KONSEP REVITALISASI PERMUKIMAN DI KAWASAN TUA KASTEEL NIEUW VICTORIA KOTA AMBON. Diane Elizabeth De Yong NRP:

dokumen-dokumen yang mirip
KONSEP REVITALISASI PERMUKIMAN DI KAWASAN TUA KASTEEL NIEUW VICTORIA KOTA AMBON. oleh

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya di Kelurahan Tambak Wedi Kota Surabaya

Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh Di Wilayah Kecamatan Semampir Kota Surabaya Melalui Pendekatan Partisipasi Masyarakat

Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya di Kelurahan Tambak Wedi Kota Surabaya

Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya Di Kelurahan Tambak Wedi

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

IDENTIFIKASI MASALAH PERMUKIMAN PADA KAMPUNG NELAYAN DI SURABAYA

DAFTAR PUSTAKA Buku, tugas Akhir dan Penelitian

Tingkat Partisipasi Masyarakat pada Permukiman Kumuh Kelurahan Ploso

IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK )

KARAKTERISTIK SOSIAL-EKONOMI NELAYAN PADA KAWASAN WISATA PANTAI SEBAGAI DASAR PERENCANAAN PENGEMBANGAN KAWASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

IDENTIFIKASI TINGKAT KEKUMUHAN DAN POLA PENANGANAN YANG TEPAT DI KAWASAN KUMUH KELURAHAN TANJUNG KETAPANG TAHUN 2016

DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG

PENATAAN PERMUKIMAN KAWASAN PESISIR DI KECAMATAN LEKOK KABUPATEN PASURUAN

SIDANG UJIAN TUGAS AKHIR

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG

Identifikasi Karakteristik Lingkungan Permukiman Kumuh Berdasarkan Persepsi Masyarakat Di Kelurahan Tlogopojok

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGARUH PEMBANGUNAN KAMPUNG PERKOTAAN TERHADAP KONDISI FISIK LINGKUNGAN PERMUKIMAN DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Oleh karena itu,bukan suatu pandangan yang aneh bila kota kota besar di

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan. Tanpa air kehidupan di

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ACUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN PERUMAHAN TAPAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENATAAN SARANA DAN PRASARANA LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERDASARKAN PARTISIPASI MASYARAKAT DI TEPIAN SUNGAI KOTA PANGKALAN BUN ( )

Sabua Vol.7, No.2: Oktober 2015 ISSN HASIL PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

`BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Pada dasarnya pembangunan dalam sektor permukiman adalah

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI

BAB I PENDAHULUAN TA Latar Belakang PENATAAN KAWASAN PERMUKIMAN SUNGAI GAJAH WONG DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

RANCANGAN PERDA KUMUH KOTA YOGYAKARTA

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

KONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI

WALIKOTA PROBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 2000 persentase penduduk kota di Negara Dunia Ketiga telah

BAB I PENDAHULUAN. Respon risiko..., Juanto Sitorus, FT UI., Sumber data : BPS DKI Jakarta, September 2000

Permasalahan Mendasar Daerah

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PLPBK RENCANA TINDAK PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BAB III GAMBARAN UMUM KAWASAN PRIORITAS KELURAHAN BASIRIH BANJARMASIN BARAT

BAB VIII. LINGKUNGAN PERMUKIMAN

BAB IV ANALISIS IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK KAWASANKUMUH DI SUCO CAICOLI DILI, TIMOR LESTE SEBAGAI MASUKAN BAGI UPAYA REVITALISASI KAWASAN TERSEBUT

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. prasarana lingkungan di kawasan Kelurahan Tegalpanggung Kota Yogyakarta ini

WALIKOTA BATU KOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG CIPTA KARYA DAN TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Konsep Land Sharing Sebagai Alternatif Penataan Permukiman Nelayan di Kelurahan Gunung Anyar Tambak Surabaya

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DESA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 1 : Pendahuluan BAB 2 : Tinjauan Teori BAB 3 : Metodologi Penelitian BAB 4 : Hasil dan Pembahasan BAB 5 : Kesimpulan dan Saran

Tingkat Partisipasi Masyarakat pada Permukiman Kumuh Kelurahan Ploso

I. PENDAHULUAN. Kelurahan Purus merupakan salah satu kelurahan di kota Padang yang relatif berkembang

ANALISIS KEBERHASILAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH DI KOTA GORONTALO

LAPORAN AKHIR PKM-M. Oleh:

BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print C-45

WALIKOTA PANGKALPINANG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 17 TAHUN 2016

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

Identifikasi Karakteristik Lingkungan Permukiman Kumuh di Kelurahan Kapuk, Jakarta Barat

Ringkasan Studi EHRA Kabupaten Malang Tahun 2016

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI

Aminatu Zuhriyah. Arahan Penanganan Permukiman Kumuh Nelayan Di Kelurahan Blimbing Kecamatan Paciran Lamongan

IV.B.7. Urusan Wajib Perumahan

Bab 3: Profil Sanitasi Wilayah

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 58 TAHUN 2016

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

EVALUASI PENYEDIAAN FASILITAS RUMAH SUSUN (Studi Kasus Rumah Susun Warugunung dan Rumah Susun Penjaringansari I di Kota Surabaya)

Pemahaman atas pentingnya Manual Penyusunan RP4D Kabupaten menjadi pengantar dari Buku II - Manual Penyusunan RP4D, untuk memberikan pemahaman awal

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa

BUPATI TRENGGALEK PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 92 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN TRENGGALEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

A. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN.

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Hubungan antara kota dengan kawasan tepi air telah terjalin sejak awal peradaban manusia.

