PROGRAM MENUJU INDONESIA HIJAU KABUPATEN BANTUL 2013

dokumen-dokumen yang mirip
PROGRAM MENUJU INDONESIA HIJAU KABUPATEN BANTUL 2012

PROGRAM MENUJU INDONESIA HIJAU KABUPATEN BANTUL 2011

BAB I PENDAHULUAN. diperbarui adalah sumber daya lahan. Sumber daya lahan sangat penting bagi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

BAB III TINJAUAN WILAYAH BANTUL

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak pada Lintang Selatan dan 110

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Lokasi Sumber Dana Instansi Pelaksana. APBD Prov. APBD Kab.

PEDOMAN PENYUSUNAN PROFIL MENUJU PROVINSI HIJAU KABUPATEN/KOTA

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04" ' 27"

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN OBJEK. a. Sebelah Utara : Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman. b. Sebelah Selatan : Samudera Indonesia

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun untuk memperjelas tentang

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

KEADAAN UMUM WILAYAH. Projotamansari singkatan dari Produktif-profesional, ijo royo royo, tertib, aman,

BAB IV GAMBARAN UMUM

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Sulawesi Selatan. GUBERNUR SULAWESI SELATAN Dr. H. Syahrul Yasin Limpo, SH, M.

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

KEADAAN UMUM KABUPATEN BANTUL. Kabupaten Bantul terdiri dari 17 kecamatan, 75 desa, dan 933 dusun. Secara

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

RENCANA AKSI DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN KERINCI TAHUN 2017

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Jumlah desa, dusun dan luas Kabupaten Bantul per kecamatan dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak diantara koordinat 110 o o Bujur Timur,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 8.1 Kesimpulan. penelitian, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

BAB III KAJIAN TAPAK KAWASAN IMOGIRI, KABUPATEN BANTUL

BAB III MONUMEN GEMPA BANTUL

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

`BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAH DAERAH

BAB 5 RTRW KABUPATEN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, berbatasan dengan : 1. Sebelah Utara: Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman

Workshop Ahli Perubahan Iklim Regional Maluku dan Maluku Utara. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Maluku

PROGRAM/KEGIATAN DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN DIY KHUSUS URUSAN KEHUTANAN TAHUN 2016

Pemanfaatan Peta Geologi dalam Penataan Ruang dan Pengelolaan Lingkungan

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLatihan soal 10.4

BAB I. PENDAHULUAN A.

DATA MINIMAL YANG WAJIB DITUANGKAN DALAM DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH

Ketentuan Umum Istilah dan Definisi

BAB II GAMBARAN UMUM. Progo, Kabupaten Gunung Kidul, dan Kota Yogyakarta. Secara geografis, Kabupaten

BAB IV PERUMUSAN KLHS DAN REKOMENDASI RPJMD

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. di Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak di pulau Jawa, antara

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

KRITERIA DAN INDIKATOR ADIPURA KENCANA

Data Capaian pada Tahun Awal Perencanaan (2010) Rp (juta) target. target

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA

Data Capaian Pada Tahun Awal Perencan aan. Indikator Kinerja Program (outcome) dan Kegiatan (output)

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 30 TAHUN 2008 TENTANG

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH PAPUA

PEDOMAN TEKNIS PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH

19 Oktober Ema Umilia

KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN

a. Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup. b. Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam.

No pemeliharaan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati sebagai modal dasar pembangunan. Penerapan prinsip Keuangan Berkelanjutan sebagai per

PEMBANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN ( Pertemuan ke-7 ) Disampaikan Oleh : Bhian Rangga Program Studi Pendidikan Geografi FKIP -UNS 2013

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

PERENCANAAN PERLINDUNGAN

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH

PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan mangrove yang terluas di dunia. Hutan

FORUM KABUPATEN/KOTA DI DIY

BAB I PENDAHULUAN. dapat menjadi sumber dan penunjang hidup bagi bangsa dan rakyat. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas 3.185,80 km 2 ini terdiri

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KABUPATEN SINJAI

INDIKATOR KINERJA INDIVIDU

PROFIL DINAS PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN KOTA PEKANBARU TA.2017 BIDANG KAWASAN PERMUKIMAN

Dr. EDWARD Saleh FORUM DAS SUMATERA SELATAN 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata pada saat ini, menjadi harapan bagi banyak negara termasuk

