BAB I PENDAHULUAN. agama Islam dan Kristen. Ciri khas utama dari kejawen ini merupakan adanya

dokumen-dokumen yang mirip
KONSEP TUHAN DALAM ALIRAN KEBATINAN PANGESTU DAN SUMARAH (Studi Perbandingan) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai ciri khusus yang berbeda dengan yang lainnya. Oleh sebab itu, sulit

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum masuknya agama-agama besar dunia ke Indonesia, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Seorang manusia sebagai bagian dari sebuah komunitas yang. bernama masyarakat, senantiasa terlibat dengan berbagai aktifitas sosial

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kenyataannya pada saat ini, perkembangan praktik-praktik pengobatan

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Restu Nur Karimah, 2015

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sejarah umat manusia, agama dan kebudayaan memiliki peran sentral yang tak

BAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari orang Jawa. Keyakinan adanya tuhan, dewa-dewa, utusan, malaikat, setan,

BAB I PENDAHULUAN. macam suku, ras, agama, dan budaya. Keberagaman tersebut tersebar hampir

BAB IV ANALISIS DATA

I. PENDAHULUAN. agama-agama asli (agama suku) dengan pemisahan negeri, pulau, adat yang

PERKAWINAN ADAT. (Peminangan Di Dusun Waton, Kecamatan Mantup, Kabupaten Lamongan. Provinsi Jawa Timur) Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan masyarakat. Sastrawan memiliki peranan didalam masyarakat

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

TOLERANSI KEHIDUPAN UMAT BERAGAMA DI INDONESIA (Analisis Semiotik Pada Film Tanda Tanya) NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. kenal dengan istilah agama primitif, agama asli, agama sederhana. 1 Agama suku adalah

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo)

AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan)

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dalam kehidupan manusia. Pada masa-masa sekarang musik ini telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penciptaan

Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang

GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 9 GEMOLONG SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang

BAB I PENGERTIAN FILSAFAT INDONESIA PRA MODERN

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. terhadap api dan segala bentuk benda tajam. Seni dan budaya debus kini menjadi

lambang dan Citra citra Rakyat (PERSETIA. 1992), hlm.27 6 Scn 3, hlm

Pancasila dan Budaya. STMIK Amikom Yogyakarta. oleh : Rossidah ( Kelompok A ) D3 Manajemen Informatika. pembimbing :

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latarbelakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Arni Febriani, 2013

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

BAB VI KESIMPULAN. Pada dasarnya Keraton Yogyakarta dibangun berdasarkan. kosmologi Jawa, yang meletakkan keseimbangan dan keselarasan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu unsur kebudayaan dan sebagai salah satu perantara sosial

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan tinjauan sosiologis mengenai lingkungan berarti sorotan yang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. E.P. Ginting, Religi Karo: Membaca Religi Karo dengan Mata yang Baru (Kabanjahe: Abdi Karya, 1999), hlm.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kelangsungan hidup manusia akan berjalan dengan lancar dan optimal.

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menjaga kedudukan manusia sebagai makhluk yang terhormat maka diberikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra

I. PENDAHULUAN. Budaya pada dasarnya merupakan cara hidup yang berkembang, dimiliki dan

إحياء العربية : السنة الثالثة العدد 1 يناير -

BAB I PENDAHULAUAN. budaya yang mewarnai kehidupan bangsa ini. Dalam mengembangkan kebudayaan di

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki, ada daya saling menarik satu sama lain untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia hidup juga berbeda. Kemajemukan suku bangsa yang berjumlah. 300 suku hidup di wilayah Indonesia membawa konsekuensi pada

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya

BAB 1 PENDAHULUAN. sejak jaman dahulu hingga saat ini. Karena perkawinan merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan yang erat sekali dengan agama/kerohanian sehingga

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman adat istiadat dalam pelaksanaan perkawinan. Di negara. serta dibudayakan dalam pelaksanaan perkawinan maupun upacara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki berbagai macam suku, budaya, bahasa dan agama.

NILAI-NILAI DAN NORMA BERAKAR DARI BUDAYA BANGSA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. memberikan hiburan atau kesenangan juga sebagai penanaman nilai edukatif.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. Kehidupan manusia baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Bagi ahli antropologi, religi merupakan satu fenomena budaya. Ia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Musik dipergunakan untuk memuja dewa-dewi yang mereka percaya sebagai. acara-acara besar dan hiburan untuk kerajaan.