ATURAN BERSAMA RENCANA PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN DESA KEDUNGSARIMULYO

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

ASPEK MANAJEMEN (INSTITUSI, PERATURAN DAN PEMBIAYAAN)

Transkripsi:

KONSEP REVITALISASI PERMUKIMAN DI KAWASAN TUA KASTEEL NIEUW VICTORIA KOTA AMBON Diane Elizabeth De Yong NRP: 3208201830 Pembimbing : 1. Prof.Ir.Johan Silas 2. Dr.Ir.Rimadewi Suprihardjo, M.I.P ABSTRAK Kompleks Kasteel Nieuw Victoria merupakan kawasan bersejarah yang menjadi salah satu cikal bakal Kota Ambon. Saat ini kawasan dengan Kasteel Nieuw Victoria sebagai bangunan bersejarah, tidak didukung oleh kualitas lingkungan yang baik khususnya permukiman di sekitar Kasteel Nieuw Victoria. Perkembangan permukiman di sekitar Kasteel mengalami kemunduruan (degradasi) kualitas lingkungan dan permukiman. Analisis data yang dilakukan dalam penenlitian ini adalah analisis faktor untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab degradasi kualitas permukiman di kawasan tua Kasteel Nieuw Victoria Kota Ambon, analisis deskriptif untuk mengidentifikasi potensi, permasalahan serta penyebab terjadinya degradasi kualitas permukiman pada permukiman di kawasan tua Kasteel Nieuw Victoria Kota Ambon melalui penilaian terhadap aspek-aspek permukiman oleh masyarakat, dan analisis triangulasi, untuk merumuskan konsep revitalisasi permukiman di kawasan tua Kasteel Nieuw Victoria Kota Ambon. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan faktor-faktor penyebab degradasi adalah keterbatasan lahan permukiman, rendahnya ketersediaan sarana dan prasarana permukiman, rendahnya tingkat pendidikan masyarakat, rendahnya tingkat pendapatan masyarakat, dan rendahnya partisipasi masyarakat, maka rumusan konsep revitalisasi permukiman adalah mengoptimalisasikan fungsi lahan permukiman yang ada dengan membatasi pembangunan rumah baru yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah untuk mengurangi kepadatan dengan melakukan pendekatan partisipasi masyarakat melalui penyuluhan dan pemberian insentif bantuan kepada masyarakat secara swadaya memperbaiki kondisi rumahnya sesuai dengan kemampuan dan sumberdaya yang dimiliki masyarakat di kawasan Kasteel Nieuw Victoria Kota Ambon. Kata Kunci : Kasteel Nieuw Victoria, degradasi lingkungan permukiman, revitalisasi permukiman PENDAHULUAN Permukiman yang dibentuk pada masa kolonial Belanda merupakan potensi kawasan yang perlu dipertahankan. Sampai saat ini permukiman tersebut masih ada, tetapi dalam kondisi yang tidak terawat dan cenderung tidak berkembang, disebabkan oleh adanya konflik sosial yang terjadi di Kota Ambon tahun 1999. Dalam perkembangannya era pasca konflik kawasan pemukiman di sekitar Kasteel Nieuw Victoria berubah menjadi kawasan permukiman dengan kepadatan yang cukup tinggi. Tingkat hunian 1

menjadi lebih besar menyebabkan permukiman di kawasan Kasteel Nieuw Victoria menjadi kawasan kumuh yang tidak terkendali pertumbuhannya dengan kondisi bangunan yang tidak tertata dengan baik. Kasteel Nieuw Victoria tetap eksis sebagai peninggalan sejarah tidak diimbangi perkembangannya dengan kondisi permukiman di sekitarnya yang cenderung tidak berkembang karena adanya kepadatan penduduk, sehingga terjadi penurunan kualitas sarana dan prasana permukiman. Degradasi kualitas permukiman yang terjadi seperti : penurunan pertumbuhan kawasan, penurunan pelayanan prasarana (jalan lingkungan, air bersih, drainase, sanitasi, persampahan) dan penurunan pelayanan sarana (tempat untuk berdagang). (Dinas Pekerjaan Umum Propinsi Maluku, 2007) Kondisi permukiman di kawasan Kasteel Nieuw Victoria mengalami degradasi kualitas permukiman sehingga tidak mendukung keberadaan Kasteel Nieuw Victoria dengan potensinya sebagai peningggalan sejarah yang sangat berpengaruh terhadap peningkatan ekonomi kota. Perlu diupayakan pengembangan permukiman, sehingga kasteel dan permukimannya sebagai peninggalan sejarah dapat terus berkembang sesuai potensi dan fungsinya. Dengan melihat unsur sejarah maupun potensi dari kawasan ini, maka pentingnya penelitian ini untuk mendapatkan konsep revitalisasi permukiman di kawasan Kasteel Nieuw Victoria yang mengalami kemunduran/degradasi agar dapat dihidupkan kembali dinamika fungsi dan potensi kawasan. Selain itu melalui upaya revitalisasi akan dapat memajukan aspek sosial dan ekonomi masyarakatnya dengan mengenali dan memanfaatkan potensi lingkungan. Permasalahan dalam penelitian ini adalah kondisi permukiman kawasan Nieuw Victoria Kota Ambon mengalami penurunan kualitas lingkungan permukiman sehingga mengalami kekumuhan yang ditandai dengan ciri tingkat kepadatan dan kerapatan bangunan yang tinggi, perilaku pembuangan sampah oleh masyarakat yang menimbulkan pencemaran lingkungan, serta rendahnya tingkat partisipasi masyarakat dalam mengelola lingkungan. Kondisi tersebut dapat menimbulkan potensi wilayah dan potensi masyarakat yang terdapat di dalam permukiman kawasan Nieuw Victoria Kota Ambon menjadi kurang berkembang. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah merumuskan konsep revitalisasi permukiman di kawasan tua Kasteel Nieuw Victoria yang mampu mengarahkan dan mengembalikan pertumbuhan sesuai potensi dan kebutuhan masyarakat, dan sasaran yang akan akan dilakukan mengidentifikasi faktorfaktor penyebab degradasi kualitas permukiman di kawasan tua Kasteel Nieuw Victoria Kota Ambon, menentukan kriteria penanganan terhadap faktor-faktor penyebab degradasi kualitas permukiman kawasan 2