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan yang dihadapi negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang terbarukan dan memiliki peranan

DAFTAR ISIAN NON FISIK PROGRAM ADIPURA BUKU I. Mengingat kebenaran data sangat diperlukan dalam analisis bagi

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

Transkripsi:

PROGRAM MENUJU INDONESIA HIJAU KABUPATEN BANTUL 2013 1. PROFIL KABUPATEN BANTUL 1.1. Kabupaten Bantul merupakan salah satu dari lima daerah kabupaten/kota di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Apabila dilihat dari bentang alamnya secara makro, wilayah Kabupaten Bantul terdiri dari daerah dataran yang terletak pada bagian tengah dan daerah perbukitan yang terletak pada bagian timur dan barat, serta kawasan pantai disebelah selatan. Kondisi bentang alam tersebut relatif membujur dari utara ke selatan. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 o 44 04-08 o 00 27 Lintang Selatan dan 11 o 12 34 110 o 31 08 Bujur Timur 1.2. Luas wilayah administratif : 50.685 Ha, terdiri dari 17 kecamatan dengan jumlah penduduk 942.384 jiwa 1.3. Batas wilayah administrasi : Sebelah Timur Kabupaten Gunungkidul, Sebelah Selatan dengan Samudra Indonesia, Sebelah Barat dengan Kabupaten Kulon Progo, dan Sebelah Utara dengan Kabupaten Sleman 1.4. Wilayah Kabupaten Bantul pada umumnya berupa daerah dataran (kemiringan kurang dari 2 %) dengan penyebaran di wilayah selatan, tengah dan utara seluas 31.371 Ha ( 61,96 %); daerah dengan kemiringan 2,1 40 % di wilayah timur dan barat seluas 15.148 Ha (30%) dan sebagian kecil wilayah timur dan barat seluas 4.011 Ha (8%) mempunyai kemiringan lereng diatas 40 % 2. VISI DAN MISI Strategi Pengelolaan Tutupan Vegetasi Visi : " BANTUL PROJOTAMANSARI SEJAHTERA, DEMOKRATIS, DAN AGAMIS ". Misi : Meningkatkan kewaspadaan terhadap risiko bencana dengan memperhatikan penataan ruang dan pelestarian lingkungan, dengan tujuan : 2.1. Memantapkan program penanggulangan bencana dengan sasaran:

Mantapnya pengurangan resiko mitigasi bencana; Mantapnya pengelolaan sarana dan prasarana publik. 2.2. Memantapkan program peningkatan kualitas lingkungan dan pengelolaan sumberdaya alam. Dengan sasaran: Terwujudnya peningkatan pengelolaan SDA, perlindungan fungsi lingkungan dan keanekaragaman hayati; Terkelolanya sumberdaya hutan. Khususnya untuk pembangunan kehutanan diarahkan pada pencapaian penutupan lahan dengan luasan yang cukup dan sebaran yang proporsional dalam rangka mencapai kesejahteraan masyarakat secara optimal berbasis kelestarian fungsi lingkungan, ekonomi, dan sosial. 3. KONDISI TUTUPAN VEGETASI Tutupan Lahan Luas (Ha) Luas Wilayah (%) Hutan 9.597,6 Perkebunan 9,062.622 18,94 17,88 Kebun campuran 8,810.445 17,38 Semak belukar 1.900,41 Total 24.242,94 3,75 57,95 Kawasan hutan : - Kawasan Hutan Lindung seluas 1.041,2 ha - Kawasan Cagar Alam (Kawasan Hutan Konservasi) seluas 11,4 ha - Hutan rakyat seluas 8.545 ha 4. KEBIJAKAN MENGELOLA TUTUPAN VEGETASI 16.1. Strategi Pengelolaan Tutupan Vegetasi

