BABV HASiL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENELITIAN LABORATORIUM KINERJA BETON BERSERAT KARET PASCA KEBAKARAN

Pengujian agregat dan kuat tekan dilakukan di Laboratorium Bahan

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berat Tertahan (gram)

BAB 4 HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENAMBAHAN PECAHAN KERAMIK PADA PEMBUATAN PAVING BLOCK DITINJAU DARI NILAI KUAT TEKAN

Pemeriksaan Kadar Air Agregat Halus (Pasir) Tabel 1. Hasil Analisis Kadar Air Agregat Halus (Pasir)

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan

BAB III PERENCANAAN PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENENTUAN MUTU AGREGAT HALUS DARI BERBAGAI QUARRY PADA PRODUKSI BETON

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PEMERIKSAAN AGREGAT

Laporan Tugas Akhir Kinerja Kuat Lentur Pada Balok Beton Dengan Pengekangan Jaring- Jaring Nylon Lampiran

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Agregat yang digunakan untuk penelitian ini, untuk agregat halus diambil dari

BAB IV ANALISA PENELITIAN

PENGARUH VARIASI FAKTOR AIR SEMEN DAN TEMPERATUR TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Irzal Agus. (Dosen Fakultas Teknik Unidayan Baubau) ABSTRACT

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Fakultas Teknik Program Studi S-1 Teknik Sipil Laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi

Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus (Pasir) (SNI ) Berat Tertahan (gram)

PENGARUH SUHU PEMBAKARAN TERHADAP KUAT TEKAN DAN POROSITAS BETON MUTU TINGGI BERBASIS GLENIUM ACE 8590, FLY ASH DAN FILLER PASIR KUARSA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Fakultas Teknik Program Studi S-1 Teknik Sipil Laboratorium Teknologi Bahan Kontruksi

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan Susun

TINJAUAN KUAT TEKAN, KUAT TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR BETON MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR UNTUK PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT)

IV. HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PEMANFAATAN LIMBAH ASPAL HASIL COLD MILLING SEBAGAI BAHAN TAMBAH PEMBUATAN PAVING. Naskah Publikasi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMANFAATAN LUMPUR LAPINDO SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR BETON

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PEMERIKSAAN KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON BERAGREGAT KASAR BATU RINGAN APE DARI KEPULAUAN TALAUD

PEMANFAATAN ABU TERBANG (FLY ASH) SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI SEMEN PADA BETON MUTU NORMAL

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fly ash terhadap kuat

HASIL PENELITIAN AWAL (VICAT TEST) I. Hasil Uji Vicat Semen Normal (tanpa bahan tambah) Penurunan (mm)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Semakin besar nilai MHB, semakin menunjukan butir butir agregatnya. 2. Pengujian Zat Organik Agregat Halus. agregat halus dapat dilihat pada tabel 5.

PENGARUH PENGGUNAAN RESIN EPOXY PADA CAMPURAN BETON POLIMER YANG MENGGUNAKAN SERBUK GERGAJI KAYU

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bahan atau Material Penelitian

KAPASITAS LENTUR DAN TARIK BETON SERAT MENGGUNAKAN BAHAN TAMBAH FLY ASH

Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Gradasi Pasir. Berat. Berat. Tertahan Tertahan Tertahan Komulatif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PERBANDINGAN PENGGUNAAN AGREGAT KASAR DARI MERAK DAN AGREGAT KASAR DARI BATU GADUR TERHADAP KUAT TEKAN BETON MUTU NORMAL

KAJIAN OPTIMASI KUAT TEKAN BETON DENGAN SIMULASI GRADASI UKURAN BUTIR AGREGAT KASAR. Oleh : Garnasih Tunjung Arum

TEKNIKA VOL.3 NO.1 APRIL_

PENGARUH VARIASI BENTUK PAVING BLOCK TERHADAP KUAT TEKAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Berat Tertahan Komulatif (%) Berat Tertahan (Gram) (%)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV ANALISIS DATA LABORATORIUM DAN DATA HASIL PENGUJIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN MATERIAL DAN KUAT TEKAN BETON

PENGARUH BAHAN TAMBAHAN PLASTICIZER TERHADAP SLUMP DAN KUAT TEKAN BETON Rika Sylviana

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI DAN RANCANGAN PENELITIAN

PENGARUH PERSENTASE BATU PECAH TERHADAP HARGA SATUAN CAMPURAN BETON DAN WORKABILITAS (STUDI LABORATORIUM) ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISA DATA. Sipil Politeknik Negeri Bandung, yang meliputi pengujian agregat, pengujian beton

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Teknik Sipil No. 1 Vol. 1, Agustus 2014