Kasteel Nieuw Victoria Kota Ambon, serta merumuskan konsep revitalisasi permukiman di kawasan tua Kasteel Nieuw Victoria Kota Ambon. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Uritetu, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon. Peta wilayah penelitian terlihat pada Gambar 1. Gambar 1. Peta Wilayah Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukkan dan saran bagi Pemerintah Daerah berupa alternatif konsep revitalisasi permukiman di sekitar Kasteel Nieuw Victoria dalam menentukan sebuah kebijakan dan dalam melakukan perencanaan serta pengembangan kawasan di masa yang akan datang. METODE PENELITIAN Berdasarkan sasaran penelitian dan jenis data yang dikumpulkan diperlukan teknik analisis sebagai berikut : 1. Analisis Faktor Untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab degradasi kualitas permukiman di kawasan tua Kasteel Nieuw Victoria Kota Ambon menggunakan analisis faktor. Dimana analisis faktor dipergunakan untuk mereduksi data atau meringkas dari beberapa variabel yang banyak dan diubah menjadi sedikit variabel. Adapun prosedur dalam melakukan analisis faktor sebagai berikut : 3

1. Memilih variabel yang layak dimasukkan dalam analisis faktor. Oleh karena analisis faktor berupaya mengelompokkan sejumlah variabel, maka seharusnya ada korelasi yang cukup kuat diantara variabel, sehingga akan terjadi pengelompokan. Jika sebuah variabel atau lebih berkorelasi lemah dengan variabel lainnya, maka variabel tersebut akan dari analisis faktor. Alat seperti MSA atau Barlett`s Test dapat digunakan untuk keperluan ini. 2. Setelah sejumlah variabel terpilih, maka dilakukan ekstraksi variabel tersebut sehingga menjadi satu atau beberapa faktor. Beberapa metode pancarian faktor yang populer adalah Principal Component dan Maximum Likehood. 3. Faktor yang terbentuk, pada banyak kasus, kurang menggambarkan perbedaan diantara faktorfaktor yang ada. Faktor 1 dengan faktor 2 ternyata masih mempunyai kesamaan-kesamaan, atau sebenarnya masih sulit dikatakan apakah isi (variabel) pada faktor 1 benar-benar layak masuk faktor 1, ataukah mungkin dapat masuk faktor 2. Hal tersebut akan mengganggu analisis karena justru sebuah faktor harus berbeda secara nyata dengan faktor yang lain. Jika isi faktor masih diragukan, dapat dilakukan proses rotasi, dapat dilakukan proses rotasi untuk memperjelas apakah faktor yang terbentuk sudah secara signifikan berbeda dengan faktor lain. 4. Setelah faktor benar-benar telah tebentuk, maka proses dilanjutkan dengan menamakan faktor yang sudah ada. 2. Analisis Deskriptif Analisa Deskriptif digunakan untuk menggambarkan kondisi lingkungan permukiman dari hasil pendataan secara kuantitatif yang didapat melalui penyebaran kuesioner. Data yang didapat akan dikelompokkan dan dilakukan pembobotan. Hasil analisis deskriptif adalah berupa penilaian terhadap keadaan permukiman secara kualitatif (baik, sedang, dan buruk). Untuk menilai kondisi tersebut digunakan 2 (dua) tolak ukur yaitu tolak ukur kuantitatif dan kualitatif. a. Tolak ukur kuantitatif diukur dengan menghitung jumlah rumah untuk masing masing indikator sesuai dengan klasifikasi kondisi (baik, sedang, dan buruk). Dalam perhitungan secara kuantitatif ini dibuat tabel penilaian untuk memudahkan pengelompokkan dan pembobotan. b. Tolak ukur kualitatif, yaitu menentukan derajat kekumuhan pada permukiman. Derajat kekumuhan yang dimaksud adalah rentan nilai untuk mengukur kondisi permukiman dalam kategori baik, sedang, dan buruk. Dalam analisa kualitatif pengukuran yang digunakan adalah skala interval. Menurut Riduwan (2004), skala interval adalah skala yang menunjukkan jarak satu data dengan data yang lain dan mempunyai bobot yang sama. Proses analisa kualitatif menggunakan data penilaian dari analisis kuantitatif dengan cara sebagai berikut : 4