1) Pengelolaan tutupan vegetasi 2) Pengelolaan kawasan lindung 3) Rehabilitasi hutan dan lahan 4) Pengembangan jasa lingkungan dan produk unggulan 5) Pendanaan dan kelembagaan 6) Regulasi dan pengembangan regulasi 5. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG 16.1. Meningkatkan pendayagunaan sumberdaya alam & pelestarian lingkungan hidup. 16.2. Meningkatkan pemberdayaan partisipasi masyarakat. 16.3. Perbaikan kualitas fungsi lingkungan hidup secara berkelanjutan. 16.4. Mengupayakan penyelamatan flora dan fauna dilindungi dan konservasi kawasan lindung. 16.5. Mengupayakan pengurangan dampak emisi karbon. 16.6. Mengupayakan konservasi kawasan lindung, sempadan pantai dan mangrove. 16.7. Mengupayakan pengembalian kualitas lahan bekas galian C. 16.8. Mengupayakan kualitas dan kuantitas hasil hutan kayu rakyat. 16.9. Mengupayakan terjaganya air tanah dan kesuburan tanah. 16.10..Mengembangkan sumberdaya hutan serta meningkatkan pengawasan dan pengendalian pemanfaatan hutan. 16.11. Mengembangkan pengelolaan hutan rakyat. 16.12. Mengupayakan pembinaan dan ketertiban administrasi industri kayu. 16.13. Mengupayakan penertiban administrasi peredaran hasil hutan dan pengamanan kawasan hutan. 6. KEBIJAKAN PENGENDALIAN KERUSAKAN LINGKUNGAN Menetapkan kawasan lindung di ruang darat, ruang air, dan ruang udara termasuk ruang di dalam bumi; Mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung khususnya di pegunungan, DAS, pesisir pantai, dalam rangka mewujudkan dan memelihara keseimbangan ekosistem wilayah;

Menjaga luasan kawasan hutan lindung dan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya yaitu kawasan resapan air. Mengendalikan kegiatan pada kawasan lindung setempat dan kawasan suaka alam sehingga tidak mengganggu dan merusak fungsi lindung kawasan; dan Mencegah kegiatan budi daya di sepanjang sungai yang dapat mengganggu atau merusak kualitas dan kuantitas air serta morfologi sungai, pantai yang dapat mengganggu atau merusak kondisi alam dari pantai terutama pada kawasan gumuk pasir Parangtritis dan di sekitar mata air. 6.1. Kawasan Lindung Kabupaten Bantul dalam RTRW meliputi : a) Kawasan hutan lindung; seluas 1.041 ha b) Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya; seluas 1.001 ha c) Kawasan perlindungan setempat; 1. Kawasan sempadan sungai 2.805 ha 2. Kawasan sempadan pantai 123 ha 3. Kawasan lindung sekitar mata air 1.578 ha 4. Kawasan ruang terbuka hijau ditentukan paling rendah 30% dari luas kawasan perkotaan d) Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya 1. Kawasan suaka alam, Cagar Alam Imogiri 11 ha 2. Kawasan pantai berhutan bakau 12 ha 3. Kawasan konservasi penyu 1.000 m 2 4. Kawasan cagar budaya ( 7 lokasi) e) Kawasan rawan bencana 1. Kawasan rawan gempa bumi 2. Kawasan rawan longsor 3. Kawasan rawan banjir 4. Kawasan rawan gelombang pasang 5. Kawasan rawan kekeringan 7. LUAS LAHAN KRITIS DAN LUAS PENANAMAN

Penataan Ruang (Perda Nomor 4 tahun 2011 tentang RTRW Kabupaten Bantul Tahun 2010 2030) Pengendalian alih fungsi lahan Rehabilitasi lahan dan hutan Reboisasi dan penghijauan lingkungan Mengembangkan sumberdaya hutan serta meningkatkan pengawasan dan pengendalian pemanfaatan hutan. Mengembangkan pengelolaan hutan rakyat Mengupayakan penertiban administrasi peredaran hasil hutan dan pengamanan kawasan hutan Mengupayakan penyelamatan flora dan fauna dilindungi dan konservasi kawasan lindung Mengupayakan pengembalian kualitas lahan bekas galian C. Pemantauan kualitas lingkungan (sungai, mata air, udara dan tanah) Meningkatkan pemberdayaan partisipasi masyarakat. Pengembangan jasa lingkungan 8. LUASAN KEGIATAN PENANAMAN DI LAHAN KRITIS DAN KAWASAN BERFUNGSI LINDUNG Luas lahan kritis 2.237,75 ha (4,42%) yang tersebar di 12 kecamatan) 9. PENGEMBANGAN JASA LINGKUNGAN DAN PRODUK UNGGULAN 16.1. Luasan Kegiatan Penanaman di lahan kritis dan kawasan berfungsi lindung

