BAB III Jenis Sediaan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PEMBUATAN SEDIAAN HERBAL

Warna pada makanan atau minuman memang kadang memberikan penampilan lain yang lebih menarik. Yuk kita bahas pewarna alami dan bagaimana membuatnya!

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan

Warna pada makanan atau minuman memang kadang memberikan penampilan lain yang lebih menarik. Yuk kita bahas pewarna alami dan bagaimana membuatnya!

Metoda-Metoda Ekstraksi

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tanaman Kecipir

cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi.

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tanaman Jengkol

BAB 4. SEDIAAN GALENIK

EKSTRAKSI Ekstraksi padat-cair Ekstraksi cair-cair Ekstraksi yang berkesinambungan Ekstraksi bertahap Maserasi metode ekstraksi padat-cair bertahap

Lampiran 1. Hasil Identifikasi hewan Teripang. Universitas Sumatera Utara

Aneka kebiasaan turun temurun perawatan bayi

14 Cara Menghilangkan Komedo Secara Alami dan Terbukti Ampuh

Nama Alat Fungsi Cara Kerja Alat Cara Membersihkan 1. Labu Ukur Untuk mengencerkan suatu larutan.

Nama Alat Fungsi Cara Kerja Alat Cara Membersihkan 1. Labu Ukur Untuk mengencerkan suatu larutan.

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Sabun Mandi Padat Transparan dengan Penambahan Ekstrak Lidah Buaya (Aloe Vera) BAB III METODOLOGI

III. BAHAN DAN METODE. Aplikasi pengawet nira dan pembuatan gula semut dilakukan di Desa Lehan Kecamatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 2. Morfologi Tanaman Jengkol (Pithecellobium lobatum Benth)

Kecap Asin/Manis CARA MEMBUAT:

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan

A : Tanaman ceplukan (Physalis minima L.)

putri Anjarsari, S.Si., M.Pd

BAB III. METODE PENELITIAN

CABE GILING DALAM KEMASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat,

BAB III METODOLOGI. Laporan Tugas Akhir Pembuatan Mouthwash dari Daun Sirih (Piper betle L.)

Gambar 36. Selai sebagai bahan olesan roti

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian true experiment dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang

SNI Standar Nasional Indonesia. Lada hitam. Badan Standardisasi Nasional ICS

BAB III METODELOGI PENELITIAN

Proses penggerusan merupakan dasar operasional penting dalam teknologi farmasi. Proses ini melibatkan perusakan dan penghalusan materi dengan

III. BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Jenis penelitian ini adalah penelitian non-eksperimental dengan pendekatan

Lampiran 1. Universitas Sumatera Utara

VI. PEMBUATAN PESTISIDA NABATI. Yos. F. da Lopes, SP, M.Sc & Ir. Abdul Kadir Djaelani, MP

PERUBAHAN FISIKA DAN PERUBAHAN KIMIA

BAB III METODE PENELITIAN

Penetapan Kadar Sari

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium Proteksi Tanaman dan di Green

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian

MINYAK KELAPA. Minyak diambil dari daging buah kelapa dengan salah satu cara berikut, yaitu: 1) Cara basah 2) Cara pres 3) Cara ekstraksi pelarut

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena

1. Unit alat yang dipakai sederhana, hanya dibutuhkan bejana perendam

BAB III METODE PENELITIAN

IV. TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan dan Hasil Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia

Lampiran 1.Identifikasi tumbuhan

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan rimbang

CONTOH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN PADA KELOMPOK BAHAN PANGAN

NATA DE COCO 1. PENDAHULUAN

Lampiran 1. Surat keterangan hasil identifikasi tumbuhan jahe merah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SURVEI PROSES PEMBUATAN MINUMAN KAHWA DAUN DI PROPINSI SUMATERA BARAT, INDONESIA ABSTRAK

METODE EKSTRAKSI Ekstrak Ekstraksi 1. Maserasi Keunggulan

NATA DE SOYA. a) Pemeliharaan Biakan Murni Acetobacter xylinum.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksploratif, untuk mengetahui tingkat pencemaran