a. Mencatumkan jumlah rumah yang sesuai dengan kriteria yang ada pada setiap kolomnya. b. Mengalikan jumlah rumah dengan nilai 3 untuk kondisi yang buruk, dan nilai 2 untuk kondisi sedang dan nilai 1 untuk kondisi baik untuk masing-masing faktor dan aspek. Nilai 3, 2, dan 1 merupakan urutan dari penilaian terhadap kondisi kekumuhan pada permukiman yang mempunyai jarak yang sama antara kondisi yang satu dengan yang lain, dalam penelitian ini jaraknya adalah 1 dan mempunyai bobot yang sama yaitu 7. c. Menjumlahkan semua nilai hasil perkalian. d. Membaginya dengan total jumlah rumah sampel kuisioner (jumlah rumah kondisi buruk + rumah kondisi sedang + rumah kondisi baik). e. Hasil pembagian akan digunakan untuk mengisi tolak ukur kualitatif. 3. Analisis Triangulasi Penggunaan Analisa Triangulasi karena tujuan analisa ini untuk merumuskan suatu konsensus atau pemecahan terhadap masalah. Dalam penelitian ini teknik triangulasi digunakan untuk mengelaborasikan hasil dari faktor yang menyebabkan degradasi kualitas lingkungan pemukiman di kawasan tua Kasteel Nieuw Victoria Kota Ambon, dan kriteria penanganan berdasarkan faktor penyebab degradasi lingkungan didiskusikan dengan kajian pustaka sebagai dasar teori dari permasalahan, serta studi revitalisasi yang telah dilakukan di luar wilayah study sehingga mendapatkan rumusan konsep revitalisasi permukiman di kawasan tua Kasteel Nieuw Victoria Kota Ambon. Proses dari analisis Triangulasi ini dapat terlihat pada Gambar 2 sebagai berikut : Kriteria penanganan Diskusi 1 Kajian degradasi permukiman pustaka Diskusi 2 Diskusi 3 Studi/penelitian tentang revitalisasi di kawasan lain Gambar 2. Proses Analisis Triangulasi Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Faktor-faktor penyebab degradasi kualitas permukiman di Kawasan Tua Kasteel Nieuw Victoria Kota Ambon Faktor faktor penyebab degradasi kualitas permukiman di Kawasan Tua Kasteel Nieuw Victoria Kota Ambon setelah dianalisis menggunakan analisis faktor sebagai berikut: a. Faktor keterbatasan lahan permukiman penyebab degradasi kualitas permukiman karena kurangnya pembagian ruang dalam penataan permukiman sehingga penduduk membangun rumah hanya berdasarkan kebutuhan untuk tempat tinggal saja tanpa menghiraukan akan terjadi kepadatan hunian pada permukiman. b. Faktor kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana permukiman penyebab degradasi kualitas permukiman karena sarana dan prasarana yang ada di permukiman seperti air bersih tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena sebagian masyarakat belum mempunyai kran PDAM secara pribadi pada rumah-rumah mereka, banyak yang menggunakan sarana air bersih umum yang disediakan pemerintah namun tidak secara rutin dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Masyarakat tersebut terpaksa harus memperoleh air bersih dengan cara membeli. Begitu pula dengan drainase yang ada di pemukiman tidak terawat dengan baik, karena drainase dipenuhi dengan sampah-sampah yang dibuang oleh masyarakat. c. Faktor rendahnya tingkat pendidikan masyarakat penyebab degradasi kualitas permukiman karena masyarakat di pemukiman ini rata-rata tingkat pendidikan tertingginya adalah SMP namun ada beberapa yang mampu menyelesaikan pendidikannya pada tinggat SMA dan Sarjana. d. Faktor rendahnya tingkat pendapatan masyarakat masyarakat penyebab degradasi kualitas permukiman karena sebagian besar masyarakat bermata pencarian pada sektor non formal sebagai pedagang dan wiraswasta. Lainnya adalah PKL, buruh kasar dan Sopir/pengemudi becak. Hal ini mengingat mayoritas tingkat pendidikan masyarakat rata-rata adalah SMP dengan tingkat kemampuan yang sangat terbatas. Pendapatan masyarakat yang diperoleh dari pekerjaannya hanya dapat memenuhi kebutuhan primer. Mengingat tingkat pendapatan mereka tidak menentu dengan jenis pekerjaan. e. Faktor rendahnya partisipasi masyarakat penyebab degradasi kualitas permukiman karena menurut masyarakat bahwa akibat pekerjaan yang ditekuni dari pagi sampai malam sehingga kehadiran mereka di lingkungan sangat kurang sekali. Hanya terjadi pada saat hari-hari besar keagamaan dan kenegaraan. Misalnya, kerja bakti menjelang bulan Ramadan dan Natal dan Tahun Baru, atau kerja bakti menjelang Hari Kemerdekaan RI. Tidak ada satu hari rutin yang digunakan untuk membersihkan dan memelihara lingkungan. 6

2. Penentuan Kriteria Penanganan Faktor-Faktor Penyebab Degradasi Kualitas Permukiman di Kawasan Tua Kasteel Nieuw Victoria Kota Ambon Berdasarkan hasil kuesioner 98 responden yang menilai kondisi permukiman di kawasan Kasteel Nieuw Victoria Kota Ambon sesuai faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya degradasi kualitas permukiman, maka diperlukan standar penilaian untuk menentukan kriteria-kriteria penanganan. Dalam penelitian ini menggunakan faktor penyebab terjadinya degradasi sebagai standar penilaian untuk mengetahui kondisi permukiman, berupa kondisi rumah, ketersediaan sarana, ketersediaan prasarana, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan serta partisipasi masyarakat. Kelima aspek ini dijadikan sebagai dasar penilaian sebagai berikut : a. Mencatumkan jumlah rumah yang sesuai dengan kriteria yang ada pada setiap kolomnya. b. Mengalikan jumlah rumah dengan nilai 3 untuk kondisi yang buruk, dan nilai 2 untuk kondisi sedang dan nilai 1 untuk kondisi baik untuk masing-masing faktor dan aspek. Menurut Riduwan (2004), nilai 3, 2, dan 1 merupakan urutan dari penilaian terhadap kondisi kekumuhan pada permukiman yang mempunyai jarak yang sama antara kondisi yang satu dengan yang lain, dalam penelitian ini jaraknya adalah 1 dan mempunyai bobot yang sama yaitu 7. c. Menjumlahkan semua nilai hasil perkalian. d. Membaginya dengan total jumlah rumah sampel kuisioner (jumlah rumah kondisi buruk + rumah kondisi sedang + rumah kondisi baik). e. Hasil pembagian akan digunakan untuk mengisi tolak ukur kualitatif sebagai berikut : - Buruk jika hasil pembagiannya 3 sampai 2,4 - Sedang, jika hasil pembagiannya 2,3 sampai 1,7 - Baik jika hasil pembagiannya 1,6 sampai 1 2.1. Penentuan Kriteria Penanganan Degradasi Kualitas Lingkungan Permukiman Adapun penilaian terhadap permukiman dan lingkungan di wilayah studi dijelaskan sebagai berikut : 1. Faktor Keterbatasan Lahan Permukiman Faktor keterbatasan lahan pemukiman dalam aspek kondisi fisik bangunan rumah terdapat 3 kriteria yang menjadi penilaian, yaitu tingkat kepadatan bangunan, pembagian ruang dan tingkat kepadatan hunian. Penilaian kriteria kondisi permukiman dengan tolak ukur kuantitatif di kawasan Kasteel Nieuw Victoria. Hasil pengisian kuesioner menunjukkan bahwa pembagian ruang di permukiman sebanyak 39% menggunakan satu ruang untuk semua aktivitas, sebanyak 27% mempunyai satu ruang multiguna yang berupa ruang tamu, sementara 32% memiliki satu ruang masing-masing setiap aktivitas yang dilakukan. 7