MATERI 6 BENTUK DAN FUNGSI LEMBAGA SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan kodrat manusia, setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman budaya di Indonesia telah melahirkan ragamnya adat istiadat. beragam keyakinan dan kepercayaan yang dianutnya.

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini dikemukakan beberapa poin di antaranya latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. idividu maupun sosial. secara individu, upacara pengantin akan merubah seseorang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.

BAB V PENUTUP. 1. Konsep Tuhan Dalam Perspektif Agama Islam, Kristen, Dan Hindu. berbilang tidak bergantung pada siapa-siapa melainkan ciptaan-nyalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. a. Kebudayaan sebagai proses pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa

BAB I PENDAHULUAN. mutlak diperlukan dan sebagai syarat terbentuknya suatu keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua

BAB I PENDAHULUAN. memiliki perbedaan. Tak ada dua individu yang memiliki kesamaan secara

BAB I PENDAHULUAN. Agama merupakan aturan atau tatacara hidup manusia dalam

BAB IV. PENUTUP. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ALLAH, UNIVERSALITAS, DAN PLURALITAS

PROSES PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN SENJATA API OLEH ANGGOTA TNI di DENPOM IV/ 4 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1 Khadziq, 2009, Islam dan Budaya Lokal, Penerbit Teras, Yogyakarta, hal

I. Hakikat Pancasila. 1. Pancasila sebagai dasar Negara

Kepelbagaian Budaya Menurut kamus Dewan (2005) edisi keempat muka surat 102, kepelbagaian ialah perihal berbagai-bagai jenis. Kepelbagaian merangkumi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, tetapi belakangan ini budaya Indonesia semakin menurun dari sosialisasi

I. PENDAHULUAN. karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang.

BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Filsafat dan Filsafat Ketuhanan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kejawen merupakan sebuah kepercayaan atau mungkin bisa dikatakan agama, yang terutama dianut di pulau Jawa oleh suku Jawa dan suku lainnya yang menetap di Jawa. Kejawenpun bukan merupakan sebuah agama yang terorganisir sebagaimana agama Islam dan Kristen. Ciri khas utama dari kejawen ini merupakan adanya perpaduan Animisme, agama Hindu dan Budha, bahkan juga seluruh agama di Indonesia. Jawa dan kejawen seolah tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Kejawen bisa jadi merupakan suatu sampul atau kulit luar dari beberapa ajaran yang berkembang di tanah Jawa, semasa zaman Hinduisme dan Budhisme. Dalam perkembangannya, penyebaran Islam di Jawa juga dibungkus oleh ajaran-ajaran terdahulu, bahkan terkadang melibatkan aspek kejawen sebagai jalur perantara terbaik bagi penyebarannya. Kejawen yang merupakan sebuah produk yang berasal dari berbagai agama, sudah mentradisi dan melekat dalam sebuah kepercayaan baru, khususnya bagi orang Jawa, atau orang luar Jawa yang hidup di sekitar pulau Jawa. Kejawen yang disebut oleh seorang ahli antropologi Amerika Serikat, Clifford Geertz the religion of java atau "Agami Jawi" ini bukan saja merupakan sebuah aliran kepercayaan, namun khsusunya bagi orang Jawa, kejawen merupakan gaya hidup dan sebuah aturan norma

2 yang sakral. Pada kenyataannya, kejawen ini banyak bersinggungan dengan agama-agama, dan lebih melekat dengan budaya Islam. Yakni berdasarkan pada percampuran Islam dan budaya kejawen yang dianut oleh orang Jawa. Hal ini memang melahirkan suatu budaya baru, yang mengeruhkan budaya-budaya awal. Sehingga tidak dapat diketahui siapa yang hitam dan siapa yang putih, karena kejawen berwarna abu-abu. Jadi jikalau kita menghendaki warna yang hitam, maka salah satu dari dua pilihan harus kita hilangkan. Dan kejawen adalah pilihan warna ketiga yaitu abu-abu, dimana kejawen adalah percampuran dari warna hitam dan putih. Di dalam mengekpresikan budayanya, manusia Jawa amat sangat menghormati pola hubungan yang seimbang, baik dilakukan pada sesama individu, dilakukan pada lingkungan alam dan dilakukan pada Tuhan yang dilambangkan sebagai pusat segala kehidupan di dunia. Masing-masing pola perilaku yang ditunjukkan adalah pola perilaku yang menguatkan keseimbangan, sehingga apabila terjadi sesuatu, seperti terganggu kelangsungan kehidupan manusia di dunia, dianggap sebagai adanya gangguan keseimbangan. Dalam pada itu manusia harus dengan segera memperbaiki ganguan itu, sehingga keseimbangan kembali akan dapat dirasakan. Terutama hubungan manusia dengan Tuhan, di dalam budaya Jawa diekspresikan di dalam kehidupan seorang individu dengan orang tua. Ini dilakukan karena Tuhan sebagai pusat dari segala kehidupan tidak dapat diraba, tidak dapat dilihat dan hanya dapat dirasakan. Oleh karena penghormatan terhadap Tuhan dilakukan dengan bentuk-bentuk perlambang yang memberikan makna pada