MANISAN BASAH JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh subur di Indonesia. Semua bagian pohon kelapa dapat dimanfaatkan

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

LAMPIRAN Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan

TANAMAN BERKHASIAT OBAT. By : Fitri Rahma Yenti, S.Farm, Apt

BAB 1 PENDAHULUAN. cetakan negatif dari jaringan rongga mulut. Hasil cetakan digunakan untuk

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian Jumlah Bakteri Staphyloccus aureus dan Skor California Mastitis

3 METODE PENELITIAN. Gambar 3 Garis besar jalannya penelitian

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih

Buku Petunjuk Pemakaian Pengeriting Rambut Berpelindung Ion

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telahdilakukan dilaboratorium Teknologi Pasca Panen

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang melibatkan 2 faktor perlakuan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen karena

3. Untuk mempermudah bagi mereka mereka yang berminat untuk mendirikan industri rumah tangga yang mengspesialisasikan pembuatan tempe. C.

ANEKA RESEP OBAT TRADISIONAL ASLI INDONESIA

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Buku Petunjuk Pemakaian Pengering Rambut Ion Negatif

Cara uji kadar sari (ekstrak alcohol - benzena) dalam kayu dan pulp

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di

b. Bahan pangan hewani bersifat lunak dan lembek sehingga mudah terpenetrasi oleh faktor tekanan dari luar.

III.TATA CARA PENELITIAN

Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan rimpang lengkuas merah

PENGOLAHAN BUAH-BUAHAN

Lampiran 2. Tumbuhan dan daun ketepeng. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan yang

BAB III METODE PENELITIAN

Mengenal Tanaman Obat Keluarga

Resep Makanan Bayi. (6-8 Bulan) Copyright TipsBayi.com & KartuBayi.com

BAB IV PROSEDUR KERJA

UNIVERSITAS SETIA BUDI FAKULTAS FARMASI Program Studi S1 Farmasi Jl. Letjen. Sutoyo. Telp (0271) Surakarta 57127

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. persepsi sehingga ada respon untuk mewujudkan suatu tindakan.

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimental

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan rancang bangun penelitian

Transkripsi:

BAB III Jenis Sediaan Jenis sediaan tumbuhan obat yang paling populer di kalangan masyarakat selama ini adalah bentuk seduhan atau rebusan. Umumnya bentuk ini dimaksudkan untuk langsung diminum. Selain itu sebenarnya masih banyak sediaan-sediaan lain yang digunakan untuk mempersiapkan sediaan suatu ramuan, baik untuk pengguna-an obat luar maupun diminum sebagai obat dalam. Secara skematis, bentuk sediaan ini bisa digambarkan sebagai berikut:

Infusa dan Dekokta Adalah proses penyarian bahan alam menggunakan pelarut air, dengan cara direbus selama 15 menit (infusa) atau 30 menit (dekokta), di mana waktu mu-lai dihitung saat suhu telah mencapai 90 C. Jika tidak dinyatakan lain (bahan yang akan disari bukan berupa obat keras), maka untuk setiap 100 bagian air digunakan 10 bagian simplisia (kadar 10%). Menurut Farmakope, proses infusa boleh dianggap sama dengan proses penye-duhan (pada pengertian awam), karena walaupun caranya dengan direbus selama 15 menit, namun cara merebusnya tidak langsung di atas api bebas, yaitu dilakukan dengan menggunakan penangas air, sehingga suhu infusa tidak mungkin bisa lebih dari 90 C. Sedang proses dekokta (yang lama pemanasan-nya berlangsung selama 30 menit), bisa dianggap sama dengan proses perebus-an (pada pengertian awam). Beberapa simplisia memiliki ketentuan khusus dalam masalah perbandingan bahan terhadap airnya (berdasarkan daftar yang dimuat dalam Farmakope Belanda, antara lain : Daun digitalis 0,5% Rempah-rempah Indonesia 5 % KulitKina 6 % Daun Kumis kucing 0,5% Bunga Arnica 4 % Kulit akar Ipecacuanha 0,5% Daun Sena 4 % Akar Senega 4 % Maserasi Maserasi adalah proses penyarian yang dilakukan tanpa pemanasan (penyarian dingin), dengan cara merendam bahan dalam penyari yang cocok selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan. Bahan penyari yang lazim adalah alkohol 70-90%. Sedangkan hasil "sari" yang diperoleh menurut istilah Farmakope disebut sebagai : Extract, yaitu apabila kandungan sarinya cukup pekat, dan Tinctura,