Tabel. Prosentase (%) realisasi rencana penanaman di lahan kritis dan berfungsi lindung tahun 2012 terhadap output/hasil No. Lokasi Nama Kecamatan Target luasan (ha) 1 Lahan Kritis Kasihan 20 2 Kelerengan > 40% Dlingo 50 Pajangan 15 Sedayu 15 Kretek 15 Pundong 25 Imogiri 70 Piyungan 40 3 Sempadan Sungai Srandakan 4 4 Sekitar mata air Imogiri 3 Dlingo 4 5 Sempadan pantai Kretek 40 Sanden 6 Srandakan 12 kawasan Realisasi (%) 16.2. Pengembangan jasa lingkungan dan produk unggulan Ekowisata : Pantai Parangtritis, Depok, Pandansimo, Goa Cemara, Kwaru, Samas Pelepasan tukik, Sungai Opak Agrowisata : Kebun buah Mangunan Dlingo Desa wisata : 13 desa Desa Budaya : Rumah Tembi Timbulharjo Sewon 16.3. Pengembangan Produk Unggulan 1) Diversifikasi produk pangan lokal Garut : emping garut, pati garut

Pisang : tepung, criping, aneka olahan Umbi-umbian : aneka olahan makanan; dll 2) Pengembangan tanaman organik : padi organik 3) Pengembangan varietas lokal : brambang Tiron 4) Pengembangan sutera liar/alam 5) Pengembangan tanaman Jati, Mahoni, dan Sonokeling 10. KELEMBAGAAN DAN PENDANAAN 10.1. Lembaga Yang Terkait Pengelolaan Tutupan Vegetasi : Badan Lingkungan Hidup, Bappeda, Dinas Pertanian dan Kehutanan, Dinas Sumber Daya Air, Dinas Kelautan dan Perikanan dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah eselon II 10.2. Pendanaan APBD Kabupaten Bantul TA. 2012 sebesar Rp 317.721.196.960,00 Dana pengelolaan lingkungan sebesar Rp 7.128.577.515,00 atau 2,24% APBD 11. REGULASI DAERAH Regulasi yang sudah ada terkait pengelolaan lingkungan : - Peraturan Daerah : 11 - Peraturan Bupati : 4 - Keputusan Bupati : 1 - Instruksi Bupati : 4 12. PROGRAM DAN KEGIATAN TERKAIT PERUBAHAN IKLIM Rehabilitasi hutan dan lahan serta konservasi kawasan lindung Penerapan konservasi energi/hemat energi Sosialisasi Program Eko Efisiensi, bekerjasama dengan BLH Prov. DIY, dengan sasaran : instansi pemerintah dan TP PKK-Dharma Wanita dan Industri kecil rumah tangga Telah dibentuk gugus tugas Tim untuk memantau penggunaan energi (BBM dan listrik) yang anggotanya dari dinas instansi terkait dengan koordinator Dinas Sumber Daya Air Pengembangan dan pemanfaatan energi terbarukan

Pengembangan energi hybrid (tenaga surya dan tenaga angin ) di kawasan Pantai Baru, Poncosari, Srandakan dengan total kapasitas 77 KW; merupakan kerjasama Pemda dengan Kemenristek (BBPT dan LAPAN) dan UGM Pemanfaatan energi alternatif Pengembangan biogas dari kotoran ternak dan limbah industri tahu. s/d 2011 : 73 unit (peternakan) dan 7 unit biodigester dari limbah industri kecil tahu; TA 2012 dibangun sebanyak 9 (sembilan) unit Bantuan pengembangan tungku batubara di Kecamatan Bambanglipuro. Pengembangan bioetanol dan biofuel oleh lembaga pendidikan SMK Muhammadiyah Bambanglipuro. Pengembangan desa Mandiri Energi. Pengembangan energi mikrohidro/ Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) di beberapa lokasi di wilayah Kabupaten Bantul (Pendowoharjo, Sewon dan Wukirsari, Imogiri). Inventarisasi dan identifikasi sumber emisi gas rumah kaca, khususnya BPO dan pembinaan serta pemantauan bengkel refrigerator dan AC mobil. Bimbingan teknis pengelolaan persampahan serta pembinaan dan pembentukan jejaring sampah di Kabupaten Bantul. Di Kabupaten Bantul telah terbentuk sebanyak 78 kelompok pengelola sampah/ Bank sampah yang mengelola sampah rumah tangga dengan sistem 3 R (Reduce, Reuse, Recycle). Pengembangan kampung hijau/kampung iklim Pengembangan sekolah adiwiyata dan pondok pesantren berwawasan lingkungan. ( Tahun 2012 adiwiyata mandiri untuk SMA Negeri 1 Jetis serta adiwiyata nasional untuk Sekolah MIN Jejeran, Pleret) Pengembangan pertanian organik ramah lingkungan dan Pengendalian hama terpadu Pengembangan jenis tanaman yang mempunyai toleransi/ resisten terhadap kekeringan dan hama Diversifikasi dan intensifikasi tanaman pangan dan perkebunan Pengaturan sistem irigasi pertanian yang terpadu Mengembangkan Sekolah Lapang Iklim