Dari penilaian terhadap kondisi bangunan permukiman nilai rata-ratanya adalah 2,07 termasuk kategori sedang. Berdasarkan jawaban responden, kondisi rumah di permukiman memiliki tingkat kepadatan di atas 60%. Penilaian terhadap kondisi kepadatan bangunan nilai rata-ratanya adalah 2,4 termasuk kategori buruk. Hal ini menunjukan bahwa kepadatan bangunan pada lokasi penelitian cukup tinggi dimana kondisi bangunan antar rumah saling berdempetan dan hanya dinding rumah sebagai pembatas. Ditinjau dari tingkat kepadatan hunian, sebanyak 48% menjawab berada dalam kondisi baik yakni memiliki tingkat kepadatan di atas 6 m 2 /orang. Sedangkan 20,4% menjawab memiliki kategori sedang yaitu antara 5-6 m 2 /orang. Sisanya 29,6% menjawab memiliki kepadatan hunian kurang dari 5 m 2 /orang. Dari hasil penilaian nilai rata-rata kondisi kepadatan hunian adalah 1,9 termasuk kategori sedang. 2. Faktor Kurangnya Ketersediaan Sarana Dan Prasarana Permukiman. Penilaian pada kondisi sarana dan prasarana diukur dengan 10 parameter yaitu ketersediaan air bersih, drainase, persampahan, sanitasi lingkungan, kondisi jalan, sarana peribadahan, sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana ekonomi dan ruang terbuka. Berdasarkan hasil kuisioner penduduk tidak menggunakan sumur sebagai sumber air minum melainkan air PDAM yang dihubungkan ke sambungan rumah-rumah penduduk atau dengan cara membeli dari kran umum. Sebanyak 47 responden menggunakan air PDAM untuk memasak, mencuci dan mandi dengan cara membeli. Sebanyak 21 responden menggunakan air PDAM untuk memasak, mandi dan mencuci dari sambungan rumah, sedangkan kebutuhan air minum dipenuhi dengan membeli. Sedangkan 30 responden menggunakan air PDAM dari sambungan rumah untuk keperluan minum, memasak, mandi dan mencuci. Penilaian sumber air bersih menunjukkan bahwa nilai rata-rata kualitatif air bersih adalah 2,2 dengan kategori sedang. Dari hasil survey menunjukkan bahwa 22 responden memiliki KM/MCK sendiri, 28 responden menggunakan MCK milik tetangga atau saudara, sisanya 48 belum memiliki saluran pembuangan air limbah sehingga pembuangannya langsung ke drainase, sehingga nilai rata-rata sanitasi adalah 1,7 termasuk kategori sedang. Kegiatan pembuangan sampah oleh masyarakat menurut hasil survey sebanyak 67 responden membuang ke saluran drainase, 15 responden membuang ke lahan kosong kemudian dibakar atau ditimbun. Sedangkan 16 responden membuang sampah ke depo sampah. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa sampah dari masyarakat tidak dikelola dengan baik. Hal ini dikarenakan tidak tersedianya tempat sampah di lokasi penelitian serta tidak adanya petugas pengangkut sampah yang secara rutin mengangkut sampah masyarakat. Untuk persampahan nilai rata-ratanya adalah 2,2 termasuk kategori sedang. 8