HASIL PENELITIAN AWAL ( VICAT TEST

Lampiran A Berat Jenis Pasir. Berat pasir kondisi SSD = B = 500 gram. Berat piknometer + Contoh + Air = C = 974 gram

PENGARUH PENGGUNAAN PASIR DAN SPLIT GUNUNG AIR DINGIN TERHADAP KUAT TEKAN BETON NORMAL

TINJAUAN KUAT TEKAN DAN KERUNTUHAN BALOK BETON BERTULANG MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR. Naskah Publikasi

Vol.17 No.2. Agustus 2015 Jurnal Momentum ISSN : X

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PERSENTASE BAHAN RETARDER TERHADAP BIAYA DAN WAKTU PENGERASAN CAMPURAN BETON

V. HASIL PENELITIAN. Tabel V-1 Hasil analisa fly ash Analisis kimia Satuan Fly ash Pasaran

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN PASIR DARI BEBERAPA DAERAH TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Abstrak

BAB III DESAIN DAN METODE PENELITIAN

EKO YULIARITNO NIM : D

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbawa selama proses pengendapan. Pasir kuarsa yang juga dikenal dengan nama

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland

BAB 4 DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

PENGARUH GRADASI BUTIRAN BATU PECAH TERHADAP KEKUATAN BETON ABSTRAK

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI. (admixture). Penggunaan beton sebagai bahan bangunan sering dijumpai pada. diproduksi dan memiliki kuat tekan yang baik.

untuk mencapai workabilitas dan nilai slump rencana terhadap kuat tekan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

BAB I PENDAHULUAN. beton mutu tinggi, beton mutu sangat tinggi, beton ringan, beton dengan

BAB IV DATA DAN ANALISIS

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengujian, analisis data, dan. pembahasan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai

Kinerja Kuat Tekan Beton dengan Accelerator Alami Larutan Tebu 0.3% Lampiran 1 Foto Selama Penelitian

PEMANFAATAN SERBUK KACA SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN PADA CAMPURAN BETON DITINJAU DARI KEKUATAN TEKAN DAN KEKUATAN TARIK BELAH BETON

Lampiran. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN 1 MIX DESIGN (ACI ) Universitas Sumatera Utara

Transkripsi:

BABV HASiL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Pemeriksaan Material Pemeriksaan material beton dilakukan terhadap agregat halus, agregat kasar dan bahan tambah ban karet. Hasil pemeriksaan agregat dan bahan tambah ban karet dilakukan di laboratorium Teknologi Bahan Fakultas Teknik UNRI memenuhi persyaratan standar yang diisyaratkan pada Tabel 2.1. 5.1.1 Hasil pemeriksaan agregat halus Hasil pemeriksaan agregat halus pasir alam asal Danau Bingkuang dapat dilihat pada Tabel 5.1 berikut ini. Tabel 5.1 Hasil pemeriksaan agregat halus pasir alam asal Danau Bingkuahg No. Jenis pemeriksaan Hasil 1 Kadar lumpur (%) 0,2255 2 Berat jenis (gr/cm"*) a. Apparent specific gravity 2,5023 b. Bulk specific gravity (kering) 2,4977 c. Bulk specific gravity (ssd) 2,4977 d. Absorption (%) 0,0206 3 Kadar air {%) 0,4667 4 IVIodulus kehalusan 4,0527 5 Berat volume (gr/cm'^) a. Kondisi gembur 1,2235 b. Kdndisi padat 1,4306 5.1.1.1 Hasil pemeriksaan kadar lumpur agregat halus Kadar lumpur agregat halus sebesar 0,2255%, dan nilai ini memenuhi standar spesifikasi kadar lumpur yaitu < 5%. Lumpur yang menempel pada pemnukaan agregat dapat menghalangi terjadinya lekatan yang baik antara agregat dan pasta semen. Nilai kadar lumpur yang kecil menandakan kandungan lempung atau kotoran pada agregat sedikit. Dengan demikian agregat ini dapat digunakan sebagai material pembentuk beton. Nilai kadar lumpur agregat halus pasir alam asal Danau