yaitu kandungan sarinya relatif lebih encer beberapa kali Berdasar atas konsistensi (derajad kekentalannya), ekstrak dapat dibagi menja-di tiga kelompok, yaitu : (1) ekstrak cair, yaitu apabila berupa cairan, diperoleh langsung dari hasil penyarian, (2) ekstrak kental, yaitu apabila ekstrak cair dipekatkan, yaitu dengan jalan menguapkan sebagian dari penyari, sehingga diperoleh massa yang kental (lebih pekat), dan (3) ekstrak kering, yaitu apabila ekstrak cair atau ekstrak kental diuapkan sampai menjadi kering, sehingga bisa diserbuk. Bagi masyarakat awam, baik ekstrak (cair, kental, dan kering) maupun tingtur, keduanya disebut sebagai "sari", bahkan bahan yang diperoleh dengan jalan diperaspun disebut pula sebagai "sari" (misalnya sari buah). Perkolasi adalah proses penyarian yang dilaknkan dengan cara merendam bahan dalam alat penyari berupa tabung yang dilengkapi keran di bagian bawah (disebut perkolator), menggunakan penyari yang cocok selama semalam, kemudian setelah direndam, dialirkan lewat keran secara bertetes-tetes, sambil selalu dijaga agar bahan yang disari selalu berada dalam keadaan terendam, yaitu dengan jalan menambahkan pelarut baru lewat mulut tabung bagian atas. Perkolator skala laboratorium Penyarian dianggap sudah selesai apabila tetesan yang keluar tidak lagi berwarna atau bening, atau bisa dilakukan uji se- kedarnya baik secara mikrokimiawi maupun analisis kromatografi.

Contoh lain bentuk perkolator yang telah dimodifikasi Herba Teh: Sediaan berupa simplisia yang diserbuk tidak terlalu halus, dalam sebuah kemasan berupa kertas tembus saring, ditujukan untuk dicelup dalam air mendidih yang sudah diangkat. Cara penyiapan seperti halnya teh celup Seduh Paling populer digunakan dalam cara penyajian obat tradisional Adalah cara penyediaan obat tradisional dengan jalan menyiram bahan obat dengan air mendidih, setelah dibiarkan beberapa saat, yaitu agak dingin, bam diminum Cara ini dalam bahasa Jawa disebut di -"COM" Dalam proses ini, penyarian kandungan aktif akan terjadi selama bahan jamu kontak dengan air panas, sampai airnya dingin. Namun pada hakekatnya, terjadi atau tidaknya proses penyarian tidaklah terlalu dipentingkan, karena umumnya sediaan ini akhirnya akan.diminum bersama ampasnya. Pipisan, Pilis, Bobok, Tapel, Parem, Bedak, dan Lulur Jenis sediaan ini umumnya digunakan untuk obat luar, yaitu dengan cara ditempelkan dan atau dioleskan pada daerah kulit ataupun untuk sekujur tubuh. Sementara untuk pemakaian obat dalam, maksud pengertian dipipis iru artinya adalah dilumatkan. Pipisan, bobok, tapel, dan pilis umumnya digunakan dalam