Pengembangan dan pemeliharaan bank bibit tanaman dengan pembuatan Kebun Bibit Desa (KBD)/ Kebun Bibit Rakyat (KBR). Pembuatan/pembangunan cagar alam, hutan kota. 13. PROGRAM DAN KEGIATAN TERKAIT PENGURANGAN RESIKO BENCANA LINGKUNGAN 1. Perencanaan pembangunan daerah rawan bencana, Pembuatan peta rawan bencana 2. Pencegahan dini dan penanggulangan korban bencana alam. 3. Peningkatan Mitigasi Bencana Alam Laut dan Prakiraan Iklim Laut. 4. Program pengendalian banjir. 5. Perbaikan perumahan akibat bencana alam/sosial. 6. Peningkatan kesiagaan dan pencegahan bahaya kebakaran. 7. Pencegahan Dini dan Penyebaran Informasi Potensi Bencana Alam. 8. Pembangunan jalan jalur evakuasi. 9. Pembangunan prasarana umum. 10. Program pengelolaan dan rehabilitasi ekosistem pesisir dan laut. Pembangunan dilaksanakan dengan pembangunan berbasis pengurangan risiko bencana : a) Pada daerah-daerah sesar/ wilayah rawan tinggi bencana gempa bumi tidak dibangun untuk permukiman dan fasilitas umum. b) Pada daerah-daerah sesar/ wilayah rawan sedang, permukiman haruslah mempunyai struktur bangunan yang kuat, begitu pula sekolah, puskesmas, tempat ibadah dan toko-toko. c) Pada daerah-daerah sesar/ wilayah rawan gempa, disiapkan sekolah siaga bencana, desa siaga bencana 14. PROGRAM DAN KEGIATAN PENINGKATAN PERAN SERTA MASYARAKAT DAN DUNIA USAHA Meningkatkan peran masyarakat peduli antara lain dengan : Melakukan pembinaan kepada kelompok-kelompok secara rutin dan berkesinambungan. Memberikan stimulan/bantuan Melestarikan kearifan lokal

212 kelompok masyarakat peduli lingkungan dengan jumlah anggota 15.999 orang, sebanyak 33 kelompok yang memperoleh penghargaan kalpataru di tingkat kabupaten maupun provinsi. Meningkatkan peran dunia usaha peduli antara lain dengan : Meningkatkan kepedulian dunia usaha terhadap lingkungan dengan melaksanakan sosialisasi maupun adanya kerja sama pemerintah daerah dengan dunia usaha. Ada sebanyak 12 dunia usaha peduli 15. KEGIATAN PLUS 15.1. Perlindungan mata air, gerakan sumur resapan dan biopori 15.2. Inventarisasi sumber emisi gas rumah kaca 15.3. Pemulihan kerusakan pesisir berbasis pemberdayaan dan ekonomi masyarakat (Rantai Emas) 16. INOVASI PARA PIHAK 16.1. Peningkatan konservasi 16.2. Pengendalian kerusakan lingkungan 16.3. Penanganan perubahan iklim 1) Penerapan teknologi pengurangan BPO 2) Penerapan teknologi pengurangan emisi GRK 3) Penerapan tehnologi adaptasi perubahan iklim