3 munculnya kehidupan manusia di dunia, yaitu orang tua, yang harus dihormati melalui pola ngawula, ngabekti dan ngaluhurake tanpa batas waktu. Kejawaan atau kejawen dapat diungkapkan dengan baik oleh mereka yang mengerti tentang rahasia-rahasia kebudayaan Jawa, dan bahwa kejawen ini sering sekali diwakili yang paling baik oleh golongan elite priyayi lama dan keturunanketurunannya yang menegaskan bahwa kesadaran akan budaya sendiri merupakan gejala yang tersebar luas di kalangan orang Jawa. Kesadaran akan budaya ini sering kali menjadi kebanggaan dan identitas kultural. Orang-orang inilah yang memelihara warisan budaya Jawa secara mendalam yang dapat dianggap sebagai Kejawen. Perlu diingat kembali bahwa aliran kepercayaan adalah merupakan penjelmaan dari aliran-aliran kebatinan yang ada di indonesia, percaya kepada ketuhanan Yang maha esa yang tidak termsuk kepada golongan agama dan juga tidak dapat di golongkan kepada aliran agama yang hidup diindonesia, yaitu islam, Kristen katolik dan protestan, hindu dan budha. Sejak beberapa tahun terakhir ini, aliran-aliran kebatinan Indonesia sedikit demi sedikit luluh dan memperkenalkan diri dengan nama: Kepercayaan. Adapun menurut badan kongres kebatinan Indonesia aliran kebatinan luluh ke dalam bersama secretariat bersama kepercayaan. Sebutan umum kepercayaan dapat diperinci dalam: kebatinan, kejiwaan dan kerohanian. Aliran kebatinan menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat Indonesia, khususnya Jawa. Akibatnya, masih banyak aliran kebatinan yang mampu bertahan dalam kehidupan masyarakat modern Indonesia. Sumarah, Sapto Darmo, Pangestu,

4 Bratakesawa, Prayana Suryadipura merupakan beberapa aliran kebatinan yang masih bertahan hingga saat ini. Selain aliran kebatinan yang tersebut, di beberapa daerah juga banyak berkembang aliran kebatinan lain yang jumlah dan pengikutnya beragam. Kebatinan berhubungan erat dengan soal batin manusia yang merupakan soal dalam, sangat subjektif dan individual. Kebatinan yang berkembang di Indonesia lebih merupakan sistem yang sudah memiliki muatan tersendiri yang tidak mudah dipahami. Pengertian kebatinan selalu dipengaruhi sikap orang yang bersangkutan terhadap kebatinan, dengan sebuah pilihan menerima atau menolak. Buah pikiran dan sikap serta prilaku manusia tentang keagamaan dan kepercayaan itu pada kenyataanya dapat dilihat dalam wujud tingkah laku dalam acara dan ritual tertentu menurut tatacara yang ditentukan dalam agama dan kepercayaan masingmasing. Dengan mendasarkan pada berbagai kajian dan kepustakaan, maka setidaknya terdapat landasan pemikiran untuk memahami kehidupan religius para penganut agama yang mengikuti aktifitas ritual mistisisme Pangestu dan Sumarah. Dapat dikatakan bahwa dalam memahami aktifitas mistisisme dari sebagian pengikut Pangestu dan Sumarah yang telah beragama itu tidak akan dapat dilepaskan dari ciri berfikir manusia Jawa yang acapkali bersifat mendua (ambigu / ambivalent). Tentu saja pembahasan konsep Tuhan dalam aliran kebatinan Pangestu dan Sumarah menarik untuk dikaji karena aktifitas mistisisme penganut aliran kebatinan ada yang tidak membicarakan tentang Tuhan, apalagi disini dua aliran yang samasama memiliki konsep ke-tuhanan tetapi didalam memaknai Tuhan dan ritual