21 Bingkuang yang kecil disebabkan agregat halus tersebut berada pada daerah hulu sungai Kampar. Selain itu agregat halus tersebut telah terkena hujan sebeium dilakukan pemeriksaan terhadap kadar lumpur. 5.1.1.2 Hasil pemeriksaan berat jenis agregat halus Berat jenis yang digunakan untuk pembuatan beton adalah bulk specific gravity pada keadaan SSD {Saturated Surface Dry). Nilai berat jenis agregat halus sebesar 2,4977 gr/cm^, dan nilai ini tidak memenuhi standar spesifikasi berat jenis yaitu 2,58 s/d 2,83 gr/cm^. Agregat yang berat jenisnya antara 2,5 s/d 2,7 gr/cm^ akan menghasilkan beton berberat jenis sekitar 2,3 gr/cm^ (Tjokrodimuljo, 1995). Apabila agregat berberat jenis tinggi, maka beton yang dihasilkan berberat jenis tinggi dan memiliki kuat tekan yang tinggi pula. Pemeriksaan penyerapan (absorption) agregat halus tidak memenuhi standar spesifikasi yaitu 2% - 7%. Nilai absorption diperoleh sebesar 0,0206%, berarti agregat halus tersebut dalam kondisi basah. Hal ini disebabkan material yang diperiksa telah terkena hujan sebeium dilakukan penelitian. Absorpsi agregat mempengaruhi daya lekat antara agregat dan pasta semen. Dengan demikian pembuatan beton perlu mengurangi air untuk mempertahankan nilai fas. 5.1.1.3 Hasil pemeriksaan kadar air agregat halus Kadar air agregat halus sebesar 0,4667%, dan nilai ini tidak memenuhi standar spesifikasi kadar air yaitu 3% - 5%. Dengan demikian perhitungan campuran adukan bfeton perlu menambah ataupun mengurangi jumtah air ke dalam campuran. Kadar air pada agregat perlu diketahui untuk menghitung jumlah air yang perlu dalam campuran adukan beton sesuai nilai fas. Selain itu kadar air mempengaruhi pengembangan volume agregat halus. Agregat halus berbutir halus mengalami pengembangan volume yang lebih besar daripada agregat halus berbutir kasar. Besar pengembangan volume agregat halus tersebut

Kinerja Petoti berserat Ka-fft Pa5ca ICebakarai 22 dapat sampai 25% atau 40% pada kadar air sekitar 5% s/d 8% (Tjokrodimuljo, 1995). 5.1.1.4 Hasil pemeriksaan analisa saringan agregat halus Nilai modulus kehalusan agregat halus diperoleh sebesar 4,0527, dan nilai ini tidak memenuhi standar spesifikasi modulus halus butir agregat halus yaitu 1,5-3,8. Agregat halus pasir alam asal Danau Bingkuang tersebut berbutir kasar dan memenuhi batas-batas garis kurva no. 1 menurut British Standard (BS 882:2, 1973), karena untuk mencapai kuat tekan beton yang lebih tinggi diperlukan agregat yang kasar dan bervariasi agar betonnya ekonomis tetapi masih mudah dikerjakan. Ukuran agregat yang bervariasi menyebabkan volume pori kecil dan kepadatan tinggi. 5.1.1.5 Hasil pemeriksaan berat volume agregat halus Berat volume agregat halus sebesar 1,2235 gr/cm^ untuk kondisi gembur tidak memenuhi standar spesifikasi berat volume sedangkan untuk kondisi padat sebesar 1,4306 gr/cm^ memenuhi standar spesifikasi yaitu 1,4 gr/cm^ s/d 1,9 gr/cm^. Porositas atau kepadatan mempengaruhi daya lekat antara agregat dan pasta semen (Anonim, 1997). Dengan demikian agregat halus ini dapat digunakan pada pembuatan beton, karena kepadatan agregat menyebabkan volume pori beton kecil dan kekuatan beton akan bertambah. 5.1.2 Hasil pemeriksaan agregat kasar Hasil pemeriksaan agregat kasar kerikil asal Kampar dapat dilihat pada Tabel 5.2 berikut ini. Tabel 5.2 Hasil pemeriksaan agregat kasar kerikil asal Kampar No. Jenis pemeriksaan Hasil 1 Berat jenis (gr/cm"') a. Apparent specific gravity b. Bulk specific gravity (kering) 3,4155 3,3353