Menurut hasil survey kondisi dan ketersediaan drainase di lingkungan permukiman diperoleh sebanyak 65 responden tidak memiliki saluran drainase sendiri, 17 responden memiliki saluran drainase namun tidak berfungsi dengan baik, dan 15 responden menyatakan saluran drainase berfungsi dengan baik. Sedangkan saluran drainase yang sudah ada kondisinya banyak yang tersumbat oleh sampah karena tidak pernah dilakukan pembersihan. Nilai rata-rata dari drainase adalah 2,5 termasuk kategori buruk. Kondisi jalan menurut hasil survey ada sebanyak 22 responden mengatakan bahwa jalan dalam kondisi baik dan terawat, 61 responden mengatakan jalan yang sudah dipekeras namun dalam kondisi tidak terawat. Sisanya 15 responden mengatakan jalan yang belum dipekeras. Secara umum, kondisi jalan di permukiman terutama di jalan-jalan lingkungan dan gang permukiman sudah mengalami perkerasan dengan bahan paving, namun dalam kondisi rusak. Sedangkan jalan permukiman yang belum diperkeras merupakan gang permukiman yang merupakan jalan tembusan yang dibuat oleh masyarakat sendiri. Nilai rata-ratanya adalah 2.2 termasuk kategori sedang. Penduduk di permukiman kawasan Kasteel Nieuw Victoria beragama Islam dan Kristen Protestan. Sarana ibadah tidak terdapat dalam permukiman namun berada tidak jauh dari permukiman sehingga masyarakat menggunakannya untuk melakukan kegiatan keagamaan setiap hari. Sarana ibadah, nilai rataratanya adalah 2,0 termasuk kategori sedang. Untuk sarana pendidikan juga sama dengan sarana ibadah, belum tersedia di dalam permukiman masyarakat sehingga masyarakat mengakses sarana pendidikan pada lokasi-lokasi yang dipilih oleh masyarakat berdasarkan kemampuannya. Nilai rata-rata untuk sarana pendidikan 2,0 termasuk kategori sedang. Sarana kesehatan berupa Posyandu sudah tersedia di permukiman ini tetapi tidak berjalan dengan rutin sehingga masyarakat mencari pelayan kesehatan pada lokasi yang dekat dengan permukimannya. Menurut responden posyandu hanya dilayani oleh bidan tidak ada dokter karena jadwal periksa dokter yang tidak menentu. Sarana kesehatan nilai rata-ratanya adalah 2,0 termasuk kategori sedang. Kepadatan bangunan yang cukup tinggi di permukiman menyebabkan anak-anak bermain di jalan/gang sekitar rumah. Menurut responden ada juga yang membiarkan anak-anak mereka untuk bermain pada lokasi taman bermain yang jauh dari permukiman. Namun ada juga yang hanya menikmati waktu bermain mereka dengan menonton TV atau pun bermain Play Stasion di rumah. Dengan kondisi seperti ini nilai rata-rata untuk ruang terbuka adalah 3,0 termasuk kategori buruk. Sarana ekonomi pada permukiman ini sangatlah dekat dengan pasar Mardika di Kota Ambon sehingga akses masyarakat sangat baik dengan sarana ekonomi. Di dalam permukiman sendiri banyak warung-warung kecil milik masyarakat yang tidak teratur keberadaannya, sehingga permukiman kelihatan semberawut dan kotor. Sebanyak 25 responden menilai terdapat pasar, warung di sekitar pemukiman dan 9

73 responden menilai bahwa tersedia warung, toko di permukiman. Dari penilaian ini maka, nilai rata-rata sarana ekonomi adalah 1,2 termasuk kategori baik. 3. Faktor Rendahnya Tingkat Pendidikan Masyarakat Penilaian terhadap kriteria tingkat pendidikan masyarakat di permukiman Kasteel Nieuw Victoria Kota Ambon menggunakan 2 parameter yaitu tingkat pendidikan dan kebudayaan masyarakat Berdasarkan hasil survey, diketahui bahwa sebayak 71 responden menempuh jenjang pendidikan hanya setingkat SD dan SMP yang merupakan pendidikan dasar di Indonesia. Sebanyak 9 responden memiliki jenjang pendidikan tingkat SMA dan 18 responden memiliki jenjang pendidikan hingga perguruan tinggi. Menurut masyarakat, pendidikan formal dalam hal ini sekolah belum tentu dapat menjamin pribadi dan karakter. Dan nilai rata-rata menunjukkan bahwa tingkat pendidikan mempunyai nilai rata-ratanya adalah 2,8 termasuk kategori buruk. Hal ini menunjukan bahwa masyarakat di permukiman Kasteel Nieuw Victoria Kota Ambon rata-rata hanya menikmati pendidikan sampai jenjang Sekolah Menengah Pertama saja, mereka menganggap bahwa tidak perlu sekolah tinggi-tinggi bila pada akhirnya tidak mempunyai pekerjaan. Untuk kegiatan budaya masyarakat berdasarkan hasil survey, ada 57 responden yang melakukan kegiatan budaya secara temporer atau saat-saat tertentu hal ini juga dipengaruhi keanekaragaman suku pada masyarakat di permukiman ini dan pelaksanaan kegiatan budaya yang memakan biaya seperti untuk budaya Maluku misalnya, Pela Gandong dan Makan Patita. Berdasarkan penilaian menunjukkan bahwa nilai rata-rata kegiatan kebudayaan masyarakat adalah 1,8 termasuk kategori sedang. 4. Faktor Rendahnya Tingkat Pendapatan Mayarakat Penilaian terhadap kriteria tingkat pendapatan masyarakat menggunakan parameter yaitu pekerjaan, pendapatan, kelompok jaringan usaha. Dijelaskan bahwa, dari 98 sampel yang diambil, sebanyak 55 responden memiliki mata pencaharian pada sektor informal tetap yaitu sebagai pedagang, sopir, tukang kayu dan batu, buruh kasar PKL dan wiraswasta. Hal ini mengingat mayoritas tingkat pendidikan masyarakat rata-rata adalah SD dan SMP dengan tingkat kemampuan yang sangat terbatas. Maka nilai rata-rata pekerjaan adalah 2,1 termasuk kategori sedang. Tingkat pendapatan masyarakat menurut 25 responden menyatakan bahwa pendapatan mereka dapat memenuhi kebutuhan primer dan sekunder. Sedangkan 15 responden menyatakan bahwa pendapatan mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan untuk membeli kebutuhan primer, termasuk sembako. Hal ini dipengaruhi oleh hasil dari pekerjaan mereka yang tidak menentu. Nilai rata-rata untuk tingkat pendapatan masyarakat adalah 2,02 termasuk kateori sedang. 10