keadaan segar dan dipersiapkan pada saat itu juga (recentur paratus), sedangkan yang lain (parem, bedak, lulur) dapat dipersiapkan dalam bentuk kering dan dapat disimpan, sehingga saat akan dipakai tinggal dilarutkan dalam air atau pelarut yang sesuai (untuk parem, bedak dingin dan lulur) atau langsung digunakan tanpa tambahan pelarut apapun (misalnya bedak) Cara penyiapan : Pipisan, bobok dan pilis Menggunakan bahan segar, yang digilas dengan penggilas terbuat dari bahan batu atau kayu berbentuk silinder, pada suatu alas datar yang juga terbuat dari bahan batu atau kayu, sehingga akan diperoleh suatu bentuk massa yang lembek. Penggunaannya adalah dengan cara ditempelkan di bagian yang sakit (umumnya di kening), dibiarkan menempel sedemikian rupa, sampai tempelan terse-but rontok dengan sendirinya. Parem, Bedak dan Lulur Racikan dibuat dari bahan kering, dan diserbuk dengan derajad kehalusan tertentu (yaitu dengan jalan diayak), kemudian dikemas sesuai dengan bentuk yang dikehendaki, bisa bentuk serbuk halus (bedak) atau dalam bentuk pellet yang telah dikeringkan (parem, bedak dingin dan lulur). Kadang-kadang juga dikemas dalam botol berbentuk suspensi menggunakan pelarut yang cocok (untuk parem dan lulur). Cekok: Cekok dipersiapkan selalu dari bahan yang segar, menggunakan alat pelumat seperti pada pembuatan pilis, setelah diperoleh massa yang lembek, lalu dibungkus sapu tangan atau kain kasa (yang berfungsi sebagai penyaring). Selanjutnya diperas sampai cairannya menetes dan langsung diteteskan pada mulut pasien yang bersangkutan. Pasien yang dicekok umumnya adalah bayi (balita), dengan tujuan

- untuk merangsang nafsu makan, - memudahkan tidur, - membikin bayi tidak rewel, atau - untuk mengantisipasi timbulnya demam akibat si bayi mengalami perubahan fase pertumbuhan, misalnya: dari fase telentang tengkurap, dari fase merangkak berjalan, dan seterusnya). Shampoo Shampoo londho merang: Dibuat dari batang atau tangkai padi (Oryza sativa L.). Caranya adalah dengan membakar tangkai padi hingga menjadi abu, kemudian abu tersebut direndam dalam air selama semalam, lalu airnya digunakan untuk keramas. Shampoo lidah buaya: Dibuat dari daging daun lidah buaya (Aloe vera L.). Caranya adalah dengan mengoleskan daging daun tersebut ke seluruh bagian rambut, dibiarkan beberapa saat sampai rambut agak mengering, baru kemudian dibilas dengan air sampai rambut tidak lagi terasa licin. Shampoo batang pisang: Dibuat dari pangkal batang pisang (Musa paradisiaca L. atau Musa Sp.). Caranya adalah dengan menebang batang pisang yang telah dipanen buahnya, ke-mudian bagian tengah dibuat lubang, dibiarkan semalam, sampai lubang tersebut terisi cairan bening. Cairan diambil dan dioleskan ke seluruh bagian rambut, dibiarkan beberapa saat sampai agak mengering, baru dibilas dengan air. Shampoo berupa rebusan daun : Bahan yang dipakai bisa dipilih salah satu di antaranya : Daun Urang-aring {Eclipta alba L.) Daun Mangkokan (Nothopanax scutellarium Merr.) Daun Gardenia (Gardenia grandiflora Lour.)

Daun Waru Daun Bandotan (Hibiscus tiliaceus L.) (Ageratum conyzoides L.) Obat Kompres Sediaan kompres dimaksudkan untuk membersihkan luka dan mencegah terjadinya infeksi pada daerah luka yang akan dikompres. Umumnya simplisia yang dipakai adalah simplisia yang mengandung bahan antiseptik atau pembunuh bakteri, seperti fenol-fenol (pada sirih), atau kadang-kadang juga dicampur dengan simplisia yang mengandung analgetikum seperti eugenol (pada bunga cengkeh). Caranya cukup merendam bagian yang akan dikompres dengan air yang masih hangat dari rebusan simplisia atau menggunakan air rebusan yang lebih panas sejauh mana kulit bisa menahan rasa panasnya. Perendaman berlangsung selama ¼- ½ jam atau direndam sampai air menjadi dingin, sambil sesekali dibersihkan menggunakan kapas basah. Setelah selesai dikompres, bagian yang luka dibalut dengan verban supaya terlindung dari infeksi bakteri atau kotoran lain.