23 c. Bu/^ specific gravity (ssd) 3,3588 d. Absorption (%) 0,7139 2 Kadar air (%) 3 Berat volume (gr/cm^) a. Kondisi gembur 1,4076 b. Kondisi padat 1,5430 4 Keausan (mesin Los Angeles) (%) 5,5 5.1.2.1 Hasil pemeriksaan berat jenis agregat kasar Berat jenis yang digunal<an untul< pembuatan beton adalah bulk specific gravity (ssd). Nilai berat jenis agregat kasar sebesar 3,3588 gr/cm^, dan nilai ini tidak memenuhi standar spesifikasi berat jenis yaitu 2,58 s/d 2,83 gr/cm^. Agregat yang berat jenisnya antara 2,5 s/d 2,7 gr/cm^ akan menghasilkan beton berberat jenis sekitar 2,3 gr/cm^ (Tjokrodimuljo, 1995). Apabila agregat berberat jenis tinggi, maka beton yang dihasilkan berberat jenis tinggi dan memiliki kuat tekan yang tinggi pula. Pemeriksaan penyerapan (absorption) agregat kasar tidak memenuhi standar spesifikasi yaitu 2% - 7%. Nilai absorption diperoleh sebesar 0,7139%, berarti agregat kasar tersebut dalam kondisi basah. Hal ini disebabkan material yang diperik&a telah terkena hujah Sebeium dilakukan penelitian. Absorpsi agregat mempengaruhi daya lekat antara agregat dan pasta semen. Dengan demikian pembuatan beton perlu mengurangi air untuk mempertahankan nilai fas. 5.1.2.2 Hasil pemeriksaan kadar air agregat kasar Kadar air agregat kasar sebesar 2,1568%, dan nilai ini tidak memenuhi standar spesifikasi kadar air yaitu 3% - 5%. Hal ini disebabkan material yang diperiksa telah kering terkena sinar matahari iangsung sebeium dilakukan penelitian. Kadar air pada agregat perlu diketahui untuk menghitung jumlah air yang perlu dalam campuran adukan beton sesuai nilai fas. Dengan demikian perhitungan campuran adukan beton perlu menambah jumlah air ke dalam campuran.

Kinerja Petai berserat Karet Pasca Kebakaran 24 5.1.2.3 Hasil pemeriksaan berat volume agregat kasar Berat volume agregat kasar sebesar 1,4076 gr/cm^ untuk kondisi gembur dan 1,5430 gr/cm^ untuk kondisi padat memenuhi standar spesifikasi berat volume yaitu 1,4 gr/cm^ s/d 1,9 gr/cm^. Porositas atau kepadatan mempengaruhi daya lekat antara agregat dan pasta semen (Anonim, 1997). Dengan demikian agregat kasar ini dapat digunakan pada pembuatan beton, karena kepadatan agregat menyebabkan volume pori beton kecil dan kekuatan beton akan bertambah. 5.1.2.4 Hasil pemeriksaan ketahanan aus agregat kasar Pemeriksaan ketahanaan aus terhadap agregat diperoleh nilai sebesar 5,5%, dan nilai ini memenuhi standar spesifikasi ketahanan aus yaitu < 10%. Kekuatan beton dipengaruhi oleh kekuatan agregatnya, bukan dipengaruhi oleh kekuatan lekatan antar butir agregat. Oleh karena itu ketahanan aus agregat sangat menentukan kekuatan beton yang dibuat. 5.2 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton setelah di bakar Kuat tekan beton dipengaruhi komposisi bahan pembentuknya, kekuatan masing-masing bahan pembentuk dan lekatan pasta semen dengan agregat. Kuat tekan beton lebih besar bila dibandingkan dengan kuat tarik beton. Oleh karena itu sifat beton berupa kuat tekan inilah yang paling mempengaruhi mutu beton sebagai bahan konstruksi. Kuat tekan didapat dari rata-rata lima buah benda uji berbentuk kubus ukuran 5x5x5 cm untuk umur beton 28 hari. Hasil uji kuat tekan dari rancangan campuran beton dengan variasi pemakaian ban karet 0% dari berat semen pada umur 28 hari diperoleh nilai kuat tekan beton sebesar 312,08 kg/cm^. Campuran beton yang ditambahkan ban karet sebanyak 3% dari berat semen, harga kuat tekan beton meningkat menjadi 441,52 kg/cm^, pada campuran ban karet sebanyak 5% kuat tekan beton menjadi 473,44 kg/cm^, sedangkan pada campuran ban karet