Keberadaan kelompok usaha yang terdapat di permukiman ini berupa kelompok usaha kerajinan tangan (cinderamata/souvenir). Ada juga kelompok usaha kue-kue namun telah dibubarkan karena hasilnya tidak memuaskan anggota dalam pembagian hasil usaha. Hal inilah yang mengakibatkan masyarakat tidak suka bekerja sama dalam satu kelompok usaha, mereka lebih cendrung usaha sendirisendiri sehingga dapat mengatur hasilnya juga sendiri. Maka nilai rata-ratanya adalah 2,5 termasuk kategori buruk. 5. Faktor Rendahnya Partisipasi Masyarakat Kriteria partisipasi masyarakat dinilai dengan menggunakan satu parameter yaitu tingkat partisipasi masyarakat. Didapatkan hasil survey pada kegiatan kerja bakti warga dan gotong royong menurut 63 responden termasuk dalam kategori sedang karena pelaksanaan kegiatan kerja bakti hanya dilakukan dilakukan menjelang 17 Agustus dan apabila terdapat instruksi dari aparat kelurahan. Selain menyumbang tenaga, masyarakat juga ikut berpartisipasi dalam bentuk sumbangan dana. Sebanyak 8 responden menyatakan terdapat kegiatan kerja bakti secara rutin di permukiman yang biasanya dilakukan pada hari jumat karena pada hari itu sebagian masyarakat ada di rumah. Dan 27 responden menyatakan tidak pernah terdapat kegiatan kerja bakti warga karena menurut mereka waktu itu semuanya untuk bekerja mencari uang sehingga mereka tidak pernah terlibat dalam kerja bakti di lingkungan. Diketahui bahwa nilai rata-rata pada tingkat partisipasi masyarakat adalah 2.2 termasuk kategori sedang. 2.2. Kriteria-kriteria Penanganan Berdasarkan Faktor Penyebab Terjadinya Degradasi Kualitas Permukiman di Kawasan Kasteel Nieuw Victoria Kota Ambon Berdasarkan hasil analisis deskriptif dengan tolak ukur kuantitatif dan kualitatif dapat diketahui bahwa kriteria-kriteria penanganan berdasarkan faktor-faktor penyebab terjadinya degradasi kualitas permukiman di Kawasan Kasteel Nieuw Victoria Kota Ambon adalah sebagai berikut : 1. Keterbatasan Lahan Permukiman a. Mengendalikan pengembangan permukiman untuk mengurangi kepadatan dengan melakukan pendekatan partisipasi masyarakat dan menetapkan peraturan pemerintah yang mengatur permukiman pada kawasan-kawasan peninggalan bersejarah. b. Mengoptimalkan keberadaan dan fungsi permukiman yang ada dengan mempertahankan dan meningkatkan kualitas bentuk bangunan dan kondisi rumah yang sudah terbangun. c. Membatasi jumlah bangunan agar tidak semakin padat dengan membangun rumah susun bagi masyarakat pada kawasan Kasteel Nieuw Victoria. 11

2. Kurangnya Ketersediaan Sarana dan Prasarana Permukiman a. Memperbaiki drainase, persampahan dan menyediakan ruang terbuka sebagai sarana permukiman kawasan Kasteel Nieuw Victoria di Kota Ambon. b. Meningkatkan kualitas sarana prasarana permukiman yang sudah ada dengan pendekatan partisipasi masyarakat sebagai pengguna untuk tetap memelihara dan mengawasi. 3. Rendahnya Tingkat Pendidikan Masyarakat a. Menyediakan akses informasi kepada masyarakat tentang dampak lingkungan, dengan melakukan sosialisasi baik secara temu wicara langsung dengan masyarakat maupun door to door di lingkungan permukiman kawasan Kasteel Nieuw Victoria Kota Ambon. b. Meningkatkan ketrampilan masyarakat dengan memberikan penyuluhan informasi usaha ekonomi kecil untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 4. Rendahnya Tingkat Pendapatan Masyarakat a. Menyediakan bantuan modal usaha di bidang kerajinan tangan khas Kota Ambon oleh pemerintah dan swasta yang penggunaanya diawasi oleh masyarakat dan pemerintah. b. Pemerintah menyediakan akses informasi dan fasilitasi jalur pemasaran kepada pihak swasta untuk memasarkan produk hasil kelompok usaha masyarakat. c. Melakukan kerjasama dengan pihak swasta, akademis dan LSM dalam melakukan pelatihan ketrampilan yang difasilitasi oleh kelompok usaha sebagai daya tarik untuk menarik minat masyarakat bergabung dalam kelompok usaha. 5. Rendahnya Partisipasi Masyarakat a. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mengelola lingkungan melalui kegiatan pendamping dari pihak LSM atau akademisi dalam upaya pengelolaan lingkungan permukiman. b. Mengoptimalkan peran norma masyarakat sebagai pendekatan dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan kerja bakti melalui pemberian sanksi adat bagi yang melanggar. 3. Perumusan konsep revitalisasi permukiman di kawasan tua Kasteel Nieuw Victoria Kota Ambon Sesuai hasil analisis trianggulasi, konsep revitalisasi permukiman di kawasan tua Kasteel Nieuw Victoria Kota Ambon dapat dirumuskan berdasarkan faktor-faktor yang berpengaruh dari lingkungan sekitarnya sehingga mengakibatkan turunnya kualitas dan daya dukung lingkungan permukiman. Konsep yang dirumuskan sebagai berikut : 1. Mengoptimalisasikan fungsi lahan permukiman yang ada dengan membatasi pembangunan rumah baru yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah untuk mengurangi kepadatan dengan melakukan pendekatan partisipasi masyarakat melalui penyuluhan dan pemberian insentif bantuan kepada masyarakat secara swadaya memperbaiki kondisi rumahnya sesuai dengan kemampuan 12