5 memiliki cara yang berbeda untuk mencapai tujuan yang sama dalam perjalanan menuju Tuhan. B. Penegasan Istilah Dalam penilitian ini penulis menggunakan beberapa pokok pengertian, yaitu sebagai inti dari penilitian ini dimana pokok-pokok pengertian tersebut berguna untuk memfokuskan pembatasan tersebut agar tidak terjadi kesulitan dalam memahami tulisan ini. 1. Konsep Suatu hal empiris yang di abstraksikan untuk memahami sesuatu atau kesan mental, suatu pemikiran, ide, suatu gagasan yang mempunyai derajat kekongkritan atau abstraksi, yang digunakan pemikiran abstraksi sedangkan menurut kamus bahasa Indonesia (1995: 520), adalah gambaran mental dari objek, proses ataupun yang di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain. 2. Tuhan Pengertian Tuhan, kata Tuhan adalah merupakan istilah yang menggambarkan wujud mutlak sempurna hidup dan berdiri sendiri tempat bergantung semua nisbi yang ada. Tuhan dalam filsafat Al-Kindi mempunyai hakikat dalam arti aniah atau mahiah, tidak aniah karena Tuhan tidak termasuk dalam benda-benda yang ada dalam alam bahkan ia adalah, penciptaan alam, ia tidak tersusun dari materi Alhiwali al Surati juga Tuhan bukan tidak mempunyai hakikat dalam bentuk

6 mahiyah, karena Tuhan tidak merupakn genus atau species, Tuhan hanya satu, dan tidak ada serupa dengan Tuhan. Tuhan adalah yang benar pertama, dan yang benar dan tunggal ia semata-mata hanya satu, selain dari Tuhan semuanya mengandung banyak arti. Tuhan bersifat maha satu, tidak berubah, jauh dari materi, maha sempurna dan tidak berhajat pada suatu apapun. 3. Kebatinan Pengertian Kebatinan: mengandaikan adanya ruang hidup didalam hidup manusia yang bersifat kekal. Disitulah terdapat kenyataan mutlak, latar belakang terakhir dan definitive dari segala apa yang bersifat sementara, tidak tetap atau semu saja. Segala dalam kodrat dengan segala adanya hadir secara immanenent didalam batin itu dalam segala wujud kesatuan tanpa batas antara masing-masing bentuk. Bila manusia mengatifi daya batinya dengan olah rasa dan semadi, dia membebaskan diri dari prasangka tentang keanekaan bentuk-bentuk. Melalui kontak dengan alam ghoib manusia. Menyadari sebagai satu dalam semua dan semua dalam satu; selanjutnya ia menerima daya ghoib dari kekuatan alam. Kejiwaan: Mengajarkan Psycotehnik, melalui jiwa mental abadi manusia menyadari diri sebagai ada bebas mutlak yang tidak tergantung kepada apa saja yang ada diluarnya. Manusia dapat dibimbing untuk dapat menguasai batas-batas hukum alam dan tidak dapat dilogika. Didalam kebebasan jiwa manusia mengalami kebahagiaan yang tiada batas karena tidak terikat oleh nilai-nilai keagamman. Kejiwaan yang sudah tidak lagi terbelenggu oleh keduniaan akan dapat menemukan ketuhanan. (Subagya, 1984:43).