Laporai Petielltlai 25 8% kuat tekan beton mengalami penurunan menjadi 327,76 kg/cm^. Hasil uji kuat tekan beton di atas dapat diplot dalam bentuk grafik seperti Gambar 5.1 berikut ini. Grafik Hubungan Kadar Serat dengan Kuat Tekan Beton 700 6 650 600. Kuat Tekan Rata^ata 1 550 X Kuat Tekan Benda Uji 1 3'500 =-450 0 Kuat Tekan Benda Uji 2 400 - + Kuat Tekan Benda uji 3 ^ 350 Kuat Tekan Benda Uji 4 300-0 Kuat Tekan Benda U i 5 2 250 ^ ^ 200 S 150 + = 100 50 n U 1 1 ( 1! 0 % 1% 2% 3% 4% 5% 6% 7% 8% 9% Kadar Serat (%) Gambar 5.1 Hubungan kuat tekan beton dengan persentase pemakaian ban karet terhadap berat semen Gambar 5.1 menunjukkan bahwa pada umur beton 28 hari dengan variasi pemakaian ban karet sebesar 5% terhadap berat s6men merupakan kuat tekan beton tertinggi, yaitu sebesar 473,44 kg/cm^. Kurva hubungan kuat tekah beton dengan persentase pemakaian ban karet terhadap berat semen mertiiliki kecenderungan menurun, setelah variasi pemakaian ban karet sebesar 5% dari berat semen seiring dengan peningkatan kadar ban karet. Pemakaian ban karet pada campuran beton normal sebanyak 5% dari berat semen meningkatkan nilai kuat tekan beton. Penambahan ban karet pada beton normal menyebabkan nilai kuat tekan beton yang dihasilkan lebih tinggi, karena ketika beton normal mengalami kebakaran maka air yang ada di dalam beton akan keluar membentuk lorong-lorong kecil dan pada akhirnya akan menguap menimbulkan keretakan yang menyebabkan kekuatan beton menurun.

Kinerja &eioti her^ierat Karet Pasca Kebd^arar 26 Sehingga dengan penambahan ban karet dalam campuran beton, ketika terjadi kebakaran dapat menggantikan air yang hilang dan kemudian mencegah keretakan yang timbul akibat kekeringan. Suhu yang dihasilkan beton ketika terjadi kebakaran berbeda-beda baik yang ada di permukaan beton maupun yang ada di dalam beton. Perbedaan suhu yang dihasilkan beton dengan bahan tambah ban karet baik di permukaan maupun di dalam beton dapat di lihat pada gambar 5.2 dan gambar 5.3 berikut. Grafik Hubungan Kadar Serat dengan Suhu di Permukaan Beton setelah di Bakar 03 m 650 600 550 500 450 400 350 300 250 200 150 100 50 0 0 Benda Uji 1 - Benda Uji 2 A Benda Uji 3 Benda Uji 4 + Benda Uji 5 0 Suhu Rata-rata di permulcaan Beton 0% 1% 2% 3% 4% 5% 6% 7% 8% 9% KadarSerat(%) Gambar 5.2 Grafik Hubungan Kadar Serat Permukaan Beton setelah di Bakar dengan Suhu di

laporai Pfitieltoi 27 Grafik Hubungan Kadar Serat dengan Suhu di dalam Beton setelah dibakar o 700 650 600 550 500 i 450» 400 350 300 250 200 150 100 50 0 0% 1% 2% 3% 4% 5% 6% Kadar Serat (%} 7% 8% 9% o Benda Uji 1 : Benda Uji 2 A Benda Uji 3 Benda Uji 4 X Benda Uji 5 o Suhu Rata-rata di dalann beton Gambar 5.3 Grafik Hubungan Kadar Serat dengan Suhu di dalam Beton setelah di Bakar Perbandingan suhu beton baik di permukaan beton maupun di dalam beton dengan variasi persentase penambahan ban karet dapat dilihat dengan jelas dari hasil rata-rata yang diperoleh berikut ini. Grafik Hubungan Kadar Serat dengan Suhu Beton 650 600 550 - _ 500 " 450 -f f 400 i S 350 - m 300 i 250 i 5 200 ] 150 100 50 0 0% 1% 2% 3% 4% 5% 6% 7% Kadar Serat (%) 8% 9% Suhu Rata-rata di bagian dalam Beton Suhu Rata-rata di Permukaan Beton Gambar 5.4 Grafik Hubungan Kadar Serat dengan Suhu Beton setelah di Bakar

(Cinerja Petcn berserat Karet Pasca K^bakarai 28 Dari gambar 5.4 dapat dililiat bahwa adanya perbedaan suhu beton yang terjadi di permukaan dengan yang terjadi di dalam beton. Hasil yang diperoleh terlihat bahwa suhu di bagian dalam beton lebih tinggi jika dibandingkan dengan suhu yang ada di permukaan beton terkecuali pada persentase penambahan ban karet sebesar 5%. Pada persentase 5% ini suhu di dalam beton lebih rendah jika dibandingkan dengan suhu yang terjadi di permukaan beton karena pada saat ini tercapai kondisi optimum dari penambahan ban karet terhadap beton. Sehingga ketika terjadi kebakaran, ban karet dapat mencair dan menggantikan posisi air yang telah menguap. Oleh karena itu pada kondisi optimum 5% suhu di dalam beton dapat menjadi lebih rendah daripada suhu yang ada di pemnukaan beton dan keretakan yang terjadi di dalam beton dapat dikurangi.