dan ciri budaya Maluku seperti budaya masohi yang dimiliki masyarakat di kawasan Kasteel Nieuw Victoria Kota Ambon. 2. Peningkatan kualitas lingkungan permukiman dengan penyediaan sarana dan prasarana berupa sistem drainase, tempat sampah, jalan setapak/gang dan perbaikan sarana prasarana yang tersedia pada permukiman sebagai fasilitas pendukung di kawasan Kasteel Nieuw Victoria Kota Ambon. 3. Penyediaan akses informasi kepada masyarakat dan menjalin kerja sama dengan pihak swasta, akademisi, LSM dan lembaga terkait untuk memberikan pelatihan dan penyuluhan tentang pengelolaan lingkungan berupa pemanfaatan sampah kering rumah tangga menjadi bahan souvenir dan cinderamata demi peningkatan pemberdayaan dan ekonomi masyarakat di permukiman kawasan Kasteel Nieuw Victoria Kota Ambon. 4. Pemberdayaan kualitas sumberdaya manusia dengan menciptakan kemitraan yang berkelanjutan pada sektor industri rumah tangga berupa pembuatan cinderamata dan souvenir khas Maluku (kerajinan kerang dan mutiara) sebagai penunjang sektor pariwisata dengan cara memberikan bantuan modal usaha bagi masyarakat di permukiman kawasan Kasteel Nieuw Victoria Kota Ambon yang penggunaannya diawasi oleh masyarakat dan pemerintah. 5. Peningkatan partisipasi masyarakat permukiman di kawasan Kasteel Nieuw Victoria Kota Ambon dengan ikutserta dalam kegiatan pemeliharaan lingkungan berupa kerja bakti jumat bersih yang didampingi pihak LSM dan akademisi, dan untuk mengoptimalisasikan kesadaran masyarakat dalam setiap kegiatan diberikan sanksi adat bagi yang melanggar. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah faktor-faktor penyebab degradasi kualitas permukiman di kawasan tua Kasteel Nieuw Victoria terdiri atas lima faktor yaitu, faktor keterbatasan lahan permukiman, faktor kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana, faktor rendahnya tingkat pendidikan masyarakat, faktor rendahnya tingkat pendapatan masyarakat dan faktor tingkat partisipasi masyarakat. Kelima faktor ini secara signifikan sangat mempengaruhi terjadinya penurunan kualitas permukiman. Kriteria penanganan adalah 1) Pengendalian pengembangan permukiman untuk mengurangi kepadatan melalui partisipasi masyarakat dan menetapkan peraturan pemerintah tentang kawasan peninggalan bersejarah, 2) Optimalisasi keberadaan dan fungsi permukiman dengan mempertahankan dan meningkatkan kualitas bentuk bangunan dan kondisi rumah, 3) Meningkatkan kualitas sarana prasarana permukiman melalui partisipasi masyarakat sebagai pengguna, 4) Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mengelola lingkungan 5) Optimalkan peran norma masyarakat sebagai pendekatan dalam meningkatkan partisipasi masyarakat 13

Konsep revitalisasi permukiman adalah mengoptimalisasikan fungsi lahan permukiman yang ada dengan membatasi pembangunan rumah baru yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah untuk mengurangi kepadatan dengan melakukan pendekatan partisipasi masyarakat melalui penyuluhan dan pemberian insentif bantuan kepada masyarakat secara swadaya memperbaiki kondisi rumahnya sesuai dengan kemampuan dan sumberdaya yang dimiliki masyarakat. Saran dari hasil penelitian ini adalah 1) Menyusun model revitalisasi permukiman kawasan tua Kasteel Nieuw Victoria Kota Ambon menitikberatkan pada vitalitas dan stabilitas ekonomi, integrasi antar ruang, kuantitas dan kualitas prasarana dan sarana lingkungan, serta konservasi aset warisan budaya, 2) Membentuk organisasi yang mengelola langsung revitalisasi. Melalui organisasi ini dibangun kesepakatan dan kerja sama antar kelompok dan perseorangan yang berperan serta dalam tahapan pelaksanaan kegiatan di masa depan. DAFTAR RUJUKAN Agenda 21 Indonesia (1997), Strategi Nasional untuk Pembangunan Berkelanjutan, Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup, Jakarta. Budiharjo, Eko (1989), Konservasi Lingkungan dan Bangunan Kuno Bersejarah di Surakarta, Gajah Mada, University, Press, Yogyakarta. Danisworo, Mohammad (1988), Konseptualisasi Gagasan dan Upaya Penanganan Proyek Peremajaan Kota : Pembangunan Kembali sebagai Fokus, Jakarta. Rapoport, Amos, (1977), Human Aspects of Urban Forms, Toward a Man Environment Approach to Urban Form and Design, Pergamon Press, New York. Riduwan (2004), Metode dan Teknik Menyusun Tesis, Penerbit Alfa Beta, Bandung. Sidharta (1989), Konservasi Lingkungan dan Bangunan Kuno Bersejarah di Surakarta, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Silas, Johan (1993), Pidato Pengukuhan : Perumahan Hunian dan Fungsi Lebihnya, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Silas, Johan (1996), Kampung Surabaya Menuju Metropolitan, Yayasan Keluarga Bhakti dan Surabaya Post, Surabaya. The Burra Charter for Conservation of Place of Cultural Significance, (1981), ICOMOS NEWS, Australia 14