7 Kerohanaian: memperhatikan jalan melalui roh manusia dapat menikmati kesatuan dengan roh mutlak, sumber asal dan tujuan roh insani. Roh tercipta merasa dipersatukan dengan Tuhan pencipta tanpa kehilangan kepribadianya sendiri, entah melalui jalan budi atau gnosis, cinta bhakti dan tawakal (Subagya, 1984:44) 4. Pangestu Pengertian Pangestu: Paguyuban Ngesti Tunggal disingkat Pangestu merupakan salah satu aliran kebatinan yang mengutamakan konsep persatuan. Paguyuban ini didirikan disurakarta pada tanggal 20 Mei 1949, yang merupakan wujud dari ikatan persatuan dari setiap anggota Pangestu. Paguyuban diartikan suatu perkumpulan yang dijiwai oleh hidup rukun dan semangat kekeluargaan, Ngesti artinya upaya batiniah yang didasari dengan permohonan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Tunggal artinya bersatu dalam hidup bermasyarakat, bersatu kembali dengan Tuhan Yang Maha Esa. 5. Sumarah Pengertian Sumarah: kata sumarah berasal dari bahasa Jawa artinya menyerah atau pasrah. Sedangkan Sumarah yang dimaksud adalah tingkat kesadaran manusia untuk berserah diri seutuhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Paguyuan Sumarah mendasarkan diri pada Ilmu Sumarah yang diwahyukan pertama kali kepada R.Ng. Soekinohartono. Ilmu Sumarah intinya mengutamakan sujud sumarah, yakni pasrah menyerah bulat seutuhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa.

8 C. Rumusan Masalah Berangkat dari latar belakang masalah dan penegasan istilah yang penulis uraikan di atas, maka rumusan permasalahannya yaitu: 1. Bagaimana konsep Tuhan dalam aliran kebatinan Pangestu dan Sumarah? 2. Apa persamaan dan perbedaan konsep Tuhan dalam aliran kebatinan Pangestu dan Sumarah? D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui konsep Tuhan dalam aliran kebatinan Pangestu dan Sumarah. b. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan konsep Tuhan dalam aliran kebatinan Pangestu dan Sumarah. E. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: a. Secara teoritis, dapat semakin memperkaya khazanah keilmuan pada umumnya dan bagi civitas akademika Program Studi Perbandingan Agama pada khususnya. Selain itu dapat menjadi stimulus bagi penelitian selanjutnya, sehingga proses pengkajian secara mendalam akan terus berlangsung dan memperoleh hasil yang maksimal.

9 c. Secara praktis, dapat terjalin sikap toleransi antar aliran kebatinan khususnya antar pengikut aliran kebatinan jawa Pangestu dan Sumarah. d. Dapat memberikan wawasan kepada pemuluk agama islam yang mana dalam agama tersebut didalam nya terdapat aliran kebatinan jawa yang berasal dari Surakarta dan daerah istimewa Yogyakarta dan aliran ini telah menyebar di Indonesia khususnya di pulau Jawa. e. Sebagai sumbangan pemikiran kepada mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta, khususnya fakultas agama islam program studi perbandingan agama (ushuluddin). f. Sebagai sumbangan untuk menambah koleksi perpustakaan sekripsi Universitas Muhammadiyah Surakarta. F. Kajian Pustaka Kajian Pustaka sangat diperlukan dalam penulisan skripsi. Karena diperlukan untuk mendukung hasil-hasil penelitian yang didapat oleh peneliti terdahulu, dan yang ada hubungannya dengan penelitian yang akan dilakukan, dalam hal ini ada beberapa referensi yang menjadi rujukan penulis yaitu: Buku pertama adalah karya Hadiwijono yang berjudul Kebatinan dan Injil, Buku ini berupaya untuk membicarakan sistem ajaran kebatinan dan sistem ajaran injil, itulah yang dibicarakan bukan untuk menyalahkan yang satu dan membenarkan yang lain tetapi sekedar untuk memperbandingkannya guna untuk saling mengoreksi sejauh mana mereka mengamalkan keyakinannya terutama di

10 bidang moral untuk menjadi saksi yang hidup. Buku kedua adalah karya Paul Stange yang berjudul Kejawen Modern Hakikat dalam penghayatan Sumarah. Buku ini menjelaskan bahwa ajaran kebenaran melandasi semua agama, intinya Sumarah mengandung komitmen penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Tepat di titik inilah, Sumarah menjadi simbol prisip inklusivisme Islam di Jawa sejak zaman dahulu. Buku ketiga adalah karya Heru Widianto (2006, FAI UMS), dalam skripsinya yang berjudul Konsep Ketuhanan Dalam Agama Hindu, menyimpulkan apabila dipahami dalam agama Hindu tidak mempunyai Tuhan karena kepercayaan terhadap banyak Dewa tidak bisa disebut dengan Tuhan, karena Dewa sendiri adalah peningkatan kepercayaan dari Dinamisme, Animisme, kemudian naik ke Polyteisme. Berdasarkan buku-buku tersebut dapat membantu penulis dalam menelaah skripsi yang berjudul konsep Tuhan dalam aliran kebatinan Pangestu dan Sumarah (Studi Perbandingan). G. Metodologi Penelitian Ada beberapa hal yang perlu dijelaskan berkaitan dengan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian agar tidak menimbulkan kerancauan yaitu:

11 1 Jenis penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kepusatakaan (Library reasearc) karena data yang akan diteliti berupa naskah-naskah, buku-buku, atau majalah-majalah yang bersumber dari khasanah kepustakaan (Nazir.M, 1988, 54). Dalam penelitian ini yang diteliti adalah konsep Tuhan dalam aliran kebatinan Pangestu dan Sumarah. Dan data yang di gunakan yaitu data Primer dan Sekunder. Data Primer adalah data yang bersumber dari buku-buku yang berkenaan dengan masalah terutama yang membicarakan konsep Tuhan dalam aliran kebatinan Pangestu dan Sumarah. Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan. 2. Pendekatan Pendekatan antropologi agama karena yang menjadi titik studi Antropologi Agama adalah bukan kebenaran ideologis melainkan kenyataan yang nampak yang berlaku, yang empiris, atau juga bagaimana hubungan pikiran sikap dan perilaku manusia dalam hubungannya dengan yang ghaib. Apakah itu disebut agama karena mengandung sebuah aturanaturan dan ajaran-ajaran tentang cara hidup manusia yang baik, ataupun ia

12 disebut religi, karena sifatnya yang hanya mengikat pribadi manusia, hanya bersifat personal (Adimihardja, 1983: 49). 3. Sumber Data Adapun data yang diperoleh dibagi menjadi dua yaitu: a. Data primer ialah data yang berupa dokumen, catatan harian, arsip, biografi yang ditulis langsung pelaku, serta berbagai berita yang ditulis oleh orang-orang yang sezaman. b. Data sekunder adalah data sejarah yang bersumber dari hasil rekonstruksi orang lain, seperti buku dan artikel yang ditulis oleh orang-orang yang hidup tidak pada masa nya dengan peristiwa tersebut. Data-data sekunder yang digunakan dalam penelitian berupa buku-buku, artikel-artikel yang terdapat dalam buletin, majalah maupun internet yang berkaitan dengan konsep Tuhan baik dalam aliran kebatinan Pangestu maupun Sumarah. 4. Metode pengumpulan data Teknik pengumpulan datanya menggunakan teknik dokumenter. Menurut dalam teknik dokumenter yaitu teknik mengumpulkan data melalui dokumen-dokumen tertulis yang berupa arsip, buku-buku tentang pendapat, teori, hukum-hukum, dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penyelidikan. Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh bahan-bahan yang relevan.

13 5. Metode analisis data Dalam analisis data ini peneliti menggunakan model analisis kualitatif komparatif yang menekankan keaslian dan kepastian (tanpa perlakuan manipulatif) dalam menggambarkan fenomena sosial secara holistik. Metode komparatif menggambarkan tentang tipe-tipe yang berbeda dari kelompok-kelompok fenomena, untuk menentukan analitis faktor-faktor yang membawa ke kesaman-kesamaan dan perbedaanperbedaan, dalam pola-pola yang khas dari tingkah laku yang dimaksud. Dalam hal ini Konsep Tuhan Dalam Aliran Kebatinan Pangestu dan Sumarah.

14 H. Sistematika Penulisan Skripsi BAB I. Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai latar belakang masalah yang menjadi landasan dasar penelitian, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi dimana pembaca dapat mengetahui pokok-pokok bahasan yang akan dikupas.. BAB II. Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai perkembangan konsep teori tentang ketuhanan. BAB III. Pembahasan pertama mengenai: Riwayat hidup pendiri Pangestu, organisasi Pangestu, konsep manusia menurut Pangestu dan konsep mistik menurut Pangestu. Kemudian dilanjutkan dengan pembahasan Riwayat hidup pendiri paguyuban Sumarah, organisasi paguyuban Sumarah, konsep manusia paguyuban Sumarah dan konsep mistik paguyuban Sumarah., BAB IV. Bab ini berisi analisa perbandingan tentang persamaan dan perbedaan konsep Tuhan dalam aliran kebatinan paguyuban Pangestu dan.sumarah BAB V Penutup. Bab ini berisi kesimpulan dan saran.