendidikan kesehatan tentang bahaya merokok dengan media booklet dan media poster terhadap pengetahuan siswa tentang bahaya merokok (p = 0,000). Pendidikan kesehatan dengan menggunakan media booklet lebih efektif untuk meningkatkan pengetahuan siswa tentang bahaya merokok (20,42±2,56 > 19,91±3,47). Ada perbedaan pengaruh pendidikan kesehatan tentang bahaya merokok dengan media booklet dan media poster terhadap sikap siswa tentang bahaya merokok (p = 0,000). Pendidikan kesehatan dengan menggunakan media booklet lebih efektif untuk meningkatkan sikap siswa tentang bahaya merokok (52,99±11,60 > 45,25±19,64). 12

Saran yang dapat disampaikan pada penelitian ini adalah 1) Siswa yang memiliki kebiasaan merokok harus memiliki motivasi untuk meninggalkan perilaku merokok, sedangkan siswa yang belum pernah merokok jangan sekalikali untuk mencoba merokok. Diharapkan setelah siswa mengetahui informasi tentang bahaya merokok, siswa dapat menentukan sikap untuk tidak melakukan tindakan merokok. 2) Guru hendaknya dapat menjadi panutan bagi siswa dalam hal perilaku merokok. Bagi guru yang memiliki kebiasaan merokok, hendaknya untuk tidak merokok di depan siswa karena akan memberikan dampak buruk bagi diri guru dan siswanya. Bagi guru lain yang tidak merokok, hendaknya dapat mempertahankan sikapnya untuk tidak merokok dan juga dapat saling mengingatkan guru lain untuk tidak merokok di sekolah karena dapat menjadi contoh yang tidak baik bagi siswa. 3) Sekolah hendaknya dapat meningkatkan pengawasan dan peraturan tentang larangan merokok di lingkungan sekolah, baik terhadap siswa maupun guru. Selain itu, diharapkan sekolah dapat bekerja sama dengan instansi kesehatan dalam melaksanakan program-program kesehatan di sekolah. 4) Bagi instansi kesehatan, hendaknya dapat meningkatkan kerja sama dengan sekolah untuk memberikan sosialisasi dan edukasi tentang bahaya merokok secara rutin. DAFTAR PUSTAKA Alhamda, S. dan Sriani, Y. 2015. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta: Deepublish. Aliansi Pengendalian Tembakau Indonesia (APTI). 2013. Peta Jalan Pengendalian Produk Tembakau Indonesia. Surakarta: Muhammadiyah University Press. Bachtiar, M. Y. 2015. Perbedaan Pengetahuan pada Pendidikan Kesehatan Metode Ceramah dan Media Leaflet dengan Metode Ceramah dan Media Video Tentang Bahaya Merokok di SMK Kasatrian Solo. Naskah Publikasi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Dahlan, M. S. 2008. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan, Edisi ketiga. Jakarta: Salemba Medika. Daryanto. 2011. Media Pembelajaran. Bandung: Nurani Sejahtera. 13

Dinas Kesehatan Karanganyar, 2014. Mapping Perilaku Merokok Rumah Tangga di Karanganyar: APDB tahun 2014 Effendy, N. 1998. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC. Herijulianti, E., Indriani, T.S., dan Artini, S. 2002. Pendidikan Kesehatan Gigi. Jakarta: EGC. Ikhsan, H., Arwani, dan Purnomo. 2013. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Bahaya Merokok Terhadap Perilaku Mengurangi Konsumsi Rokok Pada Remaja (Studi Kasus di Dukuh Kluweng Desa Kejambon Kecamatan Taman Kabupaten Pemalang). Karya Ilmiah S.1 Ilmu Keperawatan. Semarang: Poltekes Semarang. Mohamad, F., Prabandari, Y. S., dan Priyanto, A. 2012. Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Terhadap Bahaya Rokok Bagi Kesehatan Melalui Poster dengan Partisipasi Siswa di Kabupaten Gorontalo. Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 28, No. 1, hlm. 20-26. Mudjiono, 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Rineka Cipta Notoatmodjo. S. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Oktavia, D. 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tindakan Merokok Siswa Laki-Laki di SMA Negeri Kota Padang Tahun 2011. Skripsi. Padang: Universitas Andalas. Suiraoka, I.P., dan Supariasa, I.D. 2012. Media Pendidikan Kesehatan. Yogyakarta : Graha Ilmu Wahyuni, L. 2016. Efektifitas Health Education (HE) Media Booklet Tentang Bahaya Merokok Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja di SMPN 1 Mojoanyar. Jurnal Penelitian Kesehatan, Vol. 13, No. 1, hlm. 1-13. Zulaekah, S. 2012. Pendidikan Gizi Dengan Media Booklet Terhadap Pengetahuan Gizi. Jurnal Kesehatan Masyarakat (Kemas), Vol. 7, No. 2, hlm. 127-133. 14